Professional Documents
Culture Documents
PLEURA
23.03 |
2.
3.
Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses dan sindrom Meigs.
4.
5.
Trauma
6.
Penyebab lain seperti lupus eritematosus sistemik, rematoid arthritis, sindroms nefrotik dan uremia.
terjadinya Pleural
Effusion tergantung
pada
keseimbangan
antara
cairan
dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai
filtrasi
melalui
pembuluh
darah
kapiler.
Filtrasi
yang
terjadi
karena
perbedaan
tekanan
osmotic plasma dan jaringaninterstitial submesotelial kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam
rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.
Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjadi penimbunan cairan berupa transudat maupun
eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal jatung
kongestif. Pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pmbuluh darah.
Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal. Penimbunan
transudat dalam rongga pleura disebut hidrotoraks. Cairan pleura cenderung tertimbun pada dasar paru
akibat gaya gravitasi.
Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan
permeabilitas kapiler atau gangguan absorpsi getah bening.Jika efusi pleura mengandung nanah,
keadaan ini disebut empiema. Empiema disebabkan oleh prluasan infeksi dari struktur yang berdekatan
dan dapat merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga
pleura. Bila efusi pleura berupa cairan hemoragis disebut hemotoraks dan biasanya disebabkan karena
trauma maupun keganasan.
Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi engembangannya. Derajat
gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada ukuran dan cepatnya perkembangan penyakit. Bila
cairan tertimbun secara perlahan-lahan maka jumlah cairan yang cukup besar mungkin akan terkumpul
dengan sedikit gangguan fisik yang nyata.
Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan menyebabkan gagal nafas. Gagal
nafas didefinisikan sebagai kegagalan pernafasan bila tekanan partial Oksigen (Pa O2) 60 mmHg atau
tekanan partial Karbondioksida arteri (Pa Co2) 50 mmHg melalui pemeriksaan analisagas darah.
Askep Efusi Pleura
D. Tanda dan Gejala
1.
Batuk
2.
Dispnea bervariasi
3.
4.
5.
Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.
6.
7.
8.
9.
10.
Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik, bronkiektasis, abses dan TB paru.
Rontgen Toraks
Dalam foto thoraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat permukaan yang melengkung
jika jumlah cairan > 300 cc. Pergeseran mediastinum kadang ditemukan.
2.
CT Scan Thoraks
Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang utama bronkus,
menentukan lesi pada pleura dan secara umum mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan
yang terdapat pada paru dan jaringan toraks lainnya.
3.
Ultrasound
Ultrasound dapat membantu mendeteksi cairan pleura yang timbul dan sering digunakan dalam
menuntun penusukan jarum untuk mengambil cairan pleura pada torakosentesis.
4.
Torakosentesis
Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
2.
3.
4.
5.
Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri, dispnea, dll.
Cairan efusi sebanyak 1 1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru,
jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam
kemudian.
6.
7.
Operatif.
G. Komplikasi
1. Fibrotoraks
pleural effusion yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi
perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks.
Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringanyang
berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan
membrane-membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat
efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang
berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikanjaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru
yang
menimbulkan
peradangan.
Pada efusi
pleura,
atalektasis
yang
berkepanjangan
dapat
Anamnesis:
Pada umumnya tidak bergejala . Makin banyak cairan yang tertimbun makin cepat dan jelas timbulnya
keluhan karena menyebabkan sesak, disertai demam sub febril pada kondisi tuberkulosis.
2.
Klien mengeluh lemah, napas pendek dengan usaha sekuat-kuatnya, kesulitan tidur, demam pada sore atau
malam hari disertai keringat banyak.
3.
Klien mengungkapkan faktor-faktor stress yang panjang, dan kebutuhan akan pertolongan dan harapan
Dapat ditemukan perilaku denial (terutama pada tahap awal) dan kecemasan
4.
Dapat ditemukan perilaku melindungi bagian yang nyeri, distraksi, dan kurang istrahat/kelelahan
5.
Kebutuhan Respirasi
Klien melaporkan batuk, baik produktif maupun non produktif, napas pendek, nyeri dada
Dapat ditemukan peningkatan respiratory rate karena penyakit lanjut dan fibrosis paru (parenkim) dan
pleura, serta ekspansi dada yang asimetris, fremitus vokal menurun, pekak pada perkusi suara nafas menurun atau
tidak terdengan pada sisi yang mengalami efusi pleura. Bunyi nafas tubular disertai pectoriloguy yang lembut dapat
ditemukan pada bagian paru yang terjadi lesi. Crackles dapat ditemukan di apex paru pada ekspirasi pendek setelah
batuk.
6.
Kebutuhan Keamanan
Klien mengungkapkan keadaaan imunosupresi misalnya kanker, AIDS , demam sub febris
7.
Klien mengungkapkan perasaan terisolasi karena penyakit yang diderita, perubahan pola peran.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan perkusi pekak, fremitus vokal menurun atau asimetris bahkan
menghilang, bising napas juga menurun atau hilang. Gerakan pernapasan menurun atau asimetris, lenih
rendah terjadi pada sisi paru yang mengalami efusi pleura. Pemeriksaan fisik sangat terbantu oleh
pemeriksaan radiologi yang memperlihatkan jelas frenikus kostalis yang menghilang dan gambaran batas
cairan melengkung.
Pemeriksaan Diagnostik
Kultur sputum : dapat ditemukan positif Mycobacterium tuberculosis
Apusan darah asam Zehl-Neelsen : positif basil tahan asam
Skin test : positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar, terjadi selama 48 72 jam setelah injeksi.
Foto thorax : pada tuberkulosis ditemukan infiltrasi lesi pada lapang atas paru, deposit kalsium pada lesi
primer, dan adanya batas sinus frenikus kostalis yang menghilang, serta gambaran batas cairan yang
melengkung.
Biakan kultur : positif Mycobacterium tuberculosis
Biopsi paru : adanya giant cells berindikasi nekrosi (tuberkulosis)
Elektrolit : tergantung lokasi dan derajat penyakit, hyponatremia disebabkan oleh retensi air yang
abnormal pada tuberkulosis lanjut yang kronis
ABGs : Abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru-paru
Fungsi paru : Penurunan vital capacity, paningkatan dead space, peningkatan rasio residual udara ke
total lung capacity, dan penyakit pleural pada tuberkulosis kronik tahap lanjut.
B Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul :
1.
Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan kelemahan dan upaya batuk buruk
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru dan atalektasis
3.
4.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan kelemahan, dispnea dan anoreksia
C. Intervensi
1. Ketidak efektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan kelemahan dan upaya batuk buruk.
NOC :
Menunjukkan pembersihan jalan nafas yang efektif dan dibuktikan dengan status pernafasan, pertukaran
gas dan ventilasi yang tidak berbahaya :
- Mudah bernafas
- Tidak ada kegelisahan, sianosis dan dispnea.
- Saturasi O2 dalam batas normal
- Rontgen toraks dalam rentang yang diharapkan.
NIC :
Auskultasi dada anterior dan posterior untukmengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan
adanya bunyi hambatan.
Jelaskan penggunaan peralatan pendukung denganbenar, misalnya oksigen, alat penghisap lender.
Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di dalam
ruang perawatan.
Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik nafas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi.
Bantu dalam pemberian aerosol. Nebulizer dan perawatan paru lain sesuai dengan kebijakan dan protocol
institusi.
Jika pasien tidak mampu untuk melakukan ambulasi, letak posisi tidur pasien diubah tiap 2 jam.
Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur untuk menurunkan kecemasan dan peningkatan
kontrol diri.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru dan
atalektasis.
NOC :
Gangguan pertukaran gas akan terkurangi yang dibuktikan dengan status pernafasan yang tidak
bermasalah.
Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman, usaha bernafas, produksi sputum.
Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan pemeriksaan AGD dan alat Bantu yang dianjurkan sesuai
dengan perubahan kondisi pasien.
Laporkan perubahan kondisi pasien: bunyi nafas, pola nafas, hasil AGD dan efek dari pengobatan.
Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur, untuk menurunkan ansietas.
Mentoleransi aktifitas yang biasa dilakukan dan ditunjukkan dengan daya tahan, penghematan energi dan
aktifitas kehidupan sehari-hari.
Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang teknik perawatan diri yang akan meminimalkan konsumsi
oksigen.
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.
Bantu pasien untuk mengubah posisi tidur secara berkala dan ambulasi yang dapat ditolerir.
Rencanakan aktifitas dengan pasien / keluarga yang meningkatkan kemandirian dan daya tahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan kelemahan, dispnea dan anoreksia.
NOC :
Menunjukkan status gizi yang baik dengan indicator adekuatnya makanan oral, pemberian makanan lewat
NGT atau nutrisi parenteral.
NIC :
Ajarkan keluarga dan pasien tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A, 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 3 Jilid I, Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Price, A & Wilson, M, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses PenyakitEdisi 6, Terjemahan, Jakarta :
EGC.
NANDA, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Alih Bahasa : Budi Santosa, Prima Medika,
Jakarta
Smeltzer, S & Bare, B 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.
ANALISIS DATA
No.
Data
Etiologi
Masalah
S : Pasien mengatakan
batuk sesekali
Ca paru
Secret/mucus tertahan di
saluran napas
Ronkhi (+)
2.
O:
Akumulasi cairan pada
RR = 26 x/ menit
rongga pleura
Denyut nadi = 96
x/menit
Pasien bernapas
tersengal-sengal cepat,
pendek
RR meningkat
fremitus raba
3.
RR meningkat
Nyeri
Intoleransi aktifitas
Intoleransi aktifitas
4.
P : perpindahan posisi
Cairan menekan dinding
Q : nyeri sedang
pleura
R
: dada (D)
: 5
O : Nadi 96x/menit,
ekspresi wajah
Nyeri
menyeringai/ kesakitan saat
dipindahkan posisinya dari
duduk ke berdiri.
Nyeri