Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada dewasa ini banyak janin yang lahir dengan kelainan berbagai organ. Kelainan-
kelaian tersebut
dibawa sejak lahir atau yang biasa disebut dengan kelainan konginetal,
kelaianan tersebut disebabkan oleh berbagai macam factor salah satunya ialah karena gagalnya
pembentukan organ pada fase embriologi. Hal ini dipicu oleh gaya hidup ibu yang sedang
mengandung
janin tersebut. Salah satu kasus yang terjadi karena tidak sempurnanya
pembentukan organ ialah meningokel. Meningokel adalah bentuk spina bifida kistika yang
merupakan
penyakit kongenital dan kelainan embriologis yang disebut Neural tube defect
(NTD). Adanya defek atau celah pada tabung neural cenderung menyebabkan kelainan
penonjolan isi kranium melalui celah tersebut, penonjolan pada meningokel adalah berupa
meningens dan cairan likuor.
Cacat tabung syaraf merupakan salah satu kelainan janin yang kerap terjadi. Menurut
data di Amerika Serikat, setiap tahunya sekitar 4.000 kehamilan beresiko menderita NTD. Dari
jumlah ini, terdapat 2.500 bayi dengan NTD. Data yang lain menyebutkan, 1-3 janin dari 1.000
kehamilan menderita NTD.Angka anak yang menderita spina bifida jenis kedua ini jauh lebih
sedikit, kira-kira hanya 1 di antara 200 bayi yang dilahirkan dengan spina bifida. Namun bila
seorang wanita mempunyai satu anak demikian, kemungkinan mendapatkan lainnya naik
menjadi 1 di dalam 20 anak.
Meningokel terjadi karena jaringan otak dan / selaput otak mengalami herniasi. Hal
tersebut terjadi karena adanya kegagalan penutupan ( defek ) pada tabung neural yang secara
embriologis terjadi akibat gangguan proses neurulasi, yaitu tetap melekatnya ektoderm epidermis
dengan ektoderm neural sehingga migrasi sel-sel mesoderm pembentuk tulang ke tempat tersebut
terhambat dengan akibat di area itu tidak terbentuk tulang (teori non-separasi dari Sternberg).
Kegagalan penutupan penutupan pada tabung neural ini dapat dipicu oleh kurangnya asam folat
pada ibu yang sedang hamil.
Untuk pencegahan semakin banyaknya resiko meningokel atau kelainan congenital lain
pada janin yang baru lahir, sebagai seorang perawat dituntut untuk memberikan informasi
kepada ibu-ibu hamil agar menjaga keseimbangan nutrisi, baik untuk dirinya sendiri, maupun
untuk janin yang dikandungnya. Dengan adanya upaya pencegahan ini
diharapkan bisa
mencegah kelainan pada janin yang masih dalam dalam tahap perkembangan.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaiamanakah konsep meningokel dan pendekatan asuhan keperawatanya ?
1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep meningokel dan pendekatan asuhan keperawatanya.
1.3.2 Tujuan Khusus
a.
1.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Meningokel merupakan defek tabung neural. Menurut beberapa pusat penelitian terdapat
beberapa kemungkinan yang menjadi faktor penyebab terjadinya defek tabung neural, antara
lain:
1) Latar belakang etnik seperti di Irlandia angka kejadianya 0.85 sedangkan di
Jepang hanya 0.08.
2) Infeksi infeksi seperti toksoplasmosis, riketsia, influenza, dan sebagainya.
3) Toksin.
4) Kelainan metabolik ; gangguan keseimbangan hormon, diabetes, defisiensi
vitamin, mineral, dan sebagainya.
5) Abrasi kromosom : translokasi 13-15
6) Obat-obatan : golongan aminopterin, analgesic, klomifen.
7) Multiparitas.
8) Kegagalan tindakan abortus.
9) Usia ibu
10) Urutan kehamilan.
11) Jenis kelamin.
12) Predisposisi genetik. ( editor, L.Djoko Listiono )
Basal encephalokel
Terjadi pada bagian bawah atau dasar tengkorak, meliputi:
a. Sphenopharingeal
Terjadi pada titik pertemuan antara tulang sphenoid dan epipharynx. Sulit
untuk diidentifikasi karena tampak seperti massa pada langit-langit rongga mulut
(palatum).
b. Intranasal
Terjadi karena adanya celah pada cribriform plate dan dapat meluas hingga
cavum nasal. Jika terjadi deviasi pada septum nasi dan memiliki riwayat penyakit
kongesti nasal unilateral yang kronis (hipertelorisme), encephalokel intranasal dapat
diatasi dengan pembedahan craniofacial.
c. Sphenoorbital
Terjadi di fisura orbital superior hingga ke cavum orbital. Kasus ini jarang
ditemukan.
d. Sphenomaxilaris
Terjadi di fisura orbital inferior masuk ke fosa pterygopalatine. Sama seperti
sphenoorbital, jenis ini juga jarang ditemukan.
2) Sincipital encephalokel
Terletak di nasofrontal antara fontal dan tulang nasal (glabella) atau
frontoethmoidal, jika meluas sampai ke frontal, nasal, dan os. Ethmoidal yang akan
mempengaruhi pertumbuhan tengkorak sedemikian rupa, sehingga jarak antara orbita
melebar (hipertelorisme). Encephalokel sinsipital harus dibedakan dengan setiap
benjolan pada pangkal hidung atau sisi medial orbita, seperti kista aterom, kista
dermoid, lipoma atau kista lakrimal.
3) Convexity encephalokel
Terjadi di garistengah dan berhubungan dengan adanya celah di tengkorak. Lesi
superior berisi struktur supratentorial, sedangkan lesi inferior berisi cerebellum dan
batang otak. Jenis ini juga dapat mencapai daerah oksipital. Bila ini terjadi, maka
tidak menutup kemungkinan juga akan diikuti hidrosefalus dan gangguan fungsi
sereberal. Pada defek yang besar, sebagian hernia jaringan otak tersebut masih
berfungsi, tetapi jarang sekali. Maningo-encephalokel kecil di daerah oksipital harus
dibedakan dengan tumor kulit atau subkutan yang terletak di garis tengah seperti kista
aterom atau kista dermoid.
4) Atretic encephalokel
Lesi atretic sulit didiagnosis. Biasanya bisa timbul malformasi kista di garis
tengah parietal. Juga berhubungan dengan kelainan perkembangan lainnya, tipe
nodular terjadi pada garis tengah oksipital dan biasanya tidak berhubungan dengan
kelainan CNS.
2.3.2 Di spinal
Lokasi terbanyak ada di daerah torako-lumbal dan frekuensinya makin berkurang
kearah distal. Meningokel ini juga dapat menonjol ke anterior ke dalam kavum pelvis,
abdomen, atau toraks. Ditandai dengan adanya benjolan di garis tengah sepanjang spinal.
Kelainan ini sering disertai dengan scoliosis, deformitas pelvis dan ekstremitas bawah
dan pada umumnya dapat menyebabkan mielomeningokel.
2.4 Patofisiologi
Secara fungsional minggu ke empat dari neurulasi proses penutupan sumsum tulang
belakang dan otak fetus normal. Namun, harus dicatat bahwa sel-sel kristaneuralis yang berasal
dari neuroektoderm membentuk rangka wajah dan kebanyakan tulang tengkorak. Sel-sel ini juga
merupakan populasi yang mudah cedera karena mereka meninggalkan neuroektoderm dan sering
menjadi sasaran teratogen (gangguan pertumbuhan janin dan menimbulkan malformasi yang
disebabkan oleh berbagai sebab tertentu). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau kelainan
tengkorak-wajah merupakan cacat bawaan yang sering terjadi. Anak-anak yang menderita cacat
yang relative kecil di tengkorak sehingga jaringan otak dan atau selaput otak mengalami herniasi
(meningokel).
Medulla
spinalis
biasanya
normal
meskipun
mungkin
tertambat
ada
seringomingelia, atau diastematomielia. Masa linea mediana yang berfluktuasi yang dapat
bertransiluminasi terjadi sepanajang kolumna vertebralis, biasanya berada pada punggung
bawah. Sebagian besar meningokel tertutup dengan baik dengan kulit yang tidak mengancam
penderita. Pada kasus-kasus seperti ini, luasnya cacat syaraf tergantung pada banyaknya
kerusakan jaringan otak. Meskipun penyakit ini terjadi pada gagalnya proses neurolasi di awal
pembentukan sumsum tulang belakang atau adanya robekan setelah proses neurolasi telah
sempurna, meningokel dapat terjadi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mochammad Istiadjid Eddy Santoso tahun 2007,
defek tulang pada meningokel secara embriologis terjadi akibat defesiensi asam folat yang dapat
memperlambat pembelahan stem sel ( sel-sel jaringan utama ) karena tetap melekatnya ektoderm
epidermis dengan ektoderm neural sehingga migrasi sel-sel mesoderm pembentuk tulang ke
tempat tersebut terhambat. Hal ini akan menyebabkan stem sel untuk membentuk jaringan otak
berkurang dan akan terjadi gangguan proses neurolasi, yaitu dengan akibat di area itu tidak
terbentuk tulang. Akhirnya timbul celah diantara tulang dan cairan likuor dan lapisan meningen
keluar yang menyebabkan timbulnya tonjolan / benjolan (meningokel).
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Kelainan defek tabung neural perlu dideferensiasi dengan tumor jaringan kulit
ekstrakranial dan nasal glioma.
Pemeriksaan penunjang diagnostik yang kerap dilakukan adalah pemeriksaan foto polos
kepala untuk mencari defek pada tengkorak, di mana kadang juga di perlukan pemotretan posisi
tertentu. Selain itu pemeriksaan ini juga ditujukan untuk mendeteksi keadaan patologis yang
menyertai lainya seperti tekanan tinggi intrakranial, disproporsi kraniofasial, dan sebagainya.
Pemeriksaan penunjang lainya adalah transiluminasi denagan penyorotan lampu yang
kuat pada tonjolan tersebut ( di dalam ruangan gelap ) diharapkan akan menampakkan bayangbayang isi kelainan defek tabung neural, meningokel.
Pemeriksaan USG adalah salah satu alternatif untuk mendeteksi dan isi defek tabung
neural, yakni untuk menentukan apakah hanya meningens dan likuor saja ( meningokel ) atau
adanya jaringan otak yang ikut keluar ( meningoensefalokel ). Dalam dekade akhir, USG
cenderung berperan lebih luas untuk mendeteksi kelainan-kelainan semacam ini sewaktu masih
bayi masih dalam kandungan., medulla spinalis tertambat dan lipoma.
MRI untuk menentukan luasnya keterlibatan jarinagn syaraf jika ada dan anomaly yang
terkait, termasuk diastematomielia
Ct scan adalah pemeriksaan penunjang diagnostik terpilih untuk kasus-kasus defek
tabung neural yang dalam hal ini hampir seluruh informasi dapat diperolrh secara lengkap.
2.6 Manifestasi Klinis
Gejala meningocele bervariasi antara pasien. Beberapa orang dengan kondisi akan
memiliki sedikit atau tanpa gejala spina bifida, sementara pasien lain mungkin mengalami
kelumpuhan sebagian dengan disfungsi kemih dan usus. Adapun gejala-gejala meningokel ialah :
1) Benjolan yang ada sejak lahir dan semakin membesar biasanya di garis tengah. Kulit
penutup biasanya tipis, licin dan tegang, tetapi dapat juga normal atau tebal. Konsistensi
tergantung isinya
2) Bila kelainan tersebut besar, meningen mungkin keluar melalui medula spinalis,
membentuk kantung yang dipenuhi dengan CSF. Anak tidak mengalami paralise dan
mampu untuk mengembangkan kontrol kandung kemih dan usus. Terdapat kemungkinan
terjadinya infeksi bila kantung tersebut robek dan kelainan ini adalah masalah kosmetik
sehingga harus dioperasi.
2.7 Penatalaksanaan
Pada spina bifida kistika jenis meningokel, operasi dapat memperbaiki cacat punggung
untuk menghindari setiap resiko perobekan kantung yang berisi cairan dan untuk menghindari
meningitis. Terapi dilakukan pembedahan dengan alasan kosmetik dan utuk infeksi pada
menigokel yang pecah atau mau pecah. Pada umumnya pembedahan dilakukan pada usia 5 -6
bulan.Setelah operasi, barulah orang tua dapat menangani bayi mereka dengan yakin.
2.8 Komplikasi
Bayi dengan spina bifida kistika dapat mengalami kelumpuhan tungkai tanpa rasa atau
reflek. Ia mungkin mendapat atau mengalami cacat tubuh ( deformitas ) tungkai seperti dislokasi
pinggul atau kaki pekok. Kandung kemihnya mungkin tidak berkontraksi secara semestinya
sehingga ia cenderung meneteskan air kemih, dan tekanan air kemih ke belakang ( back
pressure ) didalam kandung kemih yang mengembang dapat merusak ginjalnya dan
mengakibatkan infeksi saluran kencing atau ginjal. Usus besarnya mungkin berkontraksi secara
semestinya, sehingga menyebabkan sembelit kronik atau buang air besar tak terkendali.
2.9 WOC
2.10 Pendekatan asuhan keperawatan
2.10.1 Pengkajian
Pengkajian yang umum dilakukan pada pasien denagn meningokel ialah meliputi :
1) Data demografi
Data demografi meliputi identitas, usia, jenis kelamin, riwayat lingkungan kerja,
dan hal lain mengenai identitas pasien. Namun, pada kasus meningokel ini biasanya
terjadi pada neonatus ( bayi baru lahir ).
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang pada kasus meningokel ialah bayi terpapar ibu yang
kekurangan asm folat.
3) Pemeriksaan fisik
ROS : keadaan umum baik, kesadaran kompos metis.
TTV : TD=90/60, nadi=100x/menit, suhu=36,9 derajat, RR=28x/menit.
GCS : umumnya normal
B1 (breath) : Nafas umumnya tidak mengalami gangguan,
B2 (blood) : Tidak ada masalah pada jantung.
B3 (brain) : Penginderaan umumnya normal
B4 (bladder) : Pada perkemihan tidak menimbulkan banyak masalah, tetapi jika
kerusakan luas ( sebagian besar ) dapat terlihat adanya gangguan pada perut dan
kandung kemih dengan disertai kelumpuhan total pada kaki, Inkontinensia aliran
berlebihan dengan penetesan urin konstan
B5 (bowel) : Pencernaan jarang terganggu, kecuali pada kerusakan yang luas akan
mengganggu perut, Kurang control defekasi, prolapsus rectal ( kadang-kadang )
B6 (bone) : Jika terjadi lesi pada daerah terkena spina bifida, kadang timbul tanda-tanda
infeksi, kelumpuhan tungkai tanpa rasa atau refleks. Ia mungkin mendapat atau
mengalami cacat bentuk (deformitas) tungkai seperti dislokasi pinggul atau kaki pekok.
Deformitas spinal juga mungkin untuk terjadinya scoliosis.
Pre operasi
a.
b.
Observasi adanya manifestasi meningokel: kantung yang dapat dilihat, tidak ada
kerusakan motorik.
c.
d.
Kaji pemahaman anak/keluarga tentang rencana pembedahan dan apa yang akan
terjadi pada pasca operasi.
e.
f.
Post operasi
a.
b.
c.
d.
Observasi perilaku anggota keluarga pasca operasi mis: orang tua selalu menanyakan
informasi kondisi anaknya, cara perawatan selanjutnya.
e.
Terpasang infuse.
2)
3)
4)
5)
Post operasi
1)
2)
efek anastesi.
Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot skunder akibat
3)
4)
operasi/pembedahan.
Resiko kurang volume cairan b.d pendarahan post operasi.
Resiko infeksi b.d sisi masuknya organisme sekunder akibat luka pasca
5)
6)
pembedahan.
Risiko tinggi trauma berhubungan dengan lesi spinal.
Kurangnya pengetahuan keluarga b.d kurangnya informasi tentang
7)
INTERVENSI
- Posisikan bayi dengan nyaman.
RASIONAL
Untuk mencegah kontaminasi urin
dan feses
Untuk
mencegah
infeksi
karena
mikroorganisme.
Untuk
mencegah
pengeringan
mencegah
keterlambatan
kantong.
terkontaminasi.
- Berikan balutan steril dan lembab
untuk
dalam pengobatan.
untuk
mencegah
masuknya
kemih.
untuk menghilangkan
infektif.
Untuk mengetahui ada tidaknya
infeksi
(peningkatan
suhuu,
organisme
retensi.
Untuk
meningkatkan
perkemihan
dan
ditentukan.
- Jamin masukan cairan yang adekuat
2) Risiko tinggi kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan paralisis, penetesan urin
yang kontinu, dan feses.
INTERVENSI
RASIONAL
- Bila anak memakai popok, ganti popok - untuk menjaga agar kulit tetap
-
kering.
Tempatkan anak pada permukaan pengurang
tekanan.
-
Masase
kulit
dengan
perlahan
selama
-
posisi telungkup
untuk meningkatkan sirkulasi.
efek
anastesi.
Tujuan : suara nafas dan ventilasi normal
Kriteria hasil : - Klien menunjukkan ventilasi adekuat dengan tidak adanya distress
nafas.Bunyi nafas bersih.
INTERVENSI
RASIONAL
kesimetrisan pernafasan.
adanya
kelelahan
berbicara)
gangguan
pernafasan
fungsi
menurunnya
kapasitas paru.
-
Auskultasi
bunyi
nafas,
cacat
pernafasan (pneumonia).
-
kebutuhan.
-
Kolaborasi
untuk
pemberian
indikasi
Kolaborasi
terhadap
dengan
cara
untuk
analisa
Untuk
mengatasi
mudah
pemantauan
gas
darah,
dikeluarkan)
dan
Menentukan
keefektifan
untuk
hipoksia.
dari
pernafasan.
perburukan
Mendeteksi
Memeperbaiki
ventilasi
dan
secret
dan
ekspansi
alveoli
2) Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot skunder akibat
operasi/pembedahan.
Tujuan : menurunkan / menghilangkan rasa nyeri
Ktiteria hasil : - Terjadi penurunan rasa ) skala nyeri
- Mengidentifikasi cara cara untuk mengatasi nyeri.
- Menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktivitas
hiburan sesuai kebutuhan individu
INTERVENSI
- Pantau
adanya
pasien
nyeri.
mengidentifikasi
menghitung
nyeri,
Bantu
RASIONAL
- Untuk mengetahui kualitas nyeri
dan
dan
misalnya
mengajarkan
pasien
skala 0-10
-
Bantu
pasien
dalam
Ajarkan
penggunaan
relaksasi,
misalnya
imajinasi,
teknik
penyebab nyeri.
-
analgesic.
koping.
-
Untuk
mengurangi
menghilangkan nyeri.
perhatian,
visualisasi,
Memfokuskan
pedoman
latihannafas dalam.
-
RASIONAL
- untuk mencegah kerusakan pada
kantong
meningeal
atau
sisi
pembedahan.
-
Tempatkan
bayi
pada
posisi
diizinkan
pembedahan.
-
Misalnya
bedah,
potong
selimut
untuk
memberikan
lapisan
pelindung.
sesuai
INTERVENSI
Diskusikan
tentang
proses
RASIONAL
Memberikan dasar pengetahuan
pilihan-pilihan
datang.
-
Berikan
informasi
dan
pasien
tentang pengobatan
Meningkatkan
vertebra.
kontraktur,
meningkatkan
sirkulasi,
meningokel/mielomeningokel di
perjanjian
dan
fungsi
dan
kemandirian pasien.
-
Mengurangi
iritasi
kulit,
Memberikan
adekuat
Instruksikan/lakukan
makanan
untuk
kebutuhan
perawatan
meningkatkan
tenaga
yang
memenuhi
dan
proses
penyembuhan.
-
Pantau
kebutuhan
makanan
Pantau
kembali
pemberian
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
dibutuhkan oleh ibu hamil dengan cukup, seperti susu, hati, sayur-sayuran dan buahbuahan.
4) Pemeriksaan fisik
ETIOLOGI
Ibu kurang makanan
bergizikur
Kekurangan asam folat
MASALAH
Resiko tinggi infeksi
memperlambat pembelahan
stem sel
stem sel untuk membentuk
jaringan otak berkurang
gangguan proses neurolasi
di area itu tidak terbentuk
tulang
timbul celah diantara tulang
cairan likuor dan lapisan
meningen keluar
timbulnya tonjolan / benjolan
(meningokel).
Ibu kurang makanan
bergizikur
Kekurangan asam folat
memperlambat pembelahan
stem sel
stem sel untuk membentuk
jaringan otak berkurang
gangguan proses neurolasi
di area itu tidak terbentuk
tulang
Resiko cedera
DS : -.
Cemas
bayi
DO : kelurga terus
menanyakan kondisi
anaknya.
Keluarga terus menanyakan
kondisi pasien
Terdapat benjolan yang berisi
DS : -
DO : -
DS :
Nyeri
DO :
DS :DO
tingkat
pendidikan
Kurangnya
pengetahuan
keluaraga
keluarga rendah.
3) Cemas berhubungan dengan lingkungan aktual atau yang dirasakan skunder akibat
hospitalisasi
Post operasi
1) Ketidakefektifan jalan nafas
efek
anastesi.
2) Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot skunder akibat
operasi/pembedahan.
3) Resiko kurang volume cairan b.d pendarahan post operasi.
4) Resiko infeksi b.d sisi masuknya organisme sekunder akibat luka pasca pembedahan.
5) Kurangnya pengetahuan keluarga b.d kurangnya informasi tentang penatalaksanaan
perawatan post operasi.
6) Perubahan proses keluarga b.d anggota keluarga yang sakit dirawat rumah sakit.
3.2.3 Intervensi dan Rasional
Pre operasi
1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif, kantong
meningeal non-epitelialisasi.
2) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
3) Cemas berhubungan dengan lingkungan aktual atau yang dirasakan skunder akibat
hospitalisasi
Post operasi
1) Ketidakefektifan jalan nafas
efek
anastesi.
2) Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot skunder akibat
operasi/pembedahan.
3) Resiko kurang volume cairan b.d pendarahan post operasi.
4) Resiko infeksi b.d sisi masuknya organisme sekunder akibat luka pasca pembedahan.
5) Kurangnya pengetahuan keluarga b.d kurangnya informasi tentang penatalaksanaan
perawatan post operasi.
6) Perubahan proses keluarga b.d anggota keluarga yang sakit dirawat rumah sakit.
3.2.4 Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Meningokel merupakan kelainan konginetal dan kelainan embriologi yang disebut Neural
Tube Defek (NTD). Adanya defek atau celah pada neural menyebabkan kelainan berupa
penonjolan isi cranium melalui celah tersebut. Penonjolan pada meningokel adalah berupa
meningen dan cairan likuor.
2. Defek tulang pada meningokel secara embriologis terjadi akibat gangguan proses neurulasi,
yaitu tetap melekatnya ektoderm epidermis dengan ektoderm neural sehingga migrasi sel-sel
mesoderm pembentuk tulang ke tempat tersebut terhambat dengan akibat di area itu tidak
terbentuk tulang (teori non-separasi dari Sternberg).
3. Pemeriksaan diagnostic pada meningokel dapat dilakukan dengan pemeriksaan foto polos
kepala, transilumunasi dengan
terpilih untuk kasus-kasus defek tabung neural yang dalam hal ini hampir seluruh informasi
dapat diperolrh secara lengkap.
4. Manifestasi klinis dari meningokel ialah benjolan yang ada sejak lahir dan semakin membesar
biasanya di garis tengah. Kulit penutup biasanya tipis, licin dan tegang, tetapi dapat juga
normal atau tebal. Konsistensi tergantung isinya.
5. Meningokel pada umumnya terjadi pada bayi yang baru lahir (neonatus) jadi asuhan
keperawatan untuk kasus ini harus memperhatikan konsep tumbuh kembang anak, dan untuk
penatalaksanaanya adalah tindakan operasi jadi intervensi yang harus dilakukan meliputi pre
operasi dan post operasi. Adapun diagnose pre operasi yang ditegakkan pada meningokel
salah satunya ialah resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organism infektif,
kantong
meningeal
non-epitelialisasi,
paralisis.
Dan
dignosa
post
operasi
ialah
ketidakefektifan jalan nafas b.d peningkatan sekresi sekunder terhadap efek anastesi.
4.2 Saran
Meningokel merupakan kelainan kongenital sehingga penyakit ini sudah ada semenjak
neonatus (bayi yang baru lahir), yang dipengaruhi oleh beberapa factor. Diantaranya adalah usia
ibu hamil. Usia produktif untuk kehamilan pada wanita pada umumnya berkisar antara umur 20
tahun sampai dengan usia 35 tahun. Selain usia ibu hamil, hal penting lain yang mempengaruhi
terjadinya meningokel adalah nutrisi pada ibu hamil. Nutrisi yang baik pada ibu hamil bisa
memberikan respon yang baik pula bagi pertumbuhan janin. Maka dari itu ibu hamil harus
mempertahankan nutrisi untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan janinnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nelson.2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 3. EGC : Jakarta
Wong, Donna L.2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi IV. EGC : Jakarta
Sadler, T.W.1997.Embriologi Kedokteran Langman Edisi VII. EGC : Jakarta
Listiono, L.Djoko.1998.Ilmu Bedah Syaraf Satyanegara Edisi III.Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.