Professional Documents
Culture Documents
3. Tinea imbricata
Bentuk khas tinea corporis yang disebabkan oleh Trichophyton
concentricum, dapat dijumpai terutama di Asia Tenggara, Pasifik Selatan,
Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Di Indonesia terdapat di Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Irian Barat, Kepulauan Aru dan Kei, dan Sulawesi
Tengah. Tinea imbricata dikenal secara klinis oleh karena plak bersisiknya
(scaly plaques) yang berbeda, tersusun dalam concentric rings.
4. Tinea incognito
Tinea corporis dengan presentasi klinis nonklasik yang berubah karena
pemberian kortikosteroid.
5. Tinea corporis purpurica
Merupakan bentuk tinea corporis yang jarang, memiliki ruam kulit khas,
yaitu purpuric macules.
Beberapa istilah dalam dermatologi:
1. Makula
Perubahan warna kulit tanpa perubahan bentuk.
2. Eritema
Makula yang berwarna merah.
3. Skuama (sisik)
Pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit.
4. Papula
Penonjolan padat di atas permukaan kulit, berbatas tegas, berukuran
kurang dari 1 cm.
5. Vesikel/vesikula
Gelembung yang berisi cairan serosa, berdiameter kurang dari 1 cm.
6. Purpura
Perdarahan di dalam atau di bawah kulit yang tampak kemerahan, dan
tidak hilang jika ditekan.
G. PENATALAKSANAAN
Dilakukan Sendiri
1. Jagalah agar area kulit yang terinfeksi selalu bersih.
2. Dapat memakai cream anti jamur. Cara pemakaian yang benar adalah
dioleskan melebihi dari tepi Lingkaran/cincin sampai kira-kira 2.5 cm.
Dipakai 2x sehari selama minimal 2 minggu sampai seminggu setelah
gejala hilang.
3. Isi obat-obataan yang dijual OTC di Apotek adalah:
a. Miconazole 2% dalam bentuk cream atau bubuk
b. Clotrimazole 1%
c. Butenafine 1%
4.
5.
6.
d. Terbinafine 1%
Kemudian jagalah agar daerah yang terinfeksi selalu bersih
Hindari memegang atau menggaruk lesi yang sedang meradang
Mencuci sarung bantal dan seprai orang yang sakit dan jangan
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan (askep) pada klien gangguan integumen, seperti
kusta, skabies, tinea (jamur) umumnya belum ada rencana asuhan keperawatan
khusus dan belum banyak ditemukan pada buku ajar. Beberapa askep integumen
yang sudah baku dan dapat kita temukan pada beberapa literatur antara lain adalah
askep luka baker dan askep psoriasis. Sehingga askep kulit abnormal dapat
digunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana keperawatan pada klien yang
C. TUJUAN INTERVENSI/IMPLEMENTASI
Tujuan askep dermatosis
adalah terpeliharanya
integritas kulit,
6. Gunakan sabun ringan (dove)/sabun yang dibuat untuk kulit yang sensitif
Rasional: Upaya ini mencakup tidak adanya detergen, zat pewarna.
7. Lepaskan kelebihan pakaian/peralatan di tempat tidur
Rasional: Meningkatkan lingkungan yang sejuk.
8. Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan sabun.
Rasional: Sabun yang keras dapat menimbulkan iritasi.
9. Hentikan pemajanan berulang terhadap detergen, pembersih dan pelarut.
Rasional: Setiap subtansi yang menghilangkan air, lipid, protein dari
epidermis akan mengubah fungsi barier kulit
10. Kompres hangat/dingin.
Rasional: Pengisatan air yang bertahap dari kasa akan menyejukkan kulit
dan meredakan pruritus.
11. Mengatasi kekeringan (serosis).
Rasional: Kulit yang kering meimbulkan dermatitis: redish, gatal.lepuh,
eksudat.
12. Mengoleskan lotion dan krim kulit segera setelah mandi.
Rasional: Hidrasi yang cukup pada stratum korneum mencegah gangguan
lapisan barier kulit.
13. Menjaga agar kuku selalu terpangkas (pendek).
Rasional: Mengurangi kerusakan kulit akibat garukan
14. Menggunakan terapi topikal.
Rasional: Membantu meredakan gejala.
15. Membantu klien menerima terapi yang lama.
Rasional: Koping biasanya meningkatkan kenyamanan.
16. Nasihati klien untuk menghindari pemakaian salep /lotion yang dibeli
tanpa resep Dokter.
R: Masalah klien dapat disebabkan oleh iritasi/sensitif karena pengobatan
sendiri
Kriteria keberhasilan implementasi.
1. Mencapai peredaan gangguan rasa nyaman: nyeri/gatal.
2. Mengutarakan dengan kata-kata bahwa gatal telah reda.
3. Memperllihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan.
4. Mematuhi terapi yang diprogramkan.
5. Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.
6. Menunjukkan kulit utuh dan penampilan kulit yang sehat .
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
1. Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan
kelembaban yang baik.
Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang
nyaman meningkatkan relaksasi.
2. Menjaga agar kulit selalu lembab.
Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan
gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
3. Mandi hanya diperlukan, gunakan sabun lembut, oleskan krim setelah
mandi.
Rasional: memelihara kelembaban kulit
4. Menjaga jadual tidur yg teratur.
5. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
6. Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
7. Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur.
Kriteria Keberhasilan Implementasi
1. Mencapai tidur yang nyenyak.
2. Melaporkan gatal mereda.
3. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
4. Menghindari konsumsi kafein.
5. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
6. Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
bagus.
1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan
merendahkan diri sendiri.
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang
tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh
terhadap konsep diri.
2. Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan
reaksi serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
3. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan
kemampuan
untuk
menilai
diri
dan
mengenali
masalahnya.
Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan
kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi,
ketakutan merusak adaptasi klien .
5. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
6. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
Kriteria Keberhasilan Implementasi
1. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
2. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
3. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
4. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
5. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
6. Tampak tidak meprihatinkan kondisi.
7. Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan
teknik untuk meningkatkan penampilan
5. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan
inadekuat informasi.
1. Kaji apakah klien memahami dan salah mengerti tentang penyakitnya.
Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana
penyuluhan
2. Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki
kesalahan konsepsi/informasi.
Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka
perbuat, kebanyakan klien merasakan manfaat.
3. Peragakan penerapan terapi seperti, kompres basah, obat topikal.
Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk
melakukan terapi.
4. Nasihati klien agar kulit teap lembab dan fleksibel dengan tindakan hidrasi
dan pengolesan krim serta losion kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Adi S, Menaldi SL, Boediardja SA, dkk. Standar Pelayanan Medik Dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin Indonesia (PERDOSKI). 2004:86-7.
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., (ed.). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI). Jakarta.
2005:94-5.
Fitzpatrick JE., Morelli JG., Dermatology Secrets In Color. Third Edition. Mosby
Elsevier.Philadelphia, USA. 2007.
Harahap M (Ed.). Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta. 2000:77.
Lott MER. Tinea Corporis. Cited from:
http://www.emedicine.com/derm/topic421.htm
Article Last Updated: Jun 5, 2008.
Placzek M, van den Heuvel ME, Flaig MJ, Korting HC. Perniosis-like tinea
corporis caused by Trichophyton verrucosum in cold-exposed individuals.
Mycoses. Nov 2006;49(6):476-9.