You are on page 1of 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST CABG


(OPERASI BYPASS ARTERI KORONER)
DI RUANG ICU RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun Oleh:

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
2012

LAPORAN PENDAHULUAN
Operasi Bypass Arteri Koroner
(Coronary Artery BypassGraft Surgery (CABG))

Arteri koroner adalah serabut pembuluh darah yang memasok oksigen dan
nutrien ke otot jantung. Lama-kelamaan arteri akan tersumbat oleh lemak dan
kolesterol yang menumpuk. Akibatnya, jantung tidak mendapatkan pasokan darah
yang memadai sehingga menimbulkan penyakit jantung iskemik atau penyakit arteri
koroner (Coronary Artery Disease, CAD). Ini bisa menyebabkan nyeri dada atau
angina. Kadang CAD tidak menyebabkan rasa nyeri sampai pasokan darah ke jantung
menjadi sangat kurang dan otot mulai kaku. Gejala awal CAD dalam kasus ini
mungkin serangan jantung yang bisa menyebabkan kematian.
A.

Operasi Coronary Artery Bypass Grafting (CABG)


Coronary Artery Bypass Grafting, atau Operasi CABG, adalah teknik
yang menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk
memintas (melakukan bypass) arteri yang menghalangi pemasokan darah ke
jantung. CABG bertujuan untuk membuat rute dan saluran baru pada arteri
yang terbendung sehingga oksigen dan nutrisi dapat mencapai otot jantung.
Vena kaki atau arteri mamari (payudara) internal bisa digunakan untuk
operasi bypass. Operasi ini membantu memulihkan aliran darah yang normal
ke otot jantung yang tersumbat. Pada operasi bypass, pembuluh cangkok baru,
yaitu arteri atau vena sehat yang diambil dari kaki atau tungkai (vena
saphena), lengan (arteri brakialis atau radialis), atau dada pasien, kemudian
diambil lewat pembedahan dan dijahitkan ke sekeliling bagian yang
tersumbat. Pembuluh cangkok ini memasok darah beroksigen ke bagian

jantung yang membutuhkannya, sehingga "mem-bypass" arteri yang


tersumbat dan memulihkan aliran darah ke otot jantung.
CABG dilakukan dengan membuka dada dengan pemotongan tulang
dada untuk kemudian menguakkan bagian kanan dan kiri dada sedemikian
sehingga jantung dapat terlihat secara nyata. Sudah tentu banyak jaringanjaringan dan alat-alat harus dipisahkan dulu sebelum sampai menjamah
jantung. Dokter Spesialis Bedah Jantung akan memastikan kembali hasil
kateterisasi yang menunjukkan penyempitan. Setelah itu barulah memasang
pembuluh darah baru yang diambil dari kaki, tangan atau pembuluh yang
memperdarahi mamae tadi melewati tempat penyempitan. Sebelum menutup
kembali rongga dada lapis demi lapis, diadakan pengujian terhadap graft yang
dipasang, kalau-kalau ada kebocoran atau pendarahan baik pada pangkal
maupun ujung
B.

Indikasi Bypass
Pasien yang mendapatkan manfaat dari operasi CABG adalah mereka
yang menderita penyumbatan arteri, khususnya yang menyangkut ketiga arteri
koroner yang menyebabkan kerusakan otot jantung dan bagi pasien
yang mengalami penyempitan ulang setelah dilakukan PTCA (Percutanous
Ballon Angioplasty). Sasaran operasi bypass adalah mengurangi gejala
penyakit arteri koroner (termasuk angina), sehingga pasien bisa menjalani
kehidupan yang normal dan mengurangi risiko serangan jantung atau masalah
jantung lain.

C.

Teknik operasi CABG


Awalnya CABG dilakukan dengan memakai mesin jantung paru (heart
lung machine), dengan teknik ini jantung dihentikan berdenyut dengan
memakai obat yang disebut cardioplegic. Jantung benar-benar diam.

Sementara itu urusan peredaran darah dan pertukaran udara diatur oleh mesin
jantung paru. Paru akan mengempis menjadi kira-kira sebesar bola pingpong
bila diremas.
Sekarang, CABG dilakukan dengan teknik operasi tanpa mesin jantung
paru (off pump CABG). Teknik ini dilakukan dalam keadaan jantung
berdenyut normal. Paru-paru pun berfungsi seperti biasa. Dokter bedah
jantung memasang graft dalam keadaan jantung berdenyut.
Proses bedah jantung itu sendiri terdiri atas 2 proses operasi :
1. Pembelahan tulang sternum atau dada depan.
2. Pemasangan pembuluh pintas koroner Coronary Artery Bypass
Grafting (CABG) yang dilakukan dengan menggunakan mesin pompa
jantung paru Terumo Sams 8000 ( On Pump ).
a. On Pump : Menggunakan mesin pompa jantung paru, denyut
jantung diambil alih sementara oleh mesin pompa jantung paru
sehingga peredaran darah di tubuh tetap terjaga dengan baik.
b. Off

Pump:

Tidak

menggunakan

mesin

pompa

tetapi

menggunakan alat bantu untuk menstabilkan fungsi pompa


jantung.
D.

Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan CABG

1.

Diabetes mellitus

2.

Usia yang sudah tua

3.

Penurunan fraksi ejeksi

4.

Infeksi pasca operasi : COPD

5.

Tidak adanya revaskulerisasi dari penyambungan arteri yang


dilakukan

E.

Resiko dan Komplikasi pada CABG

Keseluruhan tingkat kematian mencapai 4 %, selama dan segera setelah


dilakukan CABG 5 10 % pasien mengalami serangan jantung yang menjadi
penyebab kematain utama. Sekitar 5% pasien memerlukan pembedahan ulang
karena terjadi perdarahan, namun pembedahan kedua meningkatkan resiko infeksi
pada dada dan komplikasi pada paru. Stroke terjadi pada 1-2 % pasien, terutama
pada pasien yang berusia tua. Kematian dan komplikasi meningkat sesuai dengan
umur (terutama pada umur diatas 70 tahun), kelemahan fungsi otot jantung,
penyumbatan pada arteri utama, diabetes mellitus, penyakit paru kronis dan gagal
ginjal kronis. Kematian juga dua kali lebih tinggi pada wanita, karena arteri
koroner yang lebih kecil. Arteri yang kecil membuat CABG sulit dilakukan dan
memakan waktu yang lama. Selain itu juga akan menurunkan fungsi jangka
pendek dan jangka panjang dari graft.
F.

Rehabilitasi Pasien Post CABG


1.

Pemulihan tulang dada membutuhkan waktu sekitar enam minggu,


selama masa pemulihan ini, pasien dianjurkan untuk tidak mengangkat
benda atau apapun yang beratnya lebih dari 10 pound.

2.

Pasien bisa kembali melakukan aktivitas seks normal selama bisa


mengatur posisi sehingga tidak menempatkan beban pasangan di dadanya.

3.

Pasien dapat kembali bekerja pada enam minggu pasca


penyembuhan.

4.

Latihan stess rutin dilakukan pada empat sampai enam minggu


pasca penyembuhan CABG dan sebagai tanda mulai program rehabilitasi
jantung.

5.

Rehabilitasi selama 12 minggu yang secara berangsur-angsur terus


meningkat selama satu jam tiga kali seminggu.

6.

Pasien diberi penjelasan untuk mengubah gaya hidupnya untuk


mencegar CAD lebih lanjut, seperti berhenti merokok, mengurangi berat

badan, mengendalikan tekanan darah dan diabetes mellitus serta


menurunkan kadar kolesterol.

G.

Pengkajian Post CABG


1.

Status Neurologi
Tingkat responsivitas, ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya, kekuatan
genggaman dan gerakan ekstrimitas, reflek. Pada CABG dengan arteri
mamaria interna akan mengalami parestesis nervus ulnaris pada sisi yang
sama dengan graft yang diambil, bisa bersifat sementara atau permanen.
Pada CABG dengan arteri gastroepiploika juga akan mengalami illeus
beberapa waktu pasca operasi dam nyeri abdomen selain nyeri dada.

2.

Status Jantung
Frekuensi, irama, suara, jantung, tekanan darah arteri, tekanan darah
central (CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru (PAWP:
pulmonary artery wedge pressure), tekanan atrium kiri (LAP), bentuk
gelombang dari pipa tekanan darah invasif, curah jantung atau indeks,
tahanan pembuluh darah sistemik dan paru, saturasi oksigen arteri paru
( SvO2 ), bila ada drainase rongga dada, dan status serta fungsi pacemaker

3.

Status Respiratori
Gerakan dada, suara nafas, penentuan ventilator (frekuensi, volume tidal,
konsentrasi oksigen, mode (misal, SIMV), tekanan posistif akhir ekspirasi
(PEEP), kecapatan nafas, tekanan ventilator, saturasi oksigen arteri paru
(SaO2), CO2 akhir tidal, pipa drainase rongga dada, gas darah arteri.

4.

Status Pembuluh Darah Perifer


Denyut nadi perifer, sianosis, suhu, edema, kondisi balutan dan pipa
invasif.

5.

Fungsi Ginjal
Haluaran urin, jenis dan osmolaritasnya

6.

Status Cairan Dan Elektrolit


Input, haluaran pipa drainase, semua parameter curah jantung, dan
indikasi ketidakseimbangan elektrolit: hiperkelemia (konfulsi mental,
tidak tenang, mual, lemah, parestesis ektrimitas, disritmia, tinggi
gelombang T puncak, meningkatnya amplitudo, pelebaran kompleks
PQRS, perpanjangan interval QT)
Hipokalemia (intoksikasi digitalis, disritmia : gelombang U, AV Blok,
gelombang T yang datar atau terbalik).
Hiponatremia : lemah, lelah, bingung, kejang, koma
Hipokalsemia : parestesia, spasme tangan dan kaki, kram otot, tetani
Hiperkalsemia : intoksikasi digitalis, asistole

7.

Nyeri
Jenis, lokasi, durasi, (bedakan nyeri bedah dengan angina); aprehensi,
respon terhadap analgetika.

H.
1.

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


Penurunan curah jantung berhubungan dengan kehilangan
darah dan gangguan fungsi myokardium
a. Pantau status cardiovaskuler
b. Observasi perdarahan persisten terus-menerus dan menetap (CVP)
rendah, hipotensi, takikardia, larutan intavena, persiapan pemberian
prosuk darah
c. Observasi adanya temponade jantung
d. Observasi gagal jantung
e. Observasi myokard infark

2.

Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma


pembedahan dada ekstensif

a.

Jaga ventilasi assisi-controlled atau intermitten

b.

Pantau gas darah, volume tidal, tekanan inspirasi puncak, dan


parameter ekstubasi

c.

Auskultasi dada terhadap suara nafas

d.

Tenangkan pasien dan pantau respirasi

e.

Berikan fisioterapi dada

f.

Anjurkan nafas dalam, batuk efektif dan pindah posisi

g.

Lakukan isap lendir dengan teksnik aseptik

3.

Resiko ganggguan keseimbangan cairan dan elektrolit


berhubungan dengan gangguan volume darah
a.

Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

b.

Waspada terhadap perubahan kadar elektrolit serum

4.

Nyeri berhubungan dengan trauma operasi dan iritasi pleura


akibat selang
a.

Catat nyeri

b.

Bantu pasien membedakan nyeri angina dengan nyeri


bedah

c.

Berikan analgetik dan observasi efek samping, letargi,


hipotensi, takikardi, depresi pernafasan

5.

Resiko gangguan perfusi ginjal b.d berkurangnya curah


jantung, hemodialisis, terapi obat vaso presor
a.

Lakukan pengkajian fungsi ginjal

b.

Berikan diuretik kerja cepat atau obat inotropik :


dopamoin, dobutamin

c.

Persiapkan dialisis peritonial atau hemodialisis jika ada


indikasi

6.

Resiko hipernatremia b.d terjadinya infeksi atau sindrom


pasca perikardiotomi
a.

Lakukan pengkajian suhu tiap jam

b.

Gunakan teknik steril saat tindakan

c.

Observasi gejala sindroma pasca perikardiotomi ;


demam, malaise, efusi perikardium, friction-rub perikardial, nyeri sendi

d.

Berikan anti radang sesuai advice dokter

You might also like