Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Afina
(1106051761 )
Christian Samuel
(1106051723)
Dekaria Alamanda
(1106004374)
Dianah Rosikhoh
(1106009223)
Dwi Oktaviana
(1106051793)
Fitri Wulandari
(1106011221)
(1106014785)
(1106065691)
Sulistiyaningsih
(1106011562)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
Depok
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penyusun bisa menyelesaikan penyusunan makalah
ini dengan baik. Makalah yang membahas Kolaborasi Tim Kesehatan ini disusun dalam rangka
pemenuhan tugas mata kuliah
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Santi Purna Sari, S.Si., M.Si serta Ibu Nadia
Farhanas Syafhan, M.Si, Apt selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang telah memberikan
pengarahan dalam penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga penyusun haturkan kepada
orang tua yang telah memberikan dukungan material maupun non material.
Penyusun berharap informasi-informasi yang terdapat dalam makalah ini dapat berguna
bagi pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan maka
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata maupun informasi yang kurang berkenan di
hati pembaca. Untuk itu, penyusun memohon saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca. Terima kasih.
Februari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
dari berbagai media informasi serta melalui proses diskusi dengan anggota
kelompok.
1.4 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 2 ISI
2.1 Definisi Kolaborasi
2.2 Prinsip Kolaborasi dalam Tim Kesehatan
2.3 Filosofi keprofesian tenaga kesehatan
2.4 Peran Profesi Kesehatan untuk individu, keluarga dan masyarakat
BAB 3 PEMBAHASAN
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
ISI
berkeluarga, lalu cara bekerja sama dengan istri Anda dengan meletakkan pakaian kotor di mesin
cuci, turut membantu mencuci piring, dan sebagainya.
Lalu, apa makna kolaborasi? Kolaborasi dalam bahasa inggris collaboration, berasal dari
kata collaborate yang berarti bekerja antara satu dengan yang lain, berkooperasi satu sama lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, kolaborasi adalah suatu perbuatan berupa
kerjasama dengan teman, musuh dan sebagainya. Menurut Arthur T. Himmelman, kolaborasi
berupa pertukaran informasi, berbagi segala sumber pengetahuan untuk meningkatkan kapasitas
satu dengan yang lain demi tercapainya tujuan bersama.
Kolaborasi adalah kerjasama yang lebih terfokus pada tugas atau misi biasanya terjadi
dalam bisnis, perusahaan atau organisasi lainnya. Misalnya, untuk menampilkan suatu pentas
seni yang luar biasa perlu kolaborasi antara penari, penyanyi, pemusik, dsb. Kolaborasi adalah
proses yang membutuhkan hubungan dan interaksi antara profesional kesehatan terlepas dari
apakah atau tidak mereka menganggap diri mereka sebagai bagian dari tim .(kolaborasi
kesehatan)
Kesimpulannya kerja sama tim tercipta karena adanya kolaborasi dan kooperasi. Kerja
sama tim dapat menjadi salah satu bentuk kolaborasi, tetapi tidak semua kolaborasi dilakukan
dalam teams. Misalnya, dalam perawatan primer dokter keluarga, fisioterapis dan dokter gigi
dapat memberikan perawatan kepada individu namun mereka mungkin tidak melihat diri mereka
sebagai "tim" yang bekerja sama dengan pasien. Dengan kata lain, kerja sama tim merupakan
produk kolaborasi dan kolaborasi adalah proses interaksi dan hubungan antara profesional
kesehatan yang bekerja di lingkungan tim..
Dengan adanya kolaborasi, maka :
dapat menyelesaikan masalah sosial yang besar (kasus kejahatan) dan proyek-proyek
yang kompleks
B. Model Kolaborasi
Performance Measurement :
Menghitung dan mengidentifikasi keadaan serta memastikan kolaborasi tepat sasaran. Misalnya :
peningkatan kualitas, penurunan biaya pengeluaran.
Jenis ukuran (measurement) :
Kualitas pelayanan dokter (Physician) meliputi proses pelayanan klinis sampai hasil
pelayanan.
Kualitas pelayanan rumah sakit
Kualitas perencanaan kesehatan
Pengalaman pelayanan pasien (Pengalaman pasien selama mendapat pelayanan
kesehatan)
Biaya pelayanan kesehatan (diperiksa apakah sudah efektif)
Perbedaan kualitas pelayanan di seluruh tempat
Meningkatkan kualitas pelayanan agar merata
7
performance.
Memastikan tidak terjadi kekacauan dalam urusan keuangan
Pasien mengerti dan terlibat aktif dalam aktivitas yang mempengaruhi kesehatan mereka
Membantu pasien memilih pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemampuan pasien
Mendukung pelayanan pasien yang lebih baik
Gambar di atas merupakan salah satu contoh konsep model kolaborasi penanganan
kesehatan di masa depan. Pada zaman dulu (sampai sekarang), metode atau model penanganan
8
kesehatan yang dilaksanakan adalah The Industrial Way (lihat gambar). Disana digambarkan
pasien masuk dan keluar dari industri kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Sementara itu, di masa depan, digambarkan bahwa semua serba terbuka dan masyarakat
atau pasienlah yang menentukan sendiri pengobatan yang diinginkan. Yang dimaksudkan semua
serba terbuka adalah informasi mengenai masyarakat, bahkan seorang bayi yang baru lahir bisa
saja memiliki website sendiri, dengan tujuan agar dapat dengan mudah membagikan informasi
tentang riwayat hidupnya, yang nantinya bisa saja berguna bagi orang lain. Informasi informasi
tersebut disebarkan melalui internet. Informasi informasi tersebut dapat memperkaya
pengetahuan untuk tenaga kesehatan sendiri maupun orang lain.
Selain itu model kolaborasi penanganan kesehatan di masa depan, juga menawarkan
konsep penanganan kesehatan untuk pasien yang bertunangan (Engaged Patients). Dimana pada
konsep ini, kedua orang yang bertunangan dapat saling merawat satu sama lain, memiliki situs
sendiri untuk membagikan cerita dan hubungan mereka.
Di masa depan juga diperkirakan semua kegiatan pengobatan tidak diharuskan untuk
bertatap muka secara langsung. Pasien dapat mengakses situs seorang dokter, untuk membuat
janji dan berkonsultasi dengan dokter mengenai penyakitnya, dan untuk perawatannya, seorang
tenaga kesehatan dapat mem-follow up pasien melalui email, atau media elektronik. Hal ini
memungkinkan pengobatan dilakukan secara meluas, secara global, tanpa harus adanya suatu
gedung yang berguna sebagai wadah untuk mempertemukan pasien dengan tenaga kesehatan.
Dan yang terakhir, konsep kolaborasi penanganan kesehatan adalah Pre-Competitive
Research, dimana semua orang bisa berinovasi mengenai obat yang lebih baik untuk masyarakat.
Semua inovasi dapat dihubungkan secara global melalui internet. Tidak ada lagi pematenan
formula obat, semuanya dilakukan dengan tujuan membuat obat yang lebih baik. Dengan tidak
adanya pematenan formula suatu obat, diperkirakan proses penemuan obat baru yang lebih baik
akan lebih cepat, demi keuntungan semua orang, bukan salah satu pihak saja.
Dalam menjalankan suatu model kolaborasi, dibutuhkan 3 komponen yaitu : input (tugas,
saran, kritik, dan lain-lain), proses (support, leadership), dan output (peningkatan kualitas,
penurunan biaya, dan lain-lain). Model dari kolaborasi diharapkan untuk menghasilkan suatu
keluaran / output yang bermanfaat bagi pasien. Di Indonesia sendiri, model kolaborasi belum
9
berjalan dengan efektif. Hal ini tercermin dari kasus-kasus yang sering sekali terjadi di
Indonesia. Umumnya, kasus-kasus tersebut terjadi disebabkan oleh kurangnya tenaga kesehatan
di setiap instalasi kesehatan pada penjuru nusantara.
Dari contoh model yang telah dijelaskan, terlihat bagaimana baiknya keluaran yang
dihasilkan jika model kolaborasi dijalankan dengan baik. Keluaran yang dihasilkan adalah pasien
mengerti dan memilih perawatan mana yang dikehendaki oleh dirinya secara aktif. Namun,
faktanya hal tersebut belum berjalan di Indonesia. Biasanya, dokter yang menentukan perawatan
yang akan dijalani oleh pasien. Keluaran lain yang diharapkan dari model kolaborasi tersebut
adalah peningkatan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien.
Saat menjalankan sebuah model kolaborasi, diperlukan juga proses-proses yang
mendukung. Salah satu proses tersebut adalah pengembangan sistem pembayaran. Kualitas
pelayanan yang lebih baik tentunya membutuhkan pembayaran yang lebih tinggi. Namun, di
Indonesia hal ini masih belum berlaku. Bayaran yang tidak seimbang antar-elemen tenaga
kesehatan merupakan salah satu penyebab tidak maksimalnya kerja dari tenaga kesehatan
tersebut. Hal ini juga tercermin dalam JKN dimana terlihat bahwa dokter memiliki bayaran yang
lebih tinggi dibandingkan seorang apoteker. Selain itu, perlu juga diadakan publikasi dari kinerja
kolaborasi yang telah terjadi agar membuat pasien lebih yakin akan pelayanan yang diberikan
terhadap dirinya.
C. Komponen Kolaborasi
Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak
dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi
kerjasama, asertifitas, tanggung jawab,komunikasi, otonomi dan koordinasi seperti skema di
bawah ini. Dasar-dasar kompetensi koaborasi :
a.Komunikasi
b.Respek dan kepercayaan
c.Memberikan dan menerima feed back
10
d.Pengambilan keputusan
e.Manajemen konflik
Komunikasi merupakan pertukaran informasi sehingga dicapai ketepatan informasi,
waktu yang sesuai, dan kemurnian atau kejelasan dari informasi. Meningkatkan mutu
komunikasi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman antar individu/tim sehingga diperoleh
kerjasama dan kolaborasi yang baik.
Pada dasar kompetensi yang lain, kualitas respek dapat dilihat lebih ke arah honor dan
harga diri, sedangkan kepercayaan dapat dilihat pada mutu proses dan hasil. Respek dan
kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupu non verbal serta dapat dilihat dan dirasakan
dalam penerapannya sehari-hari. Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan,
harga diri, kepercayaan diri, kepercayaan, emosi, lingkungan serta waktu, feed back juga dapat
bersifat negatif maupun positif.
Elemen kepercayaan merupakan respon subyektif seseorang
terhadap
kehangatan,
keramahan, perilaku , dan lain-lain yang meningkatkan rasa aman sesorang untuk berbicara.
Elemen ini penting ketika percakapan mengarah ke hal-hal yang bukan keahlian farmasi.
Penggunaan feedback dapat membantu kita untuk memastikan maksud dari pesan yang
disampaikan. Kita sebaiknya meminta lawan bicara untuk mengulang apa yang telah dia pahami
dari percakapan itu.
Persepsi tradisional dan alternatif dari kepemimpinan .
Pandangan tradisional
Kepemimpinan berada pada individu
Kepemimpinan berbasis hirarki ,
Pandangan alternatif
Kepemimpinan adalah milik system sosial
Kepemimpinan dapat terjadi dimana saja , ' di
semua tingkatan
Kepemimpinan
terjadi
ketika
melakukan
tidak penting
kinerja organisasi
faktor
yang mempengaruhi prestasi
organisasi
Pemimpin kolaboratif mungkin perlu menggunakan otoritas pribadi dan kualitas daripada
kekuasaan posisi, terutama ketika bekerja di organisasi yang terdiri dari berbagai profesi
Keterampilan pribadi untuk kolaborasi
Mampu untuk meminta maaf
Menyeimbangkan kerendahan hati dengan mendapatkan kepercayaan dan kredibilitas
Advokasi sudut pandang Anda tanpa merugikan perasaan kolaborator Anda.
Menjadi jelas , menghindari ambiguitas dan duplikasi usaha
Konflik ketika percakapan dan menjadi emosional kemudian membuat aman lagi untuk
melanjutkan dialog yang bermakna
Aktif mendengarkan kolaborator Anda
Menemukan kesamaan , mengajukan pertanyaan dan meminta contoh yang menggambarkan
apa yang dimaksud
Mendefinisikan tujuan bersama yang akan mengilhami tindakan
Menceritakan dan memunculkan cerita , percakapan , dialog dan ' polylogue '
Mampu untuk mendapatkan sesuatu , sehingga Anda memiliki sesuatu untuk menunjukkan
kolaborasi Anda
Networking , menjadi ' konektor ' , mengetahui orang dan sistem
12
Menunjukkan bahwa Anda bersedia untuk belajar dan tidak tahu segalanya
Mampu hidup dengan hasil yang mungkin tidak Anda antisipasi atau selama mereka ingin
meningkatkan perawatan pasien atau hasil
Menjadi tangguh
Pemimpin Collaborative juga memimpin dengan contoh melalui menunjukkan komitmen
terhadap proses dan hasil kolaborasi dan mendukung orang lain dalam inisiatif kolaboratif,
perkembangan sistem atau peningkatan layanan. Pemimpin kolaboratif memastikan bahwa
semua orang yang terkena dampak keputusan (stakeholder) merupakan bagian dari proses
perubahan atau pengambilan keputusan.
Manajemen konflik merupakan suatu upaya untuk meminimalisir efek buruk yang terjadi
yang diakibatkan oleh adanya konflik. Menurut Stoner, ada tiga cara dalam mengelola konflik,
yang meliputi:
1. Merangsang konflik yang levelnya kecil pada unit yang prestasi kerjanya rendah. Yang
termasuk dalam cara ini adalah:
a. Meminta bantuan orang luar
b. Menyimpang dari peraturan
c. Meningkatkan kompetisi
d. Memilih manajer yang cocok
2. Menumpas konflik jika levelnya terlalu tinggi
3. Menyelesaikan konflik. Metode penyelesaian konflik yang disampaikan Stoner adalah:
a. Dominasi dan penguasaan. Hal ini dilakukan dengan cara paksaan, penghindaran
dan penentuan dengan syara terbanyak
b. Kompromi
c. Pemecahan masalah secara menyeluruh
d. Perundingan, yaitu melakukan dialog terus menerus antar kelompok untuk
menemkan suatu penyelsaian maksium yang menguntungkan kedua belah pihak.
Melalui perundingan, dapat ditentukan penyelesaian yang paling memuaskan.
Gaya perundingan untuk mengelola konflik dapat dilakukan dengan cara:
i. Pencairan, yaitu dengan melakukan dialog untuk mendapat suatu
ii.
iii.
iv.
v.
pengertian
Keterbukaan
Belajar empati
Mencari tujuan bersama
Mencari jalan alternatif
13
14
Lingkup pekerjaan dalam kolaborasi kesehatan dijelaskan dalam job description dan
kontrak pegawai
- Pasien juga dilibatkan untuk memahami peranannya dalam mewujudkan kesehatan
5. Clarification of accountability and responsibility
- Bertanggungjawab dengan perawatan terhadap pasien yang ditanganinya
6. Liability protection for all members of the team
- Setiap anggota tim kesehatan memiliki perlindungan atau jaminan formal untuk
mengakomodasi tugasnya
7. Sufficient human resources and infrastructure
- Mengefektifkan kerja dari tim kolaborasi kesehatan. Untuk itu, pemerintah membantu
menambah jumlah tenaga kesehatan
- Mengaplikasikan teknologi untuk membatu kolaborasi kesehatan
8. Sufficient payment and payment arrangement
- Tim kolaborasi tidak mendasari pekerjaannya sebatas upah yang diterimanya
- Pemerintah membatu secara finasial dan tekns dalam mengembangkan kolaborasi
9. Supportive education system
- Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan efektivitas kolaborasi kesehatan
10. Research and evaluation
- Evaluasi dengan melihat kenyataan lapangan dari kolaborasi kesehatan untuk
memperbaiki standar kualitas yang ada
15
16
17
Melakukan segala tindakan dengan penuh pertimbangan apa dampaknya bagi orang
lain. Kebiasaan itu bukan bagian pekerjaan saya tidak dapat dipelihara sebagai tim.
Kolaborasi tim kesehatan dapat dibangun diatas kontribusi setiap anggota tim.
Kesadaran untuk berbagi pandangan dan membentuk keputusan kelompok pada akhirnya
pasti lebih baik dibandingkan keputusan masing-masing individu.
Mempetahankan terjadinya kolaborasi dilakukan dengan menjaga komunikasi yang
aktif, kritis tapi tetap terbuka, serta penuh empati.
b. Proses
direncanakan.
Contoh
: kegiatan pelayanan rumah sakit.
c. Output
:hal yang dihasilkan oleh proses.
Contoh
: pasien sembuh/ tidak sembuh.
d. Dampak
:akibat yang dihasilkan oleh output setelah beberapa waktu lamanya.
Contoh
: meningkatnya status kesehatan masyarakat.
e. Umpan balik :hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
Contoh
: keluhan pasien terhadap pelayanan.
f. Lingkungan :dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.
Contoh
: masyarakat dan instansi-instansi lain.
Syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah :
1. Tersedia dan berkesinambungan
Pelayanan kesehatan tersebut
harus
tersedia
dimasyarakat
serta
bersifat
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka (promosi kesehatan). Yang
dimaksud pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang bersifat
pokok (basic health services), yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat
serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada
umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan
(ambulatory/ out patient services). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Puskesmas,
Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan Balkesmas.
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua
Yang dimaksud pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang
lebih lanjut yang diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan rawat inap (in
patient services) yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dan
memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah
Sakit tipe C dan D.
3. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan
kesehatan yang diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat
ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder, bersifat lebih komplek dan umumnya
diselenggarakan oleh tenaga-tenaga superspesialis. Bentuk pelayanan ini di Indonesia
adalah Rumah Sakit tipe A dan B (Azwar, 1996).
Pengertian Sistem Rujukan
Menurut Sistem Kesehatan Nasional Departemen Kesehatan RI, sistem rujukan adalah
suatu sistem penyelenggaraan sistem kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung
jawab timbal balik terhadap satu penyakit/lebih atau masalah kesehatan secara vertikal dari
unit yang berkemampuan kurang ke unit yang lebih mampu atau secara horizontal antar unitunit yang setara kemampuannya.
Alur Sistem Rujukan
20
berisiko tinggi; dan peserta sehat membantu yang sakit. Melalui prinsip kegotongroyongan ini jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi keseluruhan
rakyat Indonesia.
Prinsip nirlaba. Pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan mencari laba (nirlaba)
bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, akan tetapi tujuan utama penyelenggaraan
jaminan sosial adalah untuk memenuhi kepentingan sebesar-besarnya peserta. Dana
amanat, hasil pengembangannya, dan surplus anggaran akan dimanfaatkan untuk
kepentingan peserta.
Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas.
Prinsip manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana
22
Beberapa pengertian:
Pekerja Bukan Penerima Upah: setiap orang yang bekerja atau berusaha atas resiko
sendiri.
Pemberi Kerja: orang perseorangan, pengusaha, badan hokum atau badan lainnya
yang mempekerjakan tenaga kerja atau penyelenggara Negara yang mempekerjakan
pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
- Istri atau suami yang sah dari peserta
- Anak kandung, anak angkat dan atau anak tiri dari peserta, dengan criteria:
Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri
Belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang masih melanjutkan
-
pendidikan formal
Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat juga mengikutsertakan anggota
keluarga yang lain.
Di dalam Undang SJSN diamanatkan bahwa seluruh penduduk wajib penjadi peserta
jaminan kesehatan termasuk WNA yang tinggal di Indonesia lebih dari enam bulan.
Untuk menjadi peserta harus membayar iuran jaminan kesehatan. Bagi yang mempunyai
upah/gaji, besaran iuran berdasarkan persentase upah/gaji dibayar oleh pekerja dan
Pemberi Kerja. Bagi yang tidak mempunyai gaji/upah besaran iurannya ditentukan
23
dengan nilai nominal tertentu, sedangkan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu
membayar iuran maka iurannya dibayari pemerintah.
D. Syarat dan Lokasi Pendaftaran
Syarat pendaftaran peserta akan diatur dengan peraturan BPJS.
Lokasi pendaftaran dilakukan di kantor BPJS setempat/ terdekat dari domisili peserta.
E. Prosedur Pendaftaran Peserta
1. Pemerintah mendaftarkan PBI Jaminan Kesehatan sebagai Peserta kepada BPJS
Kesehatan.
2. Pemberi kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan diri sebagai
Peserta kepada BPJS Kesehatan.
3. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan keluarganya sebagai
Peserta kepada BPJS Kesehatan.
F. Hak dan Kewajiban Peserta
Hak Peserta:
Memperoleh identitas peserta
Memperoleh manfaat pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
Kewajiban Peserta:
Membayar iuran
Melaporkan data kepesertaan kepada BPJS Kesehatan dengan menunjukkan identitas
peserta pada saat pindah domisili dan/atau pindah kerja.
G. Masa Berlaku Kepesertaan
Selama peserta membayar iuran sesuai dengan kelompok peserta.
Bila peserta tidak membayar iuran atau meninggal dunia maka status kepesertaannya
akan hilang.
Ketentuan lebih lanjut akan diatur oleh Peraturan BPJS.
berdasarkan suatu keilmuan dan kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang
berjenjang, serta kode etik yang bersifat melayani masyarakat sesuai UU No. 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
a. Makna Lambang Kedokteran
Dalam perkembangannya, ada dua versi dari simbol uar dan tongkat. Versi
pertama adalah gambar di mana seekor ular melilit di sebatang tongkat, yang
disebut Rod of Asclepius. Sedangkan versi kedua ada dua ekor ular yang saling
melilit pada sebuah tongkat dengan sepasang sayap di atas tongkat yang disebut
Staff of Hermes.
Care Provider
Sebagai Care provider, seorang dokter harus melakukan pelayanan dan
penanganan yang meliputi pengobatan, pencegahan, perawatan, dan
25
2. Kedokteran Gigi
Dokter gigi ialah seseorang yang mempraktikan pencegahan dan perawatan penyakit atau
kelainan gigi dan mulut melalui tindakan tanpa atau dengan pembedahan. Tenaga kesehatan
baik itu dokter, keperawatan, apoteker, dokter gigi maupun kesehatan masyarakat memiliki
filosofi atau landasan hidup pada profesinya sendiri agar pekerjaan yang mereka lakukan
tidak menyimpang dari yang seharusnya.
1. Sejarah singkat Ilmu Kedokteran Gigi
Pada tahun 5000 SM, terdapat naskah Sumeria yang menceritakan bahwa adanya
kerusakan gigi disebabkan oleh ulat. Kemudian Hipocrates dan Aristoteles menulis
tentang cara mengobati gigi yang rusak, cara mencabut gigi dengan gunting tang, dan
cara menggunakan kawat untuk menstabilkan gigi yang longgar.
Pada tahun 1130, ada seorang biarawan yang sering melakukan pencabutan gigi.
Dalam hal ini, tukang cukur sering membantu biarawan tersebut. Selanjutnya dengan
berkembangnya zaman, John Baker, dokter gigi pertama yang terlatih secara medis,
pertama kali melakukan praktik di Amerika, 1760.
Pada tahun 1839 melalui The American Journal of Dental Science, ilmu
kedokteran gigi dipublikasikan. Kemudian pada tahun 1857, H N Wadsworth
mematenkan sikat gigi. Ilmu kedokteran gigi juga mengembangkan bidang ilmunya
26
melalui penggunaan pemutih gigi dan implan untuk menambah estetika pada tahun
1990.
2. Kode Etik Dokter Gigi
Berdasarkan Surat Keputusan Nomor SKEP/034/PB PDGI/2008 tentang Kode
Etik Kedokteran Gigi Indonesia Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia,
terdapat 23 pasal yang beberapa pasalnya dijelaskan dalam beberapa ayat. Pasal-pasal
tersebut terbagi ke dalam 4 bagian yaitu tentang kewajiban umum, kewajiban dokter
gigi terhadap pasien, kewajiban dokter gigi terhadap teman sejawat, dan kewajiban
dokter gigi terhadap diri sendiri.
Kewajiban umum dokter gigi antara lain ringkasnya, dokter gigi wajib
menghargai pasien dalam menentukan nasib dan menjaga rahasianya, mengutamakan
kepentingan pasien, menjunjung tinggi norma-norma kehidupan yang luhur dalam
menjalankan
profesinya,
menjalankan
profesinya
tidak
dipengaruhi
oleh
Sementara PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) memiliki logo sebagai berikut:
Secara umum, lambang tersebut memiliki arti bahwa ular dapat mengganti kulit
dengan kulit yang baru apabila kulit dianalogikan dengan kesembuhan maka pada
kedokteran, diharapkan mendapatkan kesembuhan yang baru. Kemudian dengan
adanya lambang tongkat menunjukkan bahwa dalam pengerjaannya dokter atau
dokter gigi melakukannya secara mandiri.
28
Filosofi Apoteker
1. Sejarah Farmasi Dunia
Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai Bapak Ilmu
Kedokteran, belum dikenal adanya profesi farmasi. Semakin lama masalah
penyediaan obat semakin rumit, baik dari segi formula maupun pembuatan, sehingga
dibutuhkan adanya keahlian tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II
memerintahkan untuk memisahkan secara resmi antara Farmasi dan Kedokteran
dalam dekritnya yang terkenal yaitu Two Silices.
Dampak revolusi industri merambah dunia farmasi dengan timbulnya industriindustri obat, sehingga terpisahlah kegiatan farmasi di bidang industri obat dan di
bidang penyedia/peracik obat (=apotek). Dalam hal ini keahlian kefarmasian jauh
lebih dibutuhkan di sebuah industri farmasi dari pada apotek. Dapat dikatakan bahwa
farmasi identik dengan teknologi pembuatan obat.
Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep Pharmaceutical Care yang
membawa para profesor ke arah wilayah pasien.
2. SEJARAH LAMBANG FARMASI
Bowl of hygieia digunakan sebagai lambang farmasi sejak tahun 1796 dan digunakan oleh
bangsa persia untuk menunjukan lambang farmasi atau bagian pengobatan dan selanjutnya di
gunakan oleh organisasi farmasi di seluruh dunia.
Dewi Higieia digambarkan memegang sebuah patera (mangkuk obat) dan di badannya ada
seekor ular yang hendak meminum/memakan obat pada mangkuk tersebut. Beberapa
berpendapat bahwa mangkuk dan ular Higieia melambangkan keselarasan kehidupan dengan
bumi. Ular mungkin melambangkan pasien yang bisa memilih apakah akan mengambil obat
29
pada mangkuk tersebut atau tidak. Hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang mengendalikan
kesehatannya sendiri melalui pilihan yang diambil. Ular Higieia juga dikaitkan dengan
kepercayaan kuno bahwa ular memiliki kemampuan kebijaksanaan dan penyembuhan. Menurut
kepercayaan kuno, ular bisa menyembuhkan dirinya sendiri dan melakukan kontak dengan para
arwah di dunia bawah dan membawa mereka untuk membantu manusia yang masih hidup,
karena itu ular dianggap membawa kebijaksanaan karena mampu membawa arwah para leluhur
yang bijak.
3. Paradigama dan Prinsip Dasar Apoteker
a. Care-Giver
Seorang Farmasi/apoteker merupakan profesional kesehatan yg peduli, dalam
wujud nyata memberi pelayanan kefarmasian kepada pasien dan masyarakat luas,
berinteraksi secara langsung, meliputi pelayanan klinik, analitik, tehnik, sesuai
dengan peraturan yang berlaku
b. Decision Maker
Seorang farmasis merupakan orang yang mampu menentukan keputusan terkait
pekerjaan farmasi, misal penyesuaian dosis, penggantian obat, dan sebagainya.
c. Communicator
Seorang farmasi/apoteker harus mampu menjadi komunikator yang baik, sehingga
pelayanan kefarmasian dan interaksi kepada pasien, masyarakat, dan tenaga
kesehatan berjalan dengan baik.
d. Manager
Seorang farmasi/apoteker merupakan seorang manajer dalam aspek kefarmasian
non klinis, kemampuan ini harus ditunjang kemampuan manajemen yang baik.
e. Leader
Seorang farmasi/apoteker harus mampu menjadi seorang pemimpin, mempunyai
visi dan misi yang jelas, dan dapat mengambil kebijakan yg tepat untuk
memajukan institusi/perusahaan/lembaga yang dipimpin.
f. Life-Long Learner
Seorang farmasi/apoteker harus memiliki semnangat belajar sepanjang waktu,
karna informasi/ilmu kesehatan terutama farmasi (obat, penyakit dan terapi) terus
berkembang pesat dari waktu ke waktu, sehingga kita perlu meng-update
pengetahuan dan kemampuan agar tidak ketinggalan.
g. Teacher
30
menjadi
wirausaha
dalam
PERAWAT
A. Pengertian Perawat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat maka pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi Perawat adalah seseorang yang
31
telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Florence Nightingale
Perawat adalah orang yang menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap
masalah kesehatan yang menimpa dirinya.
B. Filosofi Perawat
Latar Belakang
1. Zaman Purbakala
Perkembangan dipengaruhi oleh perawatan dan pengobatan orang-orang pada zaman
purba yang hidup dalam keadaan primitif. Pekerjaan merawat dilakukan berdasarkan
naluri keibuan yang bersendi pada pemeliharaan seperti seorang ibu melindungi anak.
2. Zaman Masehi
Keperawatan yang dikenal sekarang dimulai pada zaman masehi saat perkembangan
agama Nasrani, yang saat itu banyak terbentuk Diakones.Diakones yaitu suatu organisasi
wanita bertujuan untuk membantu pendeta dalam memberikan perawatan setiap
mengunjungi orang sakit dari rumah ke rumah.
3. Permulaan abad ke-XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan,
yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Pada masa inilah ditemukan
konsep P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).
4. Perkembangan Keperawatan di Inggris
Keperawatan semakin berkembang dengan adanya pelopor perawat modern, Florence
Nightingale.Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa inggris The Lady With
The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang
pada Perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.
C. Lambang Keperawatan
Simbol dari keperawatan adalah Lampu Minyak, simbol lampu ini diambil dari
tokoh Florence Nigtingale. Florence selalu membawa lampu minyak sebagai penerangan
saat menemui para pasien dalam kegelapan. Lampu minyak ini diyakini memiliki arti
membawa terang (membawa kesehatan). Berikut merupakan gambar-gambar ilustrasi
Florence Nightingale yang sedang merawat dengan membawa lampu minyak.
32
2.
3.
4.
5.
6.
yang
dilandasi/dijiwai Pancasila.
7.
33
Definisi sehat & kesehatan telah berubah dari kondisi seseorang yang bebas penyakit menjadi
kondisi yang mampu mempertahankan individu untuk berfungsi secara konsisten, stabil
dan seimbang dalam menjalani kehidupan sehari-hari
3. Masyarakat dan Lingkungan
Masyarakat dan lingkungan merupakan komponen dalam paradigma keperawatan dimana
setiap individu berinteraksi. Masyarakat dan lingkungan juga dianggap sebagai sumber
terjadinya keadaan sakit (tidak sehat) dan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan atau kondisi sakit seseorang.
E. Kode Etik Perawat
Bab 1
Tanggung jawab Perawat, terhadap Masyarakat, keluarga dan penderita
1. Perawat dalam rangka pengabdianynya senantiasa berpedoman kepada tanggung
jawab yang pangkal tolaknya bersumber dari adanya kebutuhan akan perawat untuk
individu, keluarga dan masyarakat.
2. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nila budaya, adat istiadat,
dan kelangsungan hidup beragama dari orang seorang, keluarga dan masyarakat.
3. Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi orang seorang, keluarga dan
masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ihlas sesuai dengan martabat dan
tradisi luhur perawatan.
4. Perawat senantiasa menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan orang seorang,
keluarga dan masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya
kesejahteraan umum sebagai bagian dari tugas, kewajiban bagi kepentingan
masyrarakat.
Bab II
Tanggung jawab perawat terhadap tugas
34
senantiasa
menyebarluaskan
pengetahuan
keterampilan
dan
2. Perawat selalu menunjang tinggi nama baik profesi perawat dengan menunjukan
perilaku dan sifat-sifat pribadi yang luhur.
3. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkan dlam kegiatan-kegiatan pelayanan dan
pendidikan perawatan.
4. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi
perawatan sebagai sarana pengabdian.
Bab V
Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air
1.
36
Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian yang lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.
Membuat catatan rekam medis yang baik secara berkesinambungan berkaitan dengan
keadaan pasien.
b. Apoteker
37
Menjelaskan obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan, dosis, dan
waktu penggunaannya.
c. Perawat
Perawat sebagai advokat, perawat melindungi hak pasien sebagai manusia dan secara
hukum.
Sebagai penyuluh pasien, perawat menjelaskan kepada pasien konsep dan data-data
tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai
apakah pasien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam
pembelajaran.
d. Kesehatan Masyarakat
38
b. Apoteker
c. Perawat
d. Kesehatan Masyarakat
Penyuluh gizi
39
b. Apoteker
c. Perawat
d. Kesehatan Masyarakat
40
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan ini, kelompok kami akan menjelaskan dan membandingkan antara
teori yang telah dipaparkan pada bab II dengan kondisi sekarang yang ada dimasyarakat.
Menurut kami kolaborasi merupakan produk team work dari suatu kelompok tertentu
dimana kelompok tersebut terdiri dari beberapa ahli dan bekerja untuk mencapai tujuan bersama
yang diinginkan. Salah satu bentuk kolaborasi yang paling umum adalah kolaborasi kesehatan.
Pada zaman sekarang, kolaborasi kesehatan sangat penting guna tercapainya patient oriented
dan meningkatkan patient care di rumah sakit maupun institusi lainnya. Kolaborasi kesehatan
menghasilkan banyak efek positif terhadap pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Akan tetapi
sekarang ini kolaborasi antar tenaga kesehatan belum dilakukan di seluruh rumah sakit di
Indonesia. Penyebab kolaborasi kesehatan belum berjalan di Indonesia, yaitu:
1. Jumlah antar tenaga kesehatan tidak seimbang di dalam suatu rumah sakit
Misalnya jumlah profesi apoteker di rumah sakit terlampau sedikit dan tidak sesuai dengan
aturan yang ada sehingga kolaborasi tidak bisa berjalan dengan baik.
2. Kesiapan profesi tenaga kesehatan kurang
3. Belum ada Undang-Undang yang mengatur kolaborasi kesehatan
41
Guna melakukan kolaborasi yang baik, sebaiknya dididik sejak dini sehingga saat
memasuki dunia kerja sudah tidak terbiasa. Oleh karena itu, sebaiknya universitas-universitas di
Indonesia mulai membuat kurikulum baru dengan mata kuliah kolaborasi sebagai mata kuliah
wajib. Seperti Universitas Indonesia yang telah ada mata kuliah kolaborasi kesehatan,
komunikasi kesehatan, etika hukum dimana ketiga mata kuliah tersebut dilaksanakan oleh kelima
fakutas yang tergabung dalam rumpun ilmu kesehatan yaitu Fakultas Kedokteran, Fakultas
Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Ilmu
Keperawatan, Dengan adanya mata kuliah kolaborasi ini diharapkan mahasiswa kesehatan sudah
terlatih bekerja sama antar profesi sehingga kedepannya siap dan mampu berkolaborasi di rumah
sakit demi meningkatkan patient care.
Kolaborasi kesehatan yang baik memiliki gaya sentripetal, dimana akan terjalin
kerjasama antar profesi kesehatan yang baik tanpa mementingkan kepentingannya masingmasing.
Mutu kesehatan dapat ditingkatkan dengan kolaborasi tenaga kesehatan dan didukung
dengan sistem pelayanan kesehatan baik. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
salah satu sistem pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia adalah SJSN (sistem jaminan soaial
nasional). Sebelum adanya SJSN, di Indonesia terdapat sistem pelayanan kesehatan seperti
Jamsostek, Akses, Taspen dan lain lain. Mulai tanggal 1 Januari 2014, SJSN di Indonesia telah
dilaksanakan, dimana SJSN ini diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) yang merupakan penyatuan dari beberapa BUMN yang ditunjuk, yaitu PT. Jamsostek,
PT. Askes, PT. Taspen, dan PT. Asabri. Dalam penyelenggaraannya, BPJS terdiri atas BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.. Pemerintah menanggung iuran bagi masyarakat miskin
dan kurang mampu (yang disebut sebagai Penerima Bantuan Iuran atau PBI) untuk menjamin
keikutsertaan mereka dalam program ini. Dengan berbagai kebijakan tersebut, alokasi belanja
negara akan meningkat secara signifikan. BPJS Kesehatan akan mengelola jaminan kesehatan
yang akan memberikan kepastian jaminan kesehatan bagi setiap rakyat Indonesia. Jaminan ini
diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan perseorangan yang komprehensif, mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan, termasuk obat dan
bahan medis dengan teknik layanan terkendali mutu dan biaya (managed care).
42
Program jaminan kesehatan dilaksanakan berdasarkan prinsip asuransi sosial dan ekuitas,
yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai kebutuhan medis yang tak terkait dengan
besaran iuran yang dibayarkan. Besar iuran ditetapkan sebagai prosentase tertentu dari upah,
bagi mereka yang memiliki penghasilan. Pemerintah akan membayarkan iuran bagi mereka yang
tidak mampu (fakir miskin).
Pemerintah tidak mengambil untung untuk melaksanakan program SJSN ini, sebab iuran
yang dibayarkan akan dikembalikan ke rakyat sepenuhnya dalam bentuk pelayan kesehatan, serta
obat. Apabila SJSN ini terlaksana, tentunya kesejahteraan masyarakat akan meningkat.
Namun, dalam pelaksanaan SJSN saat ini
43
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kolaborasi tim kesehatan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam
menangani masalah kesehatan. Tanpa adanya kolaborasi dari tim kesehatan, pengobatan
tidak dapat berjalan secara optimal. Dalam kolaborasi tim kesehatan, masing-masing
tenaga kesehatan mempunyai peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Peran dan
tanggung jawab tersebut tidak hanya untuk satu individu saja, tapi juga keluarga dan
masyarakat. Kesadaran akan tujuan yang sama dalam penanganan kesehatan dan
komunikasi yang baik mendukung proses kolaborasi tim kesehatan yang tentunya akan
berdampak baik dalam pelayanan kesehatan bagi pasien. Pelaksanaan terapi yang baik
bagi pasien tidak tergantung dari peran tim kesehatan saja, dukungan dari orang-orang
terdekat pasien seperti keluarga juga berperan besar dalam penyembuhan penyakit pasien.
Selain itu, tim kesehatan juga mempunyai peran yang besar di masyarakat dalam
menangani masalah kesehatan. Untuk itulah, kolaborasi tim kesehatan yang baik dan
efektif diperlukan.
4.2 Saran
Untuk mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, tenaga kesehatan harus
berkolaborasi dan bekerjasama dengan baik dalam penatalaksanaan masalah kesehatan baik
44
di individu, keluarga dan anggota masyarakat. Untuk menghindari tumpang tindih tugas
masing-masing tenaga kesehatan, diperlukan adanya hubungan dan komunikasi yang baik
antar sesama tenaga kesehatan. Masing-masing tenaga kesehatan perlu menyadari kesamaan
tujuan dari peran medis yang mereka lakukan walaupun sangat jelas perbedaan tugas dan
tanggung jawab masing-masing. Sikap saling menghargai dan menghormati antar masingmasing profesi kesehatan juga perlu diterapkan agar tercipta hubungan kolaborasi dan kerja
sama yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
areafarmasi.blogspot.com/2013/04/filosofi-perawat
http://melaniezone.wordpress.com/2012/10/12/paradigma-keperawatan/
http://radencoddooth.blogspot.com/2011/05/kode-etik-keperawatan.html
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/SJSN.pdf
46