Professional Documents
Culture Documents
S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS AURIS SINISTRA OTITIS
MEDIA SUPURATIF KRONIS TIPE MALIGNA DAN MASSA
RETROAURIKULER DEXTRA
DI BANGSAL DAHLIA 5
RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah KMB IV
Oleh Kelompok 15 B :
Maizan Rahmatina
P07120112064
Putri Pamungkassari
P07120112071
P07120112080
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS AURIS SINISTRA OTITIS MEDIA SUPURATIF
KRONIS TIPE MALIGNA DAN MASSA RETROAURIKULER DEXTRA
DI BANGSAL DAHLIA 5
RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah KMB IV
Disusun Oleh :
Maizan Rahmatina
P07120112064
Putri Pamungkassari
P07120112071
P07120112080
Tingkat 3 Reguler B
Telah mendapatkan persetujuan pada tanggal
Oktober 2014
Oleh :
Pembimbing Lapangan,
Pembimbing Pendidikan,
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga
tengah secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau
kental,
bening,
atau
berupa
nanah.
Biasanya
disertai
gangguan
Indera pendengaran
khusus
yang
mampu
mendeteksi
sebagai
merupakan
bagian
dari
organ
sensori
bunyi.
Indera
stimulus
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna / aurikula) dan saluran
telinga luar (meatus auditorius eksternus). Daun telinga terletak di
dua sisi kepala setinggi mata. Tersusun oleh tulang rawan atau
kartilago dan otot kecil yang di lapisi oleh kulit sehingga menjadi
tinggi keras dan lentur. Daun telinga di persarafi oleh saraf fasialis.
Fungsi dari daun telinga adalah mengumpulkan gelombang suara
untuk di teruskan kesaluran telinga luar yang selanjutnya ke
gendang telinga
Saluran telinga
luar
merupakan
lintasan
yang
sempit,
ini
berfungsi
untuk
melindungi
kulit
dari
bakteri,
pendengaran
(osikel).
Kekuatan
getaran
suara
basiler,
tersusun
atas
sel-sel
rambut
yang
Deskuamasi
terbentuk
terus,
lalu
menumpuk.
Sehingga
secara terus menerus atau intermiten dan dapat terjadi pada salah satu atau
pada kedua telinga (Fung, 2004).
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh
aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe
jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering
kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran
timpani
dan
infeksi.
Keluarnya
sekretbiasanya
hilang
timbul.
karena
daerah
yang
sakit
ataupun
kolesteatom,
dapat
PENATALAKSANAAN
Menurut Arief Mansjoer, dkk. (2001) terapi OMSK sering lama dan harus
berulang-ulang karena :
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus
paranasal,
3. Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga
mastoid
4. Gizi dan kebersihan yang kurang.
Menurut Arief Mansjoer, dkk. (2001), prinsip terapi OMSK tipe benigna
dan maligna berbeda, yaitu :
1. Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan
obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah
sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat
tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kartikosteroid. Banyak
ahli berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini
mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu penulis
menganjurkan agar obat tetes telinga jangan diberikan secara terus
menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah
tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau
eritromisin, (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum tes resistensi
diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten
terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi
selama
bulan,
maka
idealnya
dilakukan
miringoplasti
atau
terapi
OMSK
tipe
maligna
ialah
pembedahan,
yaitu
mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe maligna, maka terapi yang
tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanopplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila
terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya
dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.
Infeksi telinga tengah dan mastoid.Rongga telinga tengah dan rongga
mastoid berhubungan langsung melalui aditus adantrum. Oleh karena
itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya
disertai infeksi kronis di rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal
dengan mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam
komplikasi OMSK.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat
dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau
maligna, Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya
infeksi atau koleasteatom, sarana yang tersedia serta pengalaman operator.
Sesuai dengan luasnya infeksi atau luasnya kerusakan yang sudah terjadi,
kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu atau modifikasinya.
Jenis pembedahannya yaitu :
1. Mastoidektomi sederhana.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan
pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini
dilakukan permbersihan ruang mastoid dari jaringan patologik.
Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
2. Mastoidektomi Radikal.
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau
kolesteatom yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid
dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik.
Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah tengah
dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi
tersebut menjadi suatu ruangan.
penyakit
serta
penghilangan
gejala
dan
infeksi.
Antibiotik
mungkin
mungkin
cocok
untuk
membuka
tuba
eustachius.
ditelinga
digunakan
untuk
dalam.
Decangestan
membantu
atau
mengeluarkan
antibismin
cairan
dapat
dari
tuba
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada
didapati tuli
pemeriksaan
audiometri
konduktif. Tapi
dapat
penderita
pula
OMSK
dijumpai
biasanya
adanya
tuli
Normal
: -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan
: 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang
: 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat
: 71 dB sampai 90 dB
Tuli total
: lebih dari 90 dB.
Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif
operasi
rekonstruksi
telinga
tengah
untuk
perbaikan
dibelakang
dan
audiometri.
Pemerikasaan
radiologi
biasanya
Pada
keadaan
mastoid
yang
skleritik,
gambaran
K. PROGNOSIS
Biasanya OMC berespon terhadap terapi dapat terjadi dalam beberapa
bulan. Biasanya kerusakan bukan merupakan suatu ancaman bagi
kehidupan penderita tetapi dapat menyebabkan ketidak nyamanan dan
dapat berakhir dengan komplikasi yang serius (Fung, 2004).
L. KOMPLIKASI
Menurut Adam dkk, komplikasi OMSK diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Komplikasi di telinga tengah :
a. Perforasi persisten
b. Erosi tulang pendengaran
c. Paralisis nervus fasial
2. Komplikasi di telinga dalam :
a. Fistel labirin
b. Labirinitis supuratif
c. Tuli saraf
3. Komplikasi di ekstrasdural :
a. Abses ekstradural
b. Trombosis sinus lateralis
c. Petrositis
4. Komplikasi ke susunan saraf pusat :
a. Meningitis
b. Abses otak
c. Hidrosefalus otitis.
5. Kerusakan yang permanen dari telinga dengan berkurangnya pandangan
atau ketulian.
6. Mastuiditis
7. Cholesteatoma
8. Abses apidural (peradangan disekitar otak)
9. Paralisis wajah
10. Labirin titis.
Menurut Arief Mansjoer, dkk. (2001), komplikasi yang dapat terjadi pada
pasien OMSK anatara lain paralisis nervus fasialis, fistula labirin, labirinitis,
labirinitis supuratif, petrositis, tromboflebitis sinus lateral, abses ekstra dural,
abses subdural, meningitis, abses otak, dan hidrosefalus otitis.
pada
telinga
tengah.
Membran
timpani
yang
normal
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan
pendengaran.
Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
- Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
- Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi
tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga
yang baik.
Intervensi Keperawatan :
semua
komunikasi
pada
klien,
tidak
kepada
b. Perubahan
persepsi/sensoris
berhubungan
dnegan
obstruksi,
merawat
alat
alat
pendengaran
tergantung
pada
tipe
anestesi,
nyeri,
prosedur
hilangnya
operasi,
fungsi,
diagnosis,
kemungkinan
kepada
klien
ketika
mendiskusikan
mengenai
gangguan
seperti
yang
dialami
klien
untuk
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
PENGKAJIAN
Hari, tanggal
Pukul
Tempat
Metode
Sumber
Oleh
1. Identitas
a. Klien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Status
Alamat
Suku / bangsa
Pekerjaan
Tanggal masuk
No RM
Diagnosa medis
II.
: Tn. S
: 30 tahun
: Laki-laki
: Islam
: Belum kawin
: Kedungsari, Magelang, Jawa Tengah
: Jawa / Indonesia
: Pekerja lepas
: 10 Oktober 2014
: 01.70.24.24
: Auris sinistra otitis media supuratif kronis tipe
obat
merk
bodrex
sebagai
obat
antinyeri.
Pasien
pasien
mempunyai
riwayat
III.
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi/ROM
Keterangan :
1 : Mandiri
3 : Dibantu orang lain dan alat
2 : Alat bantu
4 : Tergantung total
3 : Dibantu orang lain
4. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit
Pasien tidur 6 jam sehari. Pasien mengatakan tidak pernah
tidur siang. Pasien mulai tidur pada pukul 01.00 07.00 WIB.
Selama sakit
Keluarga pasien mengatakan pasien kurang tidur karena
merasakan sakit yang mengakibatkan pasien tidak bisa tidur
dengan nyenyak. Pasien mulai bisa tidur pada pukul 20.00-24.00
WIB.
5. Pola Kebersihan Diri
a. Kebersihan kulit
Pasien mandi 1 kali sehari.
b. Rambut
Rambut bersih dan berwarna hitam.
c. Telinga
Telinga simetris, keluar cairan dari telinga kiri berwarna
kekuningan. Lubang telinga kiri pasien ditutup kassa untuk
menyumbat keluarnya cairan.
d. Mulut
Gigi pasien terlihat kurang bersih. Pasien mengatakan jarang
gosok gigi.
B. Aspek Mental Intelektual Sosial - Spiritual
1. Konsep diri
a. Identitas diri
Pasien adalah seorang yatim piatu, bekerja sebagai pekerja
lepas.
b. Gambaran diri
Pasien terbuka dengan orang yang baru dikenal.
c. Peran diri
Pasien sebagai seorang buruh (pekerja lepas).
d. Ideal diri
Pasien berharap
penyakitnya
segera
sembuh
dan
tidak
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
A.
Kesadaran
: Compos Mentis
2.
Tanda-tanda vital
: 36,5 C
c. Nadi
: 90 x/menit
d. Respirasi
: 18 x/menit
e. VAS
: 7 dari 0-10
3.
Status gizi
B.
a. Berat Badan
: 48 kg
b. Tinggi Badan
: 163 cm
c. IMT
Pemeriksaan cephalokaudal
1. Kepala
Bentuk kepala mesochepal. Terlihat bersih dan tidak
terlihat adanya luka. Pasien terlihat menyeringai saat kesakitan.
2. Mata
Tidak ada gangguan penglihatan. Konjungtiva
tidak
telinga
simetris,
terlihat
cairan
berwarna
V.
TERAPI
A. IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Hasil pemeriksaan radiologi CT Scan mastoid tanggal 07 Oktober 2014
Hasil : Soft tissue mass amicula dextra, mastoiditis sinistra
Hasil
Satuan
Nilai Normal
3,98
12
15
g/dL
U/L
U/L
3,97-4,94
40
41
15,1
0,88
mg/dL
mg/dL
6-20
0,7-1,2
125
mg/dL
80-140
136
5,1
97
mmol/L
mmol/L
mmol/L
136-145
3,5-5,1
98-107
HEMOSTASIS
PPT
INR
Kontrol PPT
APTT
Kontrol APTT
HEMATOLOGI
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
Neutrofil%
Limfosit%
Monosit%
Eosinofil%
Basofil%
Neutrofil#
Limfosit#
Monosit#
Eosinofil#
Basofil#
RDW-CV
Golongan darah Rhesus
Golongan darah ABO
RDW-SD
PDW
MPV
P-LCR
PCT
NRBC#
IG (Immatur Granulocyte)#
NRBC%
IG (Immatur Granulocyte)%
HEPATITIS
HBsAg
16,5
1,23
13,6
34,2
29,7
detik
9,91
4,7
13,4
41,6
88,5
28,5
32,2
478
70,9
18,6
8,5
1,7
0,3
7,03
1,84
0,84
0,17
0,03
11,9
+
AB
37,9
9,1
8,8
14,6
0,42
0
0,02
103/L
106/L
g/dL
%
fL
pg
g/dL
103/L
%
%
%
%
%
103/L
%
%
%
%
%
4,5-11
4,7-6,1
13,2-17,3
39,6-51,9
80-99
27-32
32-36
250-450
50-70
22-40
2-8
2-4
0-1
2,2-4,8
1,3-2,9
0,3-0,8
0-0,2
0-0,1
11,5-14,5
fL
fL
fl
%
%
%
103L
35-45
0-99,9
7,2-10,4
15-25
0-0,99
0-1
0
0,2
103L
%
Non
Reaktif
detik
11,4-16,3
0,9-1,1
22,5-37
-
Non Reaktif
VII.
ANALISA DATA
DATA
DS :
MASALAH
Nyeri akut
PENYEBAB
Agen cedera
biologis :
proses
peradangan
Gangguan
Nyeri
pola tidur
Gangguan
Perubahan
sensori
sensori
pecah
- Terjadi penurunan pendengaran di telinga kiri (tidak
persepsi :
persepsi
pendengaran
pendengaran
- Tes pendengaran
Dilakukan tes detik jam tangan, terjadi gangguan
fungsi pendengaran di telinga sebelah kiri, fungsi
pendengaran telinga sebelah kanan masih normal
- Hasil pemeriksaan audiometri
Hasil :
AD : Normal
AS : MHL (Mix Hearing Lose) Profunda
- Hasil pemeriksaan radiologi mastoid
Hasil : Mastoiditis sinistra
- Lubang telinga kiri disumbat kassa untuk mencegah
cairan keluar
mendengar suara)
Sering keluar cairan berwarna kekuningan dari telinga kiri
DO :
Tes pendengaran
Dilakukan tes detik jam tangan, terjadi gangguan fungsi
pendengaran di telinga sebelah kiri, fungsi pendengaran telinga
IX. PERENCANAAN
N
DIAGNOSA
TUJUAN
Senin, 13 Oktober 2014
PERENCANAAN
INTERVENSI
Senin, 13 Oktober 2014
O
1.
KEPERAWATAN
Nyeri akut
RASIONAL
Senin, 13 Oktober 2014
berhubungan
dengan agen
Setelah dilakukan
cedera biologis
asuhan keperawatan
1. Pasien melaporkan
nyeri berkurang
2. Tanda-tanda vital
normal
3. Skala nyeri
berkurang menjadi
4 dari 0-10
4. Pasien terlihat
rileks
5. Pasien mengerti
mengenai
nafas dalam
Maizan
manajemen nyeri
2.
Gangguan sensori
non farmakologi
Maizan
Senin, 13 Oktober 2014
persepsi :
pendengaran
Setelah dilakukan
berhubungan
asuhan keperawatan
dengan
perubahan sensori
persepsi
terjadi gangguan
pendengaran
pendengaran dengan
kriteria hasil :
1. Kemampuan
dan bau
mengalami keabnormalan
pendengaran baik
2. Tidak ada cairan
keluar dari telinga
Putri
3.
Gangguan pola
tidur berhubungan
dengan nyeri
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
1. Terjadi peningkatan
tidur : jumlah dan
sebelum tidur
pasien
kualitas
2. Menyatakan tubuh
Vinda
Vinda
Tanggal/
Jam
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
Keperawatan
1. Mengobservasi
Senin, 13
Gangguan
08.45 WIB
Oktober
sensori persepsi
2014
: pendengaran
telinga pasien
O : Cairan pus berwarna kekuningan keluar dari telinga kiri, ceftriaxon 1 g masuk per IV,
08.30 WIB
berhubungan
2. Mengelola
dengan
pemberian antibiotik
perubahan
Ceftriaxon 1 g per
sensori persepsi
IV
pendengaran
Putri
Senin, 13
Nyeri akut
Oktober
berhubungan
2014
dengan agen
08.45 WIB
cedera biologis :
proses
peradangan
09.15 WIB
1. Melakukan
pengkajian nyeri
2. Mengelola terapi
analgetik Ketorolac
30 mg per IV
leher, skala berkurang setelah di beri obat analgetik menjadi 5 dari 0-10, nyeri berkurang
setelah diberi obat
O : Pasien terlihat belum rileks, Ketorolac 30 mg masuk per IV, tekanan darah 100/70 mmHg,
suhu 36,5 C, nadi 90 x/menit, respirasi 18 x/menit
S : Pasien mengeluh nyeri pada kepala bagian kiri, nyeri seperti ditusuk-tusuk, menjalar hingga
Putri
Selasa, 14
Nyeri akut
Oktober
berhubungan
2014
dengan agen
08.00 WIB
cedera biologis :
proses
1. Melakukan
pengkajian nyeri
2. Mengelola terapi
analgetik Ketorolac
30 mg per IV
08.30 WIB
S : Pasien mengeluh nyeri pada kepala bagian kiri, nyeri seperti dipukul-pukul, menjalar hingga
leher, skala berkurang setelah diberi obat analgetik menjadi 4 dari 0-10, nyeri berkurang
setelah diberi obat
O : Pasien terlihat lemas, ketorolac 30 mg masuk per IV, tekanan darah 100/80 mmHg, suhu
peradangan
Vinda
1. Mengobservasi cairan
Selasa, 14
Gangguan
Oktober
sensori persepsi
2014
: pendengaran
08.15 WIB
berhubungan
pasien
2. Mengelola pemberian
08.45 WIB
S : Pasien mengeluh masih keluar cairan dari telinga kiri berwarna kekuningan bercampur
darah
O : Lubang telinga kiri pasien ditutup kapas, ceftriaxon 1 g masuk per IV, pasien bisa
dengan
antibiotik
mendengar dan komunikasi dengan baik walaupun samar-samar, dilakukan tes detik jam
perubahan
ceftriaxon 1g per
tangan terjadi gangguan fungsi pendengaran di telinga sebelah kiri, fungsi pendengaran telinga
IV
3. Melakukan tes
sensori persepsi
pendengaran
pendengaran :
detik jam tangan
Vinda
Selasa, 14
Gangguan pola
Oktober
tidur
2014
berhubungan
10.00 WIB
dengan nyeri
Mengobservasi
jumlah jam tidur
pasien
Menciptakan
lingkungan yang
nyaman dan
10.15 WIB
S : Keluarga pasien mengatakan Tadi malam pasien tidak bisa tidur nyenyak, mudah
terbangun mbak, tadi malam masih mengeluhkan nyeri di kepala, jadi susah untuk memulai
tidur
O : Pasien terlihat tidur siang, korden sampiran pembatas tertutup, kipas angin menyala
adekuat
Vinda
Rabu, 15
Nyeri akut
Oktober
berhubungan
2014
dengan agen
08.00 WIB
cedera biologis :
08.30 WIB
1. Melakukan
pengkajian nyeri
proses
2. Mengelola terapi
analgetik Ketorolac
30 mg per IV
peradangan
Maizan
S : Pasien mengeluh nyeri pada kepala bagian kiri, nyeri seperti dipukul-pukul, menjalar hingga
leher, skala berkurang setelah diberi obat analgetik menjadi 4 dari 0-10, nyeri berkurang
setelah diberi obat
O : Pasien terlihat lemas, ketorolac 30 mg masuk per IV, tekanan darah 90/60 mmHg, suhu
36,3 C, nadi 64 x/menit, respirasi 18 x/menit
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : Monitor tanda-tanda vital
: Kelola pemberian ketorolac 30 mg/12 jam per IV
Maizan
1. Mengobservasi cairan
Rabu, 15
Gangguan
Oktober
sensori persepsi
2014
: pendengaran
08.15 WIB
berhubungan 2.
08.45 WIB
S : Keluarga pasien mengeluh masih keluar cairan dari telinga kiri berwarna kekuningan
bercampur darah dari telinga pasien
O : Lubang telinga kiri pasien ditutup kapas, ceftriaxon 1 g masuk per IV, pasien bisa
dengan
antibiotik ceftriaxon
perubahan
1g per IV
sensori persepsi
Maizan
pendengaran
Rabu, 15
Gangguan pola
Mengobservasi
10.15 WIB
Oktober
tidur
S : Keluarga pasien mengatakan Alhamdulillah mbak, tadi malam pasien bisa tidur dari jam
2014
berhubungan
pasien
10.00 WIB
dengan nyeri
Maizan
BAB III
KESIMPULAN
Masalah yang muncul pada Tn. S dengan diagnosa medis auris sinistra otitis
media supuratif kronis tipe maligna dan massa retroaurikuler dextra adalah :
A. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
B. Gangguan sensori persepsi : pendengaran berhubungan dengan
perubahan sensori persepsi pendengaran
C. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, ada beberapa
diagnosa yang teratasi, teratasi sebagian dan belum teratasi, diantaranya :
A. Masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis teratasi
sebagian dikarenakan pasien masih dalam proses peradangan dan belum
dioperasi. Pasien direncanakan operasi pada tanggal 16 Oktober 2014
B. Masalah gangguan sensori persepsi : pendengaran berhubungan dengan
perubahan sensori persepsi pendengaran teratasi sebagian, dikarenakan
telinga pasien masih mengeluarkan cairan berwarna kuning kemerahan,
pasien direncanakan operasi pada tanggal 16 Oktober 2014
C. Masalah gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri teratasi,
dikarenakan pasien telah mendapatkan obat analgetik ketorolac 30 mg,
kadang-kadang pasien juga meminum obat asam mefenamat yang
disediakan ekstra oleh keluarganya, sehingga pasien bisa tidur tanpa
terganggu oleh rasa sakit
DAFTAR
PUSTAKA