Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah penting di Indonesia.
Lingkungan tempat tinggal yang tidak memadai, kumuh kepadatan menjadi
faktor risiko tejadinya penularan penyakit infeksi. Salah satu penyakit
infeksi yang menyerang penduduk Indonesia adalah diare,
penyebab
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
AMEBIASIS
II.1.1 Definisi
Suatu keadaan terdapatnya Entamoeba histolytica dengan atau
tanpa manifestasi klinik, dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan
(Food Borne Disease) . 4
II.1.2 Etiologi
Amebiasis disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Protozoa ini
termasuk dalam kelas rhizopoda. Dalam daur hidupnya Entamoeba
histolytica mempunyai tiga stadium yaitu : 4,9
(1) Bentuk histolitika
ukuran 20-40 m.
ektoplasma bening homogen pada tepi sel dan terlihat nyata.
endoplasma berbutir halus dan tidak mengandung bakteri/sisa
ukuran 10-20 m
ektoplasma tampak berbentuk pseudopodium dan tidak terlihat
nyata
endoplasma berbutir kasar, mengandung sisa makanan/bakteri
dan mengandung inti entamoeba tetapi tidak mengandung eritrosit
ukuran 10-20 m
sebagai bentuk dorman pertahanan terhadap lingkungan, dapat
hidup lama luar tubuh manusia, tahan terhadap asam lambung dan
II.1.3 Epidemiologi
Transmisi penyakit ini secara fekal-oral, baik secara langsung
melalui tangan maupun tidak langsung melalui air minum atau makanan
yang tercemar. Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung
kista amuba yang berasal dari carrier (cyst passer). Carrier biasanya
orang sehat. Laju infeksi yang tinggi didapatkan di tempat-tempat
penampungan anak cacat atau pengungsi dan di negara-negara sedang
berkembang dengan sanitasi lingkungan hidup yang jelek, tercemar oleh
carrier, tidak terdapatnya jamban sehingga kista dapat di bawa oleh lalat
atau kecoa, penggunaan kotoran manusia sebagai pupk, dan kurang
baiknya kebersihan. Di negara beriklim tropis banyak didapatkan strain
patogen dibandingkan di negara maju yang beriklim sedang. Oleh karena
itu di negara yang sudah maju dijumpai penderita asimtomatik. Akan
tetapi di negara yang sedang berkembang banyak dijumpai penderita
simtomatik. 9
II.1.4 Patogenesis
E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai
komensal (apatogen) di usus besar manusia. Jadi protozoa ini tidak selalu
menimbulkan penyakit. Bila tidak menyebabkan penyakit, amoeba ini
hidup sebagai trofozoit bentuk minuta yang bersifat komensal di lumen
usus besar, berkembang biak secara belah pasang. Apabila kondisi
mendukung, dapat berubah menjadi patogen (membentuk koloni di
dinding usus, menembus mukosa usus, kemudian menimbulkan ulserasi).
Bentuk minuta dapat membentuk dinding dan berubah menjadi bentuk
kista. Kista dikeluarkan bersama tinja, dengan adanya dinding tersebut
bentuk kista dapat bertahan terhadap pengaruh buruk di luar badan
manusia. Kista dapat hidup lama dalam air (10-14 hari), di lingkungan
lembab (12 hari). Kista mati pada suhu 50C atau dalam keadaan kering.
Bentuk trofozoitnya terdiri dari 2 macam, trofozoit komensal (<10 m)
dan trofozoit patogen (>10 m). 6
Faktor yang menyebabkan perubahan sifat trofozoit tersebut
sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Diduga baik faktor
kerentanan tubuh penderita, sifat keganasan (virulensi) amoeba maupun
lingkungannya mempunyai peran. Sifat keganasan amoeba ditentukan
oleh strainnya. Strain amoeba di daerah tropis ternyata lebih ganas
daripada strain di daerah sedang. Akan tetapi sifat keganasannya tersebut
tidak stabil, dapat berubah apabila keadaan lingkungan mengizinkan.
Ameba yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan
lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan
dinding usus. Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu lapisan mukosa
2)
3)
bersifat kejang
Diare ringan 4-5 kali sehari
Tinja berbau busuk
Kadang tinja bercampur darah dan lendir
Sedikit nyeri tekan di daerah sigmoid
Tanpa atau disertai demam ringan (subfebril)
Kadang-kadang disertai hepatomegali
Amebiasis intestinal sedang (disentri amoeba sedang)
Keluhan dan gejala klinis lebih berat dibanding disentri
ringan, tetapi penderita masih mampu melakukan aktivitas
4)
ciri-ciri :
Diare disertai darah yang banyak
Diare >15 kali per hari
Demam tinggi (400C-40,50 C)
Mual dan anemia
Pada saat ini tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan
5)
II.1.6 Diagnosis
Leukositosis
2) Adanya trofozoit atau kista di dalam feses atau trofozoit di
formalin(MIF).
Kemudian
tinja
disimpan
pada
media
transport(dapat berupa media Cary Blair & Stuart atau pepton water) 5
Perbedaan disentri amoeba dan shigella
a. Makroskopik
Amoebiasis
Shigella
10
Inkubasi
lama
< 1 minggu
Onset
Lambat
Cepat
Jumlah
6-8x/hari
>10x/hari
Jumlah
Relaif lebih
banyak
feses
sedikit
Bau
Busuk
Amis
Warna
Merah gelap
Merah segar
Konsistensi
Lendir
Viscous dan
bercampur pada
mengumpul di dasar
feses
feses
Asam
Basa
defekasi
Reaksi
b. Mikroskopik
Sel darah merah
Makrofag
Eosinofil
Kristal charcot leyden
Parasit
Amoebiasis
Menggumpal
Sedikit
Banyak
Ada
E. histolytica
Shigella
Terpisah
Banyak
Jarang
Tidak ada
Tidak ada
II.1.8 Komplikasi
Beberapa penyulit dapat terjadi pada disentri ameba, baik berat
maupun ringan. Berdasarkan lokasinya, penyulit tersebut dapat dibagi
menjadi : 7
1) Komplikasi Intestinal
a) Perdarahan usus
b) Perforasi usus
c) Ameboma
d) Intususepsi
2) Komplikasi Ektra Intestinal
a) Amebiasis hati
b) Amebiasis pleuropulmonal
c) Abses otak, limpa, dan organ lain
d) Amoebiasis kulit
11
peritonitis
Escherichia coli enteroinvasive (EIEC): : diare di sertai darah dan
lendir, tenesmus, kram perut, tidak berbau, warna tinja merah-
ijo,konsistensi lembek
EHEC: diare berdarah, kram perut, muntah, demam
Instususepsi : feses bercampur darah dan lendir, awalnya keadaan
sehat tiba-tiba menangis kesakitan jika sedang serangan, serangan
berulang dengan jarak 15-20 menit, muntah, pada pemeriksaan
colok dubur didapatkan Tonus sphincter melemah 11
II.1.10 Penatalaksanaan
1)
2)
II.1.10 Prognosis
Prognosis ditentukan oleh berat ringannya penyakit, diagnosis dan
pengobatan dini yang tepat, serta kepekaan amoeba terhadap obat yang
diberikan. Pada umumnya prognosis amoebiasis adalah baik terutama
yang tanpa komplikasi. Pada abses hati amoeba kadang-kadang
diperlukan tindakan pungsi untuk mengeluarkan nanah. Demikian pula
pada amoebiasis yang disertai penyulit efusi pleura. Prognosis yang
kurang baik adalah abses otak amoeba. 12, 8
II.1.11 Pencegahan
Makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup yang
memenuhi syarat kesehatan merupakan sarana pencegahan penyakit yang
sangat penting. Air minum sebaiknya dimasak dulu, karena kista akan
binasa bila air dipanaskan 400C selama 5 menit. Pemberian klor dalam
jumlah yang biasa digunakan dalam proses pembuatan air bersih,
ternyata tidak bisa membinasakan nkista. Penting sekali adanya jamban
keluarga, isolasi dan pengobatan carrier. Carrier dilarang bekerja
sebagai juru masak atau segala pekerjaan yang berhubungan dengan
makanan. 1,2,3,12
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Armon K. Stephenson T, Macfaul R, Eccleston P, Warneke U. An evidence
and consensus based guideline for acute diarrhea management. Arch Dis
Child 2010;85:132-42.
2. Badan Koordinasi Gastroenterology Anak Indonesia. 2007. Tata Laksana
Diare Pada Anak. Jakarta : BKGAI.
3. B. Soebagyo. 2008. Diare akut pada anak. Sebelas Maret University Press
4. Ikatan dokter anak indonesia.2012. Buku Ajar Infeksi Dan Pediatri Tropis.
Edisi kedua. IDAI: jakarta
5. Lung E. Acute diarrheal diseases dalam current diagnosis abd treatment
in gastroenterology. Ed. Friedman S ; edisi ke 2 New Tork 2008 :McGraw
Hill,hal 131-49
6. Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., Setiowulan, W. 2009. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi 3Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius UI.
7. Rani, A., Simadibrata, M., Syam, A.F. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi.
Edisi 1. Jakarta : Interna Publishing.
8. Kittrick, L. 2012. Amoebic Abscess of the liver without Preceding
Diarrhea. Di kutip tanggal 9 Oktober 2014,
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM193312212092 510
9. Robbins et al. 2007. Basic pathology of disease. Philadelphia. Elsevier
Saunders, 18: 833-893
14
15