Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau
dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/ asuhan antenatal.1 Pemerintah Indonesia telah mencanangkan Making
Pregnancy Safer (MPS) yang merupakan bagian dari Safe Motherhood, yang
bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) dengan pelaksanaan sesuai dengan tiga kunci MPS, yaitu: (1) Setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, (2) Setiap komplikasi
obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang akurat, (3) Setiap wanita subur
mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan
penanganan komplikasi keguguran (Depkes RI, 2003).2
Upaya penurunan kematian ibu merupakan salah satu prioritas pembangunan
di bidang kesehatan di Indonesia. Diketahui, setiap satu jam dua orang ibu di
Indonesia meninggal saat melahirkan karena berbagai penyebab (Hapsari, 2004).
Rendahnya pengetahuan ibu terhadap kesehatan reproduksi dan pemeriksaan
kesehatan selama kehamilan diperkirakan menjadi penyebab tingginya kematian ibu
selain pelayanan dan akses mendapatkan pelayanan kesehatan yang buruk.
(Sudhaberata, 2006).3
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
angka kematian maternal di Indonesia mencapai 248/ 100.000 kelahiran hidup.4
Angka ini menurun dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002-2003 yang mencapai
307/ 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian maternal di Indonesia, tertinggi di
antara negara-negara Association of South East Nations (ASEAN).5 Departemen
Kesehatan menargetkan tahun 2010 angka kematian ibu turun menjadi 125 per
100.000 kelahiran hidup.6 Kecenderungan yang ada, AKI terus menurun, namun perlu
upaya dan kerja keras untuk mencapai target MDG sebesar 102 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015.7
Target pencapaian kegiatan ANC menurut Depkes RI 2008 Kunjungan
antenatal ke-1 (K1) sebesar 92,9% dan tahun 2010 sebesar 95%. 8 Menurut Riset
Kesehatan Dasar (Riskesda) 2010 sebanyak 83,8% perempuan berusia 10-59 tahun
melakukan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan, 9,9% oleh tenaga
kesehatan dan dukun, 3,2% oleh dukun, dan 3% tidak diperiksa dengan cakupan akses
K1 sebesar 92,7%, K1 trimester I 72,3%, dan cakupan kunjungan antenatal ke-4 (K4)
61,4%.9
Berdasarkan data yang ada di Dinas Kesehatan Kota Semarang, pada tahun
2009 cakupan ibu hamil K1 sudah mencapai 100, 92% dan K4 94%. 1 Menurut
Riskesda 2010 di Jakarta akses K1 mencakup 97,9%, K1 trimester I 89,2%, dan K4
sesuai pola 1-1-2 hanya 84,3%.9
Menurut penelitian Dwi Asihani di Rumah Bersalin Permata Bunda Sragen
pada tahun 2009, diperoleh hasil bahwa kunjungan ANC hanya dipengaruhi 28,3%
pengetahuan dan sikap ibu hamil.1 Berdasarkan penelitian oleh Adri tahun 2008 di
Puskesmas Runding kota Subulussalam propinsi Aceh didapatkan gambaran adanya
hubungan antara pengetahuan (52%), sikap (63,3%), dan perilaku (73,5%) ibu yang
baik terhadap ANC.8 Penyebab kurangnya pencapaian target kunjungan ibu hamil
dalam rangka ANC ini tentu saja sangat kompleks, namun pada dasarnya dominan
berkaitan dengan faktor penyedia pelayanan ANC di satu pihak dan ibu hamil di lain
pihak.10 Menurut penelitian Yanti, Sudjoko, dan Rumawat di Puskesmas Pembantu
Flamboyan Palangkaraya Kalimantan Tengah pada tahun 2005, diperoleh hasil tidak
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan
melakukan ANC. Sedangkan penelitian Iksaruddin di Puskesmas Pintas Tuo
Kabupaten Tebo Propinsi Jambi, diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara
pengetahuan ibu dengan kunjungan ANC sebesar 65,2%, sedangkan akses jarak, biaya
transportasi, dan biaya pelayanan tidak ada hubungan yang bermakna.1
Masih sedikitnya data mengenai hubungan antara pengetahuan, sikap dan
perilaku ibu terhadap ANC serta faktor- faktor yang berhubungan di Jakarta terutama
di Jakarta Timur maka penelitian ini perlu dilakukan.
I.2. Rumusan Masalah
Dengan
memperhatikan
latar
belakang
di
atas,
dapat
dirumuskan
3. Di Semarang, pada tahun 2009 cakupan ibu hamil K1 sudah mencapai 100,92%
dan K4 94%.
4. Menurut Riskesda 2010 di Jakarta akses K1 mencakup 97,9%, K1 trimester I
89,2%, dan K4 sesuai pola 1-1-2 hanya 84,3%.
5. Menurut penelitian Dwi Asihani di Rumah Bersalin Permata Bunda Sragen pada
tahun 2009, diperoleh hasil bahwa kunjungan ANC hanya dipengaruhi 28,3%
pengetahuan dan sikap ibu hamil
6. Berdasarkan penelitian oleh Adri tahun 2008 di Puskesmas Runding kota
Subulussalam propinsi Aceh didapatkan gambaran adanya hubungan antara
pengetahuan (52%), sikap (63,3%), dan perilaku (73,5%) ibu yang baik terhadap
ANC.
7. Penelitian Yanti, Sudjoko, dan Rumawat di Puskesmas Pembantu Flamboyan
Palangkaraya Kalimantan Tengah pada tahun 2005, diperoleh hasil tidak ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan
melakukan ANC.
8. Penelitian Iksaruddin di Puskesmas Pintas Tuo Kabupaten Tebo Propinsi Jambi,
diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kunjungan
ANC sebesar 65,2%,
9. Masih sedikitnya penelitian tentang pengetahuan, sikap dan perilaku ibu terhadap
ANC di Jakarta.
I.3 Tujuan Penelitian
I.3.1
Tujuan Umum
Agar semua ibu dapat mempunyai kesehatan yang optimal pada waktu
hamil, menyusui, dan pada masa nifas serta melahirkan anak dengan selamat
dan memelihara anaknya.
I.3.2
Tujuan Khusus
menurut
pengetahuan,
sikap,
perilaku,
1. Menerapkan
ilmu
pengetahuan
yang
telah
diperoleh
saat
kuliah
dan
1. Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan yang diberikan sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan yaitu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atau
triplet).
Proses
kehamilan
merupakan
mata
rantai
yang
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan janinnya oleh tenaga profesional meliputi
pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal 4 kali
pemeriksaan selama kehamilan: 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2
kali pada trimester III. Dengan pemeriksaan ANC pada ibu dapat dideteksi sedini
mungkin sehingga diharapkan ibu dapat merawat dirinya selama hamil dan
mempersiapkan persalinannya. Pentingnya pelayanan ANC karena setiap kehamilan
dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya
mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya (Manuaba, 2001).8
II.1.1 Definisi Antenatal Care
ANC merupakan salah satu asuhan yang diberikan untuk ibu hamil sebelum
melahirkan dengan cara memeriksakan kepada dokter, bidan, atau puskesmas yang
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan menyusui, dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar (Manuaba, 2001).11
II.1.2 Tujuan Antenatal Care
Tujuan dilakukannya pemeriksaan ANC menurut acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal (2001) adalah sebagai berikut:12
26%
wanita
dengan
kelahiran
hidup
mengalami
komplikasi
Indonesia Sehat 2010, telah dicanangkan strategi Making Pregnancy Safer (MPS)
dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi
baru lahir.13
Ada empat strategi utama bagi upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu.
Pertama, meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir yang berkualitas dan cost effective. Kedua, membangun kemitraan yang efektif
melalui kerja sama lintas program, lintas sektor, dan mitra lainnya. Ketiga,
mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan dan
perilaku sehat. Keempat, mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin
penyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu dan bayi baru lahir. Strategi MPS
memiliki tiga pesan kunci, yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan yang
memadai dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan, dan penanganan komplikasi keguguran. Perhatian
khusus perlu diberikan kepada kelompok masyarakat berpendapatan rendah baik di
perkotaan dan pedesaan serta masyarakat di daerah terpencil. Terlepas dari kebijakan
dan program dengan fokus pada sektor kesehatan, diperlukan juga penanganan dalam
konteks yang lebih luas dimana kematian ibu terjadi. Kematian ibu sering disebabkan
oleh berbagai faktor yang kompleks yang menjadi tanggung jawab lebih dari satu
sektor.14
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan minimal satu kali kunjungan pada
trimester I, minimal satu kali kunjungan pada trimester II, dan minimal dua kali pada
trimester III sesuai jadwal yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan (Depkes RI, 2002).11
Pelayanan/ asuhan standar minimal 7T : (Timbang) berat badan, Ukur (Tekanan)
darah, Ukur (Tinggi) fundus uteri, Pemberian Imunisasi (Tetanus Toksoid) TT
lengkap, pemberian Tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan, Tes
terhadap Penyakit Menular Seksual, dan Temu wicara dalam rangka persiapan
rujukan (Saifuddin, dkk., 2000 : 90).13
a. Kunjungan pertama
1. Anamnesa
Identitas:
Yang ditanyakan adalah nama ibu, umur ibu, alamat, pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, dan status perkawinan. Batas rata-rata usia reproduksi sehat dan aman
antara 20-30 tahun. Pada kehamilan usia remaja, apalagi kehamilan di luar nikah,
kemungkinan ada unsur penolakan psikologis yang tinggi, sehingga tidak jarang
pasien meminta aborsi. Usia muda juga merupakan faktor kehamilan risiko tinggi
untuk kemungkinan adanya komplikasi obstetri seperti pre-eklampsia, ketuban pecah
dini, persalinan preterm, dan abortus.12,16
Keluhan utama:
Yang pertama kali ditanyakan mengenai keluhan utama adalah sadar atau
Riwayat:
a. Kehamilan dan persalinan terdahulu:17
- Kehamilan keberapa.
- Yang menolong, cara persalinan, berat badan bayi lahir, keadaan bayi
atau hasil persalinan.
b. Komplikasi:17
- Perdarahan,
- Tekanan darah tinggi,
- Infeksi atau demam,
- Persalinan yang lama,
- Partus preterm (premature).
c. Riwayat penyakit sistemik lain yang mungkin mempengaruhi atau diperberat
oleh kehamilan (penyakit jantung, paru, ginjal, hati, diabetes mellitus),
riwayat alergi makanan atau obat tertentu dan sebagainya. Ada atau tidaknya
riwayat operasi umum atau lainnya, maupun operasi kandungan (sectio
cesarea).16
d. Kehamilan sekarang:17
- Hamil yang keberapa.
- Keluhan utama.
- Haid yang terakhir dan siklus haid.
- Muntah-muntah, pusing, nafsu makan.
- Nyeri perut.
- Oedema.
Riwayat khusus obstetri ginekologi:16
Adakah riwayat kehamilan atau persalinan atau abortus sebelumnya
(dinyatakan dengan kode GxPxAx, gravida/ para/ abortus), berapa jumlah
anak hidup.
Ada/ tidaknya masalah - masalah pada kehamilan/ persalinan sebelumnya
seperti prematuritas, cacat bawaan, kematian janin, perdarahan dan
sebagainya.
Penolong persalinan terdahulu, cara persalinan, penyembuhan luka persalinan,
keadaan bayi saat baru lahir, berat badan lahir jika masih ingat.
Riwayat menarche, siklus haid, ada atau tidaknya nyeri haid atau gangguan
haid lainnya, riwayat penyakit kandungan lainnya.
Riwayat kontrasepsi, lama pemakaian, apakah ada masalah atau tidak.
Penyakit yang diderita pada kehamilan sekarang: perlu diperhatikan secara
khusus bila ada gangguan pada paru-paru, penyakit hati, jantung, malaria,
diabetes, ginjal, psikosis, epilepsi.
Riwayat kesehatan keluarga: perlu dicatat bila ada keluarga dekat menderita
hipertensi, diabetes, jantung, psikosis, cacat bawaan, gmeli.
2. Pemeriksaan
10
a. Umum: kesadaran, tinggi badan, berat badan, postur tubuh, kurus atau
gemuk, tekanan darah, nadi, pernafasan, demam atau tidak, pucat atau
tidak.18
b. Fisik: muka, mata, mulut serta gigi, paru-paru, jantung, payudara, hati,
limpa, abdomen, pelvis, tungkai.18
c. Penilaian keadaan umum, kesadaran, komunikasi dan kooperatif. Tanda
vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan), tinggi dan berat badan.
Kemungkinan risiko tinggi pada ibu dengan tinggi < 145 sentimeter, berat
badan < 45 kilogram atau > 75 kilogram. Batas hipertensi pada kehamilan
yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik lebih bermakna untuk prediksi
sirkulasi plasenta). Kepala ada atau tidaknya nyeri kepala (anaemic
headache yang terasa nyeri di daerah frontal, hypertensive/ tension
headache yang terasa nyeri di daerah suboksipital dan berdenyut).
Konjungtiva mata tampak pucat atau tidak, sklera ikterik atau tidak. Mulut
atau daerah telinga hidung tenggorok ada tanda-tanda radang atau tidak,
adanya lendir, perdarahan gusi, keadaan gigi-geligi. Paru, jantung,
abdomen dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi umum.
Ekstremitas diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetris
(kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk panggul). Jika ada
luka terbuka atau fokus infeksi lain harus dimasukkan menjadi masalah
dan direncanakan penatalaksanaannya.16
3. Khusus kebidanan:
a. Pemeriksaan Luar
Tinggi fundus uteri, pemeriksaan Leopold (menentukan letak, jumlah,
usia dan besar janin), perabaan gerak janin, pemeriksaan auskultasi (denyut
jantung janin).18
b. Abdomen16
Inspeksi: abdomen tampak membesar atau tidak (pada kehamilan muda
pembesaran abdomen mungkin belum nyata).
Palpasi: tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda dilakukan
dengan palpasi bimanual dalam, dapat diperkirakan ukuran uterus - pada
kehamilan lebih besar, tinggi fundus dapat diukur dengan pita ukuran
sentimeter, jarak antara fundus uteri dengan tepi atas simfisis os pubis).
Auskultasi: dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler yang
ditempelkan di daerah punggung janin, dihitung frekuensi pada lima detik
11
pertama, ketiga dan kelima, kemudian dijumlah dan dikalikan empat untuk
memperoleh frekuensi satu menit. Sebenarnya pemeriksaan auskultasi yang
ideal adalah denyut jantung janin dihitung seluruhnya selama satu menit. Batas
frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-160 denyut per menit.
Takikardi menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban atau stress
pada janin (fetal stress), sementara bradikardi menunjukkan kegagalan
kompensasi beban atau stress pada janin (fetal distress/ gawat janin).
c. Pemeriksaan dalam (vaginal touch) seringkali tidak dilakukan pada
12
Palpasi: colok vaginal (vaginal touch) dengan dua jari sebelah tangan
dan bimanual dengan tangan lain menekan fundus dari luar abdomen.
Ditentukan konsistensi, tebal, arah dan ada/ tidaknya pembukaan serviks.
Diperiksa ada/ tidak kelainan uterus dan adneksa yang dapat ditemukan.
Ditentukan bagian terbawah (presentasi) janin. Pada pemeriksaan di atas 34-36
minggu dilakukan perhitungan pelvimetri klinik untuk memperkirakan ada
atau tidaknya disproporsi fetopelvik atau sefalopelvik.16
Kontraindikasi relatif colok vaginal adalah:16
13
Penyuluhan:
Gizi, perawatan payudara, tanda-tanda risiko tinggi, imunisasi
berikutnya (ibu dan anak), pentingnya kunjungan ulang, persalinan oleh tenaga
terlatih, KB, postpartum.8
Laboratorium
Jika terdapat kelainan, ditatalaksana dan diperiksa ulang terus sampai
mencapai normal. Jika sejak awal laboratorium rutin dalam batas normal,
diulang kembali pada kehamilan 32-34 minggu. Periksa juga infeksi TORCH
(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Hepatitis/ HIV). Periksa gula darah
pada kunjungan pertama, bila normal, periksa ulang pada kunjungan minggu
ke 26-28, untuk deteksi dini diabetes mellitus gestasional.16
Memperhatikan batas dan tujuan pengawasan antenatal, maka jadwal
pemeriksaan adalah sebagai berikut:18
a. Pemeriksaan pertama
Dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.
b. Pemeriksaan ulang
1. Setiap bulan sampai umur kehamilan 6-7 bulan.
2. Setiap 2 minggu sampai umur 8 bulan.
3. Setiap 1 minggu sampai terjadi persalinan.
c. Pemeriksaan khusus
Dilakukan bila terjadi keluhan keluhan tertentu.
Penatalaksanaan ibu hamil secara teknis atau keseluruhan meliputi komponenkomponen sebagai berikut:18
1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melaksanakan penatalaksanaan awal serta
rujukan bila diperlukan.
3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
4. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi komplikasi.
5. Pemberian vitamin dan zat besi
14
Tablet zat besi diberikan kepada ibu dengan tujuan untuk mencegah
anemia dalam kehamilan. Setiap tablet zat besi mengandung FeSO4 320 mg
(zat besi 60 mg) dan asam folat 500 mg. Pemberian tablet zat besi dimulai
dengan dosis satu tablet sehari pada saat ibu merasa tidak mual. Selama
kehamilan ibu diberikan minimal 90 tablet dan sebaliknya tidak diminum
bersama teh atau kopi, karena akan menganggu penyerapan obat. Untuk
menghindari efek samping (misalnya konstipasi) setelah mengkonsumsi tablet
zat besi, ibu dianjurkan minum air putih minimal 1 gelas ukuran sedang (200
cc).
6. Imunisasi TT
Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus
neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila
diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4 minggu,
kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan
yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali
(TT ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara
penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat. Dosis dan pemberian 0,5cc
pada lengan atas. Bila ibu hamil belum pernah mendapat TT atau meragukan
perlu diberikan suntikan TT sedini mungkin (sejak kunjungan yang pertama),
sebanyak 2 kali dengan jarak minimal satu bulan. Pemberian TT kepada ibu
hamil tidak membahayakan, walaupun diberikan pada kehamilan muda. Bila
ibu pernah mendapatkan suntikan ulang/ booster 1 kali pada kunjungan
antenatal yang pertama.
Tabel 1.1
Tabel Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
Antigen
Interval
TT 1
TT 2
TT 3
TT 4
TT 5
Lama
perlindungan
%
perlindungan
3 tahun
5 tahun
10 tahun
25 tahun
(seumur hidup)
80
95
99
99
15
URT
Beras
400
2 gelas
Daging
75
Tempe
100
Sayur
300
16
Buah (pepaya)
200
Susu
100
gelas
Sumber: http://healthysmidwifery.blogspot.com/
2. Pemberian obat
Pengobatan penyakit saat hamil harus selalu diperhatikan apakah obat
tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin.18
3. Hubungan seksual
Coitus tidak dilarang, kecuali jika ada sejarah:18
o Sering abortus atau prematur.
o Perdarahan pervaginam.
o Pada minggu terakhir kehamilan, coitus harus hati-hati.
o Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang.
o Dikatakan orgasme pada hamil tua dapat menyebabkan kontraksi uterus
partus prematurus.
4. Senam hamil
Senam hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot
sehingga dapat dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam
menghadapi persalinan dengan tenang sehingga proses persalinan dapat
berjalan dengan lancar dan mudah (normal).18
II.1.7 Pelaksana Pelayanan Antenatal Care
Pelayanan kebidanan dalam arti yang terbatas terdiri atas pengawasan serta
penanganan wanita dalam masa hamil dan pada waktu persalinan, perawatan dan
pemeriksaan wanita sesudah persalinan, perawatan bayi yang baru lahir, dan
pemeliharaan laktasi (Wiknjosastro, dkk., 1994 : 3-4).13
Informasi penting yang diberikan dalam kunjungan ibu hamil pada trimester
pertama, atau sebelum minggu ke 14, yakni membangun hubungan saling percaya
antara tenaga medis dan ibu agar hubungan penyelamatan jiwa bisa dibina bilamana
perlu, mendeteksi masalah yang bisa diobati sebelum menjadi bersifat mengancam
jiwa, mencegah masalah seperti neonatal tetanus, anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktek tradisional yang merugikan, serta memulai persiapan kelahiran
bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi, dan mendorong perilaku yang sehat
(gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya). Informasi penting yang
17
diberikan dalam kunjungan ibu hamil pada trimester kedua, atau sebelum minggu ke
28, yakni sama seperti dalam kunjungan pada trimester pertama, ditambah
kewaspadaan khusus mengenai PIH (Pregnancy Induced Hypertension) (tanya ibu
tentang gejala PIH, pantau tekanan darahnya, evaluasi edemanya, periksa untuk
mengetahui protein/ urin) Informasi penting yang diberikan dalam kunjungan ibu
hamil pada trimester ketiga, atau antara minggu ke 28 dengan 36, yakni sama seperti
dalam kunjungan pada trimester sebelumnya, ditambah palpasi abdomen untuk
mengetahui apakah ada kehamilan ganda. Informasi penting yang diberikan dalam
kunjungan ibu hamil pada trimester keempat, atau setelah 36 minggu, yakni sama
seperti dalam kunjungan pada trimester sebelumnya, ditambah pendeteksian letak
bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.13
Kebijakan Pelayanan Antenatal
Dalam kegiatan pelayanan antenatal, sebagai indikator keberhasilan pelayanan
pada ibu hamil antara lain ditunjukan dari cakupan K1 dan frekuensi ibu hamil
(cakupan K4) itu juga ditunjukan oleh cakupan persalinan, cakupan TT-1 dan TT-2,
drop out TT. Cakupan ibu hamil ditunjukan dari jumlah kunjungan baru ibu hamil per
jumlah penduduk ibu hamil, sedangkan frekuensi ibu hamil adalah jumlah kunjungan
baru dan kunjungan lama ibu hamil dibagi jumlah kunjungan baru ibu hamil.19
Secara nasional sasaran pelayanan kesehatan ibu hamil pada tahun 1997/1998
(Depkes RI, 1996) antara lain adalah cakupan K1 sebesar 90% dan K4 sebesar 80%. 12
Penurunan angka kematian ibu menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup pada akhir
Pembangunan lima tahun (Pelita) VI dan 80 per 100.000 kelahiran hidup pada akhir
Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II. Sedangkan berdasarkan kesepakatan
internasional AKI tahun 2000 turun sebesar 50% dari AKI tahun 1990 dan AKI pada
tahun 2015 turun 50% dari AKI tahun 2000. Tahun 2001-2010 diharapkan dapat
meningkat target cakupan kunjungan K4 menjadi 90%. Akankah tercapai target yang
telah disepakati tersebut, sangat tergantung dari seberapa besar upaya yang harus
dilakukan dan kesadaran serta partisipasi masyarakat luas.14
Kebijakan dalam penyelenggaraan pelayanan antenatal di wilayah kerja
Puskesmas dibedakan atas kebijaksanaan umum dan kebijaksanaan operasional
(Depkes RI, 1995 b).12
1. Kebijaksanaan umum dalam penyelenggaraan pelayanan antenatal adalah:19
18
MPS
diharapkan
seluruh
pejabat
yang
berwenang,
mitra
20
o Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Misi MPS adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi
baru lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin akses terhadap
intervensi yang cost effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas,
memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat dan mempromosikan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan
nasional.20
Target dampak kesehatan tahun 2010 adalah:20
Menurunkan angka kehamilan yang tidak diinginkan dari 17,1% menjadi 11%.
21
22
2001:133).
Dengan
bertambahnya
umur
seseorang
maka
Rendah: bila tamat atau tidak tamat SD atau yang sederajat, tamat atau
tidak tamat SMP atau yang sederajat, tidak tamat SMU atau yang
sederajat.
Sedang: bila tamat SMU atau yang sederajat, tidak tamat Akademi/
23
1.118.009,-.
Di atas UMR (cukup): pendapatan keluarga per bulan lebih dari Rp
1.118.009,-.
Pendapatan keluarga merupakan faktor pemungkin bagi seseorang untuk
24
penelitian
oleh
Dinas
Kesehatan
Lampung
Tengah
yang
dilakukan
pemerintah.
Sumber
informasi
umumnya
Faktor-faktor Predisposisi
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,
tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai
25
Faktor-faktor Pendukung
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan
sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan
sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas,
Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Pos Obat Desa, Dokter atau Bidan Praktek
Swasta, dan sebagainya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk
berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung,
misalnya perilaku pemeriksaan kehamilan tersebut di atas, ibu hamil yang mau
periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja,
melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau
tempat periksa hamil; misalnya Puskesmas, Bidan Praktek, ataupun Rumah
Sakit. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung terwujudnya perilaku
kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung.
3.
Faktor-faktor Penguat
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat
(toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas
kesehatan. Termasuk juga di sini Undang-Undang, peraturan-peraturan baik
dari Pusat maupun Pemerintah Daerah yang terkait dengan kesehatan. Hal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku sehat, masyarakat kadangkadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan
fasilitas saja, malainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh
masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan.
Di samping itu Undang-undang, peraturan-peraturan, dan sebagainya
diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti contoh
26
Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah suatu hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2005). Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh karena itu konsep tidak dapat di ukur dan
diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan dapat di ukur, maka konsep tersebut
harus dijabarkan ke dalam variabel-variabel. Dari variabel itulah konsep dapat diamati
dan di ukur (Notoatmodjo, 2005).22
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan pendekatan
cross sectional mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang ANC dan
faktor-faktor yang berhubungan di Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa,
Kelurahan Halim Perdanakusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
III.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 20 Mei 2011 di Poliklinik
Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdanakusuma,
Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
III.3. Populasi
Semua ibu-ibu pada periode 2 Mei 20 Mei 2011 yang berobat jalan ke
Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdanakusuma,
Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Sampel diambil dengan menggunakan Purposive
Sampling.
Sampel yang diambil adalah sejumlah 96 ibu yang yang berobat jalan ke
Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa.
III.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria Inklusi adalah seluruh ibu-ibu yang berobat jalan ke Poliklinik Obsgyn
RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdanakusuma, Kecamatan
Makasar, Jakarta Timur yang bersedia mengikuti penelitian.
28
b. Kriteria Eksklusi adalah ibu yang memenuhi kriteria inklusi tetapi saat dilakukan
penelitian tidak bersedia mengikuti penelitian.
III.5. Sampel
III.5.1. Besar Sampel
Perhitungan besar sampel adalah berdasarkan rumus dengan besar sampel
minimal:
Variabel
Menurut penelitian Dwi Asihani di Rumah
P
0,283
Q
0,717
N1
77,95
0,520
0,480
95,89
0,348
87,16
di
Flamboyan
Puskesmas
Palangkaraya
> 0,05
Pembantu
Kalimantan
0,652
29
Subyek Penelitian
Subyek Penelitian adalah seluruh ibu (wanita yang telah menikah) yang
berkunjung ke Poliklinik Obsgyn RSPAU dr. Esnawan Antariksa,
Kelurahan Halim Perdanakusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
Usia Ibu
Usia ibu adalah lamanya hidup seseorang sejak dilahirkan sampai saat
penelitian dilakukan. Dihitung dari hari penelitian dikurangi tanggal lahir
yang tertera dalam KTP yang berlaku. Bila terdapat kelebihan usia kurang
dari 6 bulan dibulatkan ke bawah, dan bila terdapat kelebihan usia lebih
atau sama dengan 6 bulan dibulatkan ke atas. Penggolongan usia,
dikelompokkan menjadi:
1. < 25 tahun.
2. 25 30 tahun.
3. > 30 tahun.
Koding:
Kode 1 : < 25 tahun.
Kode 2 : 25 30 tahun.
Kode 3 : > 30 tahun.
Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal dari suatu institusi tertentu
yang mencakup tingkat SD atau yang sederajat, SMP atau yang sederajat,
SMU atau yang sederajat dan Akademi/ Perguruan Tinggi atau yang
sederajat.
Berdasarkan tingkat pendidikan, subjek penelitian dikelompokkan menjadi:
1. Tingkat pendidikan tinggi: bila tamat Akademi atau Perguruan Tinggi
atau yang sederajat.
2. Tingkat pendidikan sedang: bila tamat SMU atau yang sederajat, tidak
tamat/ tamat Akademi atau Perguruan Tinggi atau yang sederajat.
32
3. Tingkat pendidikan rendah: bila buta huruf, tidak tamat/ tamat SD atau
yang sederajat. Tidak tamat/ tamat SMP atau yang sederajat, tidak tamat
SMU atau yang sederajat.
Koding:
Kode 1 : Ibu yang tamat atau tidak tamat SD yang sederajat, tamat atau
tidak tamat SMP atau yang sederajat, tidak tamat SMU atau
yang sederajat.
Kode 2: Ibu yang tamat SMU atau yang sederajat, tidak tamat Akademi/
Perguruan Tinggi atau yang sederajat.
Kode 3 :Ibu yang tamat Akademi/ Perguruan Tinggi atau yang sedejarat.
Pekerjaan Ibu
Pekerjaan adalah profesi atau kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari baik di
dalam ataupun di luar rumah dalam upaya mendapatkan imbalan uang atau
materi untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Pekerjaan ibu diukur dari
hasil wawancara dan KTP.
Pengelompokkan:
1. Bekerja
Bila
ibu
mempunyai
Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga adalah jumlah total pendapatan keluarga selama satu
bulan dibagi dengan jumlah orang yang menjadi tanggungan keluarga.
Tanggungan keluarga adalah jumlah orang yang harus ditanggungkan sebagai
beban kepada seseorang yang telah memiliki penghasilan dan masih terikat
dalam hubungan keluarga.
Jumlah pendapatan keluarga diukur dari hasil wawancara. Pengelompokan
berdasarkan peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
nomor 101 tahun 2008 dibagi menjadi:
1. Di bawah Upah Minimum Regional (UMR) = < Rp.1.118.009,00
2. Di atas Upah Minimum Regional (UMR) = > Rp.1.118.009,00
33
Koding:
Kode 1 : Di bawah upah minimum regional.
Kode 2 : Di atas upah minimum regional.
Jumlah Anak
Jumlah anak hidup adalah jumlah anak yang dilahirkan sendiri oleh responden
dan pada saat penelitian dilakukan masih hidup.
Dikelompokkan menjadi:
Kurang dari dua anak.
Lebih dari atau sama dengan dua anak.
Koding:
Kode 1 : Bila mempunyai < 2 anak.
Kode 2 : Bila mempunyai 2 anak.
Sumber Informasi
Sumber informasi adalah media elektronik radio, televisi, majalah, koran,,
termasuk petugas kesehatan yang menjadi sumber pengetahuan, sikap dan
perilaku mengenai pentingnya ANC. Sumber informasi dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
1. Kurang, bila < 1 atau tidak ada sumber informasi sama sekali.
2. Cukup, bila 2 sumber infomasi.
Koding:
Kode 1 : Bila ibu memiliki sumber informasi kurang.
Kode 2 : Bila ibu memiliki sumber informasi cukup.
Aktivitas Sosial
Aktivitas sosial adalah aktivitas responden dalam mengikuti kegiatan di
masyarakat, seperti PKK, Posyandu, penyuluhan, kegiatan agama, arisan, dan
lain-lain dalam enam bulan terakhir.
1.
2.
Koding:
Kode 1 : Bila aktivitas sosial kurang.
Kode 2 : Bila aktivitas sosial cukup.
III.9.2 Data Khusus
Pengetahuan
34
Sikap
Sikap adalah tanggapan atau reaksi seseorang sacara konsisten terhadap sesuatu
berdasarkan pendidikan, pendapatan dan keyakinan individu tersebut. Yang diteliti
adalah sikap responden terhadap ANC. Sikap ini dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu:
Koding:
- Sikap kurang (Kode 1) : bila jumlah nilai 7 - 23
- Sikap sedang (Kode 2) : bila jumlah nilai 24 - 29
- Sikap baik (Kode 3) : bila jumlah nilai 30 - 35
Perilaku
Perilaku adalah tindakan yang dilakukan responden atau seseorang untuk kepentingan
atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai dan
norma kelompok yang bersangkutan serta merupakan konsekuensi logis (ideal dan
normatif) dari eksistensi pengetahuan, budaya, atau pola pikir yang dimaksud. Hal
yang diteliti adalah perilaku responden terhadap ANC.
Perilaku ini dikelompokan menjadi tiga kategori:
Koding:
- Perilaku kurang ( Kode 1) : bila jumlah nilai 10 - 33
- Perilaku sedang ( Kode 2) : bila jumlah nilai 34 - 41
- Perilaku baik ( Kode 3) : bila jumlah nilai 42 - 50
III.10. Sistem Penilaian
Penilaian Pengetahuan
1. Apa yang dimaksud perawatan kehamilan/ antenatal care (ANC)?
a. Perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil agar selama kehamilan, ibu
tersebut dalam keadaan sehat.
b. Perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil agar saat melahirkan, ibu tersebut
dalam keadaan sehat.
35
c. Perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil agar selama merawat bayinya, ibu
tersebut dalam keadaan sehat.
d. Perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil agar selama kehamilan, saat
melahirkan, selama merawat bayinya, ibu tersebut dalam keadaan sehat.
Nilai 5: bila jawaban benar (d).
Nilai 1: bila menjawab salah (a, b, c) atau tidak menjawab.
2. Menurut anda dimana saja ibu hamil dapat mendapatkan pelayanan perawatan
kehamilan?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Posyandu.
b. Puskesmas.
c. Tempat praktek bidan.
d. Tempat praktek dokter umum.
e. Tempat praktek dokter spesialis kandungan.
f. Rumah Sakit
Nilai 5: bila jawaban lebih dari tiga dan benar.
Nilai 4: bila jawaban tiga dan benar
Nilai 3: bila jawaban dua dan benar
Nilai 2: bila jawaban satu dan benar.
Nilai 1: bila jawaban salah (d) atau tidak menjawab.
3. Menurut anda kapan dimulainya dilakukannya perawatan kehamilan?
a. Sejak dinyatakannya kehamilan positif.
b. Sejak usia kehamilan berumur 3 bulan.
c. Saat usia kehamilan berumur 6 bulan.
d. Saat ibu melahirkan.
Nilai 5: bila jawaban benar (a).
Nilai 1: bila jawaban salah (b, c, d, e) atau tidak menjawab.
4. Sepengetahuan anda pelayanan apa saja yang dilakukan dalam perawatan
kehamilan?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Pemastian kehamilan.
b. Penimbangan berat badan.
c. Penentuan usia kehamilan.
d. Pengukuran tekanan darah.
36
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
e. 9 kali
9. Apa sajakah yang sebaiknya dilakukan oleh ibu hamil untuk meningkatkan gizi
selama kehamilan? (Jawaban dapat lebih dari satu)
a.
b.
c.
d.
: 50.
Skor terendah
: 10.
Interval skor
: 40.
Pengetahuan baik
Pengetahuan sedang
Pengetahuan kurang
: 10 33.
Penilaian Sikap
1. Setujukah anda dilakukannya perawatan kehamilan pada ibu hamil?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
38
2. Setujukah anda perawatan kehamilan harus dilakukan minimal 4 kali, dalam masa
kehamilan ibu hamil?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
3. Setujukah anda perawatan ibu hamil tidak perlu dilakukan secara teratur oleh ibu
hamil?
Nilai 5: bila jawaban tidak setuju.
Nilai 1: bila jawaban setuju.
4. Setujukan anda pada pemberian imunisasi Tetanus kepada ibu hamil?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
5. Setujukah anda pada pemberian tablet besi kepada ibu hamil?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
6. Setujukah anda, bahwa ibu hamil harus mengkonsumsi makanan sehat 4 sehat 5
sempurna?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
7. Setujukah anda, bahwa pada setiap pemeriksaan kehamilan harus dilakukan
pemeriksaan berat badan, tekanan darah, dan pemeriksaan penyakit menular
seksual (PMS)?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
Kesimpulan penilaian:
Skor tertinggi
: 35.
Skor terendah
: 7.
Interval skor
: 28.
Sikap baik
: (80% x 28) + 7 = 30 35
Sikap cukup
: (60% x 28) + 7 = 24 29
Sikap kurang
: (0% x 28) + 7 = 7 23
Penilaian perilaku
1. Apakah anda rutin memeriksakan kehamilan anda?
39
a. Ya.
b. Tidak.
b. Dua kali.
c. Empat kali
d. Sembilan kali
e. ..
b. Tidak.
b. Tidak.
b. Tidak.
b. Tidak.
b. Tidak.
: 50.
Skor terendah
: 10.
Interval skor
: 40.
Perilaku baik
Perilaku sedang
Perilaku kurang
: 10 33.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
41
Frekuensi
Persentase (%)
Rendah
Sedang
Tinggi
31
44
21
32,3
45,8
21,9
Kurang
Sedang
Baik
16
26
54
16,7
27,1
56,3
Kurang
Sedang
Baik
33
43
20
34,4
44,8
20,8
Pengetahuan
Sikap
Perilaku
Tabel 4. 2.
42
Persentase (%)
Sedang
12
31
12,5
32,3
Tinggi
53
55,2
< 25
14
14,6
25 - 30
38
39,6
> 30
44
45,8
Rendah
19
19,8
Tinggi
77
80,2
Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja
58
60,4
38
39,6
<2
58
60,4
38
39,6
2
Sumber Informasi
Kurang
22
22,9
Cukup
74
77,1
Kurang
25
26,0
Cukup
71
74,0
Tingkat Pendidikan
Rendah
Usia Ibu
Pendapatan Keluarga
Bekerja
Jumlah Anak
Aktivitas Sosial
Tabel 4. 3.
43
Renda
h
Tingkat Pendidikan
*Rendah
Pengetahuan
Sedan Tinggi
g
Total
Uji
D
f
Ho
P<0,0
5
Ditolak
P<0,0
5
Ditolak
Chisquare
3,85
P>0,0
5
Diterim
a
Chisquare
0,34
P>0,0
5
Diterim
a
Chisquare
8,44
P<0,0
5
Ditolak
Chisquare
2,76
P>0,0
5
Diterim
a
Chisquare
2,20
P>0,0
5
Diterim
a
11
4,2
16
10,0
4
16,8
1
6,0
8
14,2
35
23,8
1
2,8
7
6,8
13
11,4
13
KS
31
2,59
*< 25
e
*25 - 30
e
> 30
e
Pendapatan Keluarga
Rendah
e
Tinggi
e
Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja
e
Bekerja
e
Jumlah Anak
9
4,5
15
12,3
7
14,2
2
6,4
19
17,4
23
20,2
3
3,1
4
8,3
14
9,6
14
KS
38
1,46
9
6,1
22
24,9
5
8,7
39
35,3
5
4,2
16
16,8
19
20
18,7
11
12,3
26
26,6
18
17,4
12
12,7
9
8,3
58
<2
e
2
e
Sumber Informasi
22
18,7
9
12,3
29
26,6
15
17,2
7
12,7
14
8,3
58
Kurang
e
Cukup
e
Aktivitas Sosial
Kurang
e
Cukup
e
10
7,1
21
23,9
7
10,1
37
33,9
5
4,8
16
16,2
22
11
8,1
20
22,9
9
11,5
35
32,5
5
5,5
16
15,5
25
e
*Sedang
e
Tinggi
e
52
Usia Ibu
44
77
38
38
74
71
Tabel 4. 4.
44
Renda
h
Sikap
Sedan
g
Tingg
i
Total
Uji
D
f
Ho
*Rendah
e
*Sedang
e
Tinggi
e
4
2,2
10
5,2
2
8,7
4
3,5
5
8,4
17
14,1
5
7,3
16
17,4
33
29,2
13
KS
P<0,0
5
Ditolak
31
1,37
*< 25
e
*25 - 30
e
> 30
e
8
2,3
7
6,3
1
7,3
1
3,8
13
10,3
12
11,9
5
7,9
18
21,4
31
24,8
14
KS
P<0,0
5
Ditolak
38
1,32
Rendah
e
Tinggi
e
5
3,2
11
12,8
7
5,1
19
20,9
7
10,7
47
43,3
19
Chisquare
3,74
P>0,0
5
Diterim
a
Tidak bekerja
e
Bekerja
e
Jumlah Anak
13
9,7
3
6,3
13
15,7
13
10,3
32
32,6
22
21,4
58
Chisquare
4,11
P>0,0
5
Diterim
a
14
9,7
2
6,3
15
15,7
11
10,3
29
32,6
25
21,4
58
Chisquare
6,01
P<0,0
5
Ditolak
Kurang
e
Cukup
e
Aktivitas Sosial
6
3,7
10
12,3
5
6,0
21
20,0
11
12,4
43
41,6
22
Chisquare
2,32
P>0,0
5
Diterim
a
Kurang
e
Cukup
e
5
4,2
11
11,8
6
6,8
20
19,2
14
14,1
40
39,9
25
Chisquare
0,34
P>0,0
5
Diterim
a
Tingkat pendidikan
52
Usia ibu
31
Pendapatan
Keluarga
77
Pekerjaan Ibu
<
2
e
38
38
e
Sumber Informasi
74
71
45
Tabel 4. 5.
Perilaku
Sedan
g
Tingg
i
Total
Uji
D
f
Ho
*Rendah
e
*Sedang
e
Tinggi
e
6
4,5
16
10,7
11
17,9
6
5,8
12
13,9
25
23,3
1
2,7
3
6,5
16
10,8
13
KS
P<0,0
5
Ditolak
31
1,42
*< 25
e
*25 - 30
e
> 30
e
8
4,8
17
13,1
8
15,1
5
6,3
20
17,0
18
19,7
1
2,9
1
7,9
18
9,2
14
KS
P<0,0
5
Ditolak
38
1,76
Rendah
e
Tinggi
e
8
6,5
25
26,5
8
8,5
35
34,5
3
4,0
17
16,0
19
Chisquare
0,74
P>0,0
5
Diterim
a
Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja
e
Bekerja
e
Jumlah Anak
20
19,9
13
13,1
28
26,0
15
17,0
10
12,1
10
7,9
71
Chisquare
1,04
P>0,0
5
Diterim
a
27
19,9
6
13,1
23
26,0
20
17,0
8
12,1
12
7,9
58
Chisquare
10,67
P<0,0
5
Ditolak
Kurang
e
Cukup
e
Aktivitas sosial
10
7,6
23
25,4
6
9,9
37
33,1
6
4,6
14
15,4
22
Chisquare
3,54
P>0,0
5
Diterim
a
Kurang
e
Cukup
e
9
8,6
24
24,4
10
11,2
33
31,8
6
5,2
14
14,8
25
Chisquare
0,36
P>0,0
5
Diterim
a
Tingkat Pendidikan
52
Usia Ibu
44
Pendapatan
Keluarga
<
2
e
77
34
38
e
Sumber Informasi
74
71
Tabel 4. 6.
Kuran
g
Sikap Ibu
Sedang
Baik
Total
Uji
Df
Ho
20
17,4
27
24,8
7
11,8
54
31
Chi-square
P<0,05
Ditolak
44
9,68
Tingkat
Pengetahuan ibu
Rendah
e
Sedang
e
Tinggi
e
Total
Ho
7
5,2
4
7,3
5
3,5
16
4
8,4
13
11,9
9
5,7
26
21
96
= 0,05
X2
= 9,68
df
=4
p < 0,05
Hasil = Ho ditolak.
Kesimpulan:
Ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap ibu mengenai ANC dan
Faktor-Faktor yang Berhubungan
47
Tabel 4. 7.
Perilaku Ibu
Kuran Sedang Baik
g
Tingkat
Pengetahuan
Ibu
Rendah
e
Sedang
e
Tinggi
e
Total
Ho
Total
Uji
Df
Ho
P<0,05
Ditolak
18
10,7
10
15,1
5
7,2
9
13,9
23
19,7
11
9,4
4
86,5
11
9,2
5
4,4
31
Chi-square
44
11,41
33
43
20
96
21
= 0,05
X2
= 11,41
df
=4
p < 0,05
Hasil = Ho ditolak.
Kesimpulan:
Ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku ibu mengenai ANC
dan Faktor-Faktor yang Berhubungan
48
Tabel 4. 8.
Hubungan antara Sikap Ibu dengan Perilaku Ibu Mengenai ANC dan
Faktor-Faktor yang Berhubungan di Poliklinik Obsgyn RSPAU dr.
Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan
Makasar, Jakarta Timur, Periode 2-20 Mei 2011
Perilaku Ibu
Kuran Sedang Baik
g
Sikap
Ibu
Kuran
g
e
Sedang
e
Baik
E
Total
Ho
Total
Uji
Df
Ho
P<0,05
Ditolak
7
5,5
2
8,9
24
18,6
8
7,2
18
11,6
17
24,2
1
3,3
6
5,4
13
11,3
16
Chi-square
26
15,06
33
56
20
96
54
= 0,05
X2
= 15,06
df
=4
p < 0,05
Hasil = Ho ditolak.
Kesimpulan:
Ada hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku ibu mengenai ANC dan
Faktor-Faktor yang Berhubungan
BAB V
49
PEMBAHASAN
Pada sebaran pengetahuan ibu, didapatkan ibu yang berpengetahuan sedang dan
tinggi sebanyak 45,8% dan 21,9%. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Adri tahun 2008 bahwa ibu dengan pengetahuan baik mengenai ANC sebesar 52%.8
Pada sebaran sikap ibu, didapatkan 27,1% ibu dengan sikap sedang dan 56,3%
memiliki sikap baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Adri tahun
2008 bahwa sikap ibu dengan kategori baik sebesar 63,3%.8
Pada sebaran perilaku ibu, didapatkan 44,8% dengan perilaku sedang dan 20,8%
ibu memiliki perilaku baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Adri
tahun 2008 didapatkan perilaku ibu mengenai ANC dengan kategori baik sebesar
73,5%.8
Pada sebaran pendidikan ibu, didapatkan 55,2% ibu yang berpendidikan tinggi.
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Adri tahun 2008 dimana
responden dengan pendidikan tinggi hanya sebesar 1%.8
Pada sebaran usia ibu, sebanyak 45,8% ibu berusia lebih dari 30 tahun. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Adri tahun 2008 dimana responden dengan usia lebih dari 29
tahun sebesar 52,0%.8
Pada sebaran pendapatan keluarga, didapatkan ibu dengan pendapatan keluarga
di atas UMR sebanyak 80,2%. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Adri tahun 2008 dimana didapat responden dengan pendapatan keluarga di atas Upah
Minimum Propinsi Aceh hanya sebesar 56,1%.8
Pada sebaran pekerjaan ibu, didapatkan 60,4% ibu tidak bekerja dan didapatkan
sebanyak 39,6% ibu yang bekerja.
Pada sebaran jumlah anak, didapatkan ibu dengan anak kurang dari dua anak
sebesar 60,4%. Penelitian oleh Adri tahun 2008 didapatkan responden dengan anak
kurang dari sama dengan dua anak sebesar 68,4%.8
Pada sebaran sumber informasi didapatkan 77,1% ibu memiliki sumber
informasi yang cukup mengenai ANC, dan sebanyak 22,9% ibu yang masih kurang
sumber informasinya. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran informasi mengenai
ANC belum banyak di masyarakat.
Pada sebaran aktivitas sosial ibu, didapatkan 74% ibu memiliki aktivitas sosial
yang cukup, sedangkan 26% lainnya masih kurang.
50
Terdapat hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara variabel pendidikan ibu
dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu. Dari hasil penelitian didapatkan ibu
dengan pendidikan tinggi memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi pula. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Soehardjo, pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan
yang direncanakan dan tersusun secara baik.25 Seorang ibu dengan pendidikan tinggi
umumnya mempunyai pengetahuan yang lebih baik yang akan membentuk perilaku
yang baik dalam bertindak. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan selain bisa
didapatkan dari sumber informasi lainnya dapat juga ditentukan oleh tingkat
pendidikan.
Terdapat hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara variabel usia ibu dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu. Hal ini berarti usia dan pendidikan ibu
mempunyai hubungan yang bermakna dengan pengetahuan ibu mengenai ANC yang
akan mempengaruhi sikap dan perilakunya. Dapat dilihat dari hasil penelitian, ibu
yang berusia lebih dari 30 tahun memiliki tingkat pengetahuan yang baik lebih banyak
dibandingkan ibu yang berusia kurang dari 25 tahun. Hasil ini sesuai dengan asumsi
bahwa pengetahuan akan meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Dengan
adanya pengetahuan yang baik, maka akan menjadi dasar bagi ibu untuk bersikap.
Tidak terdapat hubungan (p > 0,05) yang bermakna antara pendapatan keluarga
dengan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu. Dari hasil penelitian didapatkan, ibu
yang pendapatan keluarganya tergolong berada di bawah Upah Minimum Regional
(UMR) masih bisa memiliki pengetahuan yang baik. Hasil ini sesuai dengan asumsi
bahwa tidak selalu keluarga dengan pendapatan rendah mempunyai pengetahuan yang
rendah pula, karena ibu dengan pendapatan keluarga rendah bisa mendapatkan
informasi-informasi melalui aktivitas sosial ataupun dari sumber informasi lainnya.
Pendapatan keluarga tidak berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu
karena saat ini terdapat banyak sumber informasi bagi ibu yang dapat diperoleh secara
murah ataupun cuma-cuma dan adanya program pemerintah yang berkaitan dengan
pengobatan murah bagi rakyat miskin membuat semua kalangan mempunyai akses ke
fasilitas kesehatan. Hal tersebut mempertegas bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku
seseorang tidak dipengaruhi pendapatan seseorang, namun dipengaruhi kesadaran dan
kemauan
seseorang
untuk
memperoleh
informasi
yang
berkaitan
dengan
kesehatannya.
Tidak terdapat hubungan (p > 0,05) yang bermakna antara pekerjaan dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu. Terlihat dari hasil penelitian bahwa jumlah ibu
51
yang tidak bekerja dengan pengetahuan baik lebih banyak dibanding ibu yang bekerja.
Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa, ibu bekerja atau tidak, tidak mempengaruhi
pengetahuan yang nantinya akan mempengaruhi perilaku ibu untuk menerapkan ANC.
Sumber informasi tidak hanya didapat oleh ibu dengan bekerja. Pada ibu yang tidak
bekerja memungkinkan dirinya untuk mempunyai lebih banyak waktu luang dalam
memperoleh informasi seperti dari media contohnya tv, radio dan koran juga dari
lingkungan sekitar seperti puskesmas atau penyuluhan di posyandu. Bila lingkungan
sekitar berpengaruh baik, ibu yang memiliki pendidikan rendah dapat memiliki
kesadaran tinggi untuk meningkatkan pengetahuan dengan keaktifan mereka dalam
berbagai aktivitas sosial.
Terdapat hubungan yang bermakna (p<0,05) antara jumlah anak dengan
pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ibu
dengan jumlah anak lebih dari sama dengan dua anak, memiliki pengetahuan baik
mengenai ANC lebih banyak dibandingkan ibu dengan anak kurang dari dua. Hal ini
sesuai dengan asumsi bahwa dengan bertambahnya jumlah anak maka pengetahuan
ibu akan semakin bertambah.
Tidak terdapat hubungan (p < 0,05) yang bermakna antara sumber informasi
dengan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu. Dari hasil penelitian terlihat bahwa ibu
dengan sumber informasi yang kurang tidak selalu memiliki tingkat pengetahuan yang
rendah dibandingkan ibu yang memiliki sumber informasi yang cukup.
Tidak terdapat hubungan (p < 0,05) yang bermakna antara aktivitas sosial
dengan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
ibu dengan aktivitas sosial yang kurang tidak selalu memiliki tingkat pengetahuan
yang rendah dibandingkan ibu dengan aktivitas sosial yang cukup. Dalam kita
berhubungan sosial dengan orang lain dalam suatu komunitas, seringkali banyak
pertukaran informasi yang bisa kita peroleh. Tidak jarang pula penyuluhanpenyuluhan mengenai kesehatan diberikan pada saat kita berkumpul dalam komunitas
kita. Dengan demikian banyak pengetahuan yang dapat kita peroleh. Dan dengan
didasari pengetahuan yang baik maka ibu akan bersikap baik sesuai dengan apa yang
diketahuinya. Begitu pula dengan perilaku ibu, pengetahuan yang dimilikinya akan
menjadi dasar untuk dapat berperilaku dengan baik.
Terdapat hubungan (p < 0,05) yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu
dengan sikap ibu mengenai ANC. Pengetahuan dapat diartikan sebagai proses belajar
seumur hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri
52
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
53
VI.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku ibu
mengenai ANC dan faktor-faktor yang berhubungan di Poliklinik Obsgyn
RSPAU dr. Esnawan Antariksa, Kelurahan Halim Perdana Kusuma,
Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Periode 2-20 Mei 2011, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Dari sebaran responden menurut variabel tertentu dapat terlihat bahwa :
Usia ibu
Sebagian besar repondens berusia >30 tahun, yaitu sebesar 45,8%
Pendidikan ibu
Responden sebagian besar memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu
sebesar 80,2%.
Pendapatan keluarga
Sebagian besar responden mempunyai pendapatan keluarga di atas UMR
Jumlah Anak
Sebagian besar responden memiliki anak kurang dari dua, yaitu 60,4%.
Sumber informasi
Sebesar 77,1% responden memiliki sumber informasi yang cukup.
Aktivitas sosial
Sebagian besar responden cukup aktif mengikuti kegiatan-kegiatan di
Sikap ibu
Sebagian besar sikap ibu baik, yaitu sebesar 56,3%
Perilaku ibu
Sebagian besar ibu berperilaku sedang, yaitu sebesar 44,8%
54
55