You are on page 1of 12

ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI

PLEURA
23.03 |

Askep Efusi Pleura


EFUSI PLEURA
A. Pengertian
Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (Price & Wilson 2005).Pleura
merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen danjaringan elastis yang melapisi rongga dada
(pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura visceralis). Diantara pleura parietalis dan pleura
visceralis terdapat suatu rongga yang berisi cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua
permukaan bergerak selama pernafasan. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfer, sehingga mencegah kolaps paru. Bila terserang penyakit, pleura mungkin mengalami
peradangan atau udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura menyebabkan paru tertekan
atau kolaps.
Cairan dalam keadaan normal dalam rongga pleura bergerak dari kapiler didalam pleura parietalis
ke ruang pleura dan kemudian diserap kembali melalui pleura visceralis. Selisih perbedaan absorpsi
cairan pleura melalui pleura visceralis lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan oleh
pleura parietalis dan permukaan pleura visceralis lebih besar daripada pleura parietalis sehingga pada
ruang pleura dalam keadaan normal hanya terdapat beberapa mililiter cairan.
Askep Efusi Pleura
B. Etiologi
Berbagai penyebab timbulnya effusi pleura adalah :
1.

Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.

2.

Kardiovaskuler, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonary dan perikarditis.

3.

Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses dan sindrom Meigs.

4.

Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikobakterial dan parasit.

5.

Trauma

6.

Penyebab lain seperti lupus eritematosus sistemik, rematoid arthritis, sindroms nefrotik dan uremia.

Askep Efusi Pleura


C. Patofisiologi
Patofisiologi

terjadinya Pleural

Effusion tergantung

pada

keseimbangan

antara

cairan

dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai
filtrasi

melalui

pembuluh

darah

kapiler.

Filtrasi

yang

terjadi

karena

perbedaan

tekanan

osmotic plasma dan jaringaninterstitial submesotelial kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam
rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.
Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjadi penimbunan cairan berupa transudat maupun
eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal jatung
kongestif. Pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pmbuluh darah.
Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal. Penimbunan
transudat dalam rongga pleura disebut hidrotoraks. Cairan pleura cenderung tertimbun pada dasar paru
akibat gaya gravitasi.
Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan
permeabilitas kapiler atau gangguan absorpsi getah bening.Jika efusi pleura mengandung nanah,
keadaan ini disebut empiema. Empiema disebabkan oleh prluasan infeksi dari struktur yang berdekatan
dan dapat merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga
pleura. Bila efusi pleura berupa cairan hemoragis disebut hemotoraks dan biasanya disebabkan karena
trauma maupun keganasan.
Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi engembangannya. Derajat
gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada ukuran dan cepatnya perkembangan penyakit. Bila
cairan tertimbun secara perlahan-lahan maka jumlah cairan yang cukup besar mungkin akan terkumpul
dengan sedikit gangguan fisik yang nyata.
Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan menyebabkan gagal nafas. Gagal
nafas didefinisikan sebagai kegagalan pernafasan bila tekanan partial Oksigen (Pa O2) 60 mmHg atau
tekanan partial Karbondioksida arteri (Pa Co2) 50 mmHg melalui pemeriksaan analisagas darah.
Askep Efusi Pleura
D. Tanda dan Gejala
1.

Batuk

2.

Dispnea bervariasi

3.

Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)

4.

Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.

5.

Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.

6.

Perkusi meredup diatas efusi pleura.

7.

Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.

8.

Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.

9.

Fremitus fokal dan raba berkurang.

10.

Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik, bronkiektasis, abses dan TB paru.

Askep Efusi Pleura


E.Pemeriksaan Penunjang
1.

Rontgen Toraks

Dalam foto thoraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat permukaan yang melengkung
jika jumlah cairan > 300 cc. Pergeseran mediastinum kadang ditemukan.
2.

CT Scan Thoraks

Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang utama bronkus,
menentukan lesi pada pleura dan secara umum mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan
yang terdapat pada paru dan jaringan toraks lainnya.
3.

Ultrasound

Ultrasound dapat membantu mendeteksi cairan pleura yang timbul dan sering digunakan dalam
menuntun penusukan jarum untuk mengambil cairan pleura pada torakosentesis.
4.

Torakosentesis

Askep Efusi Pleura


F. Penatalaksanaan
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi melalui selang
iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya multiokuler, perlu tindakan
operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik.
Pengobatan secara sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi
pengeluaran cairan yang adequate.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan pleurodesis yakni
melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin,
Corynecbaterium parvum dll.
1.

Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.

2.

Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).

3.

Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.

4.

Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis), menghilangkan dispnea.

5.

Water seal drainage (WSD)

Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri, dispnea, dll.
Cairan efusi sebanyak 1 1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru,
jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam
kemudian.
6.

Antibiotika jika terdapat empiema.

7.

Operatif.

Askep Efusi Pleura

G. Komplikasi
1. Fibrotoraks
pleural effusion yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi
perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks.
Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringanyang
berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan
membrane-membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat
efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang
berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikanjaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru
yang

menimbulkan

peradangan.

Pada efusi

pleura,

atalektasis

yang

berkepanjangan

dapat

menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringanfibrosis.


4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian / semua
bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
Askep Efusi Pleura

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura


A. Pengkajian
1.

Anamnesis:

Pada umumnya tidak bergejala . Makin banyak cairan yang tertimbun makin cepat dan jelas timbulnya
keluhan karena menyebabkan sesak, disertai demam sub febril pada kondisi tuberkulosis.

2.

Kebutuhan istrahat dan aktifitas

Klien mengeluh lemah, napas pendek dengan usaha sekuat-kuatnya, kesulitan tidur, demam pada sore atau
malam hari disertai keringat banyak.

Ditemukan adanya tachicardia, tachypnea/dyspnea dengan usaha bernapas sekuat-kuatnya, perubahan


kesadaran (pada tahap lanjut), kelemahan otot, nyeri dan stiffness (kekakuan).

3.

Kebutuhan integritas pribadi

Klien mengungkapkan faktor-faktor stress yang panjang, dan kebutuhan akan pertolongan dan harapan

Dapat ditemukan perilaku denial (terutama pada tahap awal) dan kecemasan

4.

Kebutuhan Kenyamanan/ Nyeri

Klien melaporkan adanya nyeri dada karena batuk

Dapat ditemukan perilaku melindungi bagian yang nyeri, distraksi, dan kurang istrahat/kelelahan

5.

Kebutuhan Respirasi

Klien melaporkan batuk, baik produktif maupun non produktif, napas pendek, nyeri dada

Dapat ditemukan peningkatan respiratory rate karena penyakit lanjut dan fibrosis paru (parenkim) dan
pleura, serta ekspansi dada yang asimetris, fremitus vokal menurun, pekak pada perkusi suara nafas menurun atau
tidak terdengan pada sisi yang mengalami efusi pleura. Bunyi nafas tubular disertai pectoriloguy yang lembut dapat
ditemukan pada bagian paru yang terjadi lesi. Crackles dapat ditemukan di apex paru pada ekspirasi pendek setelah
batuk.

Karakteristik sputum : hijau/purulen, mucoid kuning atau bercak darah

Dapat pula ditemukan deviasi trakea

6.

Kebutuhan Keamanan

Klien mengungkapkan keadaaan imunosupresi misalnya kanker, AIDS , demam sub febris

Dapat ditemukan keadaan demam akut sub febris

7.

Kebutuhan Interaksi sosial

Klien mengungkapkan perasaan terisolasi karena penyakit yang diderita, perubahan pola peran.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan perkusi pekak, fremitus vokal menurun atau asimetris bahkan
menghilang, bising napas juga menurun atau hilang. Gerakan pernapasan menurun atau asimetris, lenih
rendah terjadi pada sisi paru yang mengalami efusi pleura. Pemeriksaan fisik sangat terbantu oleh
pemeriksaan radiologi yang memperlihatkan jelas frenikus kostalis yang menghilang dan gambaran batas
cairan melengkung.
Pemeriksaan Diagnostik
Kultur sputum : dapat ditemukan positif Mycobacterium tuberculosis
Apusan darah asam Zehl-Neelsen : positif basil tahan asam

Skin test : positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar, terjadi selama 48 72 jam setelah injeksi.
Foto thorax : pada tuberkulosis ditemukan infiltrasi lesi pada lapang atas paru, deposit kalsium pada lesi
primer, dan adanya batas sinus frenikus kostalis yang menghilang, serta gambaran batas cairan yang
melengkung.
Biakan kultur : positif Mycobacterium tuberculosis
Biopsi paru : adanya giant cells berindikasi nekrosi (tuberkulosis)
Elektrolit : tergantung lokasi dan derajat penyakit, hyponatremia disebabkan oleh retensi air yang
abnormal pada tuberkulosis lanjut yang kronis
ABGs : Abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru-paru
Fungsi paru : Penurunan vital capacity, paningkatan dead space, peningkatan rasio residual udara ke
total lung capacity, dan penyakit pleural pada tuberkulosis kronik tahap lanjut.
B Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul :
1.

Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan kelemahan dan upaya batuk buruk

2.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru dan atalektasis

3.

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum

4.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan kelemahan, dispnea dan anoreksia

C. Intervensi
1. Ketidak efektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan kelemahan dan upaya batuk buruk.
NOC :

Menunjukkan pembersihan jalan nafas yang efektif dan dibuktikan dengan status pernafasan, pertukaran
gas dan ventilasi yang tidak berbahaya :

- Mempunyai jalan nafas yang paten


- Mengeluarkan sekresi secara efektif.
- Mempunyai irama dan frekuansi pernafasan dalam rentang yang normal.
- Mempunyai fungsi paru dalam batas normal.

Menunjukkan pertukaran gas yang adekuatditandai dengan :

- Mudah bernafas
- Tidak ada kegelisahan, sianosis dan dispnea.
- Saturasi O2 dalam batas normal
- Rontgen toraks dalam rentang yang diharapkan.
NIC :

Kaji dan dokumentasikan

- Keefektifan pemberian oksigen dan perawatan yang lain.


- Keefektifan pengobatan.
- Kecenderungan pada gas darah arteri.

Auskultasi dada anterior dan posterior untukmengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan
adanya bunyi hambatan.

Penghisapan jalan nafas

- Tentukan kebutuhan penghisapan oral/trakeal.


- Pantau status oksigen dan status hemodinamik serta irama jantung sebelum, selama dan setelah penghisapan.

Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk menurunan viskositas sekresi.

Jelaskan penggunaan peralatan pendukung denganbenar, misalnya oksigen, alat penghisap lender.

Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di dalam
ruang perawatan.

Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik nafas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi.

Rundingkan dengan ahliterapi oernafasan sesuai dengan kebutuhan.

Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi.

Beritahu dokter tentang hasil analisa gas darah yang abnormal.

Bantu dalam pemberian aerosol. Nebulizer dan perawatan paru lain sesuai dengan kebijakan dan protocol
institusi.

Anjurkan aktivitas fisik untuk meningkatkan pergerakan sekresi.

Jika pasien tidak mampu untuk melakukan ambulasi, letak posisi tidur pasien diubah tiap 2 jam.

Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur untuk menurunkan kecemasan dan peningkatan
kontrol diri.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru dan
atalektasis.
NOC :

Gangguan pertukaran gas akan terkurangi yang dibuktikan dengan status pernafasan yang tidak
bermasalah.

Pertukaran gas tidak akan terganggu dibuktikan dengan indicator :

- Status neurologist dalam rentang yang diharapkan.


- Tidak ada dispnea saat istirahat dan aktifitas.
- Tidak ada gelisah, siamosis dan keletihan
- Pa O2, Pa CO2, pH arteri dan saturasi O2 dalam batas normal.
NIC :

Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman, usaha bernafas, produksi sputum.

Pantau saturasi O2 dengan oksimeter.

Pantau hasil analisa gas darah.

Pantau status mental ( tingkat kesadaran, gelisah, confuse)

Peningkata frekuanse pemantauan pada saatpasien tampak somnolen.

Observasi terhadap sianosis, terutama membrab mukosa mulut.

Jelaskan penggunaan alat bantu yang digunakan.

Ajarkan teknik bernafas dan relaksasi.

Ajarkan batuk yang efektif.

Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan pemeriksaan AGD dan alat Bantu yang dianjurkan sesuai
dengan perubahan kondisi pasien.

Laporkan perubahan kondisi pasien: bunyi nafas, pola nafas, hasil AGD dan efek dari pengobatan.

Berikan obat-obat yang diresepkan.

Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur, untuk menurunkan ansietas.

Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen.

Atur posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi dan mengurangi dispnea.

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.


NOC :

Mentoleransi aktifitas yang biasa dilakukan dan ditunjukkan dengan daya tahan, penghematan energi dan
aktifitas kehidupan sehari-hari.

Menunjukkan penghematan energi ditandai dengan indicator :

> Menyadari keterbatasan energi.


> Menyeimbangkan aktifitas dan istirahat.
> Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas.
NIC :

Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktifitas.

Tentukan penyebab keletihan.

Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas.

Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber energi.

Pantau pola istirahat pasien dan lamanya istirahat.

Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang teknik perawatan diri yang akan meminimalkan konsumsi
oksigen.

Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.

Hindari menjadwalkan aktivitas perawatan selama periode istirahat.

Bantu pasien untuk mengubah posisi tidur secara berkala dan ambulasi yang dapat ditolerir.

Rencanakan aktifitas dengan pasien / keluarga yang meningkatkan kemandirian dan daya tahan.

Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktifitas.

Rencanakan aktivitas pada periode pasien mempunyai energi paling banyak.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan kelemahan, dispnea dan anoreksia.
NOC :

Menunjukkan status gizi yang baik dengan indicator adekuatnya makanan oral, pemberian makanan lewat
NGT atau nutrisi parenteral.

Mempertahankan berat badan dalam batas normal.

Nilai laboratorium albumin, transferin dan elektrolit dalam batas normal.

NIC :

Tentukan motivasi pasien untk mengubah kebiasaan makan.

Pantau nilai laboratorium khususnya transferin, albumin dan elektrolit.

Ketahui makanan kesukaan pasien.

Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.

Timbang pasien pada interval yang tepat.

Ajarkan keluarga dan pasien tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal.

Diskusikan dengan ahli gizi dalam memberikan asupan diet.

Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi.

Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.

Bantu makan sesuai kebutuhan.

Identifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap hilangnya nafsu makan.

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A, 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 3 Jilid I, Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Price, A & Wilson, M, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses PenyakitEdisi 6, Terjemahan, Jakarta :
EGC.
NANDA, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Alih Bahasa : Budi Santosa, Prima Medika,
Jakarta
Smeltzer, S & Bare, B 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.

ANALISIS DATA

No.

Data

Etiologi

Masalah

S : Pasien mengatakan
batuk sesekali

Ca paru

Bersihan jalan napas


tidak efektif.

O : sesekali batuk tetapi


tidak efektif. Terdapat
Massa di broncus
ronkhi pada bagian apeks
dextra.

sekret (+) putih


kekuningan, kental
batuk produktif, tidak
efektif

Respon silia berusaha


menghilangkan massa dengan
hipersekresi mukus

Secret/mucus tertahan di
saluran napas

Ronkhi (+)

Bersihan jalan napas tidak


efektif

2.

S : Pasien mengeluh sesak Efusi Pleura


napas saat bernapas.

O:
Akumulasi cairan pada
RR = 26 x/ menit
rongga pleura
Denyut nadi = 96
x/menit

Ekspansi paru menurun

Pasien bernapas
tersengal-sengal cepat,
pendek

RR meningkat

ICS melebar dekstra

retraksi (-) otot bantu


nafas (-)

Pola napas tidak


efektif.

fremitus raba

Pola napas tidak efektif

perkusi redup (D)

3.

S : Pasien mengeluh nyeri Efusi Pleura


dada sesak saat beraktifitas
yang berat.

O : Pasien tampak lemah. Ekspansi paru tidak


sesak nyeri saat
maksimal
dipindahkan posisinya dari
duduk ke berdiri

Suplai oksigen menurun

RR meningkat

Distribusi oksigen ke seluruh


tubuh menurun

Terjadi metabolisme anaerob


dalam tubuh

Timbul asam laktat

Nyeri

Intoleransi aktifitas


Intoleransi aktifitas

4.

S : Pasien mengeluh nyeri Efusi Pleura


pada bagian dada (D).

P : perpindahan posisi
Cairan menekan dinding
Q : nyeri sedang
pleura
R

: dada (D)

: 5

Rangsangan pada nosiseptor


nyeri

T : muncul saat aktivitas

O : Nadi 96x/menit,
ekspresi wajah
Nyeri
menyeringai/ kesakitan saat
dipindahkan posisinya dari
duduk ke berdiri.

Nyeri

You might also like