You are on page 1of 20

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN

TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

KELOMPOK 1

ISTIANA KHAIRANY

23211744

ISYE SITI SARAH

23211746

MIFTA HULJANNAH

24211468

NISA NUR HIKMAH

25211188

NURUL SUKMA PUTRI

25211411

KELAS 4EB14

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirot Allah Yang Maha Esa
atas rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk dapat melengkapi nilai mata kuliah
Akuntansi Pemerintahan. Makalah ini memuat berbagai macam informasi
mengenai Teknik Akuntansi Keuangan Sektor Publik.
Dalam pembuatan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih banyak
kepada Bapak Budi Wahyudi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini serta pihak-pihak
lain yang sudah membantu.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
mengetahui tentang pengendalian operasi yang didesentralisasikan ini lebih
dalam.
Penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih mempunyai banyak
kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan
banyak kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan makalah ini.

Penulis,

Jakarta, 25 Oktober 2014

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 1
DAFTAR ISI

...................................................................................................... 2

1. TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

................................................. 3

2. PERKEMBANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


DI INDONESIA

.................................................................................................... 6

3. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP)

.................................. 8

4. IPSAS (INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR ACCOUNTING


STANDARD) IPSAS 1-8 ...................................................................................... 12
5. TEKNIK-TEKNIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

.................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19

1.

TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Teori akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan akuntansi keuangan, terutama
pelaporan keuangan kepada pihak eksternal. Teori akuntansi sektor public sendiri
sebenarnya masih dipertanyakan apakah memang ada teori akuntansi sektor
public. Sektor swasta yang perkembangan akuntansinya lebih pesat saja oleh
beberapa ilmuwan masih dipertanyakan apakah sampai saat ini benar-benar
memiliki teori akuntansi yang mapan. Suatu teori perlu didukung oleh berbagai
riset yang didalamnya terdapat hipotesa-hipotesa yang di uji kebenarannya.
Teori ini memiliki tiga karakteristik dasar, yaitu :
a. Kemampuan untuk menerangkan atau menjelaskan fenomena yang ada
(the ability to explain)
b. Kemampuan untuk memprediksi (the ability predict)
c. Kemampuan mengendalikan fenomena (the ability to control given
phenomena)

Pada dasarnya terdapat tiga tujuan mempelajari teori akuntansi, yaitu :


a. Untuk memahami praktik akuntansi yang saat ini ada
b. Mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktik akuntansi yang saat ini
dilakukan
c. Memperbaiki praktik akuntansi di masa dating
Suatu disiplin ilmu dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok, yaitu :
a) Ilmu murni atau abstrak (abstract sciences)
Ilmu abstrak misalnya adalah matematika, ilmu logika, dan metafisik.
b) Ilmu deskriptif (general descriptive sciences)
Disiplin ilmu yang termasuk kategori ilmu deskriptif mendasarkan
pengetahuannya melalui observasi dan pendeskripsian suatu fenomena
actual, misalnya ilmu kimia, biologi, dan sosiologi.
c) Ilmu derivative (special derivative sciences)

Ilmu derivative merupakan turunan dari ilmu lain, misalnya botani, xoologi,
minerologi, dan etnologi.
d) Ilmu sinoptis (synoptic sciences)
Synoptic sciences adalah turunan dari derivative special sciences yang
merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu, contohnya adalah
auditing, geologi, dan geografi.
e) Ilmu terapan (applied sciences)
Ilmu terapan adalah disiplin ilmu yang secara khusus terpisah dari disiplin
ilmu lain, namun bias juga kombinasi dari berbagai prinsip yang diambil
dari disiplin ilmu yang lain yang disesuaikan dengan kebutuhan praktis ilmu
tersebut, contohnya ilmu akuntansi.
Jika dikaitkan dengan bangunan dari suatu ilmu (body of knowledge),
akuntansi sektor public dikatakan memiliki teori yang mapan apabila terpenuhi
beberapa persyaratan. Bangunan ilmu terdiri atas konsep dasar (basic concept)
sebagai landasan ilmu tersebut (philosophical foundation), postulat, teori, konsep,
prinsip, standar, dan praktik aplikasi. Akuntansi sektor public sendiri merupakan
salah satu cabang dari ilmu akuntansi itu sendiri. Oleh karena itu, pengembangan
teori akuntansi sektor public sangat bergantung pada perkembangan ilmu
akuntansi.
Pengembangan akuntansi sektor public dilakukan untuk memperbaiki
praktik yang saat ini dilakukan. Hal ini terkait dengan upaya meningkatkan
kualitas laporan keuangan sektor public, yaitu laporan keuangan yang mampu
menyajikan informasi keuangan yang relevan dan dapat diandalkan (reliable).
Hambatan tersebut adalah:
a. Objektivitas
Objektivitas merupakan kendala utama dalam menghasilkan laporan
keuangan yang relevan. Laporan keuangan disajikan oleh manajemen untuk
melaporkan kinerja yang telah dicapai oleh manajemen selama periode waktu
tertentu kepada pihak eksternal yang menjadi stakeholder organisasi.
Seringkali terjadi masalah obejektivitas laporan kinerja disebabkan oleh
adanya

benturan

kepentingan

antara

kepentingan

manajemen

dengan

kepentingan stakeholder. Manajemen tidak selalu bertindak untuk kepentingan


stakeholder,

namun

seringkali

ia

bertindak

untuk

memaksimumkan

kesejahteraan mereka dan mengamankan posisi mereka tanpa memandang


bahaya yang ditimbulkan terhadap stakeholder yang lain, misalnya karyawan,
investor, kreditor, dan masyarakat. Oleh karena itu, teknik akuntansi yang
digunakan manajemen harus memiliki derajat yang dapat diterima semua pihak
menjadi skateholder.
b. Konsisteni
Konsistensi mengacu pada penggunaan metode atau teknik akuntansi yang
sama untuk menghasilkan laporan keuangan organisasi selama beberapa periode
waktu secara berturut-turut. Tujuannya adalah agar laporan keuangan dapat
diperbandingkan kinerjanya dari tahun ke tahun. Konsistensi penerapan metode
akuntansi merupakan hal yang sangat penting karena organisasi memiliki orientasi
jangka panjang (going concern), sedangkan laporan keuangan hanya melaporkan
kinerja selama satu periode. Oleh karena itu, agar tidak terjadi keterputusan proses
evaluasi kinerja organisasi oleh pihak eksternal, maka organisasi perlu konsisten
dalam menerapkan metode akuntansinya.
c. Daya banding
Laporan keuangan sektor public hendaknya dapat diperbandingkan antar
periode waktu dan dengan instansi lain yang sejenis. Dengan demikian, daya
banding berarti bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membandingkan
kinerja organisasi dengan organisasi lain yang sejenis. Kendala daya banding
terkait dengan objektivitas karena semakin objektif suatu laporan keuangan maka
akan semakin tinggi daya bandingnya karena dengan dasar yang sama akan dapat
dihasilkan laporan yang berbeda. Selain itu, daya banding juga terkait dengan
konsistensi. Adanya beberapa alternative penggunaan metode akuntansi juga
dapat menyulitkan tercapainya daya banding.
d. Tepat waktu
Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, social, dan politik serta untuk
menghindari tertindanya pengambilan keputusan tersebut. Kendala ketepatan
waktu penyajian laporan terkait dengan lama waktu yang dibutuhkan oleh
organisasi untuk menghasilkan laporan keuangan. Semakin cepat waktu penyajian

laporan keuangan, maka akan semakin baik untuk pengambilan keputusan.


Permasalahannya adalah semakin banyak kebutuhan informasi, maka semakin
banyak banyak pula waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan berbagai
informasi tersebut. Laporan keuangan mungkin disajikan tidak ntepat waktu
sehingga tidak relevan untuk pengambilan keputusan meskipun disajikan lebih
awal.
e. Ekonomis dalam penyajian laporan
Penyajian laporan keuangan membutuhkan biaya. Semakin banyak
informasi yang dibutuhkan semakin besar pula biaya yang dibutuhkan. Kendala
ekonomis dalam penyajian laporan keuangan bisa berarti bahwa manfaat yang
diperoleh harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
laporan tersebut.
f. Materialitas
Suatu informasi dianggap material apabila mempengaruhi keputusan, atau
jika informasi tersebut dihilangkan akan menghasilkan keputusan yang berbeda.
Penentuan materialitas memang bersifat pertimbangan subjektif (subjective
judgement), namun pertimbangan tersebut tidak dapat dilakukan menurut selera
pribadi. Pertimbangan yang digunakan merupakan professional judgement yang
mendasarkan pada teknik tersebut.

2.

PERKEMBANGAN

DAN

STANDAR

AKUNTANSI

SEKTOR

PUBLIK DI INDONESIA
Pada tahun 2002, Ikatan Akuntan Indonesia Komparemen Akuntansi
Sektor Publik (IAI-KASP) telah mengembangkan serangkaian standar-standar
akuntansi yang direkomendasikan untuk digunakan pada entitas-entitas sektor
publik yang dinamakan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP).
Dalam standar ini, IAI-KASP telah berusaha melakukan harmonisasi terhadap
akuntansi, laporan keuangan dan auditing antar yurisdikasi dan mana yang paling
tepat , antara sektor publik dan swasta, dan untuk mengharmonisasikan laporan
keuangan antara accounting basis dan economic basis.
SAKSP dikembangkan sesuai dengan standar yang berlaku ditingkat
internasional, dengan harapan dapat tercapainya informasi keuangan yang

konsisten dan dapat dibandingkan untuk semua yurisdiksi. Walaupun dalam


praktek dan aplikasi prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen keuangan pada
entitas sektor publik dapat terjadi baik pada entitas level yurisdiksi yang sama
maupun berbeda. Semuanya tergantung pada kebijakan dan praktek yang ada.
Selama ini aktivitas sektor publik dikelola dengan kualitas informasi
keuangan yang belum baik. Tidak terdapat informasi asset dan liabilities dan
hanya memperlihatkan item revenue seperti penjualan atas unit bisnis atau asset
pemerintah. Sehingga informasi yang tersedia acapkali tidak andal, tidak diaudit
dann hanya dapat dipakai sebagai pertimbangan pengambil keputusan untuk
periode setelah periode pelaporan tersebut. Dengan demikian, manajemen banyak
berfokus pada cash & cash flows. Sehingga acapkali mengabaikan budgeting,
accounting, fiscal management, dan sumber-sumber lainnya yang dapat dikontrol
oleh organisasi sektor publik.
Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP):
a. Meningkatkan kualitas dan reliabilitas laporan akuntansi keuangan
pemerintah;
b. Meningkatkan kinerja keuangan dan perekonomian;
c. Mengusahakan harmonisasi antara persyaratan atas laporan ekonomis dan
keuangan;
d. Mengusahakan harmonisasi antar yurisdiksi dengan menggunakan dasar
akuntansi yang sama.
Penerapan SAKSP akan mengarahkan sistem akuntansi dan manajemen
keuangan pemerintah yang lebih baik. Jadi laporan keuangan yang dihasilkan
mempunyai informasi yang lebih baik dan forecasting & budgeting yang lebih
reliable sama seperti dengan manajemen terhadap sumber daya ekonomis dan
kewajiban.
Pertimbangan Pemilihan Dasar Akrual
SAKSP telah memilih dasar akrual sebagai basis pencatatan akuntansi.
Dasar akrual mengakui transaksi dan kejadian pada saat transaksi dan kejadian
tersebut terjadi. Elemen-elemen yang diakui dalam dasar akrual ini adalah aktiva,
kewajiban, net worth, pendapatan, dan biaya. Pengukuran akuntansi akrual
berfokus pada pengukuran sumber daya ekonomis dan perubahan sumber daya
tersebut pada suatu entitas. Akuntansi dasar akrual memberikan informasi kepada
pengguna tentang sumber daya yang dikendalikan oleh suatu entitas, biaya dalam
menjalankan operasinya (atau biaya dalam memberikan pelayanan kepada publik),
dan informasi lain yang terdapat pada posisi keuangan dan perubahannya, serta

informasi yang dapat digunakan untuk menilai apakah entitas tersebut beroperasi
secara ekonomis dan efisien.

3.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP)


Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi

yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah,


yang terdiri atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan, serta peningkatan kualitas
LKPP dan LKPD. SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP), yaitu SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif.
Selain itu, SAP juga dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 24
Tahun 2005. SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP),

dilengkapi

dengan

Pengantar Standar

Akuntansi

Pemerintahan dan disusun mengacu kepada Kerangka Konseptual Akuntansi


Pemerintahan.
SAP harus digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan
pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah. Peraturan
Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan selengkapnya adalah sebagai
berikut:
Laporan keuangan pokok menurut SAP adalah:
1) Laporan Realisasi Anggaran;
2) Neraca;
3) Laporan Arus Kas
4) Catatan Atas Laporan Keuangan
Laporan keuangan pemerintah untuk tujuan umum juga mempunyai
kemampuan prediktif dan prospektif dalam hal memprediksi besarnya sumber

daya yang dibutuhkan untuk operasi berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan
dari operasi yang berkelanjutan serta resiko dan ketidakpastian yang terkait.
Pengguna laporan keuangan pemerintah adalah:
1) Masyarakat
2) Para wakil rakyat, lembaga pemeriksa dan lembaga pengawas
3) Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman
4) Pemerintah

A.

Proses Penyusunan SAP


Proses penyusunan (due process) yang digunakan ini adalah proses yang

berlaku umum secara internasional dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada
di Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan kebutuhan
yang mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami dan melaksanakan
standar yang ditetapkan.
Tahap-tahap penyiapan SAP adalah sebagai berikut:
a) Identifikasi topik untuk dikembangkan menjadi standar
b) Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
c) Riset terbatas oleh kelompok kerja
d) Penulisan draf SAP oleh kelompok kerja
e) Pembahasan draf oleh komite kerja
f) Pengambilan keputusan draf untuk dipublikasikan
g) Peluncuran draf publikasian SAP (Exposure Draft)
h) Dengar pendapat terbatas (Limited Hearing) dan dengar pendapat publik
(Public Hearings)
i) Pembahasan tanggapan dan masukan terhadap draf publikasian
j) Finalisasi standar

B.

Penetapan SAP
Sebelum dan setelah dilakukan publik hearing, Standar dibahas bersama

dengan Tim Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK. Setelah dilakukan

pembahasan berdasarkan masukan-masukan KSAP melakukan finalisasi standar


kemudian KSAP meminta pertimbangan kepada BPK melalui Menteri Keuangan.
Namun draf SAP ini belum diterima oleh BPK karena komite belum ditetapkan
dengan Keppres. Suhubungan dengan hal tersebut, melalui Keputusan Presiden
Nomor 84 Tahun 2004 dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite
ini segera bekerja untuk menyempurnakan kembali draf SAP yang pernah
diajukan kepada BPK agar pada awal tahun 2005 dapat segera ditetapkan.

C.

SAP yang Berlaku di Indonesia


1) Pada tanggal 13 Juni 2005 Presiden menandatangani Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
2) Pada tahun 2010 diterbitkan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, sehingga sejak saat itu PP No. 24 Tahun 2005
dinyatakan tidak berlaku lagi. PP No. 71 T ahun 2010 mengatur
penyusunan dan penyajian laporan keuangan berbasis akrual.

D.

PP No.71 Tahun 2010


SAP tercantum dalam dua lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 71

Tahun 2010, yaitu:


1) SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
Penerapan SAP Berbasis Akrual dilaksanakan secara bertahap dari
penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis
Akrual. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual yaitu SAP yang mengakui pendapatan,
belanja, dan pembiayaan berbasis kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas
dana berbasis akrual. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis
Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual
secara bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri.
Penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap dilakukan dengan
memperhatikan urutan persiapan dan ruang lingkup laporan.

10

SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dinyatakan dalam bentuk PSAP dan
dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010.
Sebelumnya, SAP Berbasis Kas Menuju Akrual digunakan dalam SAP
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan
pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan
dan belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat lima tahun. Karena itu, Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 digantikan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010.
2) SAP Berbasis Akrual
Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang mengakui
pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis
akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan
pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD.
SAP Berbasis Akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk PSAP dan
dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis
Akrual dimaksud tercantum dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010.
Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses
baku penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut
merupakan pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap terdapat
dalam Lampiran III Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Yang
membedakan antara Laporan Keuangan Perusahaan dengan Laporan Keuangan
Pemerintahan adalah terletak pada jenis bidang usaha yaitu pelayanan publik serta
nomor rekening perkiraan yang digunakan.

11

4.

IPSAS (INTERNATIONAL PUBLIC SECTOR ACCOUNTING


STANDARD) IPSAS 1-8
International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) adalah standar

akuntansi untuk entitas sektor publik yang dikembangkan oleh International


Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB). IPSASB merupakan badan
yang bernaung di bawah International Federation of Accountants (IFAC),
organisasi profesi akuntansi di tingkat internasional yang didirikan tahun 1977.
Keberadaan IPSASB bermula dari kesadaran akan manfaat nyata informasi
keuangan yang konsisten dan terbandingkan (comparable) lintas-jurisdiksi.
IPSAS, sebagai standar internasional akuntansi sektor publik, diharapkan
memainkan peran kunci untuk merealisasikan manfaat tersebut.
Dalam mengembangkan standar akuntansi sektor publik, IPSASB sangat
mendorong keterlibatan pemerintah dan penyusun standar di berbagai negara
melalui penyampaian tanggapan/komentar atas proposal-proposal IPSASB yang
dinyatakan dalam exposure draft.
IPSAS yang diterbitkan oleh IPSASB terkait dengan pelaporan keuangan
sektor publik, baik untuk yang masih menganut basis kas (cash basis) maupun
yang telah mengadopsi basis akrual (accrual basis). IPSAS yang berbasis akrual
dikembangkan dengan mengacu kepada International Financial Reporting
Standards (IFRS), standar akuntansi bisnis yang diterbitkan oleh International
Accounting Standards Board (IASB), sepanjang ketentuan-ketentuan di dalam
IFRS dapat diterapkan di sektor publik. Meskipun demikian, IPSASB tetap
memperhatikan isu-isu yang spesifik di sektor publik yang tidak tercakup di
dalam IFRS.
Diadopsinya IPSAS oleh pemerintah di berbagai negara diharapkan akan
meningkatkan kualitas dan daya banding informasi keuangan yang dilaporkan
entitas-entitas sektor publik di seluruh dunia. Dalam mendorong pengadopsian
dan harmonisasi ketentuan-ketentuan akuntansi sektor publik di berbagai negara
dengan IPSAS, IPSASB menghormati hak pemerintah dan penyusun standar di
tingkat nasional dalam menetapkan standar dan pedoman pelaporan keuangan di
dalam jurisdiksi mereka masing-masing.

12

Meskipun demikian, laporan keuangan sektor publik hanya boleh


mengklaim telah mematuhi IPSAS jika laporan keuangan itu memenuhi semua
ketentuan yang berlaku di dalam masing-masing standar.
Standar akuntansi sektor publik yang telah dihasilkan oleh IPSASB hingga
tahun 2010 ini adalah:
1) IPSAS 1Presentation of Financial Statements
2) IPSAS 2Cash Flow Statements
3) IPSAS 3Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and
Errors
4) IPSAS 4The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates
5) IPSAS 5Borrowing Costs
6) IPSAS 6Consolidated and Separate Financial Statements
7) IPSAS 7Investments in Associates
8) IPSAS 8Interests in Joint Ventures

5.

TEKNIK-TEKNIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Terdapat beberapa teknik akuntansi keuangan yang dapat diadopsi oleh


sektor publik, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.

Akuntansi Anggaran
Akuntansi Komitmen
Akuntansi Dana
Akuntansi Kas
Akuntansi Akrual

Pada dasarnya kelima teknik akuntansi tersebut tidak bersifat mutually


exclusive. Artinya, penggunaan salah satu teknik akuntansi tersebut tidak berarti
menolak penggunaan teknik yang lain. Dengan demikian, suatu organisasi dapat
menggunakan teknik akuntansi yang berbeda-beda, bahkan dapat menggunakan
kelima teknik tersebut secara bersama-sama.
Akuntansi kas, akuntansi akrual, dan akuntansi komitmen berbeda satu
dengan yang lainnya karena adanya perbedaan waktu pengakuan pendapat dan
biaya. Dalam hal pengakuan pendapatan, pada dasarnya terdapat dua langkah
yang mempengaruhi pencatatan, yaitu pada saat barang dikirim dan faktur
dikeluarkan, dan pada saat barang dikirim dan faktur bayar.
13

a. Akuntansi Anggaran
Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan
jumlah yang dianggarkan dengan jumlah aktual dan dicatat secara berpasangan
(double entry). Akuntansi anggaran merupakan praktik akuntansi yang banyak
digunakan organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan, yang mencatat dan
menyajikan akun operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan
anggarannya. Jumlah belanja yang dianggarkan dikreditkan terhadap akun yang
sesuai kemudian apabila belanja tersebut direalisasikan, makan akun tersebut
didebit kembali. Saldo yang ada dengan demikian menunjukkan jumlah anggaran
yang belum dibelajankan. Teknik akuntansi anggaran dapat membandingan secara
sistematik dan kontinyu jumlah anggaran dengan realisasi anggaran. Tujuan
utama teknik ini adalah untuk menekankan peran anggaran dalam siklus
perencanaan, pengendalian, dan akuntabilitas.
Alasan yang melatarbelakangi teknik akuntansi anggaran adalah bahwa
anggaran dan realisasi harus selalu dibandingkan sehingga dapat dilakukan
tindakan koreksi apabila terdapat varians (selisih). Namun, akuntansi anggaran
lebih menekankan pada bentuk dari akun-akun keuangan bukan isi (content) dari
akun itu sendiri.
Salah satu kelemahan teknik akuntansi anggaran adalah bahwa teknik ini
sangat kompleks. Akan lebih mudah dan lebih komprehensif apabila akun-akun
yang ada menunjukkan pendapatan dan biaya akutual, dan anggaran menunjukkan
pendapatan dan biaya dianggarkan.
b. Akuntansi Komitmen
Akuntansi komitemen adalah sistem akuntansi yang mengakui transaksi
dan mencatatnya pada saat order dikeluarkan. Sistem akuntansi akrual mengakui
biaya pada saat faktur diterima dan mengakui pendapatan ketika faktur
dikeluarkan. Akuntansi komitmen dapat digunakan bersama-sama dengan
akuntansi kas dan akuntansi akrual. Akunatnsi komitmen terkadang hanya
menjadi subsistem dari sistem akuntansi utama yang dipakai organisasi.
Akuntansi komitmen mengakui transaksi ketika organisasi melakukan transaksi
tersebut. Hal ini berarti bahwa transaksi tidak diakui ketika kas telah dibayarkan
atau diterima, tidak juga ketika faktur diterima atau dikeluarkan, akan tetapi pada
waktu yang lebih awal, yaitu ketika order dikeluarkan atau diterima.
Tujuan utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran.
Agar manajer dapat mengendalikan anggaran, ia perlu mengetahui berapa besar
anggaran yang telah dilaksanakan atau digunakan jika dihitung berdasarkan order

14

yang telah dikeluarkan. Dengan menerima akun atas faktur yang diterima atau
dibayarkan, ia dapat dengan mudah menghabiskan anggaran ( overcommit ).
Tentu saja manajer yang teliti akan tahu bahwa akun-akun tidak memasukan order
yang dikeluarkan yang mana faktur belum diterima dan oleh karena itu ia
membuat catatan sendiri agar ia tidak melakukan pemborosan anggaran ( overcommit the budget ).
Akuntansi komitmen berfokus pada order yang dikeluarkan. Order yang
diterima yang terkait dengan pendapatan tidak akan dicatat sebelum faktur
dikirimkan. Meskipun akuntansi komitmen dapat memperbaiki pengendalian
anggaran, namun terdapat masalah dalam pengadopsian sistem tersebut ke dalam
akun-akun keuangan. Akun yang dicatat hanya didukung oleh order yang
dikeluarkan. Pada umumnya tidak ada kewajiban hukum ( legal liability ) untuk
patuh terhadap order yang terjadi dan order tersebut dapat dengan mudah
dibatalkan. Hal ini menjadikan sulit untuk mengakui biaya-biaya untuk periode
akuntansi yang bersangkutan yang mana hanya mendasarkan pada order yang
dikeluarkan.
c. Akuntansi Dana ( Fund Accounting )
Pada organisasi sektor publik masalah utama yang dihadapi adalah
pencarian sumber dana dan alokasi dana. Penggunaan dana dan peran anggaran
sangat penting dalam organisasi sektor publik. Dalam tahap awal perkembangan
akuntansi dana, pengertian dana (fund) dimaknai sebagai dana kas (cash fund).
Tiap-tiap dana tersebut harus ditempatkan pada laci ( cash drawer ) secara
terpisah; beberapa tahihan harus diambilkan dari satu laci dan tagihan lain dari
laci lainnya. Namun saat ini, dana dimaknai sebagai entitas anggaran dan entitas
akuntansiyang terpisah, termasuk sumber daya nonkas dan utang diperhitungkan
di dalamnya.
Pengertian dana berdasarkan GASB (1999 par. 208) adalah :
A fiscal and accounting entity with a self-balancing set of accounts recording
cash and other financial resources, together with all related liabilities and
residual equities or balances, and changes therein, which are segregated for the
purpose of carrying on spesific activities or attaining certain objective in
accordance with special regulations, retrictions, and limitations.
Sistem akuntansi pemerintah yang dilakukan dengan menggunakan konsep
dana, memperlakukan suatu unit kerja sebagai entitas akuntansi (accounting
entity) dan entitas anggaran (budget entity) yang berdiri sendiri. Penggunaan
akuntansi dana merupakan salah satu perbedaan utama antara akuntansi

15

pemerintahan dengan akuntansi bisnis. Sistem akuntansi dana dibuat untuk


memastikan bahwa uang publik dibelanjakan untuk tujuan yang telah ditetapkan.
Dana dapat dikeluarkan apabila terdapat otorisasi dari dewan legislatif, pihak
eksekutif, atau karena tuntunan peraturan perundangan. Sistem akuntansi dana
adalah metode akuntansi yang menekankan pada pelaporan pemanfataan dana,
bukan pelaporan organisasi itu sendiri.
Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor publik,
yaitu :

Dana dapat dibelanjakan (expandable fund):digunakan untuk mencatat


nilai aktiva, utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo dana yang dapat
dibelanjakan untuk kegiatan yang tidak bertujuan mencari laba. Jenis
akuntansi dana ini digunakan pada organisasi pemerintahan (govermental
fund).
Dana yang tidak dapat dibelanjakan (noexpendable fund): untuk mencatat
pendapatan biaya, aktiva, utang, dan modal untuk kegiatan yang sifatnya
mencari laba. Jenis dana ini digunakan pada organisasi bisnis (proprietary
funds).

d. Akuntansi Kas
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima, dan
pengeluaran dicatat ketika kas dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah
mencerminkan pengeluaran yang aktual, riil, dan obyektif. Namun demikian,
GAAP tidak menganjurkan pencatatan dengan dasar kas karena tidak dapat
mencerminkan kinerja yang sesungguhnya. Dengan cash basis tingkat efisiensi
dan efektivitas suatu kegiatan, program, atau aktivitas tidak dapat diukurdengan
baik.
Sebagai contoh, penerimaan kas dari pinjaman akan dicatat sebagai
pendapatan (revenue) bukan sebagai utang. Untuk mengoreksi hal tersebut,
kebanyakan sistem akuntansi kas tidak hanya mengakui kas saja, akan tetapi juga
aktiva dan utang yang timbul sebelum terjadi transaksi kas. Namun demikian,
koreksi semacam ini tidak dapat mengubah kenyataan bahwa pada setiap waktu,
obligasi yang beredar dalam bentuk kontrak atau order pembelian yang
dikeluarkan tidak tampak dalam catatan akuntansi. Konsekuensinya adalah saldo
yang tercatat akan dicatat lebih (overstated). Hal tersebut dapat menyebabkan
pemborosan anggaran (unwise expenditure atau overspending).

16

e. Akuntansi Akrual
Akuntansi akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi kas. Teknik
akuntansi berbasis akrual diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang
lebih dapat dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan untuk pengambilan
keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Basis akrual doterapkan agak berbeda
antara proprietary fund (full accrual) dengan govermental fund (modified accrual)
karena biaya (expense) diukur dalam propietary fund, sedangkan expenditure
difokusnya pada general fund. Expense adalah jumlah sumber daya yang
dikonsumsi selama periode akuntansi. Expenditure adalah jumlah kas yang
dikeluarkan atau akan dikeluarkan selama periode akuntansi. Karena govermental
fund tidak memiliki catatan modal dan utang (dicatat/dikategorikan dalam aktiva
tetap dan utang jangka panjang), expenditure yang diukur, bukan expense.
Berbeda dengan govermental fund, yang menjadi kepentingan proprietary
fund dan juga organisasi bisnis adalah net income. Full accrual accounting
digunakan untuk mencatat revenue ketika diperoleh (earned) dan biaya (expense)
pada saat terjadi (incurred). Dengan kata lain, biaya dicatat ketika utang terjadi
tanpa memandang kapan pembayaran dilakukan.
Pada govermental fund, hendaknya digunakan modified accrual basis.
Expenditure di-accrued, tetapi revenue dicatat berdasarkan kas basis, yaitu pada
saat diterima, bukan ketika diperoleh. Pendapatan seperti PPN, PPh, dan fee
(retribusi) dihitung pada saat diterimakasnya. Salah satu pengecualian adalah
property tax (PBB) yang di-accrued karena jumlahnya dapat diestimasi secara
lebih pasti.
Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya
adalah untuk menentukan cost of service dan charging for services, yaitu untuk
mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mrnghasilakn pelayanan
publik serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik. Hal ini
berbeda dengan tujuan pengaplikasian accrual basis dalam sektor swasta orientasi
lebih difokuskan pada usaha untuk memaksimumkan laba (profit oriented),
sedangkan dalam sektor publik orientasi disokuskan pada optimalisasi pelayanan
publik (public service oriented).
Perbedaan antara akuntansi berbasi kas dengan akuntansi berbasis akrual
dapat dilihat sebagai berikut:

Basis kas: Penerimaan kas Pengeluaran kas = Perubahan kas


Basis akrual: Pendapatan (income) Biaya-biaya = Rugi/laba
(surplus/defisit)
Pendapatan (income): Penerimaan kas selama satu periode akuntansi
saldo awal piutang + saldo akhir piutang
Biaya: Kas yang dibayarkan selama satu periode akuntansi saldo
awal utang + saldo akhir utang.

17

Akuntansi berbasis akrual membedakan antara penerimaan kas dan hak


untuk mendapatkan kas, serta pengeluaran kas dan kewajiban untuk membayarkan
kas. Oleh karena itu, dengan sistem akrual pendapatan dan biaya diakui pada saat
diperoleh (earned) atau terjadi (incurred), tanpa memandang apakah kas sudah
diterima atau dikeluarkan.
Beberapa negara telah mereformasi akuntansi sektor publik di lingkungan
mereka, terutama perubahan dari cash basis menjadi accrual basis. New Zealand
merupakan contoh negara yang sukses menerapkan sistem accrual basis yang
sudaj dilakukan sejak tahun 1991. Sistem akuntansi yang telah diterapkan di
negara ini telah mampu memberikan kontribusi yang besar dalam menghasilakn
informasi yang lebih komprehensif dibandingkan dengan sistem cash basis dalam
hal kuantitas dan kualitasnya. Tujuan pengenalan accrual basis ini adalah untuk
memfasilitasi transparasi yang lebih besar pada organisasi pemerintah dan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Sementara itu, beberapa negara Uni Eropa
lainnya masih mengendalikan pengeluarannya dengan menggunakan cash basis.
Namun, beberapa kasus menunjukkan bahwa reformasi ke arah accrual
basis ternyata tidak seluruhnya menjamin keberhasilan. Kasus yang terjaid i Italia
menunjukkan bahwa pengenalan terhadap accrual basis memberikan kontribusi
yang kurang signifikn terhadap transparasi, efisiensi, dan efektivitas organisasi
publik di negara tersebut. Perubahan dari cash basis menjadi accrual basis
memang tidak dapat dilakukan secara terburu-buru. Perlu analisis yang mendalam
dan kompleks terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhinya, salah
satunya adalah faktor sosiologi masyarakat negara tersebut ( Yamamoto, 1997).

Single Entry dan Double Entry


Single entry pada awalnya digunakan sebagai dasar pembukuan dengan
alasan utama demi kemudahan dan kepraktisan. Seiring dengan semakin tingginya
tuntunan diciptakannya good governance yang berarti adanya tuntunan transparasi
dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan organisasi sektor publik,
perubahan dari sistem single entry menjadi double entry dipandang sebagai solusi
yang mendesak untuk diterapakan. Hal tersebut dikarenakan penggunaan single
entry tidak dapat memberikan informasi yang komprehensif dan mencerminkan
kinerja yang sesungguhnya. Single entry memang relatif mudah dan sederhana,
akan tetapi alasan demi kemudahan dan kepraktisan menjadi tidak relevan lagi.
Semetara itu, pengaplikasian pencatatan transaksi dengan sistem double
entry ditunjukan untuk menghasilkan laporan keuangan yang auditable dan
traceable. Kedua hal ini merupakan faktor utama untuk menghasilkan informasi
keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Dengan sistem
double entry, maka dapat dilakukan pengukuran kinerja secara lebih lanjut.

18

DAFTAR PUSTAKA

http://anggunfreeze.blogspot.com/2012/11/standar-akuntansipemerintahan.html. Di akses pada tanggal 25 Oktober 2014.

http://suryani-unis.blogspot.com/2013/06/standar-akuntansipemerintahan.html. Di akses pada tanggal 25 Oktober 2014.

http://www.ksap.org/sap/standar-akuntansi-pemerintahan/. Di akses pada


tanggal 25 Oktober 2014.

http://www.warsidi.com/2010/07/international-public-sectoraccounting.html. Di akses pada tanggal 25 Oktober 2014.

19

You might also like