You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu
status kesehatan neonatal. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi
dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Pertumbuhan
dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang paling kritis karena
dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi (Saifudin, 2002).
Menurut Wibawa (2008), faktor yang berhubungan terjadinya asfiksia adalah
faktor ibu dan faktor janin. Dimana faktor ibu meliputi usia ibu kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun, pre-eklamsi, ketuban pecah dini, dan partus lama. Faktor janin
meliputi lilitan tali pusat, letak sungsang, dan BBLR. Sedangkan menurut Manuaba
(2010), ada 8 faktor yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia neonatorum, yaitu
berat lahir rendah, ketuban pecah dini, persalinan lama, tindakan persalinan seksio
Cesaria, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, riwayat obstetri jelek,
kelainan letak janin dan status ANC buruk.
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari
seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa neonatal (usia di bawah 1
bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal. Penyebab kematian
neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia 27%, trauma lahir,
tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital. Berbagai upaya yang aman
dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian bayi baru lahir,
meliputi pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan
pelayanan asuhan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan angka
kematian bayi baru lahir karena asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi
baru lahir, kemampuan dan keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong
persalinan. Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada
neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam
penanganan bayi baru lahir.
2. Rumusan Masalah
1

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun masalah yang muncul adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep dasar teori dari Asfiksia Neonatorum?
2. Bagaimanakah tata laksana dari Asfiksia Neonatorum ?
3. Bagaimanakah askeb Asfiksia Neonatorum ?
3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah, untuk :
1. Dapat
memahami
konsep dasar teori dari Asfiksia

Neonatorum

(pengertian,penyebab,tanda dan gejala,cara menilai serta cara mencegah asfiksia


pada neonatus)
2. Dapat mengetahui tata laksana dari Asfiksia Neonatorum
3. Dapat memahami askeb Asfiksia Neonatorum
4. Manfaat
1. Bagi Mahasiswi
Dapat memahami dan menambah pengetahuannya mengenai penyulit yang
sering terjadi pada bayi baru lahir yaitu asfiksia, diharapkan mahasiswi dapat
menanganinya dalam lingkungan masyarakat.
2. Bagi Pengajar
Dapat memberi masukan atau wawasan terbaru dan luas kepada mahsiswinya
mengenai penyulit pada bayi baru lahir.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Dapat melakukan proses persalinan dengan penuh hati-hati, yaitu untuk
mengurangi asfiksia pada neonatus ketika bayi lahir.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori
2

1. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan
yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya
dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul (Wiknjosastro, 2002).
2. Etiologi / Penyebab Asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang.
Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut
menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi
penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali
pusat clan bayi berikut ini (Manuaba, 2010) :
a. Faktor ibu
Preeklampsia dan eklampsia
Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi

vakum, ekstraksi forsep)


Kelainan bawaan (kongenital)
Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi


untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka
hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya
tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau
(sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu,
penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan
persalinan.
3. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis
Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan
dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian
asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi.
Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asambasa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila
berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme an aerobic yang berupa
glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati
akan berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang
disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :
a. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
b. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot jantung
c. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem
sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan (Buku Ajar IKA ,2005).
Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia (Sarwono, 2002) :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Tidak bernafas atau bernafas megap-megap


Warna kulit kebiruan
Kejang
Penurunan kesadaran
DJJ lebih dari 16Ox/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala

4. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia /
hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan
4

dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu (Wiknjosastro, 2008) :
a. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan
tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan
lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya
b. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus
diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan
dengan mudah
c. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini
diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu
turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin
mungkin disertai asfiksia.
5. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi,
menentukan tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan
resusitasi. Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian
tindakan

yaitu

menilai

pengambilan

keputusan

dan

tindakan

lanjutan.

Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting,
yaitu (Winkjosastro,G. 2008) :
a. Penafasan
b. Denyut jantung
c. Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai resusitasi atau
membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila penilaian pernafasan
menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera
ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan vertilasi dengan tekanan
positif (VTP).
Skor
A : Apperance

0
Biru Seluruh

1
Ekstremitas

2
Merah Seluruh

(Warna Kulit)
P : Pulse

Tidak ada

Kebiruan
< 100

>100

(Denyut Nadi)
5

: Grimace

Tidak Ada Respon

Reflek

Menangis

(Reflek)
: Activity

Lemah

Sedikit Reflek

Gerak Aktif

Tidak ada

Megap-

Menangis Kuat

(Tonus Otot)
R : Respiration

(pernafasan)
Megap,Merintih
Klasifikasi Asfiksia menurut Winjaksastro terbagi tiga :
a. Bayi Normal atau tidak asfiksia : Skor APGAR 8-10. Bayi normal tidak
memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen secara terkendali.
b. Asfiksia Ringan : Skor APGAR 5-7. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan
tindakan istimewa tidak memerlukan pemberian oksigen dan tindakan resusitasi
c. Asfiksia Sedang : Skor APGAR 3-4. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi
jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada dan memerlukan tindakan resusitasi serta pemberian oksigen
sampai bayi dapat bernafas normal
d. Asfisia Berat : Skor APGAR 0-3. Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan
pemberian oksigen terkendali, karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan
natrikus dikalbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg berat badan , dan cairan glukosa
40% 1-2ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilika . Pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis
berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
Karakteristik
Berat Lahir (gram)
Jenis Kelamin Bayi
Laki-Laki
Perempuan

Kelompok
Asidosis Berat

Kelompok
Asidosis Ringan

2.898 365,6

3.032 354,5

14 (44)

15 (48)
16 (52)

18 (56)
Analisa Gas Darah
pH
pO2
pCO2
Base Excess

7,09 0,1
177,22 77,14
26,84 9,73
- 14,96 4,39

7,24 0,4
181,94 70,61
24,68 6,38
- 12,74 3,52

Kadar Ureum Hari ke 4


(mg/dL)

26,6911,8

27,06 12,9

Kadar Kreatini Hari ke 4


(mg/dL)

1,090,5

0,89 0,5

6. Persiapan Alat Resusitasi


Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat
resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :
a. 2 helai kain / handuk.
b. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk
kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala
c.
d.
e.
f.

bayi.
Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
Kotak alat resusitasi.
Jam atau pencatat waktu.

7. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir


Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal
sebagai ABC resusitasi, yaitu :
a. Memastikan saluran terbuka
Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.
b. Memulai pernafasan
o Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan
Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ET dan balon atau
mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
c. Mempertahankan sirkulasi
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
Kompresi dada.
Pengobatan
8. Persiapan resusitasi
Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan efektif,
kedua faktor utama yang perlu dilakukan adalah :
a. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi dengan depresi dapat
terjadi tanpa diduga, tetapi tidak jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia
dapat diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan intrapartum
b. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan terampil. Persiapan
minumum antara lain :

Alat pemanas siap pakai

Alat penghisap

Balon Penghisap
Alat sungkup dan balon resusitasi

Alat Penghisap De Lee

Oksigen

Alat intubasi

Obat-obatan
9

Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :


a. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam resusitasi neonatal harus
rnerupakan tim yang hadir pada setiap persalinan.
b. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus mengetahui apa yang harus
dilakukan, tetapi juga harus melakukannya dengan efektif dan efesien
c. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi harus bekerjasama sebagai
suatu tim yang terkoordinasi.
d. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan tiap tahapan berikutnya
ditentukan khusus atas dasar kebutuhan dan reaksi dari pasien
e. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi harus tersedia clan siap
pakai.
9. Langkah-Langkah Resusitasi
Menurut Sarwono (2002), Resusitasi neonatus merupakan suatu prosedur yang
diaplikasikan untuk neonatus yang gagal bernafas secara spontan.
a. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian keringkan tubuh bayi dan
selimuti tubuh bayi untuk mengurangi evaporasi.
b. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi terlentang pada alas yang datar.
c. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
d. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut, apabila mulut sudah bersih
kemudian lanjutkan ke hidung.
e. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil telapak kaki bayi dan mengusapusap punggung bayi.
f. Nilai pernafasan.Jika nafas spontan lakukan penilaian denyut jantung selama 6
detik, hasil kalikan 10. Denyut jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah
/ sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen. Denyut jantung < 100
x / menit, lakukan ventilasi tekanan positif.
Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan ventilasi tekanan positif.
Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan O2 100 % melalui ambubag
atau masker, masker harus menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi
mata, jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut, kecepatan PPV

40 60 x / menit.
Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan

10.
g. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah kompresi dada
h. Denyut jantung 80 x /menit kompresi jantung dihentikan, lakukan PPV sampai
denyut jantung > 100 x / menit dan bayi dapat nafas spontan
i. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan pemberian obat epineprin 1 :
10.000 dosis 0,2 0,3 mL / kg BB secara IV
j. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x / menit hentikan obat
10

k. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian epineprin sesuai dosis diatas
tiap 3 5 menit.
l. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung tetap / tidak rewspon
terhadap di atas dan tanpa ada hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg
BB secara IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)

BAB III
TINJAUAN KASUS

11

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR


PADA BAYI NY. K UMUR 0 MENIT DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI RSUD
Tanggal Masuk / Jam

: 16 Juli 2011/ 14.45 WIB

Tanggal Pengkajian / Jam

: 16 Juli 2014/14.45 WIB

I.

PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian / Jam
: 16 Juli 2014/14.45 WIB
A. Data Subyektif
1. Biodata
Biodata Bayi
Nama bayi
: By Ny.K
Umur bayi
: 0 menit
Tanggal/jam lahir
: 16 Juli 2014 / 14.45 WIB
Jenis kelamin
: Laki-laki
No Status Register
: 007296
Biodata Orangtua
Nama ibu
: Ny.K
Nama bapak : Tn.T
Umur
: 35 tahun
Umur
: 34 tahun
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan
Alamat

: SMP
Pendidikan
: SMA
: Pucang Sawit, RT 4 / RW 8,Surakarta

2. Riwayat penyakit kehamilan


Perdarahan
: Tidak ada
Pre-eklampsia
: Tidak ada
Eklampsia
: Tidak ada
Penyakit kelamin : Tidak ada
3. Riwayat kehamilan
P4A0, umur kehamilan 40 minggu
ANC
: 9 x, di Puskesmas
TT
:2x
Kenaikan BB
: 10 kg
4. Riwayat Persalinan
Kala I
: 9 jam
Kala II
: 10 menit, mulai jam 14.35 WIB
DJJ
: (+) 144 kali / menit
Warna air ketuban
: Jernih
Caput
: Tidak ada
Cephal hematoma
: Tidak ada
Anak lahir seluruhnya jam
: 14.45 WIB
12

Jenis persalinan

: Vakum Ekstraksi

5. Nutrisi
Bayi belum mendapat nutrisi
6. Eliminasi
BAK
BAB

: Bayi belum BAK


: Bayi belum BAB

7. Istirahat/tidur
Bayi belum istirahat/tidur

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Awal
Tangisan
Warna Kulit
Gerakan
Kesimpulan

: Bayi tidak menangis


: Biru pada ekstermitas
: Sedikit
: Bayi lemah

2. Pemeriksaan Umum
KU
: Lemah
Kesadaran : Composmentis
II.

INTERPRETASI DATA
Tanggal Pengkajian / Jam
: 16 Juli 2014/14.45 WIB
A. Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny.K umur 0 menit dengan asfiksia sedang
DS
: Bayi lahir spontan, tidak menangis, jenis kelamin laki-laki
DO
: Keadaan umum lemah, biru pada ekstermitas, bayi tidak bernafas
spontan/menangis
B. Masalah
Bayi mengalami kesulitan bernafas
C. Kebutuhan
Pembebasan jalan nafas

III.

DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial terjadi asfiksia berat

IV.

ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA


Resusitasi pada bayi baru lahir

13

V.

VI.

PERENCANAAN TINDAKAN
Tanggal Pengkajian / Jam
: 16 Juli 2014/14.45 WIB
1. Bersihkan muka dan hidung bayi serta mulut dari lendir atau air ketuban
2. Lakukan resusitasi pada bayi baru lahir
3. Lakukan pemotongan tali pusat
4. Jaga kehangatan bayi
5. Informasikan keadaan bayi pada ibu
PELAKSANAAN
Tanggal Pengkajian / Jam
: 16 Juli 2014/14.45 WIB
1. Membersihkan muka, hidung dan mulut bayi dari lendir dan air ketuban
2. Melakukan resusitasi pada bayi baru lahir
Langkah-langkah resusitasi :
a. Gosok punggung bayi, hal ini akan merangsang bayi untuk menangis. Melihat
respon bayi (bayi belum menangis).
b. Lakukan rangsangan taktil dengan menyentil telapak kaki bayi. Melihat respon
bayi (bayi menangis lambat, tidak teratur)
c. Lakukan kompresi dada untuk membantu denyut jantung dan nafas bayi, dilakukan
dengan cara : kedua ibu jari digunakan untuk menekan sternum, sementara jari-jari
lain mengelilingi dada; atau jari tengah dan telunjuk dari satu tangan dapat
digunakan untuk kompresi, sementara tangan lain menahan punggung bayi.
Sternum di kompresi sedalam tebal antero posterior dada. Melihat respon bayi
(bayi menangis keras).
d. Melakukan pemotongan tali pusat. Tali pusat di klem menggunakan umbilical
klem, dorong isi tali pusat ke arah plasenta 3 cm, klem menggunakan klem tali
pusat, potong tali pusat menggunakan gunting tali pusat. Tutup tali pusat
menggunakan kassa steril.
e. Menjaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi menggunakan kain yang
kering
f. Menginformasikan keadaan bayi kepada ibu bahwa bayi mengalami kesulitan
bernafas atau asfiksia sedang dan setelah di tolong, bayi dapat menangis spontan.

VII.

EVALUASI
Tanggal Pengkajian / Jam
: 16 Juli 2014/14.45 WIB
1. Muka, hidung dan mulut bayi sudah dibersihkan
14

2. Resusitasi pada bayi baru lahir sudah dilakukan dengan hasil, bayi baru dapat
menangis keras setelah dilakukan resusitasi.
3. Tali pusat sudah dipotong
4. Kehangatan bayi terjagadengan menyelimuti bayi menggunakan kain kering
5. Ibu sudah mengetahui keadaan setelah mengalami asfiksia, kini keadaan bayi baikbaik saja.

DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal / Jam : 16 Juli 2014/15.00 WIB
S

: Tidak ada

: Pemeriksaan umum : Keadaan Umum

Pemeriksaan Fisik
APGAR

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Nadi

: 136 kali / menit

Respirasi

: 52 kali / menit

Suhu

: 36,8C

: APGAR Score
0

SCORE
15

1 5 10

A : Apperance

Biru/pucat

Tubuh

Kemerahan

Tidak ada

biru
< 100

>100

jantung
G : Grimace

Tidak ada

Meringis

Menangis

Peka rangsang
A : Activty

Lemah

Sedang

Gerak aktif

Tonus otot
R : Respiration

Tidak ada

Tidak

baik

Warna kulit

merah,
ekstermitas

P : Pulse
Denyut

Usaha nafas

teratur
TOTAL

: Bayi Ny.K umur 15 menit normal

:
1. Jaga Kehangatan bayi, menjaga kehangatan bayi, bayi telah mendapat
kehangatan yang cukup dengan indicator suhu bayi : 36,8C
2. Lakukan pemeriksaan fisik pada bayi, melakukan pemeriksaan fisik pada
bayi
a. Kepala
Bentuk kepala : Mesocephal, UUB lunak,datar, berdenyut
Muka

: Tidak pucat, tidak odem, simetris

Mata

: Simetris, conjungtiva : merah, sclera : putih

Hidung

: Bersih, tidak ada secret

Telinga

: Simetris, bersih, tidak ada serumen

Mulut

: Simetris, tidak ada kelainan

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe

b. Dada
Bentuk
: Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Putting
: Ada, simetris, masih tenggelam
Bunyi nafas : Tidak ada wheezing, ronchi sedikit terdengar
Jantung
: Bunyi normal, denyut teratur
c. Abdomen
Tidak ada pembesaran lien dan hati
d. Genetalia
Testis sudah masuk scrotum, penis berlubang, ujung muara uretra
berada di ujung penis, tidak ada kelainan.
16

e. Anus
: Berlubang
f. Ekstermitas
Tangan, lengan dan bahu
Gerakan
: Aktif
Kelainan : Tidak ada
Jumlah jari : Lengkap (kanan 5, kiri 5)
Tungkai dan kaki
Gerakan
: Aktif
Kelainan : Tidak ada
g. Pemeriksaan fisik sudah dilakukan

3. Lakukan pemeriksaan antropometri pada bayi, melakukan antropometri


pada bayi :
a.

BB

: 2700 gr

c.

LK

: 34 cm

b.

PB

: 46 cm

d.

LD

: 33 cm

4. Amati reflek pada bayi, mengamati reflek pada bayi


a. Reflek Blinking
: (+) menutup kedua matanya begitu terkena
kilatan cahaya/bila terkena hembusan udara
b. Reflek Moro
: (+) tangan bayi membentuk huruf C seperti
memeluk saat dikagetkan
c. Reflek Rooting
: (+) bayi menoleh kearah benda yang
menyentuh pipinya
d. Reflek Grasping
: (+) tangan menggenggam ketika sesuatu
menyentuh telapak tangannya
5. Berikan obat tetes mata pada bayi, memberikan obat tetes mata berupa
cloramfenicol masing-masing 1 tetes, obat tetes mata sudah diberikan.
6. Berikan injeksi vit K pada bayi, memberikan injeksi vit K dengan dosis 1
mg secara IM pada paha atas bagian luar, injeksi vit K sudah diberikan.
7. Observasi KU, TTV, BAB, dan BAK bayi setiap 8 jam, mengobservasi
KU, TTV, BAB, BAK bayi setiap 8 jam.
Tanggal/jam
16 Juli 2011

KU

TTV
N :136 x/m

BAB

BAK

18.00 WIB

Baik

R : 50 x/m

(+) meconium

(+)

S : 37C
8. Mandikan bayi setelah 6 jam, memandikan bayi stelah 6 jam. Bayi belum
dimandikan.

17

DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal / Jam : 17 Juli 2014 / 06.00 WIB
S

:
1. Ibu mengatakan bayi sudah menyusu kuat
2. Ibu mengatakan bayi sudah BAB dan BAK

: Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

Nadi

: 136 kali / menit

Respirasi

: 4o kali / menit

Suhu

: 36,7C

: Bayi Ny.K umur 1 hari normal

:
1. Jaga kebersihan bayi, menjaga kebersihan bayi dengan memandikan bayi
2x/hari, bayi sudah dimandikan pukul 06.00 wib.
2. Lakukan perawatan tali pusat, melakukan perawatan tali pusat yaitu
dengan mengganti pembungkus tali pusat menggunakan kassa steril
minimal 2x/hari tanpa memberikan obat apapun ( misalnya betadine atau
alcohol) dan menjaga tali pusat agar tetap kering. Perawatan tali pusat
sudah dilakukan.
3. Beritahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir, memberitahu ibu tanda
bahaya pada bayi baru lahir yaitu keluar darah dari tali pusat, tali pusat
mengeluarkan nanah dan berbau busuk, bayi demam tinggi, kulit tubuh
bayi kuning, bayi tidak mau menyusu dan rewel. Ibu sudah mengerti tanda
bahaya bayi baru lahir.
4. Jaga kehangatan bayi, menjaga kehangatan bayi dengan cara memakaikan
pakaian kering dan bersih pada bayi serta menggedong bayi. Kehangatan
bayi sudah terjaga, bayi sudah digedong.

18

5. Beritahu ibu untuk mengimunisasikan bayinya (HBo), memberitahu ibu


untuk mengimunisasikan bayinya (HBo). Ibu bersedia mengimunisasikan
bayinya, bayi sudah di imunisasi HBo pukul 08.30 WIB
6. Anjurkan ibu menyusui secara tidak terjadwal sesering mungkin (on
demand) untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, menganjurkan ibu
menyusui bayinya secara tidak terjadwal sesering mungkin (on demand)
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya. Ibu bersedia menyusui
bayinya secara tidak terjadwal sesering mungkin untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi bayinya. Bayi sudah disusui, kebutuhan nutrisi bayi
terpenuhi.
7. Observasi KU, TTV, BAB, BAK bayi setiap 8 jam, mengobservasi KU,
TTV, BAB, BAK bayi setiap 8 jam.
Tanggal / Jam
17 Juli 2011

KU

TTV
N : 136x/m

BAB

BAK

06.00 WIB

Baik

R : 40x/m

(+)meco

(+)

(+)meco

(+)

(+)meco

(+)

S : 36,7C
N : 140x/m
12.00 WIB

Baik

R : 48x/m
S : 36,8C
N : 140x/m

18.00 WIB

Baik

R : 40x/m
S : 36,7C

19

DATA PERKEMBANGAN III


Tanggal / Jam : 18 Juli 2014 / 06.00 WIB
S

:
1. Ibu mengatakan bayi mau menyusu
2. Ibu mengatakan bayi sudah BAB dan BAK

: Keadaan Umum

: Baik

Kesadaraan

: Composmentis

Nadi

: 140 kali / menit

Pernapasan

: 40 kali / menit

Suhu

: 36,6C

: Bayi Ny.K umur 2 hari normal

:
1. Mandikan bayi, memandikan bayi, bayi sudah dimandikan.
2. Ajari ibu cara merawat tali pusat bayi, mengajari ibu cara merawat tali
pusat

bayi

yaitu,

dengan

memngganti

pembungkus

tali

pusat

menggunakan kassa steril minimal 2x/hari tanpa membubuhi obat


misalnya betadine atau alcohol. Ibu sudah mengerti cara merawat tali
pusat.
3. Anjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi, menganjurkan ibu
untuk selalu menjaga kehangatan bayi. Ibu bersedia untuk selalu menjaga
kehangatan bayi.
4. Anjurkan ibu menyusui dengan ASI Eksklusif, menganjurkan ibu
menyusui dengan ASI Eksklusif yaitu, memberikan makanan berupa ASI
saja pada bayi tanpa makanan pendamping apapun selama 6 bulan dan
pemberian ASI diteruskan sampai usia bayi 2 tahun. Ibu bersedia
menyusui dengan ASI Eksklusif.
5. Anjurkan ibu untuk meneruskan jadwal imunisasi bayi selanjutnya di
tempat pelayanan kesehatan terdekat dan mengimunisasikan bayinya
dengan lengkap. Menganjurkan ibu untuk meneruskan jadwal imunisasi
bayi

selanjutnya

di

tempat
20

pelayanan

kesehatan

terdekat

dan

mengimunisasikan bayinya dengan lengkap. Ibu bersedia meneruskan


jadwal imunisasi dan mengimunisasikan bayinya secara lengkap.
6. Anjurkan ibu kunjungan ulang untuk control bayi 1 minggu lagi setelah
pulang. Menganjurkan ibu kunjungan ulang untuk control bayi 1 minggu
lagi setelah pulang. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang untuk
control bayi 1 minggu lagi setelah pulang.
7. Setelah menyelesaikan administrasi, ibu dan bayi pulang pada tanggal 18
juli 2014 jam 14.30 WIB.

21

22

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan
mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut.
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru
lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi
gejala sisa yang mungkin muncul.
B.

Saran
Setelah pembaca mengetahui apa pengertian dan etiologi dari asfiksia
neonatorum, diharapkan pembaca bisa mengantisipasi terhadap terjadinya asfiksia
neonatorum dan dapat melakukan pencegahan serta memahami tindakan pengobatan
yang dapat dilakukan pada bayi dengan asfiksia neonatorum.

23

LAMPIRAN

1. Bagaimana cara pencegahan asfiksia pada BBL ? ( Fevi Sebta Anjelia )


Jawab :
Asfiksia pada BBL dapat dicegah dengan cara :
Pemeriksaan antenatal yang dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan jika ibu

memiliki faktor resiko yang memungkinkan bayi lahir dengan asfiksia.


Dapat diberikan terapi bila bayi beresiko lahir prematur yang kurang dari 34
minggu untuk membantu maturasi paru - paru bayi dan mengurangi komplikasi

sindroma distress pernapasan.


Pada saat persalnan dapat digunakan partograph yang dapat membantu mendeteksi
dini kemungkinan diperlukannya resusitasi neonatus.

2. Apakah ada terapi yang dapat diberikan untuk bayi dengan asfiksia ? ( Silvia Wenny )
Jawab :
Terapi Suportif diberikan dalam bentuk cairan infuse dextrose 5 - 10 % untuk

mencegah hipoglikemi , cairan elektrolit , dan pemberian oksigen yang adekuat.


Terapi Medikamentosa dimaksudkan untuk mencegah terjadinya edema cerebri
dengan pemberian kortikosteroid ( masih kontroversi ) dan phenobarbital untuk
melokalisir perdarahan dan mengurangi metabolisme serebral.

3. Bagaimana cara mengidentifikasi gawat janin dan penanganannya ? ( Yesenia Putri )


Jawab :
Cara mengidentifikasi gawat janin dalam persalinan yaitu dengan cara :
Periksa frekuensi bunyi detak jantung janin setiap 30 menit pada kala I dan setiap

15 menit sesudah pembukaan lengkap


Periksa ada/tidaknya air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Cara menangani gawat janin dalam persalinan yaitu dengan cara :


Tingkatkan O2pada janin sebagai berikut :
Mintalah ibu merubah posisi tidurnya
Berikan cairan kepada ibu secara oral/intra vena
Berikan O2(Bila tersedia)
Periksa kembali DJJ setelah 10-15 menit
Jika frekuensi bunyi jantung masih tidak normal :
RUJUK
Bila rujuk tidak memungkinkan, siaplah untuk menolong BBL dengan asfiksia
4. Berdasarkan kasus anda tadi, faktor penyebab apa yang mengakibatkan bayi tersebut
mengalami asfiksia ? ( Adetya Sepriani )
Jawab :
24

Faktor yang menyebabkan bayi tersebut asfiksia berasal dari faktor bay yaitu
persalinan dengan bantuan yaitu berupa Vakum Ekstraksi.
5. Bagaimana cara penanganan asfiksia berat ? ( Dian Anggraini )
Jawab :
Pada kasus, diagnosa potensialnya yaitu potensial terjadi asfiksia berat, maksudnya
yaitu menghindari terjadinya asfiksia berat. Potensial disini dimaksudkan sebagai
masalah yang kemungkinan terjadi jika penanganan tidak teraatasi. Pada kasus,
masalah yang sedang terjadi yaitu Asfiksia Sedang. Lalu, jika terjadi asfiksia berat
dengan APGAR Score 0-3 harus segera ditangani yaitu dengan pemberian Oksigen,
resusitasi, dan perlu diberikan natrikus dikalbonas 7,5 % dengan dosis 2,4 ml/kg berat
badan, dan cairan glukosa 40 % 1-2 ml/kg berat badan, di berikan via vena umbilika.
6. Mengapa bidan harus selalu siap dalam menangani asfiksia ? ( Resi Novita Sari )
Jawab :
Penolong persalinan/Bidan mengetahui bahwa setiap persalinan memiliki beberapa
faktor. Dalam tindakan resusitasi, bidan mengetahui bahwa ada 3 faktor memerlukan
resusitasi, yaitu :
1. Faktor Ibu
Pre eklampsia dan eklampsia
Perdarahan abnormal (Placenta atau solusio plasenta)
Partus lama atau partus macet
Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TB, HIV)
Kehamilan lewat waktu
2. Faktor Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi

vakum, ekstraksi forsep)


Kelainan bawaan (Kongenital)
Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Apabila di temukan adanya faktor resiko tersebut, maka hal itu harus dibicarakan
dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Maka
dari itu, setiap penolong persalinan/ Bidan harus selalu siap dalam melakukan
tindakan resusitasi pada pertolongan persalinan, karena ada kalanya faktor resiko
menjadi sulit diketahui tanpa sepengetahuan penolong.
25

Keterangan

: Moderator
Observer

: Fadhillah Yusnita
: Fevi Sebta Anjelia

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Asfiksia Pada Bayi. Diakses 05 Juli 2014 http://www.Google.com


Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan Kedokteran. EGC:Jakarta
Purwadianto. A. 2000. Kedaruratan Medik. Bina Rupa Aksara:Jakarta
Saifudin,A.B. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo:Jakarta
Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo: Jakarta
Winkjosastro,G. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Bakti Husada:Jakarta
Wong. L Donna. 2004. Keperawatan Pediatrik. Edisi 1. Kedokteran. Jakarta:EGC.

26

You might also like