You are on page 1of 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM


DOWN PADA ANAK

Disusun oleh :

AHMAD ASYROFUL ANAM


(P17420113001)

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindrom down merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling
banyak terjadi pada manusia. Angka kejadian pada tahun 1994 mencapai 1.0 - 1.2
per 1000 kelahiran dan pada 20 tahun yang lalu dilaporkan 1,6 per 1000 kelahiran.
Kebanyakan anak dengan sindrom down dilahirkan oleh wanita yang berusia datas
35 tahun. Sindrom down dapat terjadi pada semua ras.Dikatakan angka kejadian
pada orang kulit putih lebih tinggi dari orang hitam (Soetjiningsih).
Sumber lain mengatakan bahwa angka kejadian 1,5 per 1000 kelahiran,
ditemukan pada semua suku dan ras, terdapat pada penderita retardasi mental
sekitar 10 %, secara statistik lebih banyak di lahirkan oleh ibu yang berusia lebih
dari 30 tahun, prematur dan pada ibu yang usianya terlalu muda (Staf pengajar Ilmu
Kesehatan Anak FKUI).
Kejadian sindrom down dianggarkan pada 1 setiap 800 hingga 1 setiap 100
kelahiran. Pada 2006, Pusat Kawalan Penyakit (Center for disease control)
menganggarkan kadar sehingga 1 setiap 733 kelahiran hidup di Amerika Serikat.
Sekitar 95% dari penyebab sindrom down adalah kromoson 21.Sindrom berlaku
dikalangan semua ethnic dan semua golongan tahap ekonomi.Memberi kesan
kepada risiko kehamilan bayi dengan sindrom down. Pada Ibu berusia 20 hingga
24, resikonya adalah 1/1490; pada usia 40 resikonya adalah 1/60, dan pada usia 49
resikonya adalah 1/11.
Dari latar belakang diatas, maka penulis akan mencoba membahas tentang
asuhan keperawatan kepada anak dengan sindrom down ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pembahasan tentang diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
tentang Asuhan Keperawatan pada anak dengan Sindroma Down.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pembahasan tentang Sindrom Down pada anak, diharapkan
mahasiswa mampu :
a. Mengetahui definisi Sindrom Down.
b. Mengetahui etiologi Sindrom Down.

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Mengetahui patofisiologi Sindrom Down.


Mengetahui tentang manifestasi klinis Sindrom Down.
Mengetahuipemeriksaan penunjang Sindroa Down.
Mengetahui tumbuh kembang pada anak dengan sindrom down.
Mengetahui dampak hospitalisasi pada anak.
Mengetahui penatalaksanaan Sindrom Down.
Mengetahui asuhan keperawatan Sindrom Down.

BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Syndrom Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik
dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom.
Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling
memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Saharso, 2008).
Sindroma Down adalah individu yang dapat dikenali fenotifnya dan
mempunyai kecerdasan terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21
yang berlebih (Soetjiningsih, 2000).
Sindroma Down (Trisomi 21, Mongolisme) adalah suatu kelainan
kromosom yang menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan
kelainan fisik (medicastore) (Rezki, 2010).
Sindrom Down adalah suatu kumpulan gejala akibat dari abnormalitas
kromosom, biasanya kromosom 21, yang tidak berhasil memisahkan diri selama
meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom (Cahyono, 2009).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sindoma
down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental yang
terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih yang dapat dikenali
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas.
B. Etiologi
Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu terletak
pada kromosom 21, dengan kemungkinan-kemungkinan :
1.
Non disjungtion (pembentukan gametosit)
a. Genetik
Bersifat menurun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian
epidemiologi pada kelurga yang memiliki riwayat sindrom down
akan terjadi peningkatan resiko pada keturunannya.
b. Radiasi
Menurut Uchida (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku
tumbuh kembang anak karangan Soetjiningsih) menyatakan
bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom
down adalah ibu yang pernah mengalami radiasi pada daerah
perut. Sehingga dapat terjadi mutasi gen.
c. Infeksi

Infeksi juga dikaitkan dengan sindrom down, tetapi sampai


saat ini belum ada ahli yang mampu menemukan virus yang
menyebabkan sindrom down ini.
d. Autoimun
Penelitian Fial kow (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku
tumbuh kembang anak karangan Soetjiningsih) secara konsisten
mendapatkan adanya perbedaan antibodi ibu yang melahirkan
anak dengan sindrom down dengan anak yang normal.
e. Usia ibu
Usia ibu diatas 35 tahun juga mengakibatkan sindrom down.
Hal ini disebabkan karena penurunan beberapa hormon yang
berperan dalam pembentukan janin, termasuk hormon LH dan
f.

FSH.
Umur Ayah
Penelitian sitogenetik mendapatkan bahwa 20 30% kasus
penambahan kromosom 21 bersumber dari ayah, tetapi korelasi

2.

tidak setinggi dengan faktor dari ibu.


Gangguan intragametik yaitu gangguan pada gamet, kemungkinan terjadi

3.

translokasi kromosom 21 dan 15.


Organisasi nukleus yaitu sintesis protein yang abnormal sehingga

4.

menyebabkan kesalahan DNA menuju ke RNA.


Bahan kimia juga dapat menyebabkan mutasi gen janin pada saat dalam

5.

kandungan.
Frekuensi koitus akan merangsang kontraksi uterus, sehingga dapat
berdampak pada janin.

C. Patofisiologi
Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang
berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena
diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan nondisjunction pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15.
Syndrom down disebabkan adanya kelainan pada perkembangan kromosom.
Kromosom merupakan serat khusus yang terdapat pada setiap sel tubuh manusia
dan mengandung bahan genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang. Pada bayi

normal terdapat 46 kromosom (23 pasang) di mana kromosom nomor 21 berjumlah


2 buah (sepasang). Bayi dengan penyakit down syndrome memiliki 47 krososom
karena kromosom nomor 21 berjumlah 3 buah. Kelebihan 1 kromosom (nomor 21)
atau dalam bahasa medisnya disebut trisomi-21 ini terjadi akibat kegagalan
sepasang kromosom 21 untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
Trisomi-21 menyebabkan fisik penderita syndrom down tampak berbeda
dengan orang-orang umumnya. Selain ciri khas pada wajah, mereka juga
mempunyai tangan yang lebih kecil, jari-jari pendek dan kelingking bengkok.
Keistimewaan lain yang dimiliki oleh penderita syndrom down adalah adanya garis
melintang yang unik di telapak tangan mereka. Garis yang disebut simian crease ini
juga terdapat di kaki mereka, yaitu antara telunjuk dan ibu jari mereka yang
berjauhan (sandal foot).
D. Manifestasi Klinis
Berat pada bayi yang baru lahir dengan penyakit sindrom down pada
umumnya kurang dari normal, diperkirakan 20% kasus dengan sindrom down ini
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Anak-anak yang menderita
sindroma down memiliki penampilan yang khas:
1.
Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil dengan bagian belakang
2.

kepalanya mendatar (sutura sagitalis terpisah).


Lesi pada iris mata (bintik Brushfield), matanya sipit ke atas dan kelopak

3.

mata berlipat-lipat (lipatanepikantus) serta jarak pupil yang lebar.


Kepalanya lebih kecil daripada normal (mikrosefalus) dan bentuknya

4.

abnormal serta leher pendek dan besar.


Pada
bayi
baru
lahir
kelainan

dapat

berupa Congenital

Heart Failure (kelainan jantung bawaan), kelainan ini yang biasanya


5.

berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal dengan cepat.


Hidungnya datar (Hidung kemek/Hipoplastik), lidahnya menonjol, tebal

6.

dan kerap terjulur serta mulut yang selalu terbuka.


Tangannya pendek dan lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan
seringkali hanya memiliki satu garis tangan pada telapak tangannya.

7.
8.

Telapak tangan ada hanya satu lipatan


Jarak ibu jari kaki dengan jari kedua lebar.
Jari kelingking hanya terdiri dari dua buku dan melengkung ke

9.

dalam (Plantar Crease).


Telinganya kecil dan terletak lebih rendah

10.

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (hampir semua penderita

11.
12.
13.
14.

Sindrom Down tidak pernah mencapai tinggi rata-rata orang dewasa)


Keterbelakangan mental.
Hiper fleksibilitas
Bentuk palatum yang tidak normal
Kelemahan otot
Namun tidak semua ciri ciri di atas akan terpenuhi pada penderita penyakit

sindrom down, berdasarkan penelitian terakhir orang dengan penyakit sindrom


down juga dapat mengukir prestasi seperti kebanyakan orang yang normal.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik digunakan ntuk mendeteksi adanya kelainan
sindrom down, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan
diagnosa ini, antara lain:
1.
Pemeriksaan fisik penderita
2.
Pemeriksaan kromosom (Kariotip manusia biasa hadir sebagai 46
autosom+XX atau 46 autosom+XY, menunjukkan 46 kromosom dengan
aturan XX bagi betina dan 46 kromosom dengan aturan XY bagi jantan,
tetapi pada sindrom down terjadi kelainan pada kromosom ke 21 dengan
bentuk trisomi atau translokasi kromosom 14 dan 22). Kemungkinan
terulang pada kasus (trisomi adalah sekitar 1%, sedangkan translokasi
3.

kromosom 5-15%)
Ultrasonograpgy (didapatkan brachycephalic, sutura dan fontela terlambat

4.

menutup, tulang ileum dan sayapnya melebar)


Echocardiogram untuk mengetahui ada tidaknya kelainan jantung bawaan

5.

mungkin terdapat ASD atau VSD.


Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical blood sampling) salah satunya
adalah dengan adanya leukemia akut menyebabkan penderita semakin
rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring

6.

serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.


Penentuan aspek keturunan
Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan cairan amnion atau korion pada
kehamilan minimal 3 bulan, terutama kehamilan diusia diatas 35 tahun

keatas
7.
Pemeriksaan dermatoglifik yaitu lapisan kulit biasanya tampak keriput.
F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang


paling efektif untuk mengatasi kelainan ini. Pada tahap perkembangannya penderita
syndrome down juga dapat mengalami kemunduran dari sistim tubuhnya. Dengan
demikian penderita harus mendapatkan support maupun informasi yang cukup serta
kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan
kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Hal yang dapat
dilakukan antara lain :
1.
Penanganan Secara Medis
a. Pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi
adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita
lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung
tersebut.
b. Pemeriksaan Dini
1. Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal
kelahiran, sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini sejak
awal kehidupannya.
2. Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli mata
c. Pemeriksaan Nutrisi
Pada perkembangannya anak dengan sindrom down akan
mengalami gangguan pertumbuhan baik itu kekurangan gizi pada
masa bayi dan prasekolah ataupun kegemukan pada masa sekolah
dan dewasa, sehingga perlu adanya kerjasama dengan ahli gizi.
d. Pemeriksaan Radiologis
Diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa
keadaan
2.

tulang

yan

dianggap

sangat

mengganggu

atau

mengancam jiwa (spina servikalis)


Pendidikan
a. Pendidikan khusus
Program khusus untuk menangani anak dengan sindrom
down adalah membuat desain bangunan dengan menerapkan

konsep rangsangan untuk tempat pendidikan anak-anak down's


syndrome. Ada tiga jenis rangsangan, yakni fisik, akademis dan
sosial.Ketiga rangsangan itu harus disediakan di dalam ruangan
maupun di luar ruangan. Hal ini diharapkan anak akan mampu
melihat

dunia

sebagai

sesuatu

yang

menarik

untuk

mengembangkan diri dan bekerja.


b. Taman bermain atau taman kanak kanak
Rangsangan secara motorik diberikan melalui pengadaan
ruang berkumpul dan bermain bersama (outdoor) seperti :
Cooperative Plaza untuk mengikis perilaku pemalu dan

penyendiri.
Mini Zoo dan Gardening Plaza adalah tempat bagi anak
untuk bermain bersama hewan dan tanaman

c. Intervensi dini.
Pada akhir akhir ini terdapat sejumlah program intervensi
dini yang dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk
memberikan lingkungan bagi anak dengan sindrom down.Akan
mendapatkan manfaat dari stimulasi sensori dini, latihan khusus
untuk motorik halus dan kasar dan petunjuk agar anak mau
berbahasa. Dengan demikian diharapkan anak akan mampu
menolong diri sendiri, seperti belajar makan, pola eliminasi,
mandi dan yang lainnya yang dapat membentuk perkembangan
3.

fisik dan mental.


Penyuluhan terhadap orang tua
Diharapkan penjelasan pertama kepada orang tua singkat, karena
kita memandang bahwa perasaan orang tua sangat beragam dan kerena
kebanyakan orang tua tidak menerima diagnosa itu sementara waktu, hal
ini perlu disadari bahwa orang tua sedang mengalami kekecewaan. Setelah
orang tua merasa bahwa dirinya siap menerima keadaan anaknya, maka
penyuluhan yang diberikan selanjutnya adalah bahwa anak dengan
sindrom down itu juga memiliki hak yang sama dengan anak normal
lainnya yaitu kasih sayang dan pengasuhan.

Pada pertemuan selanjutnya penyuluhan yang diberikan antra lain :


Apa itu sindrom down, karakteristik fisik dan antisipasi masalah tumbuh
kembang anak. Orang tua juga harus diberi tahu tentang fungsi motorik,
perkembangan mental dan bahasa.Demikian juga penjelasan tentang
kromosom dengan istilah yang sederhana, informasi tentang resiko
kehamilan berikutnya.
G. Pencegahan Sindrom Down
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit sindrom down antara
lain :
a. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom
melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan
awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak
dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus
dengan hati-hati memantau perkembangan janinnya karena mereka
memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.
Sindrom down tidak bisa dicegah, karena sindrom down merupakan
kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlah
kromosom 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3. Penyebabnya masih
tidak diketahui pasti, yang dapat disimpulkan sampai saat ini adalah
makin tua usia ibu makin tinggi risiko untuk terjadinya Down Syndrom.
Diagnosis

dalam

kandungan

bisa

dilakukan,

diagnosis

pasti

dengan analisis kromosom dengan cara pengambilan CVS (mengambil


sedikit bagian janin padaplasenta) pada kehamilan 10-12 minggu atau
amniosentesis (pengambilan air ketuban) pada kehamilan 14-16 minggu.
b. Konseling genetik juga menjadi alternatif yang sangat baik, karena dapat
menurunkan angka kejadian sindrom down. Dengan Gene targeting atau
Homologous recombination gene dapat dinon-aktifkan. Sehingga suatu
saat gen 21 yang bertanggung jawab terhadap munculnya fenotif sindrom
down dapat dinon-aktifkan.
H. Konsep Tumbuh dan Kembang
1.
Pengertian
Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah ukuran sedangkan
Perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara

bertahap dari tingkat yang paling rendah ketingkat yang paling tinggi dan
komplek melalui proses maturasi dan pembelajaran (Whaley & Wong :
2000, cit Supartini : 2004).
Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan ukuran tubuh yang dapat
diukur dengan meter atau centimeter untuk tinggi badan dan kilogram atau
gram untuk berat badan, sedangkan perkembangan sebagai peningkatan
keterampilan dan kapasitas anak untuk berfungsi secara bertahap dan terus
menerus (Marlow :1998, cit Supartini : 2004)
Melihat uraian kedua pendapat di atas maka dapat di simpulkan
bahwa pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,
yaitu secara bertahap anak akan semakin bertambah berat dan tinggi.
Sedangkan perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara simultan
dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi,
yang di hasilkan melalui proses pematangan dan proses belajar dari
lingkunganya.
2.
Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Menurut Wong (2000), setiap individu berbeda dalam proses
pertumbuhan

3.

dan

perkembanganya

karena

pertumbuhan

dan

perkembangan anak di pengaruhi oleh beberapa faktor


a. Faktor herediter :
1) Jenis kelamin
2) Ras
3) Kebangsaan
b. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Pranatal
2) Pengaruh Budaya
3) Status sosial dan ekonomi keluarga
4) Nutrisi
5) Iklim atau cuaca
6) Olahraga/latihan fisik
7) Posisi anak dalam keluarga
c. Faktor Internal
1) Kecerdasan
2) Pengaruh hormonal
3) Pengaruh Emosi
Periode Perkembangan Anak
Wong (2000) mengemukakan perkembangan anak secara umum
terdiri atas tahapan prenatal, peride bayi, masa kanak kanak awal, masa

kanak kanak pertengahan masa kanak kanak akhir. Berikut ini akan
diuraikan setiap periode perkembangan anak.
a. Periode prenatal
Periode ini terdiri atas fase germinal, embrio, dan fetal.
Fase germinal, yaitu mulai dari konsepsisampai kurang lebih usia
kehamilan 2 minggu. Fase embrio mulai dari usia kehamilan 2
minggu sampai 8 minggu dan periode fetal mulai dari 8 minggu
sampai 40 minggu atau kelahiran. Pada periode ini terjadi
pertumbuhan yang sangat cepat dan sangat penting karena terjadi
pembentukan organ dan system organ anak.
b. Periode bayi
Periode ini terbagi atas neonates dan bayi. Neonatus adalah
sejak lahir (0 hari) sampai 28 hari. Di atas 28 hari sampai usia 12
bulan termasuk kategori periode bayi. Pada periode ini,
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada aspek
kognitif, motorik, dan social pembentuktian rasa percaya pada diri
anak melalui perhatian dan pemenuhan kebutuhan dasar dari orang
c.

tua.
Periode anak-anak awal
Peride ini terdiri atas usia anak 1 sampai 3 tahun yang di
sebut dengan toddler dan prasekolah yaitu antara 3 sampai 6
tahun. Toddler menunjukan perkembangan motorik yang lebih
lanjut dan anak menunjukan kemampuan aktivitas lebih banyak
bergerak, pengembangan rasa ingin tahu, dan eksplorasi terhadap
benda di sekelilingnya.

d. Periode kanak-kanak pertengahan

Periode ini di mulai pada usia 6tahun sampai 11tahun atau


12tahun, dengan pertumbuhan anak laki laki sedikit lebih meningkat
dari pada perempuan, dan perkembangan mototrik lebih sempurna.
Untuk hal ini anank membutuhkan aktifitas yang regular kurang
lebih 4 sampai 5jam perhari.periode ini dikenal sebagi usia sekolah
yaitu anak mempunyai lingkungan lain selain keluarga, terutama
sekolah. Anak banyak mengenbangkan kemampuan interaksi social,
belajar tentang nilai moral dan budaya dari lingkunagn selqain
keluarganya.
e. Periode kanak kanak akhir
Periode ini merupakan fase transisi, yaitu anak mulai
memasuki remaja,pada usia 11 atau12 tahun sampai 12 tahun.
Anak perempuan mulai memasuki fase prapubertas pada usia 11
tahun, sedangkan anak laki laki 12 tahun. Perkembangan yang
mecolok pada periode ini adalah kematangan identitas seksual
dengan

berkembangnya

organ

reproduksi

dan pencapaian

identitas diri anak sebagai remaja yang akan meninggalkan masa


kanak-kanak dan memasuki perkembangan sebagai orang dewasa,
4.

terutama pada fase remaja akhir.


Teori-Teori Perkembangan :
a. Perkembangan Psikososial (Erikson)
1) Percaya Vs tidak percaya (0-1 thn)
Penanaman rasa percaya adalah hal yang sangat
mendasar pada fase ini. Belaian cinta kasih ibu
dalam memberikan perhatian dan memenuhi

kebutuhan dasar anak


Anak akan mengembangkan rasa tidak percaya pada
orang lain apabila pemenuhan keb dasar tidak

terpenuhi
2) Otonomi Vs rasa malu dan ragu ( 1-3 tahun)
Perkembangan otonomi berpusat pada kemampuan
anak untuk mengontrol tubuh dan lingkungannya.
3) Anak akan meniru perilaku orang lain di sekitarnya

Rasa malu da ragu akan timbul apabila anak di paksa


oleh orang tuanya atau orang dewasa untuk berbuat

yang dikenhendakinya.
4) Inisiatif Vs rasa bersalah (3 samapi 6 tahun)
Perkembangan Inisiatif diperoleh dengan cara

mengkaji lingkungan melalui kemampuan indranya


Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila

anak tidak mampu berprestasi shg mereka tidak puas


5) Industry Vs Inferiority (6-12 tahun)
Anak akan belajar bekerjasama dan bersaing dengan
anaka lainnya melalui keg yang dilakukan baik

didalam keg akademik maupun pergaulan


Perasaan akan rendah diri akan berkembang apabila
anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkungannya

dan anak tidak berhasil memenuhinya.


6) Identitas Vs kerancun peran (12-18 tahun)
Anak remaja akan berusaha untuk menyesuaikan
perannya sebagai anak yang sedang berada pada fase

transisi
Ketidakmampuan dalam mengatasi konflik akan
menimbulkan kerancuan peran yang harus
dijalankan

b. Perkembangan Intelektual (Piaget)


1) Tahap sensorik-motorik (0-2 tahun)
Bayi belajar dan mengembangkan kemampuan sensorik
motorik dengan dikondisikan oleh lingkungannya.
2) Praoperasional (2 7 Tahun)
Pada anak usia 2-3 tahun anak berada diantara sensorik
motorik

dan

praoperasional,

yaitu

anak

mulai

menembangkan sebab akibat


Anak prasekolah (3-6 tahun) mempunyai tugas untuk

menyiapkan diri memasuki dunia sekolah.


3) Concrete opresional (7-11 tahun)

Anak mampu mengklasifikasi benda dan perintah dan


menyelesaikan masalah secara konkret dan sistematis

berdasarkan apa yang mereka terima dari lingkungannya.


4) Formal Operation (11-15 tahun)
Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan
kemampuan untuk fleksibel terhadap lingkunga
c. Perkembangan Psikoseksual (Freud)
1) Fase Oral (0-11 bln)
Masa bayi sumber kesenangan anak terbesar berpusat pada
aktivitas oral. Hambatan atau ketidakpuasan dalam
pemenuhan kebutuhan oral akan mempengaruhi fase

perkembangan.
Penanaman identitas gender pada bayi dimulai dengan

adanya perlakuan ibu atau ayah yang berbeda.


2) Fase Anal (1-3 tahun)
Anak senang menahan feses.Toilet training adalah waktu
yang tepat dilakukan pada periode ini.
3) Fase Falik (3-6 tahun)
Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin
perempuan

dan

laki2

dengan

mengetahui

adanya

perbedaan alat kelamin.Orang tua harus bijak dalam


memberi penjelasan tentang hal ini sesuai dengan
kemampuan perkembangan kognitifnya.
4) Fase Laten (6 12 Tahun)
Anak menggunakan energi fisik dan psikologis yang
merupakan media untuk menekplorasi pengetahuan dan
penagalamnnya

melalui

aktivitas

fisik

maupun

sosialnya.Pertanyaan anak tentang seks semakin banyak,


mengarah pada sistem reproduksi.Orang tua harus
bijaksana dalam merespon.
5) Fase Genital (12-18 tahun)
fase pubertas yaitu dengan adanya proses kematangan
5.

organ reproduksi dan produksi hormon seks.


Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur :

a. Usia 0-3 bulan :


Mampu menggerakkan kedua tungkai dan lengan dengan
mudah.
Memberi reaksi dengan melihat.
Mengeluarkan suara.
Membalas senyuman.
b. Usia 2-6 bulan :
Mengangkat kepala dengan tegag pada posisi telungkup.
dapat menggenggam benda yang disentuhkan pada
punggung/ujungjari.
Mencari sumber suara yang keras.
Membalas senyuman.
c. Usia 6-9 bulan :
Bila didudukkan, dapat mempertahankan posisi duduk dengan
kepala tegak.
Meraih benda yang menarik.
Tertawa/berteriak bila melihat benda yang menarik.
Takut pada orang lain yang belum dikenal.
d. Usia 9-12 bulan :
Mampu berdiri dengan berpegangan.
Dapat mengambil benda kecil.
Dapat mengatakan Papa, Mama
Bermain ciluk ba.
e. Usia 12-18 bulan :
Berjalan sendiri tanpa jatuh.
Dapat mengambil benda kecil sebesar biji jagung, dengan ibu
jari dan telunjuk.
Dapat mengucapkan keinginan secara sederhana.
Minum dari gelas sendiri tanpa tumpah.
f. Usia 18-24 bulan :
Dapat menendang bola.
Mencoret-coret dengan alat tulis.
Menunjuk bagian tubuh dengan benar.
Meniru pekerjaan rumah tangga.
g. Usia 2-3 tahun :
Berjalan naik turun tangga.
Mampu melepas pakaian sendiri.
Menyebut nama sendiri.
Makan dan minum sendiri.
h. Usia 3-4 tahun :
Berdiri di atas satu kaki.

Menggambar bentuk lingkaran.


Menyebut nama orang lain.
BAB dab BAK sendiri pada tempatnya.
i. Usia 4-5 tahun :
Melompat dengan satu kaki.
Berpakaian sendiri.
Bisa bercerita.
j. Usia 5-6 tahun :
Menangkap bola.
Mengenal dan mematuhi peraturan sederhana.
k. Usia 6-12 tahun :
Laki-laki lebih aktif dari pada wanita.
Mencari lingkungan yang lebih luas.
Belajar di bangku sekolah dan interaksi dengan lingkungan
l.

sekolah.
Usia 12-18 tahun :
Seluruh system tubuh berkembang dengan sempurna.
Bersosialisasi dalam kelompok teman sebaya.
Remaja awal, orang tua masih berperan penting baik fisik,

sosial maupun emosional.


Pertengahan remaja, anak berubah jadi mandiri.
Remaja akhir, anak memperlihatkan peran mandiri dalam

masyarakat/kelompoknya.
Prinsip-Prinsip Tumbuh Kembang
Pertumbuhan adalah proses yang terus menerus yang

ditentukan beberapa factor


Semua tumbang manusia mengikuti pola yang sama
Belajar dapat merupakan salah satu bantuan atau gangguan

proses kedewasaan
Perkembangan bagian lain mempunyai kaakteristik sendiri.
Tumbang terjadi dari atas kebawah, dari tengah kebagian

samping tubuh
Tumbang semakin bertambah dengan berbagai perbedaan.
(Supartini, 2004)

6.

Pertumbuhan Anak Sindroma Down


Anak anak penderita sindroma down / mongoloid memiliki
keterlambatan pada hubungan social, motorik, serta kognitifnya, sehingga
dapat dikatakan bahwa anak ini mengalami keterlambatan pada semua
aspek

kehidupannya.

Tetapi

anak

yang

menderita

sindroma

down tingkatan yang berbeda beda, yaitu dari tingkatan yang tinggi
hingga yang paling rendah. Pada segi intelektualnya, anak sindroma down
dapat menderita retardasi mental tetapi juga ada anak dengan intelegensi
normal, tetapi kebanyakan anak dengan sindrom down memiliki reterdasi
dengan tingkat ringan hingga sedang. Pada perkembangan tubuhnya, anak
sindrom down bisa sangat pendek tetapi bisa sangat tinggi. Serta anak
sindrom down bisa menjadi sangat aktif dan juga bisa menjadi sangat
pasif. Sekalipun demikian kecepatan pertumbuhan anak dengan sindrom
down lebih lambat dibandingkan dengan anak yang normal, sehingga
perlu

dilakukan

pemantauan

terhadap

pertumbuhannya

secara

berkelanjutan. Kita perlu memantau kadar hormone tiroid bila


pertumbuhan anak tidak sesuai dengan usia. Selain itu kita juga dapat
memantau perkembangan organ organ pencernaan, mungkin terdapat
kelainan didalamnya atau mungkin terdapat kelainan pada organ jantung
yaitu penyakit jantung bawaan.
I. Dampak Hospitalisasi Pada Anak
Hospitalisasi adalah perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas,
marah, sedih, dan rasa bersalah (Wong :2000, cit Supartini : 2004)
Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang tua mengalami kecemasan
yang tinggi saat perawatan anaknya di rumah sakit walaupun beberapa orang tua
juga di laporkan tidak mengalaminya karena perawatan anak dirasakan dapat
mengatasi permasalahanya (Hallstrom dan Elander, 1997, Brewis, E, 1995, cit
Supartini : 2004)
Dari beberapa pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa hospitalisasi
merupakan suatu proses yang karena suatu ontrol yang berencana atau darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangannya kembali ke rumah.

a. Masa bayi (0 sampai 1 tahun)


Masalah yang utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan
dengan orang tua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan
kasih sayang. Pada anak usia lebih dari enam bulan terjadi stranger
anxiety atau cemas apabila behadapan dengan orang yang tidak dikenalnya
dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada anak usia ini
adalah menangis, marah, dan banyak melakukan gerakan sebagai
sikap stranger anxiety.
b. Masa Todler (2 sampai 3 tahun)
Anak usia toddler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan
sumber stresnya. Sumber ontro yang utama adalah cemas akibat
perpisahan.Respon perilaku anak sesuai dengan tahapannya, yaitu tahap
protes, putus asa, dan pengingkaran (denial).
c. Masa Prasekolah (3 sampai 6 tahun)
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari
lingkungan

yang

menyenangkan,

dirasakannya

yaitu

aman,

lingkungan

penuh

rumah,

kasih

permainan,

sayang,
dan

dan
teman

sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak usia


prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis
walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.
Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap
dirinya, mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anak
merasa kehilangan kekuatan diri, sering kali dipersepsikan sebagai
hukuman sehingga anak akan merasa malu, bersalah, atau takut. Ketakutan
anak terhadap perlukaan muncul karena anak mengganggap tindakan dan
prosedurnya mengancam integritas tubuhnya.
d. Masa Sekolah (6 sampai 12 tahun)
Perawatan anak di rumah sakit

memaksa

anak

untuk

berpisah dengan lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama


kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan ontrol
berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan
kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau
pergaulan ontro, perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik. Anak

usia sekolah sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu
dengan menggigit bibir dan/atau menggigit dan memegang sesuatu dengan
erat.
e. Masa Remaja (12 sampai 18 tahun)
Anak usia remaja mempresepsikan perawatan di rumah sakit
menyebabkan timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan
teman sebayanya. Perbatasan aktivitas di rumah sakit membuat anak
kehilangan ontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga
atau petugas kesehatan di rumah sakit.Reaksi yang sering muncul terhadap
pembatasan aktivitas ini adalah dengan menolak perawatan atau tindakan
yang dilakukan padanya atau anak tidak mau kooperatif dengan petugas
kesehatan atau menarik diri dari keluarga, pasien dan pertugas kesehatan
(isolasi).(Supartini, 2004)
J. Proses Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Lakukan pengkajian fisik
b.
Lakukan pengkajian perkembangan
c.
Dapatkan riwayat keluarga, terutama yang berkaitan dengan usia ibu atau
d.

anak lain mengalami keadaan serupa


Observasi adanya manifestasi Sindrom Down:
1)
Karakeristik Fisik (Paling sering terlihat)
Tengkorak bulat kecil dengan oksiput datar
Lipatan epikantus bagian dalam dan fisura palpebra serong (mata

2)

miring ke atas dan keluar)


Hidung kecil dengan batang hidung tertekan kebawah (hidung

sadel)
Lidah menjulur kadang berfisura
Mandibula hipoplastik (membuat lidah tampak besar)
Palatum berlengkung tinggi
Leher pendek tebal
Muskulatur Hipotonik (perut buncit, hernia umbilikus)
Sendi hiperfleksibel dan lemas
Tangan dan kaki lebar, pandek tumpul.
Garis simian (puncak transversal pada sisi telapak tangan
Intelegensia / pemikiran
Bervariasi dan retardasi hebat sampai intelegensia normal rendah
Umumnya dalam rentang ringan sampai sedang
Kelambatan bahasa lebih berat daripada kelambatan kognitif

3)

Anomaly congenital (peningkatan insiden)


Penyakit jantung congenital (paling umum)
Defek lain meliputi: agenesis renal, atresia duodenum, penyakit
hiscprung,

fistula

Ketidakstabilan

esophagus,

vertebra

servikal

subluksasi
pertama

pinggul.
dan

kedua

(ketidakstabilan atlantoaksial)
Masalah Sensori (seringkali berhubungan)
Kehilangan pendengaran konduktif (sangat umum)
Strabismus
Myopia
Nistagmus
Katarak
Konjungtivitis
5)
Pertumbuhan dan perkembangan seksual
Pertumbuhan tinggi badan dan BB menurun, umumnya obesitas
Perkembangan seksual terhambat, tidak lengkap atau keduanya
Infertile pada pria, wanita dapat fertile
Penuaan premature umum terjadi, harapan hidup rendah
2.
Masalah Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Resiko Cidera
c. Kurangnya interaksi social
3.
Rumusan Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
4)

dengan kesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur


dan mulut terbuka
b. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan kelemahan otot
c. Kurangnya interaksi sosial anak berhubungan dengan keterbatasan
4.

fisik dan mental


Fokus Intervensi Keperawatan
Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan karena lidah
yang menjulur dan palatum yang tinggi.
a. Tujuan : kesulitan pemberian makan pada masa bayi menjadi
minimal
b. Intervensi:
1) Hisap hidung setiap kali sebelum pemberian makan, bila
perlu
Untuk menghilangkan mucus

2) Jadwalkan pemberian makan sedikit tapi sering: biarkan


anak untuk beristirahat selama pemberian makan
Karena menghisap dan makan sulit dilakukan dengan
pernapasan mulut
3) Berikan makanan padat dengan mendorongnya ke mulut
bagian belakang dan samping
Karena refleks menelan pada anak dengan sindrom down
kurang baik
4) Hitung kebutuhan

kalori

untuk

memenuhi

energy

berdasarkan tinggi dan berat badan


Memberikan kalori kepada anak sesuai dengan kebutuhan
5) Pantau tinggi dan BB dengan interval yang teratur
Untuk mengevaluasi asupan nutrisi
6) Rujuk ke spesialis untuk menentukan masalah
makananyang spesifik
Mengetahui diit yang tepat
Risiko tinggi cedera b/d kelemahan otot
a.
Tujuan : Mengurangi risiko terjadinya cedera pada pasien
b.

dengan sindrom down


Intervensi:
1) Anjurkan aktivitas bermain dan olahraga yang sesuai
dengan maturasi fisik anak, ukuran, koordinasi dan
ketahanan
Untuk menhindari cedera
2) Anjurkan anak untuk dapat berpartisipasi dalam olahraga
yang dapat melibatkan tekanan pada kepala dan leher
Menjauhkan anak dari factor resiko cedera
3) Ajari keluarga dan pemberi perawatan lain (mis: guru,
pelatih) gejala instabilitas atlatoaksial
Memberikan perawatan yang tepat
4) Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda kompresi
medulla spinalis (nyeri leher menetap, hilangnya
ketrampilanmotorik

stabil

dan

control

kandung

kemih/usus, perubahan sensasi)


Untuk mencegah keterlambatan pengobatan
Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan mental
yang mereka miliki.
a.
Tujuan: kebutuhan akan sosialisasi terpenuhi
b.
Intervensi:

1) Motivasi orang tua agar memberi kesempatan anak untuk


bermain

dengan

teman

sebaya

agar

anak

mudah

bersosialisasi
Pertukem anak tidak semaikin terhambat
2) Beri keleluasaan / kebebasan pada anak untuk berekspresi
Kemampuan berekspresi diharapkan dapat menggali
potensi anak(Doengoes, 2000)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom Down adalah kecacatan kromosom bercirikan kehadiran bahan
genetik salinan tambahan kromosom pada keseluruhan trisomi 21 atau
sebahagian, disebabkan translokasi kromosom (wikipedia melayu).Anak dengan
sindrom down adalah individu yang dapat dikenali dari fenotipnya dan
mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom 21
yang berlebihan (Soetjiningsih).
Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang
berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down.Karena
diperjirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan nondisjunction pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal
ini dapat mempengaruhi pada proses menua.
B. Saran
Dalam melakukan perawatan pada anak dengan syndrome down, seorang
perawat harus mempu mengajak keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam setiap
kegiatan keperawatan.Hal ini ditujukan untuk memberikan pendidikan kepada
keluarga karena setelah keluar dari rumah sakit maka keluargalah yang dituntut
untuk bisa melakukan perawatan home care.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman (2000), Nelson Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta


Cahyono, (2009). Down Syndrom pada Anak.
http://varyaskep.wordpress.com/2009/01/21/down-syndrom-pada-anak/. Diakses

tanggal 15 Januari 2015 pukul 22.00 WIB


Darto, Saharso (2010). Sindroma Down, http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=061214-

irky208.htm. Diakses tanggal 15 Januari 2015 pukul 22.00 WIB


Doengoes (2000), Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta


Mualim, Rezki (2010). Sindrom Down Sindrom Trisomi
21, http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/sindrom-down-sindrom-trisomi-

21.html . Diakses tanggal 15 Januari 2015 pukul 22.00 WIB


Soetjiningsih, (2000),Tumbuh Kembang Anak , EGC, Jakarta
Supatini, Yupi (2004), Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta
Wong, Donna L, (2003), Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatrik Edisi 4, EGC,
Jakarta

You might also like