You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal
dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken pox.
Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus Varicella
Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.Varisela atau cacar air merupakan
penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejalagejala demam dan timbul bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan.
Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala
konstitusi dengan kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral
tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap, 2000)
Varisela adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus varisela-zister
(VVZ) terdapat di seluruh dunia, tanpa perbedaan pada ras dan jenis kelamin. Penyakit
ini terutama mengenai anak-anak dan merupakan infeksi primer VVZ pada individu yang
rentan. Kurang lebih 90% kasus terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan
kurang dari 5% pada usia lebih dari 15 tahun. Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut
primer menular yang disebabkan oleh varicella Zoster Virus (VZV) yang menyerang
kulit dan mukosa, dengan ditandai oleh adanya vesikel-vesikel (Rampengan, 1993).
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak dinegara-negara bermusin empat,
90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada umumnya
penyakit ini tidak begitu berat. Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih
banyak remaja dan orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus
varisela terjadi diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada
remaja dan dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat. meskipun morbiditas
meningkat pada orang dewasa dan pada pasien dengan immunocompromised.
Data lain menyebutkan bahwa morbiditas penyakit ini 4000 kasus di rumah sakit
dalam satu tahun, dan mortalitasnya 50 100 kematian dalam satu tahun, dengan
perkiraan biaya perawatan mencapai 400 juta dollar sehingga pada tahun 1995
diadopsilah vaksinasi untuk penyakit ini .

B. Rumusan masalah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa pengertian vericella ?


Bagaimanakah etiologi vericellla ?
Bagaimanakah manifestasi klinik vericella ?
Bagaimanakah patogenesis pada vericella ?
Apa saja pemeriksaan penunjang pada vericella ?
Apa saja komplikasi yang terjadi pada vericella ?
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien vericella ?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami dan memahami tentang penatalaksanaan
asuhan keperawatan pada klien dengan vericella .
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui tentang penyakit Varicella.
b. Mahasiswa terhindar dari bahayanya Penyakit Varicella.
c. Mahasiswa meningkatkah asuhan keperawatan Varicella bagi perawat.

BAB II
KONSEP DASAR TEORI
A. Pengertian
Varisela adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus varisela-zister
(VVZ) terdapat di seluruh dunia, tanpa perbedaan pada ras dan jenis kelamin. Penyakit

ini terutama mengenai anak-anak dan merupakan infeksi primer VVZ pada individu yang
rentan. Kurang lebih 90% kasus terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan
kurang dari 5% pada usia lebih dari 15 tahun. Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut
primer menular yang disebabkan oleh varicella Zoster Virus (VZV) yang menyerang
kulit dan mukosa, dengan ditandai oleh adanya vesikel-vesikel (Rampengan, 1993).
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan
selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi akut prime
yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox
(Kapita Selekta, 2000).
Varisela merupakan penyaki menular akut. Penularan dapat melalui kontak
langsung dengan lesi, terutama melalui udara (Siti Aisyah, 2003).
B. Etiologi
Menurut Richar E, varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut
juga virus varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes
zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan
bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela; kemudian setelah
penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk laten
(tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z diaktivasi oleh trauma sehingga
menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam
darah penderita verisela dapat dilihat dengan mikroskop electron dan dapat diisolasi
dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.
C. Klasifikasi
Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :
a.

Varisela congenital
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi
ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi ensefalitis
sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital
sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu menderita
varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan kematian
bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak
diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah kelainan

b.

fetus.
Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum sampai 2
hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan menderita varisela

neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune globulin (VZIG), kematian


varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau
dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat
antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga lainnya
selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa risiko tinggi harus diberikan
profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2
hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah
diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela,
hepatitis, diatesis pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang
terpajan dengan varisela maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada
indikasi klinis untuk memberikan Antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir
profilaksis bila terpajan varisela maternal.
D. Patofisiologi
Patofisiologi menurut Siti Aisyah 2003, Virus varisela-zoster masuk ke dalam
tubuh manusia melalui mukosa saluran nafas atau orofaring. Multiplikasi virus ditempat
tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan limfe
(viremia primer). Virus dimusnahkan oleh sel sistem retikuloendotelial, yang merupakan
tempat utama replikasi virus selama masa inkubasi. Selama masa inkubasi virus
dihambat sebagian oleh mekanisme pertahanan tubuh yang terinfeksi, replikasi virus
dapat mengalahkan pertahanan tubuh yang belum berkembang, sehingga 2 minggu
setelah infeksi terjadi viremia sekunder dalam jumlah yang lebih banyak. Viremia
tersebut menyebabkan demam dan malese anorexia serta menyebarkan virus ke seluruh
tubuh, terutama ke kulit dan mukosa.
Respons imun pasien yang kemudian berkembang akan menghentikan viremia dan
menghambat berlanjutnya lesi pada kulit dan organ lain. Terjadinya komplikasi varisela
(pneumonia dan lain-lain) mencerminkan gagalnya respons imun tersebut menghentikan
replikasi serta penyebaran virus dan berlanjutnya infeksi. Keadaan ini terutama terjadi
pada pasien imunokompromais.
Dalam 2-5 hari setelah gejala klinis varisela terlihat, antibody (IgG, IgM, IgA)
spesifik terhadap VVZ dapat dideteksi dan mencapai titer tertinggi pada minggu kedua
atau ketiga. Setelah itu titer IgG menurun perlahan, sedangkan IgM dan IgA menurun
lebih cepat dan tidak terdeteksi satu tahun setelah infeksi. Imunitas selular terhadap VVZ
juga berkembang selama infeksi dan menetap selama bertahun-tahun.

Pada pasien imunokompeten imunitas humoral terhadap VVZ berfungsi protektif


terhadap varisela, sehingga pajanan ulang tidak menyebabkan infeksi (kekebalan seumur
hidup). Imunitas selular lebih penting daripada imunitas humoral untuk penyembuhan
varisela. Pada pasien imunokompromais, oleh karena imunitas humoral dan selularnya
terganggu, pajanan ulang dapat menyebabkan rekurensi dan varisela menjadi lebih berat
dan berlangsung lebih lama.
E. Komplikasi
Pneumonia varisela hanya terdapat 0,8% pada anak, biasanya disebabkan oleh
infeksi sekunder dan anak sembuh sempurna. Pneumonia yang disebabkan oleh virus VZ jarang didapatkan pada anak dengan sistem imunologis normal pada anak dengan
defisiensi imunologis atau orang dewasa tidak jarang ditemukan. Pada keadaan ini
kelainan radiologis paru-paru masih didapatkan selama 6-12 minggu dan angka
kematiannya sebesar 20%. Mungkin juga terjadi komplikasi pada susunan saraf seperti
ensefalitis, ataksia, nistagmus, tremor, mielitis tranversa, kelumpuhan saraf muka,
neuromielitis optika atau penyakit Devic dengan kebutaan sementara, sindrom
hipotalamus yang disertai dengan obesitas dan panas badan berulang-ulang.
F. Menifestasi klinis
Menurut Richar E. 1992, gambaran klinik varisela dibagi menjadi 2 stadium :
1. Stadium prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala panas,
perasaan

lemah

(malaise),

anoreksia.

Kadang-kadang

terdapa

kelainan

scarlatinaform atau morbiliform.


2. Stadium erupsi: Dimulai dengan terjadinya papula merah, kecil yang berubah
menjadi vesikel yang berisi cairan jernih dan mempunyai dasar eritematous.
Permukaan vesikel tidak memperlihatkan cekungan di tengah (unumbilicated). Isi
versikel berubah menjadi keruh dalam waktu 24 jam. Biasanya vesikel menjadi
kering sebelum isinya menjadi keruh. Dalam 3-4 hari erupsi tersebar; mula-mula di
dada lalu ke muka, bahu dan anggota gerak. Erupsi ini disertai perasaan gatal.
Pada suatu saat terdapat macam-macam stadium erupsi, ini merupakan tanda khas
penyakit verisela. Vesikel tidak hanya terdapat di kulit, melainkan juga di selaput lendir
mulut. Bila terdapat infeksi sekunder, maka akan terjadi limfadenopatia umum. Karena
kemungkinan mendapat varisela selama masa kanak-kanak sangat besar, maka varisela
jarang ditemukan pada wanita hamil (0,7 tiap 1.000 kehamilan). Diperkirakan 17% dari
anak yang dilahirkan wanita yang mendapat verisela ketika hamil akan menderita
kelainan bawaan berupa bekas luka di kulit (cutaneous scars), berat badan lahir rendah,
hipoplasia tungkai, kelumpuhan dan atrofi tungkai, kenang, retardasi mental, koriorenitis,

atrofi kortikal, katarak atau kelainan pada mata lainnya. Angka kematian tinggi, bila
seorang wanita hamil mendapat varisela dalam 21 hari sebelum ia melahirkan, maka
25% dari neonatus yang dilahirkan akan memperlihatkan gejala varisela kongenital pada
waktu dilahirkan sampai berumur 5 hai. Biasanya varisela yang timbul berlangsung
ringan dan tidak mengakibatkan kematian.
Sedangkan bila seorang wanita hamil mendapat varisela dalam waktu 4-5 hari
sebelum melahirkan, maka neonatusnya akan memperlihatkan gejala varisela kongenital
pada umur 5-10 hari. Di sini perjalanan penyakit varisela sering berat dan menyebabkan
kematian sebesar 25-30%. Mungkin ini ada hubungannya dengan kurun waktu fetus
berkontak dengan varisela dan dialirkannya antibody itu melalui plasenta kepada fetus.
Seorang neonatus jarang mendapat varisela di bangsal perinatologi dari seorang
perawat atau petugas bangsal lainnya, tapi bila ini terjadi maka perjalanan penyakit amat
ringan dan terlihat gejala-gejala seperti pada anak yang besar.
G. Penatalaksanaan
Menurut Siti Aisyah 2003 :
1.

Pengobatan Umum
Pada pasien imunokompeten varisela biasanya ringan dan dapat sembuh
sendiri. Untuk mengatasi gatal dapat diberikan kompres dingin atau lotion kalamin
dan antihistamin oral. Bila lesi masih vesicular dapat diberikan bedak agar tidak
mudah pecah, dapat ditambahkan antipruritus di dalamnya, misalnya mentol 0,250,5%. Bila vesikel sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salap
antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder bacterial. Mandi rendam dalam air
hangat yang diberi antiseptik dapat mengurangi gatal dan mencegah infeksi bacterial
sekunder pada kulit. Krim atau lotion kortikosteroid serta salap bersifat oklusif
sebaiknya tidak digunakan.
Kadang diperlukan antipiretik/analgetik, tetapi golongan salisilat sebaiknya
dihindari karena sering dihubungkan dengan terjadinya sindrom Reye. Kuku jari
tangan harus dipotong dan dijaga kebersihannya untuk mencegah infeksi sekunder
dan parut yang dapat terjadi karena garukan.

2.

Obat Antivirus
Dengan tersedianya obat antivirus yang efektif terhadap VVZ, dokter maupun
pasien/orang tua pasien sering dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan obat
antivirus atau tidak. Pada anak imunokompeten, varisela biasanya ringan sehingga
umumnya tidak memerlukan pengobatan antivirus. Antivirus efektif bila diberikan

dalam 24 jam setelah awitan lesi kulit karena dapat lebih cepat menurunkan demam
serta gejala kulit dan sistemik.
Pada bayi / anak imunokompromais berat, antivirus intravena merupakan obat
pilihan agar kadar dalam plasma cukup tinggi untuk menghambat replikasi virus.
Antivirus intravena secara bermakna dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas
varisela pada pasien imunokompramais, terutama bila diberikan dalam 72 jam
setelah awitan lesi kulit. Pada pasien imunokompromais ringan dapat diberikan
antivirus oral.
Beberapa antivirus terbukti efektif untuk mengobati infeksi VVZ, yaitu
golongan analog nukleosida (asiklovir, famsiklovir, valasiklovir, vidarabin) dan
foskarnet.
H. Patway ( WOC )

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, nomor register, jenis kelamin, status, alamat, tanggal MRS,
diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Klien datang dengan keluhan badanya terasa demam seperti akan flu dan terdapat
ruam yang berisi air di sekitar tubuhnya.
3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang


Riwayat penyakit sekarang klien merasa badanya terasa panas seperti akan flu dan
terdapat ruam merah pada bagian tubuhnya dan tersa nyeri apabila di pegang.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak pernah mengalami penyakit kulit sebelumnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya merupakan penyakit menular Maka anggota keluarga mempunyai resiko
beasar tertular dengan kontak lama. Sebelumnya tetengga dari klien pernah
mengalami penyakit cacar air dan klien sering berkunjung ke tetangganya saat
cacarnya sudah mulai kering. Tidak ada anggota keluarganya yang mnegalami
keluhan sama seperti dia.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien
Biasanya Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit
kepala.
b. Sistem syaraf .
Tidak Adanya gangguan fungsi saraf tepi sensorik, dan saraf tepi motorik normal .
c. Sistem pernafasan.
Tidak ada gangguan pada sistem pernafasan

d. Sistem muskuloskeletal.
Tidak Adanya gangguan fungsi saraf tepi motorik kelemahan atau kelumpuhan
otot tangan dan kaki.
e. Sistem integumen
Terdapat lesi dan ruam pada kulit dan peningkatan suhu tubuh atau demam serta
terdapat perubahan tanda-tanda vital. Pada pengkajian kulit di temukan adanya
vesikel-vesikel yang nyeri pada saat di pegang. Ketika di palpasi terdapat tonjolan
yang tidak rata dengan permukaan kulit.
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan leukosit biasanya mennjukkan hasil yang normal, rendah, atau meningkat
sedikit. Multinucleated giant cells pada pemeriksaan Tzanck smear dari lepuhan kulit.
Hasil positif pada pemeriksaan kultur jaringan.

D. Diagnosa keperawata
1. Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit (chicken pox)
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi kulit
4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
E. Intervensi keperawata
No
1

Dx keperawatan
Tujuan
Nyeri akut berhubungan Setelah

Intervensi
tindakan NIC : Manajemen Nyeri
dengan lesi kulit (chicken keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri
pox)
diharapkan .
secara
komprehensif
dilakukan

NOC : Control nyeri

termasuk

lokasi,

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang

karakteristik,

durasi,

Kriteria hasil :

frekuensi,

1. Mampu mengontrol nyeri

faktor presipitasi

(tahu penyebab nyeri, mampu

2.

kualitas

Observasi

reaksi

menggunakan teknik non

verbal

farmakologi untuk mengurangi

ketidaknyamanan

nyeri)

3.

berkurang dengan menggunakan


manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi,

non
dari

Ajarkan tentang teknik non


farmakologi

2. Melaporkan bahwa nyeri

dan

(relaksasi,

distraksi)
4.

Tingkatkan istirahat

5.

Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri

6.

Control lingkungan yang

nyeri)

dapat mempengaruhi nyeri

4. Menyatakan rasa nyaman

seperti

setelah nyeri berkurang

pencahayaan.

5. Tanda vital dalam rentang


normal
Skala :
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan

suhu

ruangan,

Perubahan nutrisi kurang Setelah


dari

kebutuhan

tubuh

dilakukan

tindakan

keperawatan selama 1 x 24 jam


Diharapkan .

berhubungan

dengan

anorexia

NOC : Status nutrisi


Tujuan : Status nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil
1. Mempertahankan pemasukan
nutrisi
2. Mempertahankan BB
3.

Melaporkan

keadekuatan

tingkat energy
Keterangan Skala :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = selalu
3

Kerusakan integritas kulit Setelah


berhubungan dengan lesi

dilakukan

tindakan NIC : Presure Management


keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Anjurkan pasien untuk
di harapkan pasie :

kulit

menggunakan

pakaian

yang

NOC : Integritas jaringan, kulit longgar


2. Hindari kerutan pada tempat
dan membran mukosa
Tujuan : Kerusakan integritas tidur
3. Jaga kebersihan kulit agar
kulit tidak terjadi
tetap bersih dan kering

Kriteria hasil

1. Integritas kulit yang baik bisa 4. Mobilisasi pasien (ubah


dipertahankan
(sensasi, posisi pasien) setiap 2 jam
elastisitas, temperatur, hidrasi, sekali
5. Monitor
pigmentasi)
2. Tidak ada luka pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan

kelembaban

aktivitas

dan

mobilisasi pasien
6. Monitor status nutrisi pasien

kulit
Skala :
1 = ekstrem
2 = berat
3 = sedang
4 = ringan
5 = tidak ada gangguan

berhubungan Setelah dilakukan tindakan NIC : Regyulasi Suhu


keperawatan selama 1 x 24 1. Observasi TTV
dengan proses infeksi
Hipertermi

jam di harapkan pasien :

2. Berikan minuman per oral

NOC : Termoregulation

3. Kompres dengan air hangat

Tujuan

Tidak

peningkatan suhu tubuh

Kolaborasi
terjadi 4.
antipiretik

pemberian

Kriteria hasil
1. Suhu tubuh dalam batas
normal
2. Nadi dan RR dalam rentang
normal
3. Tidak ada perubahan warna
kulit dan tidak ada pusing,
merasa nyaman
Skala :
1 = tidak normal
2 = jauh dari normal
3 = hampir normal
4 = cukup normal
5 = normal
5

Kurang pengetahuan

Setelah dilakukan tindakan

NIC

berhubungan dengan

keperawatan selama 1 x 24 jam

penyakit

keterbatasan paparan

di harapkan :

1.

NOC : Pengetahuan prosedur

Mengajarkan

Tingkatkan

proses
tingkat

pengetahuan pasien yang


berhubungan

dengan

perawatan

proses

Tujuan : Diharapkan tingkat

spesifik

pengetahuan pasien

2.

berhubungan dengan
penyakitnya dapat meningkat

3.

4.

Diskusikan
terapi/perawatan

5.

Instruksikan kepada pasien

3. Mendeskripsikan tahap dari

untuk meminimalkan efek

prosedur

samping

pencegahan dengan prosedur


5. Mendeskripsikan perawatan
mandiri dengan alat
6. Menunjukkan prosedur
perawatan
7. Mendeskripsikan potensial
efek seimbang
Keterangan Skala :
1 = tidak ada
2 = terbatas
3 = sedang
4 = berat
5 = estensif

5 Evaluasi
Dx.
Kep

-/-/
-

dan

Identifikasi penyebab yang

4. Mendeskripsikan hubungan

Tg
l

tanda

mungkin

2. Menjelaskan tujuan dari


prosedur

Deskripsikan

yang

gejala umum dari penyakit

Kriteria hasil
1. Mendeskripsikan prosedur

penyakit

Catatan Perkembangan
S.Klien Mengatakan kulitnya masih terlihat menakutkan.
O.Terdapat lesi pada kulit kaki sebelah kanan dan Terdapat
hipopigmentasi dan Bercak eritem, Infiltrat dan nodul

ttd

A. Masalah belum teratasi


P. Lanjutkan Rencana Tindakan 1-5 Keperawatan

S. Klien Mengatakannyeri mulai berkurang, skala nyeri: 3


O. pasien sudah lebih terlihat nyaman.
A. Masalahteratasi sebagian
P. Lanjutkan Rencana Tindakan 1-Keperawatan

S. Klien Mengatakan badannya masih lemah untuk beraktivitas


O. klien masih tampak lemas
A. Masalah belum teratasi
P. Lanjutkan Rencana Tindakan 1-6Keperawatan

S.Klien

Mengatakanmasih ingin sendiri dan belum mau

ketemu orang lain kecuali keluarga dan tenaga kesehatan.


O. pasien masih tampak gelisah. lebih banyak diam dan masih
tidak mau bertemu dengan orang lain kecuai keluarga dan
tenaga kesehatan
A. Masalah belum teratasi
P. Lanjutkan Rencana Tindakan 1-5 Keperawatan

You might also like