Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999).
total atau ketidakaktifan, tetapi lebih berkembang secara perlahan dan tanpa disadari.
Intervensi yang dapat dilakukan yaitu dengan diarahkan pada pencegahan ke arah
konsekuensi-konsekuensi imobolisasi dan ketidakaktifan
dapat menurunkan
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan aktivitas ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan aktivitas.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
2.
Menjelaskan etiologi
3.
4.
5.
6.
1.4
Manfaat
1.4.1
Bagi Mahasiswa
Agar mampu memahami tentang bagaimana asuhan keperawatan pada lansia
dengan gangguan aktivitas sehingga dapat meningkatkan kesehatan lansia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan
bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system
persarafan dan muskuloskeletel.
Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam keadaan sehat.
Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana kemampuannya dalam
melakukan berbagai aktivitas seperti misalnya berdiri, berjalan dan bekerja.
Kemampuan aktivitas seseorang itu tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan
dan musculoskeletal.
Intoreransi aktivitas adalah penurunan kapasitas fisiologis seseorang untuk
mempertahankan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang diperlukan.
Sedangkan gangguan mobilisasi sendiri adalah suatu keadaan keterbatasan
kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami oleh seseorang.
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada
semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah orang
yang lanjut usia, post cedera dan post trauma.
2.2
Etiologi
Penyebab imobilitas bermacam-macam. Pada kenyataannya, terdapat banyak
penyebab imobilitas yang unik pada orang-orang yang di imobilisasi. Semua kondisi
penyakit dan rehabilitasi melibatkan beberapa derajat imobilitas. Ada bebetapa faktor
yang berhubungan dengan gangguan aktivitas pada lansia, yaitu:
1.
2.
3.
4.
2.
3.
Nyeri
Nyeri dengan penyebab yang multiple dan bervariasi seperti penyakit kronis
dan trauma.
4.
Defisit perseptual
5.
6.
Jatuh
7.
8.
Aspek psikologis
b) Faktor Eksternal
Banyak faktor eksternal yang mengubah mobilitas pada lansia. Faktor tersebut
adalah program terapeutik, karakteristik tempat tinggal dan staf, sistem
pemberian asuhan keperawatan, hambatan-hambatan,dan kebijakan-kebijakan
institusional.
1.
Program terapeutik
Program penanganan medis memiliki pengaruh yang kuat terhadap
kualitas dan kuantitas pergerakan pasien. Misalnya pada program pembatasan
yang meliputi faktor-faktor mekanis dan farmakologis, tirah baring, dan
restrain.
Faktor-faktor mekanis dapat mencegah atau pergerakan tubuh atau
bagian tubuh dengan penggunaan peralatan eksternal (misalnya gips dan
traksi) atau alat-alat (misalnya yang dihubungkan dengan pemberian cairan
intravena, pengisapan gaster, kateter urine, dan pemberian oksigen). Agens
farmasetik seperti sedatif, analgesik, transquilizer, dan anastesi yang
digunakan untuk mengubah tingkat kesadaran pasien dapat mengurangi
pergerakan atau menghilangkannya secara keseluruhan.
6
3.
Karakteristik staf
Karakteristik dari staf keperawatan yang mempengaruhi pola mobilitas
adalah pengetahuan, komitmen, dan jumlah. Pengetahuan dan pemahaman
tentang konsekuensi fisiologis dari imobilitas dan tindakan-tindakan
keperawatan untuk mencegah atau melawan pengaruh imobilitas penting untuk
implementasi kan perawatan agar memaksimalkan mobilitas. Jumlah anggota
7
5.
Hambatan-hambatan
Hambatan fisik dan arsitektur dapat mengganggu mobilitas. Hambatan
fisik termasuk kurangnya alat bantu yang tersedia untuk mobilitas,
pengetahuan dalam menggunakan alat bantu mobilitas tidak adekuat, lantai
yang licin, dan tidak adekuatnya sandaran untuk kaki. Sering kali, rancangan
arsitektur rumah sakit atau panti jompo tidak memfasilitasi atau memotivasi
klien untuk aktif dan tetap dapat bergerak.
6.
Kebijakan-kebijakan institusi
Faktor lingkungan lain yang penting untuk lansia adalah kebijakankebijakan dan prosedur-prosedur institusi. Praktik pengaturan yang formal dan
informal ini mengendalikan keseimbangan antara perintah institusional dan
kebebasan individu. Semakin ketat kebijakan, semakin besar efeknya pada
mobilitas.
2.3
2.4
Manifestasi Klinis
Dampak fisik dari imobilitas dan ketidakaktifan sangat banyak dan
bermacam-macam. Masalah-masalah yang berhubungan dapat mempengaruhi semua
sistem pada tubuh.
Tabel 2.1 Dampak Fisiologis dari imobilitas dan ketidakaktifan
NO EFEK
1.
Penurunan
HASIL
konsumsi
oksigenIntoleransi ortostatik
maksimum
2.
Sinkop
3.
4.
5.
6.
Osteoporosis
7.
Konstipasi
8.
Pengurangan miksi
9.
Intoleransi glukosa
10.
Penurunan
kapasitas
residual
11.
Atelektasis
Penurunan PO2
Peningkatan pH
10
fungsional
12.
Perubahan kognisi
13.
Gangguan sensori
2.5
Gangguan tidur
Halusinasi
Penatalaksanaan
1)
Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang
kehidupan dan episodik. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang
kehidupan,
moblilitas
dan
aktivitas
tergantung
pada
fungsi
system
11
12
Pencegahan Sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas
dapat dikurangi atau dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasilan
intervensi berasal dri suatu pengertian tentang berbagai factor yang
menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan.
Pencegahan
sekunder
pencegahan
komplikasi.
memfokuskan
Diagnosis
pada
pemeliharaan
keperawatan
fungsi
dihubungkan
dan
dengan
Penatalaksanaan terapeutik
Pengobatan terapeutik ditujukan kearah perawatan penyakit atau
kesakitan yang dihasilkan atau yang turut berperan terhadap masalah imobilitis
dan penanganan konsekuensi aktual atau potensial dari imobilitas. Contohcontoh pendekatan terhadap penanganan imobilitas meliputi terapi fisik untuk
mempertahankan mobilitas dan kekuatan otot, kompresi pneumatik intermiten
dan kekuatan otot, kompresi pneumatik intermiten atau stoking kompresi
gradien
untuk
meningkatkan
aliran
darah
vena
dan
mencegah
13
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS
3.1
Pengkajian
a) Anamnesa
1.
Data demografi
-
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Status perkawinan
Pekerjaan
Pendapatan
2.
Riwayat kesehatan
a.
b.
d.
2.
3.
Mandiri
Di bantu sebagian
15
Aktifitas
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi ditempat tidur
Berpindah
Ambulansi
Naik tangga
1.
2.
Sonambolisme
3.
1.
2.
Makanan kesukaan
3.
4.
Pola Eliminasi
1.
2.
Nyeri
3.
Kuantitas
Gambaran diri
2.
Identitas diri
3.
Peran diri
4.
Ideal diri
5.
Harga diri
Pola Koping
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
2.
Dukungan keluarga
3.
Persepsi keyakinan
2.
c) Pemeriksaan Fisik
1.
Kemunduran musculoskeletal
Indikator
primer
dari
keparahan
imobilitas
pada
system
2.
Kemunduran kardiovaskuler
Tanda dan gejala kardiovaskuler tidak memberikan bukti langsung atau
meyaknkan tentang perkembangan komplikasi imobilitas. Hanya sedikit
petunjuk diagnostik yang dapat diandalkan pada pembentukan trombosis.
Tanda-tanda tromboflebitis meliputi eritema, edema, nyeri tekan dan tanda
homans positif. Intoleransi ortostatik dapat menunjukkan suatu gerakan untuk
berdiri tegak seperti gejala peningkatan denyut jantung, penurunan tekanan
darah, pucat, tremor tangan, berkeringat, kesulitandalam mengikuti perintah
dan sinkop.
3.
Kemunduran Respirasi
Indikasi kemunduran respirasi dibuktikan dari tanda dan gejala
atelektasis
dan
pneumonia.
Tanda-tanda
awal
meliputi
peningkatan
Perubahan-perubahan integument
Indikator cedera iskemia terhadap jaringan yang pertama adalah reaksi
inflamasi. Perubahan awal terlihat pada permukaan kulit sebagai daerah
eritema yang tidak teratur dan didefinisikan sangat buruk di atas tonjolan
tulang yang tidak hilang dalam waktu 3 menit setelah tekanan dihilangkan.
5.
18
Perubahan-perubahan Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman pada
abdomen bagian bawah, rasa penuh, tekanan. Pengosonganh rectum yang tidak
sempurna, anoreksia, mual gelisah, depresi mental, iritabilitas, kelemahan, dan
sakit kepala.
d) Faktor-faktor lingkungan
Lingkungan tempat tinggal klien memberikan bukti untuk intervensi. Di
dalam rumah, kamar mandi tanpa pegangan, karpet yang lepas, penerangan yang
tidak adekuat, tangga yang tinggi, lantai licin, dan tempat duduk toilet yang
rendah dapat menurunkan mobilitas klien. Hambatan-hambatan institusional
terhadap mobilitas termasuk jalan koridor yang terhalang, tempat tidudan posisi
yang tinggi, dan cairan pada lantai. Identifikasi dan penghilangan hambatanhambatan yang potensial dapat meningkatakan mobilitas.
e) Faktor Psikososial
1. Perubahan status psikososial klien biasa terjadi lambat dan sering diabaikan
tenaga kesehatan.
2. Observasi perubahan tingkah laku
3. Menentukan
penyebab
/ psikososial untuk
3.2
Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada lansia dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan antara lain:
1.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan bed rest atau imobilitas, mobilitas yang
kurang, pembatasan pergerakan, nyeri.
2.
3.
4.
5.
Defisit
perawatan
diri
berhubungan
dengan
gangguan
neuromuskular,
3.3
Intervensi Keperawatan
a) Tujuan
Tujuannya adalah mengarahkan intervensi keperawatan untuk mencegah atau
meniadakan sekuelafisiologis dari imobilitas, yang meliputi lima tujuan yaitu:
20
1. Pertama,
meliputi
pemeliharaan
kekuatan
dan
ketahanan
sistem
22
23
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan
dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system
persarafan dan muskuloskeletel.
Intoreransi aktivitas adalah penurunan kapasitas fisiologis seseorang untuk
mempertahankan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang diperlukan.
Sedangkan gangguan mobilisasi sendiri adalah suatu keadaan keterbatasan
kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang dialami oleh seseorang.
Penyebab imobilitas bermacam-macam. Pada kenyataannya, terdapat banyak
penyebab imobilitas yang unik pada orang-orang yang di imobilisasi. Semua kondisi
penyakit dan rehabilitasi melibatkan beberapa derajat imobilitas.
Lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan psikologis dari
imobilitas. Perubahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan penyakit kronis
menjadi predisposisi bagi lansia untuk mengalami komplikasi-komplikasi ini. Secara
fisiologis, tubuh bereaksi terjhadap imobilitas dengan perubahan-perubahan yang
hamper sama dengan proses penuaan, oleh karena itu memperberat efek ini.
4.2
Saran
4.2.1
Bagi Mahasiswa
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
3. Jakarta : Salemba Medika
Stanley, Mickey & Patricia gauntiett beare. 2006. Buku Ajar Keperawaan Gerontik
ed. 2. Jakarta : EGC
26