Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan pada sistem pencernaan merupakan masalah kesehatan utama
yang dialami masyarakat pada umumnya. Penyakit gastrointestinal adalah penting
karena mayoritas dari proses pencernaan terjadi pada permukaan usus, dan di
dalam sel pencernaan tempat terjadinya absorpsi. Proses absorpsi sangat penting
dalam kelangsungan proses metabolisme dalam tubuh kita. Sering kita mendengar
kondisi malabsorpsi, konstipasi, dan inkontinensia fekal. Semua itu dapat terjadi
pada setiap orang, tidak mengenal usia maupun waktu. Karena gangguan dalam
proses pencernaan pada umumnya terjadi karena pola hidup dan lingkungan
tempat kita tinggal.
Kira-kira 20 juta dari masyarakat mengalami gangguan kronis dan kirakira 2 juta mengalami kecacatan permanen. Menurut data yang kami peroleh
jumlah yang meninggal akibat penyakit gastrointestinal (GI ) adalah 200.000.
Karena apabila terjadi gangguan dalam proses pencernaan akan berakibat dan
berdampak pada ketidakseimbangan tubuh kita.
Pada semua kelompok umur, gaya hidup yang tidak baik, stress yang
berkepanjangan, kebiasaan makan yang tidak teratur, masukan serat dan air yang
tidak cukup, serta kurangnya latihan/olahraga sangat berperan dalam masalah ini.
Terutama pada kondisi malabsopsi, penyebab utama yang paling sering kita
dengar adalah akibat gangguan dalam proses penyerapan makanan. Sedangkan
penyebab dari gangguan penyerapan makanan sangatlah bervariasi. Sama halnya
dengan konstipasi, yang sangat erat hubungannya dengan proses absorpsi /
penyerapan makanan yang terjadi di usus halus maupun usus besar. Akibat
bakteri/ mikroorganisme, usus besar tidak dapat bekerja secara optimal yang pada
akhirnya mengakibatkan feses lebih padat sehingga menimbulkan konstipasi dan
komplikasi yang lain. Selain itu, faktor individu maupun lingkungan juga ikut
berperan dalam hal ini.
pencernaan. Semakin bertambah umur maka sel dan jaringan tubuh kita
menagalami
penurunan
fungsi
tidak
sebagaimana
mestinya.
Ini
yang
mengakibatkan para lansia tidak dapat mengontrol pengeluaran feses yang kita
kenal dengan inkontinensia fekal.
Perawat dapat menemukan dampak masalah kronis ini dengan
mengidentifikasi pola perilaku yang menempatkan pasien pada resiko ini. Dengan
memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang pencegahan, penatalaksanaan,
membantu
penderita
memperbaiki
kondisi
dan
mencegah
komplikasi.
Diharapakan kondisi ini tidak menimbulkan problem yang lebih serius. Walaupun
sebenarnya setiap penyakit ada obatnya, tapi hal yang paling penting adalah
pencegahan penyakit karena hal itu lebih efektif dan bermanfaat untuk diri kita
sendiri. Asuhan keperawatan yang tepat pada klien lansia dengan diare atau
konstipasi sangat diperlukan untuk tetap mempertahankan kualitas hidup lansia
berdasarkan pertimbangan gerontik.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum :
Memberi pengetahuan tentang asuhan keperawatan yang tepat bagi klien
lansia dengan diare dan konstipasi.
Tujuan Khusus :
1) Mampu menjelaskan definisi diare dan konstipasi.
2) Mampu menjelasakan etiologi diare dan konstipasi.
3) Mampu menjelasakan patofisiologid iare dan konstipasi.
1.4 Manfaat
Memberikan konsep dasar teori tentang gangguan sistem gastrointestinal,
yaitu diare dan konstipasi pada lansia berdasarkan pertimbangan gerontik, beserta
asuhan keperawatannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
2.1.1 Definisi
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare
adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah
atau lendir dalam tinja. Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden
(1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa
lambung atau usus. Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan
sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air
besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang
tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang
encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat
dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus sehingga
terjadi malabsorbsi pada usus.
2.1.2 Etiologi
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau
dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam tiga
golongan yaitu:
Diare
osmotik
(osmotik
diarrhea)
disebabkan
oleh:
itu
diare
juga
dapat
terjadi,
akibat
masuknya
Tanda dan gejala yang lain yang sering muncul adalah :Nausea,
muntah, anoreksia, nyeri perut kadang disertai demam, lidah kering,
turgor kulit menurun, suara menjadi serak, frekuensi nafas cepat,
tekanan darah turun, gelisah, pucat, ekstrimitas dingin.
2.1.6 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare adalah:
Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberiannya.
Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO 3 dan glukosa. Formula
lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut
formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan
sukrosa.
Cairan parentral :diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi
berat
Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim)
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang
berantai sedang atau tak jenuh.
Obat-obatan : prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang
dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbohidrat lain.
2.1.7 Komplikasi
mempengaruhi
terhadap
timbulnya
diare.
Seperti
pada
masyarakat jawa dengan makanan khas pedas manis. Hal ini dapat
memicu seringnya terjadi diare akibat inflamasi.
Pendidikan: tingkat pendidikan juga mempunyai pengaruh pada
kejadian diare. Seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang
makanan yang sehat, maka mereka akan berusaha menghindari
makanan- makanan yang dapat menimbulkan diare. Sedangkan pada
seseorang yang deficit pengetahuan, mereka cenderung akan makan
sembarangan tanpa mengetahui efek yang akan diperolehnya.
2.
3.
4.
5.
6.
Pola Kebiasaan:
1) Pola Nutrisi
Klien tidak nafsu makan akibat mual dan muntah.
2) Pola Tidur/ Istirahat
Klien mengeluh tidak bisa tidur dan sering terjaga di malam hari
karena perasaan tidak nyaman
3) Pola aktivitas
Karena lemah, klien tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari
seperti biasa
4) Pola eliminasi
BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi encer dan pola
BAK tidak ada perubahan
5) Pola koping
Peningkatan frekuensi BAB dipengaruhi oleh faktor- faktor
pencetus antara lain, mikroorganisme, stress, dan lain- lain. Dan
7.
Riwayat Psikososial :
1) Intrapersonal : klien merasa cemas akibat BAB yang berulang kali.
8.
Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breath) : sesak napas, RR meningkat, adanya penggunaan
otot bantu pernafasan inspirasi.
2) B2 (Blood) : takikardia, tekanan darah lemah
3) B3 (Brain) : nyeri akut
4) B4 (Bladder) : dehidrasi
5) B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, pasien lemah
6) B6 (Bone): malaise
Klien
selalu
ketidakseimbangan
merasa haus
antara intake dan out
Data Objektif:
take
Turgor
kulit
menurun
Pengeluaran
urin menurun
Membran
mukosa kering
Kelemahan
Data Subjektif:
Stress yang
meningkat
Masalah
kekurangan
cairan
dan
elektrolit
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Klien
tidak
nafsu makan
Produksi asam
lambung meningkat
Mual muntah
Data Objektif:
Bising
Anoreksia
usus
tidak hiperaktif
Konjungtiva
dan
membran
mukosa pucat
Tonus
otot
menurun
Data Subjektif
Klien
mengeluh nyeri
Data Objektif:
Suhu
meningkat
Data Subjektif:
Klien
mengeluh
kulit
kering
Data objektif:
Gangguan pada
permukaan kulit
Kerusakan
pada lapisan kulit
Invasi
dari
struktur tubuh
Data Subjektif:
Klien
mengatakan
bahwa dia cemas
akibat diare tidak
berhenti
Data Objektif
Kelemahan
Anoreksia
Gangguan pola
tidur
Kerusakan
integritas kulit
Iritasi anal
Kerusakan integritas
kulit
Gangguan psikosial
Kurang pengetahuan
Kecemasan
Kecemasan
Data subjektif:
Klien
mengeluh
kelemahan
Data objektif:
Tidak mampu
beraktivitas
Data Subjektif
Intoleransi
aktivitas
Metabolisme
meningkat
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
Iritasi usus halus
Nyeri akut
Mediator inflamasi
Klien
mengungkapkan
secara
atau
Frekuensi defekasi
meningkat
nyeri
verbal
dengan
isyarat
Data Objektif
Perubahan
autonomik
dari
tonus otot
Perubahan
nafsu makan dan
perilaku menjaga
dan melindungi
Data Subjektif:
klien mengeluh
tidak nyaman
BAB
Data Objektif:
Frekuensi defekasi
meningkat
terus
menerus
Gangguan
nyaman
rasa
Kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
Intervensi
Rasional
Mandiri:
masuk adekuat
Menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit klien
seimbang
Menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit
Kolaborasi
Laporkan abnormalitas
dari elektrolit
Berikan
memberikan
IV
Dapat
jika
Untuk
mempertahankan
diperlukan
masukan cairan
Observasi
Observasi
kehilangan
terhadap
cairan
yang
elektrolit
dapat
memperburuk terjadinya
tinggi elektrolit
dehidrasi
Identifikasi faktor-faktor
yang
terhadap
berkontribusi
Dengan
mengetahui
faktor-faktor
ini
dapat
mencegah
bertambah
buruknya dehidrasi
bertambah
buruknya dehidrasi
Healt edukasi
bila
Perawat
dapat
haus
Intervensi
Rasional
Mandiri
Buat perencanaan
untuk dimasukkan ke
keluarga untuk
membawa makanan
rumah.
Tawarkan makanan
masuk.
makan pasien.
Dengan pemberian porsi
Tinggi karbohidrat,
diperlukan atau
dibutuhkan selama
perawatan.
kebutuhan pernafasan
sesuai indikasi.
Observasi
Pastikan
biasa
pola
yang
atau
tidak
disukai
pasien
Mengetahui
keseimbangan intake dan
disukai.
Pantau masukan dan
pengeluaran dan berat
mendukung
diet
pasien,
Untuk
pengeluaran
asuapan
makanan
Sebagai data penunjang
adanya perubahan nutrisi
yang
kurang
dari
kebutuhan
Pantau
nilai
laboratorium,
Hb,
tingkat kekurangan
seperti
albumin,
dan
perencanaan makan
teratur.
Ajarkan
pasien
keluarga
dan
tentang
Menjaga
asupan
keadekuatan
nutrisi
dibutuhkan.
yang
Intervensi
Rasional
Mandiri:
mengidentifikasi
Dengan
mengetahui
faktor di lingkungan
dapat
melakukan
pencegahan
terhadap
terjadinya infeksi.
Lindungi
terhadap
pasien
Untuk
menghindari
kontaminasi
silang
Kolaborasi:
Berikan
terapi
Antibiotik
dapat
membantu
klien
mengatasi nyeri
antibiotik
Observasi:
Dapat
melakukan
infeksi
terjadinya infeksi
Kaji
faktor
meningkatkan
yang
menghindari
faktor-faktor
yang
mungkin
dapat
memperparah infeksi
serangan
infeksi
Dapat
Hasil
laboratorium
Pantau
hasil
terjadi
laboratorium
Perlindungan
terhadap
infeksi
Amati
penampilan
praktik higiene
Health edukasi:
Instruksikan
Melindungi
tubuh
terhadap infeksi
untuk
Intervensi
Rasional
Mandiri:
Bandingkan
berat
dari
ideal
menyebabkan
dapat
kerusakan
mempertahankan
nutrisi adekuat
mempengaruhi asupan
nutrisi klien
Pastikan
Nutrisi
keadekuatan nutrisi
yang
adekuat
dibutuhkan
untuk
mempertahankan integritas
kulit
Kolaborasi:
Kolaborasi
makanan
untuk
tinggi
mempertahankan gizi
Tingkat
Periksa
kadar
albumin serum,volume
dantransferin
albumin
sangat
dibutuhkan tubuh
Pantau
Mempertahankan
status
gizi
nutrisi
adekuat
Ajarkan
keluarga
tentang
perawatan kulit
Intervensi
Rasional
Mandiri:
Dukung
klien
untuk
Agar
klien
dapat
mengungkapkan
mengekstrenalisasi
kecemasan
Sediakan
pengalihan
Berikan
untuk
ansietas
Kolaborasi
Mengurangi
pengobatan
mengurangi
Mengurangi ansietas
Observasi
Kaji
dan
Mengetahui
dokumentasikan tingkat
mana
kecemasan klien
klien
sejauh
kecemasan
dari
--
Sediakan
faktual
informasi
menyangkut
diagnosis,
perawatan,
dan prognosis
hal
yang
berhubungan
kecemasan
klien.
Intervensi
Rasional
Mandiri:
Berikan
lingkungan
tenang.
meningkatkan istirahat
untuk
menurunkan
kebutuhan
kebutuhan
oksigen tubuh
Prioritaskan
jadwal
Mempertahankan
tingkat
energi
dengan
istirahat
asuhan keperawatan
untuk meningkatkan
istirahat
mempengaruhi pilihan
Observasi:
intervensi
kaji
kemampuan
pasien
manifestasi kebutuhan
dalam
O2 dalam aktivitas
melakukan aktivitas
awasi
TD,
pernafasan
nadi,
selama
pasien
menggunakan teknik
penghematan energi
mendorong
pasien
melakukan
banyak
kegiatan
dangan
membatasi
penyimpangan energi dan
kelemahan
Intervensi
Rasional
Mandiri
Bantu
lebih
pasien
untuk
berfokus
pada
aktivitas
dari
dengan
nyeri
melakukan
penggalihan
melalui
Hati-hati
dalam
mengalami peningkatan
sensitifitas
terhadap
Hati-hati
pemberian
Perhatikan
dalam
obat-obatan
pada lansia
kemungkinan interaksi
obat obat dan obat
penyakit pada lansia
Kolaborasi
Analgesik
dapat
digunakan
untuk
mengatasi nyeri
Kolaborasi
pemberian
analgesik
Mengetahui tingkat nyeri
Observasi
Minta
menilai
pasien
nyeri
untuk
atau
Mengetahui karakteristik
nyeri
nyeri
secara spesifik
Lakukan
pengkajian
nyeri
yang
komperhensif
Perawat
dapat
melakukan
yang
Health education
Instruksikan
tindakan
tepat
dalam
untuk
meminformasikan pada
perawat jika pengurang
nyeri kurang tercapai
Berikan
informasi
tetang nyeri
Rasional
meningkatkan rasa nyaman
berkurang
BAB
bisa
diare
2.1
Konstipasi
2.2.1 Definisi
Konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada
sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada
hewan) mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan
sehingga sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan
kesakitan yang hebat pada penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat
disebut juga dengan obstipasi. Dan obstipasi yang cukup parah dapat
menjadi penyebabtimbulnya kanker usus.
Konstipasi pada lansia sangat sering terjadi akibat faktor- faktor
pemicu yang menyertainya. Konstipasi bukan merupakan suatu
penyakit, melainkan suatu keluhan yang muncul akibat kelainan fungsi
dari kolon dan anorektal. Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya
defekasi dari kebiasaan normal. Pengertian ini dapat diartikan sebagai
defekasi yang jarang, jumlah feses yang kurang, konsistensinya keras
dan kering.
Pengobatan konstipasi atau sembelit secara alami dapat dilakukan
dengan pengubahan pola makan menjadi lebih sehat, minum air putih
sebanyaknya, meminum minuman prebiotik, atau membiasakan diri
untuk buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air
besar yang disebut bowel training. Sedangkan dengan cara sedikit
dipaksa yang biasanya untuk penderita obstipasi, yaitu dengan
mengkonsumsi obat pencahar (laksatif) (yang terkadang menyebabkan
perut terasa melilit, tinja atau feses berbentuk cair, ketergantungan pada
obat pencahar, bahkan pingsan) secukupnya, penghisapan tinja atau
a. Konstipasi sekunder.
1. Pola hidup :
Diet rendah serat, kurang minum, kebiasaan buang air besar yang
buruk, kurang olah raga.
olahraga
dapat
menyebabkan
terjadinya
konstipasi,
C. Penyebab lain
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Diabetes mellitus
Hiperparatiroid
Hipotiroid
Keracunan timah (lead poisoning)
Neuropati
Penyakit Parkinson
Skleroderma
Idiopatik
Transit kolon yang lambat, pseudo-obstruksi kronik.(ipd)
2.2.3 Patofisiologi
Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari ileum,
kemudian mencampur, melakukan fermentasi, dan memilah karbohidrat
yang tidak diserap, serta memadatkannya menjadi tinja. Fungsi ini
dilaksanakan dengan berbagai mekanisme gerakan yang sangat
Perut terasa begah, penuh dan tidak plong, sedikit lebih panas
daripada biasanya, nyeri dan mulas, membesar dan mengeras
sehingga terkadang harus memakai baju yang ukurannya lebih
besar untuk menutupinya.
Tubuh tidak fit, tidak nyaman, lesu, cepat lelah, dan terasa berat
sehingga malas mengerjakan sesuatu bahkan terkadang sering
mengantuk.
Tinja atau feses lebih keras daripada biasanya, lebih panas suhunya
daripada biasanya, berwarna lebih gelap daripada biasanya, lebih
kering daripada biasanya, lebih berbau busuk daripada biasanya
dan lebih berbentuk bulat-bulat kecil.
Pada saat buang air besar feses atau tinja sulit dikeluarkan atau
dibuang, tubuh berkeringat dingin, dan terkadang harus mengejan
ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat
mengeluarkan dan membuang tinja (bahkan sampai mengalami
ambeien atau wasir).
Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan terganjal
sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja atau feses
yang kering dan keras atau karena mengalami ambeien atau wasir
sehingga pada saat duduk terasa tidak nyaman.
Lebih sering buang angin atau kentut yang berbau lebih busuk
daripada biasanya.
pada penderitanya tidak terlalu berbeda hanya saja sedikit lebih parah
yaitu:
Tetap merasa lapar tapi ketika makan akan lebih cepat kenyang
(apalagi ketika hamil perut akan terasa mulas) karena ruang dalam
perut berkurang.
Setiap saat anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan terganjal
sesuatu (bahkan setelah buang air besar)
untuk
melihat
baik
anatomi
(barium
enema,
atau
sigmoidoskopi
fleksibel
dapat
dugaan
obstruksi
intestinal
atau
volvulus
(Holson
Diet
Makanan berserat, baik yang mudah larut maupun yang
sulit larut, merupakan bagian dari buah-buahan, sayuran, dan
biji-bijian, yang tidak dapat dicerna oleh tubuh. Makanan
berserat yang mudah larut akan cepat melarut dalam air dan
membentuk bahan gel dalam usus. Sebaliknya makanan
berserat yang tidak larut, akan melewati usus tanpa mengalami
perubahan Bahan serat yang berbentuk besar (bulk) dan
lunak ini akan mencegah terjadinya tinja yang keras dan kering
yang lebih sulit melewati usus.
Rata-rata orang Amerika makan 5 20 gram makanan
berserat setiap harinya, lebih sedikit dibanding jumlah 20 35
gram
yang
dianjurkan
oleh
the
American
Dietetic
2. PEMBERIAN OBAT
Pengobatan utama adalah pemberian diit tinggi serat.
Bulking
agents
merupakan
pengobatan
lini
berikutnya.
tekanan
permukaan
tinja,
membantu
(Cephulac,
Cholac,
Constilac,
Duphalac,
Lactulax)
Sorbitol
Glycerine
Saline laxatives :
Magnesium sulfate
Magnesium hydroxide (Phillips' Milk of Magnesia)
Sodium phosphate (Fleet enema)
Magnesium phosphate
3. PENGOBATAN LAIN
Pengobatan spesifik terhadap terhadap penyebab konstipasi,
juga dapat dikerjakan tergantung apakah penyebabnya dapat
dikoreksi atau tidak. Sebagai contoh, penghentian obat yang
menimbulkan konstipasi, atau tindakan bedah untuk mengoreksi
ada tidaknya kelainan anorektal, seperti prolapsus rekti.
a.
Prokinetik
Obat-obat prokinetik telah dicoba untuk pengobatan
konstipasi, tetapi belum banyak publikasi yang menunjukkan
efektivitasnya. Obat prokinetik (seperti : cisapride dan
metoclopramide) merupakan agonis 5HT4 dan antagonis
5HT3.
Cisapride
telah
dilaporkan
dapat
memperbaiki
transit
orosekal
(tanpa
mempengaruhi
b.
Analog prostaglandin
Analog
prostaglandin
(misoprostil)
dapat
Na-fosfat hipertonik
Gliserin supositori
Bisacodyl supositori
d.
Biofeedback
Penderita dengan konstipasi kronik akibat disfungsi
anorektal dapat dicoba dengan pengobatan biofeedback
untuk mengembalikan otot yang mengendalikan gerakan
usus. Biofeedback menggunakan sensor untuk memonitor
aktivitas otot yang pada saat yang sama dapat dilihat di layar
komputer sehingga fungsi tubuh dapat diikuti dengan lebih
akurat. Seorang ahli kesehatan yang professional, dapat
Operasi
Tindakan bedah (subtotal colectomy dengan ileoractal anastomosis) hanya dicadangkan pada penderita
dengan keluhan yang berat akibat kolon yang tidak berfungsi
sama sekali (colonic inertia). Namun tindakan ini harus
dipertimbangkan sungguh-sungguh, karena komplikasinya
Syncope
2.
3.
4.
5.
6.
Pola Kebiasaan:
a. Pola Nutrisi
Klien makan makanan kurang serat.
b. Pola Tidur/ Istirahat
Klien mengeluh tidak bisa tidur dan sering terjaga di malam hari karena
perasaan tidak nyaman.
c. Pola aktivitas
Klien merasa aktivitasnya terbatas akibat dari ketidak nyamanan pada
area abdomen yang penuh dengan kotoran yang sulit dikeluarkan.
d. Pola eliminasi
Sulit BAB dan keras. Perut terasa begah
e. Pola koping
Pola koping klien kurang adekuat
f. Konsep diri : -
7.
Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breath) : sesak napas, RR meningkat, adanya penggunaan otot
bantu pernafasan inspirasi.
b. B2 (Blood) : denyut jantung meningkat, TD meningkat, tachycardi,
hipoksia (dapat terjadi pada klien dengan riwayat jantung)
c. B3 (Brain) : nyeri pada area rektal
d. B4 (Bladder) : e. B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, pasien lemah
f. B6 (Bone): malaise
2.2.8.2 Analisa Data
Data
Data Subjektif:
Etiologi
Sulit BAB
Perut terasa begah/
Nutrisi
penuh
Nafsu makan menurun
makanan
Konjungtiva
membran
dan
mukosa
pucat
Tonus
otot
menurun
Data Subjektif
Klien
anus
mengungkapkan
secara verbal atau
dengan isyarat
Data Objektif
Perubahan
autonomik
dari
tonus otot
Perubahan
Nyeri
dari
nafsu
kurang
kebutuhan
Menurunnya intake
Data Objektif:
Masalah
dari
menjaga
dan
melindungi
Data Subjektif
Klien
mengeluh
keluar
dengan
pengejanan
bagian
yang kuat
tubuh
Resiko infeksi
tertentu
Perlukaan pada anal
Data objektif
Data
Suhu meningkat
Subjektif: klien
mengeluh sesak
Pengejanan
yang Ketidakefektifan
berlebihan
Data
obyektif:
RR
meningkat,
adanya
nafas
sehingga
meningkatkan
otot
tekanan
area
torak
inspirasi
menekan paru-
paru
pola
Intervensi
Rasional
Mandiri
Buat perencanaan makan
dimasukkan ke dalam
secara teratur
jadwal makan.
Dukung anggota keluarga
rumah.
makan pasien.
Dengan pemberian porsi
yang besar dapat menjaga
keadekuatan nutrisi yang
masuk.
Kolaborasi
dibutuhkan selama
kebutuhan pernafasan
perawatan.
sesuai indikasi.
Observasi
Pastikan pola diet biasa
pasien, yang disukai atau
tidak disukai.
Pantau
masukan
pengeluaran
dan
dan
berat
Untuk
mendukung
dan
pengeluaran
asuapan makanan
Sebagai data penunjang
adanya perubahan nutrisi
yang kurang dari kebutuhan
tingkat kekurangan
Health Edukasi
Ajarkan metode untuk
perencanaan makan
pasien
dan
Menjaga
asupan
mahal
dibutuhkan.
keadekuatan
nutrisi
yang
Intervensi
Rasional
Mandiri
Bantu pasien atau keluarga
untuk
mengidentifikasi
faktor di lingkungan
Dapat
melakukan
Agar
tidak
memperparah
terjadinya infeksi
Kolaborasi
Berikan terapi antibiotik
Observasi
Pantau tanda atau gejala
Dapat
infeksi
melakukan
faktor
meningkatkan
yang
serangan
infeksi
Pantau hasil laboratorium
Health edukasi
Perlindungan
infeksi
terhadap
Intervensi
Rasional
Mandiri
Bantu pasien untuk lebih
berfokus
dari
pada
aktivitas
nyeri
melakukan
dengan
penggalihan
peningkatan
analgesik opiat
Perhatikan
kemungkinan
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgesik
Analgesik
dapat
digunakan
untuk
mengatasi nyeri
Mengetahui tingkat nyeri
Observasi
pasien
untuk
Mengetahui karakteristik
nyeri
Agar
mngetahui
nyeri
secara spesifik
Lakukan pengkajian nyeri
yang komperhensif
Perawat dapat melakukan
Health education
pada
BAB IV
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran