Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
WIDIA EKA WATI
J 410 050 022
ABSTRAK
WIDIA EKA WATI. J 410 050 022
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PLOSO
KECAMATAN PACITAN TAHUN 2009
PERSEMBAHAN
1. Setiap lembaran dan goresan tinta ini merupakan wujud dari keagungan dan
kasih sayang yang diberikan Allah SWT kepada umat-Nya.
2. Setiap detik waktu penyelesaian karya ini merupakan hasil doa kedua orang
tua dan adik-adikku yang selalu memberikan kasih sayang, semangat dan
dorongan yang tiada henti kepadaku.
3. Rasa terima kasih juga ku persembahkan pada suamiku yang sudah
memberikan doa, dukungan dan selalu setia memberikan semangat padaku
untuk bisa menyelesaikan karya ini.
4. Teman-teman Kesehatan Masyarakat angkatan 2005 UMS, hari-hari bersama
kalian membuatku bahagia, dan selalu bersemangat aku takkan pernah
melupakan kalian.
5. Almamaterku UMS.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirobbilalamin yang selalu penulis panjatkan atas nikmat
yang senantiasa Allah limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan
Tahun 2009.
Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan dalam menempuh derajat
Sarjana S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Dalam pembuatan skipsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan
sebimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
DAFTARI ISI
Halaman
ABSTRAK
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN HAK CIPTA .............................................................................. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................. iii
PERNYATAAN PENGESAHAN .................................................................. iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................ v
MOTTO ........................................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) .................. 8
B. Etiologi DBD ............................................................................... 8
C. Vektor Penular Penyakit DBD .................................................... 9
D. Ciri-Ciri Nyamuk Aedes aegypti .................................................. 9
E. Tanda dan Gejala Penyakit DBD ................................................ 10
F. Penularan Penyakit DBD ............................................................ 11
G. Bionomik Vektor .......................................................................... 13
H. Epidemiologi Penyakit DBD ....................................................... 14
I. Cara-cara Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD ......... 18
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori ............................................................................................. 28
2. Kerangka Konsep ......................................................................................... 29
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden
2. Kuesioner Pengumpulan Data
3. Lembar Pemeriksaan Jentik
4. Surat Ijin Mencari Data di Puskesmas Tanjungsari Pacitan
5. Surat Ijin Peminjaman Profil Kelurahan Ploso
6. Surat Ijin Penelitian
7. Analisis Data
8. Dokumentasi Penelitian
xv
DAFTAR SINGKATAN
Bti : Bacillus thuringiensis var israeliensis
CFR : Case Fatality Rate
DBD : Demam Berdarah Dengue
DD : Demam Dengue
DHF : Dengue Hemorrhagic Fever
IR : Incidence Rate
JUMANTIK : Juru Pemantau Jentik
KK : Kepala Keluarga
KLB : Kejadian Luar Biasa
PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk
P2M : Pemberantasan Penyakit Menular
P2PL : Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
TPA : Tempat Penampungan Air
3M : Menguras, Mengubur, Menutup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta semakin luas
penyebarannya. Penyakit DBD ini ditemukan hampir di seluruh belahan dunia
terutama di negaranegara tropik dan subtropik, baik sebagai penyakit endemik
maupun epidemik. Hasil studi epidemiologik menunjukkan bahwa DBD
menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun. Kejadian
Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemic dan berkaitan
dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan aktifitas vektor
dengue pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit
DBD pada manusia melalui vektor Aedes. Sehubungan dengan morbiditas dan
mortalitasnya, DBD disebut the most mosquito transmitted disease (Djunaedi,
2006).
Penyakit DBD di Indonesia pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun
1968, dan di Jakarta dilaporkan pada tahun 1969. Pada tahun 1994 kasus DBD
menyebar ke 27 provinsi di Indonesia. Sejak tahun 1968 angka kesakitan kasus
DBD di Indonesia terus meningkat, tahun 1968 jumlah kasus DBD sebanyak 53
orang (Incidence Rate (IR) 0.05/100.000 penduduk) meninggal 24 orang (42,8%).
Pada tahun 1988 terjadi peningkatan kasus sebanyak 47.5732 orang (IR
27,09/100.000 penduduk) dengan kematian 1.527 orang (3,2%) (Hadinegoro dan
Satari, 2002). Jumlah kasus DBD cenderung menunjukkan peningkatan baik
dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit, dan secara sporadis selalu
terjadi KLB. KLB terbesar terjadi pada tahun 1988 dengan IR 27,09/100.000
penduduk, tahun 1998 dengan IR 35,19/100.000 penduduk dan Case Fatality Rate
(CFR) 2 %, pada tahun 1999 IR menurun sebesar 10,17/100.000 penduduk (tahun
2002), 23,87/100.000 penduduk (tahun 2003) (Kusriastusi, 2005).
Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, seperti DBD masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Jawa Timur baik di perkotaan maupun
di pedesaan. Pada beberapa tahun terakhir, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
cenderung mengalami peningkatan jumlah kasus maupun kematiannya. Seperti
KLB, DBD secara nasional juga menyebar di beberapa kabupaten/kota di Jawa
Timur. Penyebaran kasus DBD di Jawa Timur terdapat di 38 kabupaten/kota
(semua kabupaten/kota) dan juga di beberapa kecamatan atau desa yang ada di
wilayah perkotaan maupun di pedesaan. Jumlah kasus dan kematian akibat
penyakit DBD di Jawa Timur selama 5 tahun terakhir cenderung mengalami
peningkatan. Pada tahun 2001 dan 2004 terjadi lonjakan kasus yang cukup drastis,
yaitu tahun 2001 sebanyak 8246 kasus (IR 23,50/100.000 penduduk), dan tahun
2004 (sampai dengan Mei) sebanyak 7180 kasus (IR 20,34/100.000 penduduk).
Berdasarkan penyebaran kasus DBD di Jawa Timur, Kabupaten Pacitan termasuk
salah satu daerah penyebaran kasus DBD dengan IR <10/100.000 penduduk
(Huda, 2004). Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan tahun 2007
kasus DBD di daerah tersebut dari tahun ke tahun cenderung mengalami
peningkatan. Pada tahun 2007 KLB DBD terjadi di semua Kecamatan yang ada di
wilayah Kabupaten Pacitan, dan kasus terbanyak terjadi di Kecamatan Pacitan
pada wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari. Dalam profil dinas kesehatan
disebutkan jumlah kasus DBD dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan.
Pada tahun 2005 ditemukan 82 kasus, tahun 2006 ditemukan 156 kasus,
pada tahun 2007 ditemukan 362 kasus dan pada tahun 2008 ditemukan 449 kasus.
Pada tahun 2007 jumlah kematian akibat penyakit DBD ditemukan sebanyak 2
orang, attack rate 0,07%, CFR 0,55% dan pada tahun 2008 jumlah kematian
ditemukan sebanyak 4 orang, attack rate 0,083% dan CFR 0,75%. Dari standar
WHO, sebuah daerah dapat dikatakan baik penanganan kasus DBD bila nilai
CFR-nya di bawah 1%. Jadi penanganan kasus DBD di Kabupaten Pacitan dapat
dikatakan baik. Sesuai dengan indikator keberhasilan propinsi Jawa Timur untuk
angka kesakitan DBD per-100.000 penduduk adalah 5 (Dinkes Jatim, 2006).
Berdasarkan data penyebaran kasus DBD per desa dari Dinas Kesehatan
Pacitan selama 3 tahun terakhir jumlah kasus DBD di Puskesmas Tanjungsari
terus mengalami peningkatan, mulai dari tahun 2006 ditemukan sebanyak 72
kasus, tahun 2007 sebanyak 132 kasus dan tahun 2008 ditemukan kasus DBD
sebanyak 218 kasus. Wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari yang melayani 15
B. Perumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit DBD atau DHF ialah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air
laut (Kristina et al, 2004). Penyakit DBD adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang
ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan dikulit berupa bintik
perdarahan, lebam/ruam. Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah,
kesadaran menurun atau shock (Depkes RI, 1992).
B. Etiologi DBD
Penyakit Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)
disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthopod Borne Virus
(Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, family
Vektor penyakit DBD adalah nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes
albopictus terutama bagi Negara Asia, Philippines dan Jepang, sedangkan nyamuk
jenis Aedes polynesiensis, Aedes scutellaris dan Aedes pseudoscutellaris
merupakan vektor di negara-negara kepulauan Pasifik dan New Guinea. Vektor
DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes (Stegomya) aegypti dan albopictus
(Djunaedi, 2006).
D. Ciri-ciri Nyamuk Aedes aegypti
Menurut Nadezul (2007), nyamuk Aedes aegypti telah lama diketahui
sebagai vektor utama dalam penyebaran penyakit DBD, adapun ciri-cirinya adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
pukul 16.00-17.00.
5. Nyamuk betina menghisap darah unuk pematangan sel telur, sedangkan
nyamuk jantan memakan sari-sari tumbuhan.
6. Hidup di genangan air bersih bukan di got atau comberan.
7. Di dalam rumah dapat hidup di bak mandi, tempayan, vas bunga, dan
tempat air minum burung.
8. Di luar rumah dapat hidup di tampungan air yang ada di dalam drum, dan
ban bekas.
E. Tanda dan Gejala Penyakit DBD
Diagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnose
klinis dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang dapat
dilihat dari penderita kasus DBD dengan diagnosa klinis dan laboratoris :
1. Diagnosa Klinis
a. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 40 C).
b. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif , Petekie
(bintik merah pada kulit), Purpura(pendarahan kecil di dalam kulit),
Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata), Epistaksis
tusuknya (proboscis), agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersamaan air
liur tersebut virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.
2. Tempat potensial bagi penularan DBD
Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk
penularnya. Oleh karena itu tempat yang potensial untuk terjadi penularan
DBD adalah:
a. Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis).
b. Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orangorang
yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya
pertukaran beberapa tipe virus dengue yang cukup besar seperti: sekolah,
RS/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, tempat umum
lainnya (hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat ibadah dan lain-lain).
c. Pemukiman baru di pinggir kota, penduduk pada lokasi ini umumnya
barasal dari berbagai wilayah maka ada kemungkinan diantaranya terdapat
penderita yang membawa tipe virus dengue yang berbeda dari masingmasing lokasi.
G. Bionomik Vektor
Bionomik
vektor
meliputi
kesenangan
tempat
perindukan
nyamuk,
atau
kadang
di
luar
rumah
berdekatan
dengan
tempat
Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa
faktor yang mempengaruhi manusia adalah:
a. Umur
Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap
infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue,
meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali
terjadi epdemi dengue di Gorontalo kebanyakan anakanak berumur 1-5
tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada awal tahun terjadi epidemi
DBD penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tersebut menyerang
terutama pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun, dan selama tahun
1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-anak di bawah
15 tahun.
b. Jenis kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD
dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines
dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak
ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD antara laki-laki
dan perempuan, meskipun ditemukan angka kematian yang lebih tinggi
pada anak perempuan namun perbedaan angka tersebut tidak signifikan.
Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar
dari pada anak perempuan.
c. Nutrisi
Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada
hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik
mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan
antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang berat.
d. Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi
virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan
jumlah insiden kasus DBD tersebut.
e. Mobilitas penduduk
karena itu sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada musim
hujan dan pancaroba. Pada musim itu terjadi perubahan cuaca yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan virus dengue penyebab
DBD. Hal ini menjadi kesempatan jentik nyamuk berkembangbiak menjadi
lebih banyak.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar tubuh manusia.
Faktor ini tidak mudah dikontrol karena berhubungan dengan pengetahuan,
lingkungan dan perilaku manusia baik di tempat tinggal, lingkungan sekolah,
atau tempat bekerja. Faktor yang memudahkan seseorang menderita DBD
dapat dilihat dari kondisi berbagai tempat berkembangbiaknya nyamuk
seperti di tempat penampungan air, karena kondisi ini memberikan
kesempatan pada nyamuk untuk hidup dan berkembangbiak. Hal ini
dikarenakan tempat penampungan air masyarakat indonesia umumnya
lembab, kurang sinar matahai dan sanitasi atau kebersihannya (Satari dan
Meiliasari, 2004). Menurut Suroso dan Umar (Tanpa tahun), nyamuk lebih
menyukai benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti gorden,
kelambu dan baju/pakaian. Maka dari itu pakaian yang tergantung di balik
pintu sebaiknya dilipat dan disimpan dalam almari, karena nyamuk Aedes
aegypti senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap dan kain yang
tergantung untuk berkembangbiak, sehingga nyamuk berpotensi untuk bisa
mengigit manusia (Yatim 2007). Menurut Hadinegoro et al (2001), semakin
mudah nyamuk Aedes menularkan virusnya dari satu orang ke orang lainnya
karena pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat meningkatkan kesempatan
penyakit DBD menyebar, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak
terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah
endemis, peningkatan sarana transportasi. Menurut penelitian Fathi, et al
(2005) ada peranan factor lingkungan dan perilaku terhadap penularan DBD,
antara lain:
1. Keberadaan jentik pada kontainer
Keberadaan jentik pada container dapat dilihat dari letak, macam, bahan,
warna, bentuk volume dan penutup kontainer serta asal air yang tersimpan
terhadap
suatu
objek.
Menurut
Notoatmodjo
(2003),
masyarakat untuk tertular penyakit DBD. Hal ini berarti apabila di suatu
daerah yang kepadatan Aedes aegypti tinggi terdapat seorang penderita DBD,
maka masyarakat sekitar penderita tersebut berisiko untuk tertular. Kepadatan
nyamuk dipengaruhi oleh adanya kontainer baik itu berupa bak mandi,
tempayan, vas bunga, kaleng bekas yang digunakan sebagai tempat
perindukan nyamuk. Agar kontainer tidak menjadi tempat perindukan
nyamuk maka harus di kuras satu minggu satu kali secara teratur dan
mengubur barang bekas.
2. Kepadatan rumah
Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang jarak terbangnya pendek
(100 meter). Oleh karena itu nyamuk tersebut bersifat domestik. Apabila
rumah penduduk saling berdekatan maka nyamuk dapat dengan mudah
berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Apabila penghuni salah satu
rumah ada yang terkena DBD, maka virus tersebut dapat ditularkan kepada
tetangganya.
3. Kepadatan hunian rumah
Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang sangat aktif mencari makan,
nyamuk tersebut dapat menggigit banyak orang dalam waktu yang pendek.
Oleh karena itu bila dalam satu rumah ada penghuni yang menderita DBD
maka penghuni lain mempunyai risiko untuk tertular penyakit DBD. Menurut
hasil penelitian yang dilakukan di Makasar tentang faktorfaktor yang
berpengaruh terhadap kejadian DBD, peneliti menyimpulkan bahwa kejadian
DBD dipengaruhi oleh :
(1) Faktor keadaan lingkungan yang meliputi kondisi fasilitas TPA,
kemudahan memperoleh air bersih, pengetahuan masyarakat, kualitas
pemukiman dan pendapat keluarga.
(2) Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah adanya
kondisi fasilitas TPA yang baik yang disebabkan karena pengurasannya
yang lebih dari satu minggu sekali, tidak ditutup rapat dan terdapatnya
jentik pada fasilitas TPA (Arsin dan Wahiduddin, 2004).
L. Kerangka Teori
Kerangka Teori
1. Faktor internal :
a. Ketahanan tubuh
b. Stamina Manusia terinfeksi Penyakit DBD Virus Dengue Nyamuk Aedes
aegypti
c. Lingkungan Sumber penular DBD
2. Faktor eksternal :
a. Kondisi tempat penampungan air
b. Kebiasaan menggantung pakaian
c. Frekuensi pengurasan kontainer
d. Keberadaan jentik pada
e. kontainer
f. Ketersediaan tutup kontainer
g. Kemudahan memperoleh air bersih
h. Pengetahuan DBD masyarakat
i. Kualitas pemukiman
j. Pendapatan keluarga
k. Pertumbuhan penduduk
l. Urbanisasi
m. Transportasi
n. Kepadatan vektor
M. Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada container
dengan kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.
2. Ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian
DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.
3. Ada hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian
DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.
4. Ada hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian
DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.
5. Ada hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan
kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan.
6. Pengetahuan responden tentang DBD
7. Frekuensi pengurasan container
8. Ketersediaan tutup pada container
9. Kebiasaan menggantung pakaian
10. Kejadian DBD
11. Keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian
yang
dilakukan
adalah
observasional
dengan
1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang
sesuai dengan kriteria inklusi dengan jumlah sebanyak 441 orang.
2. Sampel Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi
(Santoso, 2005). Menurut Kothari dalam Murti (2006), rumus ukuran
sampel untuk menaksir proporsi sebuah populasi sebagai berikut:
n =d N Z p qN Z p q
( 1) . . . . . 2 1 / 222 1 / 2
Dimana:
n
= Ukuran sampel
= 1- p
Z1 a
sisi proporsi (misalnya 10%) Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel
pada penelitian ini adalah :
n = (0,1) .(441 1) (1,96) .0,67.0,33441.(1,96) .0,67.0.332 22
= 5,24937776374,575592 = 71,3561891
Jadi sampel yang diambil adalah sebanyak 75 ibu rumah tangga di
Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan. Kelurahan Ploso terdiri dari 3 RW dan 13
RT dan setiap RT jumlah kepala keluarganya berbeda-beda.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Simple
Random Sampling, yaitu metode pengambilan sampel secara acak
sederhana dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama
besar untuk terpilih sebagai sampel (Sugiarto, et al. 2001). Langkahlangkah pengambilan sampel yaitu dengan membuat undian sejumlah ibu
rumah tangga yang ada di Kelurahan Ploso sebanyak 441, kemudian dari
jumlah tersebut di kocok dan diambil 75 ibu rumah tangga yang kemudian
dijadikan sampel pada saat penelitian.
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:
1. Variabel bebas: keberadaan jentik pada kontainer, kebiasaan menggantung
pakaian, ketersediaan tutup pada kontainer, frekuensi pengurasan
kontainer dan pengetahuan responden tentang DBD.
2. Variabel terikat: kejadian DBD.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Keberadaan jentik pada container Deskripsi: Ada atau tidaknya jentik dalam
tempat penampungan air di setiap rumah yang diperiksa. Cara pengukuran:
Lembar observasi berdasarkan keberadaan jentik pada kontainer.
Skala
: Nominal
: Nominal
: Nominal
: Nominal
: Nominal
: Nominal
BAB IV
PEMBAHASAN
responden dengan
latar
belakang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan pada bab
sebelumnya, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada container dengan
kejadian DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.
2. Ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD
di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.
3. Ada hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian
DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.
4. Ada hubungan antara frekuensi pengurasan kontainer dengan kejadian DBD
di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.
5. Ada hubungan antara pengetahuan responden tentang DBD dengan kejadian
DBD di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan Tahun 2009.
B. Saran
1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Dari kejadian yang ditemukan
di lapangan, sebaiknya pihak instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Pacitan lebih mengintensifkan kegiatan pemeriksaan jentik
berkala dan menggalakkan program 3M plus di lingkungan sekitar, sehingga
dapat dijadikan sebagai monitoring.
2. Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat untuk lebih memperhatikan
kegiatan 3M plus dan pelaksanaan PSNDBD secara mandiri dan teratur
sesuai standar agar dapat mengurangi keberadaan jentik dan masyarakat harus
lebih memperhatikan perilaku kebiasaan menggantung, karena nyamuk itu
menyukai benda yang menggatung seperti pakaian. Dengan melaksanakan
dan merubah kebiasaan tersebut maka penularan penyakit demam berdarah
dengue dapat ditekan.
3. Bagi Peneliti lain Hasil penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti lain
dengan menambah jumlah variabel dan jumlah sampel penelitian, sehingga
diharapkan dapat memperkuat keputusan yang akan diambil.
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan
Dan
Sosial
Kabupaten
Boyolali.
2006.
Buku
Saku
D.
2006.
Demam
Berdarah
[Dengue
DBD]
Epidemiologi,
Fathi, Keman S., Wahyuni CU. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku
terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Vol. 2. No. 1. Juli 2005: 1-10.
Hadinegoro S., Soegijanto S., Wuryadi S., Seroso T. 2001. Tatalaksana Demam
Berdarah Dengue Di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Hadinegoro dan Satari. 2002. Demam Berdarah Dengue Naskah Lengkap
Pelatihan bagi Pelatih Dokter Spesialis Anak & Dokter Spesialis Penyakit Dalam
dalam Tatalaksana Kasus DBD. Jakarta: FK UI.
Huda AH. 2004. Selayang Pandang Penyakit-Penyakit Yang diTularkan Oleh
Nyamuk Di Propinsi Jawa Timur Tahun 2004. Diakses : 8 Oktober 2008.
http://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200501031458
Selpandnyamuk.pdf.
Kandun I. (ed.). 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta:
Infomedika.
Kristina, Isminah, Wulandari L. 2004. Kajian Masalah Kesehatan Demam
Berdarah Dengue. Diakses: 8 September 2008. http://www.litbang.depkes.go.id.
Kusriastuti R. 2005. Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue Dan
Kebijaksanaan Penangulangannya Di Indonesia. Disampaikan Pada Simposium
Demam Berdarah Dengue, UGM, 2 Juni 2005.
Muhidin SA dan Abdurahman M. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur
dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Murti B. 1997. Prisip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. 2006.
Desain Dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Di
Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nadezul, H. 2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Jakarta: Penerbit
Buku Kompas