Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu
status kesehatan neonatal. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi
dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Pertumbuhan
dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang paling kritis karena
dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi (Saifudin, 2002).
Menurut Wibawa (2008), faktor yang berhubungan terjadinya asfiksia adalah
faktor ibu dan faktor janin. Dimana faktor ibu meliputi usia ibu kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun, pre-eklamsi, ketuban pecah dini, dan partus lama. Faktor janin
meliputi lilitan tali pusat, letak sungsang, dan BBLR. Sedangkan menurut Manuaba
(2010), ada 8 faktor yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia neonatorum, yaitu
berat lahir rendah, ketuban pecah dini, persalinan lama, tindakan persalinan seksio
Cesaria, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, riwayat obstetri jelek,
kelainan letak janin dan status ANC buruk.
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari
seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia di bawah 1
bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal. Penyebab kematian
neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir,
tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital. Berbagai upaya yang aman
dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir,
meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan
pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka
kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi
baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong
persalinan. Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada
neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam
penanganan bayi baru lahir.
2. Rumusan Masalah
1
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun masalah yang muncul adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep dasar teori dari Asfiksia Neonatorum?
2. Bagaimanakah tata laksana dari Asfiksia Neonatorum ?
3. Bagaimanakah askeb Asfiksia Neonatorum ?
3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah, untuk :
1. Dapat
memahami
konsep dasar teori dari Asfiksia
Neonatorum
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
2
1. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan
yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya
dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul (Wiknjosastro, 2002).
2. Etiologi / Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang.
Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut
menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi
penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali
pusat clan bayi berikut ini (Manuaba, 2010) :
a. Faktor ibu
Preeklampsia dan eklampsia
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
4. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /
hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan
4
dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu (Wiknjosastro, 2008) :
a. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan
tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan
lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya
b. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus
diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan
dengan mudah
c. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini
diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu
turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin
mungkin disertai asfiksia.
5. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan
resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian
tindakan
yaitu
menilai
pengambilan
keputusan
dan
tindakan
lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting,
yaitu (Winkjosastro,G. 2008) :
a. Penafasan
b. Denyut jantung
c. Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau
membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera
ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan
positif (VTP).
Skor
A : Apperance
0
Biru Seluruh
1
Ekstremitas
2
Merah Seluruh
(Warna Kulit)
P : Pulse
Tidak ada
Kebiruan
< 100
>100
(Denyut Nadi)
5
: Grimace
Reflek
Menangis
(Reflek)
: Activity
Lemah
Sedikit Reflek
Gerak Aktif
Tidak ada
Megap-
Menangis Kuat
(Tonus Otot)
R : Respiration
(pernafasan)
Megap,Merintih
Klasifikasi Asfiksia menurut Winjaksastro terbagi tiga :
a. Bayi Normal atau tidak asfiksia : Skor APGAR 8-10. Bayi normal tidak
memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen secara terkendali.
b. Asfiksia Ringan : Skor APGAR 5-7. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan
tindakan istimewa tidak memerlukan pemberian oksigen dan tindakan resusitasi
c. Asfiksia Sedang : Skor APGAR 3-4. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi
jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada dan memerlukan tindakan resusitasi serta pemberian oksigen
sampai bayi dapat bernafas normal
d. Asfisia Berat : Skor APGAR 0-3. Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan
pemberian oksigen terkendali, karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan
natrikus dikalbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg berat badan , dan cairan glukosa
40% 1-2ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilika . Pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis
berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
Karakteristik
Berat Lahir (gram)
Jenis Kelamin Bayi
Laki-Laki
Perempuan
Kelompok
Asidosis Berat
Kelompok
Asidosis Ringan
2.898 365,6
3.032 354,5
14 (44)
15 (48)
16 (52)
18 (56)
Analisa Gas Darah
pH
pO2
pCO2
Base Excess
7,09 0,1
177,22 77,14
26,84 9,73
- 14,96 4,39
7,24 0,4
181,94 70,61
24,68 6,38
- 12,74 3,52
26,6911,8
27,06 12,9
1,090,5
0,89 0,5
bayi.
Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
Kotak alat resusitasi.
Jam atau pencatat waktu.
Alat penghisap
Balon Penghisap
Alat sungkup dan balon resusitasi
Oksigen
Alat intubasi
Obat-obatan
9
40 60 x / menit.
Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan
10.
g. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada
h. Denyut jantung 80 x /menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai
denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan
i. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 :
10.000 dosis 0,2 0,3 mL / kg BB secara IV
j. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat
10
k. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas
tiap 3 5 menit.
l. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon
terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg
BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)
BAB III
TINJAUAN KASUS
11
I.
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian / Jam
: 16 Juli 2014/14.45 WIB
A. Data Subyektif
1. Biodata
Biodata Bayi
Nama bayi
: By Ny.K
Umur bayi
: 0 menit
Tanggal/jam lahir
: 16 Juli 2014 / 14.45 WIB
Jenis kelamin
: Laki-laki
No Status Register
: 007296
Biodata Orangtua
Nama ibu
: Ny.K
Nama bapak : Tn.T
Umur
: 35 tahun
Umur
: 34 tahun
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan
Alamat
: SMP
Pendidikan
: SMA
: Pucang Sawit, RT 4 / RW 8,Surakarta
Jenis persalinan
: Vakum Ekstraksi
5. Nutrisi
Bayi belum mendapat nutrisi
6. Eliminasi
BAK
BAB
7. Istirahat/tidur
Bayi belum istirahat/tidur
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Awal
Tangisan
Warna Kulit
Gerakan
Kesimpulan
2. Pemeriksaan Umum
KU
: Lemah
Kesadaran : Composmentis
II.
INTERPRETASI DATA
Tanggal Pengkajian / Jam
: 16 Juli 2014/14.45 WIB
A. Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny.K umur 0 menit dengan asfiksia sedang
DS
: Bayi lahir spontan, tidak menangis, jenis kelamin laki-laki
DO
: Keadaan umum lemah, biru pada ekstermitas, bayi tidak bernafas
spontan/menangis
B. Masalah
Bayi mengalami kesulitan bernafas
C. Kebutuhan
Pembebasan jalan nafas
III.
DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial terjadi asfiksia berat
IV.
13
V.
VI.
PERENCANAAN TINDAKAN
Tanggal Pengkajian / Jam
: 16 Juli 2014/14.45 WIB
1. Bersihkan muka dan hidung bayi serta mulut dari lendir atau air ketuban
2. Lakukan resusitasi pada bayi baru lahir
3. Lakukan pemotongan tali pusat
4. Jaga kehangatan bayi
5. Informasikan keadaan bayi pada ibu
PELAKSANAAN
Tanggal Pengkajian / Jam
: 16 Juli 2014/14.45 WIB
1. Membersihkan muka, hidung dan mulut bayi dari lendir dan air ketuban
2. Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
Langkah-langkah resusitasi :
a. Gosok punggung bayi, hal ini akan merangsang bayi untuk menangis. Melihat
respon bayi (bayi belum menangis).
b. Lakukan rangsangan taktil dengan menyentil telapak kaki bayi. Melihat respon
bayi (bayi menangis lambat, tidak teratur)
c. Lakukan kompresi dada untuk membantu denyut jantung dan nafas bayi, dilakukan
dengan cara : kedua ibu jari digunakan untuk menekan sternum, sementara jari-jari
lain mengelilingi dada; atau jari tengah dan telunjuk dari satu tangan dapat
digunakan untuk kompresi, sementara tangan lain menahan punggung bayi.
Sternum di kompresi sedalam tebal antero posterior dada. Melihat respon bayi
(bayi menangis keras).
d. Melakukan pemotongan tali pusat. Tali pusat di klem menggunakan umbilical
klem, dorong isi tali pusat ke arah plasenta 3 cm, klem menggunakan klem tali
pusat, potong tali pusat menggunakan gunting tali pusat. Tutup tali pusat
menggunakan kassa steril.
e. Menjaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi menggunakan kain yang
kering
f. Menginformasikan keadaan bayi kepada ibu bahwa bayi mengalami kesulitan
bernafas atau asfiksia sedang dan setelah di tolong, bayi dapat menangis spontan.
VII.
EVALUASI
Tanggal Pengkajian / Jam
: 16 Juli 2014/14.45 WIB
1. Muka, hidung dan mulut bayi sudah dibersihkan
14
2. Resusitasi pada bayi baru lahir sudah dilakukan dengan hasil, bayi baru dapat
menangis keras setelah dilakukan resusitasi.
3. Tali pusat sudah dipotong
4. Kehangatan bayi terjagadengan menyelimuti bayi menggunakan kain kering
5. Ibu sudah mengetahui keadaan setelah mengalami asfiksia, kini keadaan bayi baikbaik saja.
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal / Jam : 16 Juli 2014/15.00 WIB
S
: Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
APGAR
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Nadi
Respirasi
: 52 kali / menit
Suhu
: 36,8C
: APGAR Score
0
SCORE
15
1 5 10
A : Apperance
Biru/pucat
Tubuh
Kemerahan
Tidak ada
biru
< 100
>100
jantung
G : Grimace
Tidak ada
Meringis
Menangis
Peka rangsang
A : Activty
Lemah
Sedang
Gerak aktif
Tonus otot
R : Respiration
Tidak ada
Tidak
baik
Warna kulit
merah,
ekstermitas
P : Pulse
Denyut
Usaha nafas
teratur
TOTAL
:
1. Jaga Kehangatan bayi, menjaga kehangatan bayi, bayi telah mendapat
kehangatan yang cukup dengan indicator suhu bayi : 36,8C
2. Lakukan pemeriksaan fisik pada bayi, melakukan pemeriksaan fisik pada
bayi
a. Kepala
Bentuk kepala : Mesocephal, UUB lunak,datar, berdenyut
Muka
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
b. Dada
Bentuk
: Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Putting
: Ada, simetris, masih tenggelam
Bunyi nafas : Tidak ada wheezing, ronchi sedikit terdengar
Jantung
: Bunyi normal, denyut teratur
c. Abdomen
Tidak ada pembesaran lien dan hati
d. Genetalia
Testis sudah masuk scrotum, penis berlubang, ujung muara uretra
berada di ujung penis, tidak ada kelainan.
16
e. Anus
: Berlubang
f. Ekstermitas
Tangan, lengan dan bahu
Gerakan
: Aktif
Kelainan : Tidak ada
Jumlah jari : Lengkap (kanan 5, kiri 5)
Tungkai dan kaki
Gerakan
: Aktif
Kelainan : Tidak ada
g. Pemeriksaan fisik sudah dilakukan
BB
: 2700 gr
c.
LK
: 34 cm
b.
PB
: 46 cm
d.
LD
: 33 cm
KU
TTV
N :136 x/m
BAB
BAK
18.00 WIB
Baik
R : 50 x/m
(+) meconium
(+)
S : 37C
8. Mandikan bayi setelah 6 jam, memandikan bayi stelah 6 jam. Bayi belum
dimandikan.
17
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal / Jam : 17 Juli 2014 / 06.00 WIB
S
:
1. Ibu mengatakan bayi sudah menyusu kuat
2. Ibu mengatakan bayi sudah BAB dan BAK
: Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Nadi
Respirasi
: 4o kali / menit
Suhu
: 36,7C
:
1. Jaga kebersihan bayi, menjaga kebersihan bayi dengan memandikan bayi
2x/hari, bayi sudah dimandikan pukul 06.00 wib.
2. Lakukan perawatan tali pusat, melakukan perawatan tali pusat yaitu
dengan mengganti pembungkus tali pusat menggunakan kassa steril
minimal 2x/hari tanpa memberikan obat apapun ( misalnya betadine atau
alcohol) dan menjaga tali pusat agar tetap kering. Perawatan tali pusat
sudah dilakukan.
3. Beritahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir, memberitahu ibu tanda
bahaya pada bayi baru lahir yaitu keluar darah dari tali pusat, tali pusat
mengeluarkan nanah dan berbau busuk, bayi demam tinggi, kulit tubuh
bayi kuning, bayi tidak mau menyusu dan rewel. Ibu sudah mengerti tanda
bahaya bayi baru lahir.
4. Jaga kehangatan bayi, menjaga kehangatan bayi dengan cara memakaikan
pakaian kering dan bersih pada bayi serta menggedong bayi. Kehangatan
bayi sudah terjaga, bayi sudah digedong.
18
KU
TTV
N : 136x/m
BAB
BAK
06.00 WIB
Baik
R : 40x/m
(+)meco
(+)
(+)meco
(+)
(+)meco
(+)
S : 36,7C
N : 140x/m
12.00 WIB
Baik
R : 48x/m
S : 36,8C
N : 140x/m
18.00 WIB
Baik
R : 40x/m
S : 36,7C
19
:
1. Ibu mengatakan bayi mau menyusu
2. Ibu mengatakan bayi sudah BAB dan BAK
: Keadaan Umum
: Baik
Kesadaraan
: Composmentis
Nadi
Pernapasan
: 40 kali / menit
Suhu
: 36,6C
:
1. Mandikan bayi, memandikan bayi, bayi sudah dimandikan.
2. Ajari ibu cara merawat tali pusat bayi, mengajari ibu cara merawat tali
pusat
bayi
yaitu,
dengan
memngganti
pembungkus
tali
pusat
selanjutnya
di
tempat
20
pelayanan
kesehatan
terdekat
dan
21
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan
mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut.
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru
lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi
gejala sisa yang mungkin muncul.
B.
Saran
Setelah pembaca mengetahui apa pengertian dan etiologi dari asfiksia
neonatorum, diharapkan pembaca bisa mengantisipasi terhadap terjadinya asfiksia
neonatorum dan dapat melakukan pencegahan serta memahami tindakan pengobatan
yang dapat dilakukan pada bayi dengan asfiksia neonatorum.
23
LAMPIRAN
2. Apakah ada terapi yang dapat diberikan untuk bayi dengan asfiksia ? ( Silvia Wenny )
Jawab :
Terapi Suportif diberikan dalam bentuk cairan infuse dextrose 5 - 10 % untuk
Faktor yang menyebabkan bayi tersebut asfiksia berasal dari faktor bay yaitu
persalinan dengan bantuan yaitu berupa Vakum Ekstraksi.
5. Bagaimana cara penanganan asfiksia berat ? ( Dian Anggraini )
Jawab :
Pada kasus, diagnosa potensialnya yaitu potensial terjadi asfiksia berat, maksudnya
yaitu menghindari terjadinya asfiksia berat. Potensial disini dimaksudkan sebagai
masalah yang kemungkinan terjadi jika penanganan tidak teraatasi. Pada kasus,
masalah yang sedang terjadi yaitu Asfiksia Sedang. Lalu, jika terjadi asfiksia berat
dengan APGAR Score 0-3 harus segera ditangani yaitu dengan pemberian Oksigen,
resusitasi, dan perlu diberikan natrikus dikalbonas 7,5 % dengan dosis 2,4 ml/kg berat
badan, dan cairan glukosa 40 % 1-2 ml/kg berat badan, di berikan via vena umbilika.
6. Mengapa bidan harus selalu siap dalam menangani asfiksia ? ( Resi Novita Sari )
Jawab :
Penolong persalinan/Bidan mengetahui bahwa setiap persalinan memiliki beberapa
faktor. Dalam tindakan resusitasi, bidan mengetahui bahwa ada 3 faktor memerlukan
resusitasi, yaitu :
1. Faktor Ibu
Pre eklampsia dan eklampsia
Perdarahan abnormal (Placenta atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TB, HIV)
Kehamilan lewat waktu
2. Faktor Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
Apabila di temukan adanya faktor resiko tersebut, maka hal itu harus dibicarakan
dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Maka
dari itu, setiap penolong persalinan/ Bidan harus selalu siap dalam melakukan
tindakan resusitasi pada pertolongan persalinan, karena ada kalanya faktor resiko
menjadi sulit diketahui tanpa sepengetahuan penolong.
25
Keterangan
: Moderator
Observer
: Fadhillah Yusnita
: Fevi Sebta Anjelia
DAFTAR PUSTAKA
26