Professional Documents
Culture Documents
FARMAKODINAMIK
1.
Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh
terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D),
metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh
atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat (Gunawan, 2009).
1.1 Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.
Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai
rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral,
dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi
yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai dengan vili
dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan
dan cairan tubuh.
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi
obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh. Metabolisme
obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di
cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah,
otak, dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi
polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat
aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif,
atau menjadi toksik.
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat
dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui paru-paru,
eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif
merupakan cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni
filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12
bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah
melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk
eliminasi gas anastetik umum (Gunawan, 2009).
May
29
FARMAKOKINETIK DAN
FARMAKODINAMIK
1.
Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh
terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D),
metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh
atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat (Gunawan, 2009).
1.1 Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.
Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai
rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral,
dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi
yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai dengan vili
dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui
jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui
beberapa metode, terutama transport aktif dan transport pasif.
Metode absorpsi
Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat berpindah
dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Transport aktif
terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membrane dan berhenti bila
konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.
Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari daerah dengan konsentrasi
obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi
b. Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel. Absorpsi terjadi cepat
dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.
-
c.
Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ berdasarkan jumlah aliran
darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan
distribusi ke organ lain seperti kulit, lemak dan otot lebih lambat
b. Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat
c.
Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat terikat atau bebas. Obat
yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas yang dapat
memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein
1.3 Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat sehingga
menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a.
b.
Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme baru
menjadi aktif (prodrugs).
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum
(mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus,
ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi
polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat
aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif,
atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
1. Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit hepar seperti sirosis.
2. Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat memetabolisme obat dengan
cepat, sementara yang lain lambat.
3. Pengaruh Lingkungan
Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari tubuh.
Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism dan ekskresi.
Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan
fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari farmakodinamik adalah untuk
meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa
serta spektrum efek dan respons yang terjadi (Gunawan, 2009).
MATERI FAMAKOLOGI-OBAT
ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK
Bayu ajuzt
08.05
MATERI FARMAKOLOGI
frenssss, ketemu lagi sama saya KETUT BAYU PARWATA, KLIK NAMA Q UNTUK LIHAT
PROFIL LENGKAP . saya akan selalu berusaha menyajikan informasi-informasi yang menarik,
dan pastinya bermanfaat bagi kalian, dan u gx usah kwatir atau gx pecaya ma mterinya.... sebab
saya membuat postingan hanya dari buku-buku sumber yang sudah paten dan baku atau yang
dapat dipercaya kesahan.nya...... jadi gx mungkin sampe nyamplirrrr.......
Dan Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba membahas tentang ilmu keperawatan,, yaitu
mengenai materi farmakologi, itu lho ilmu tentang obat2.an... tau khan...... lebih spesifik lagi
tentang ANALGETIK dan ANTIPIRETIK. Oke deh gz usah panjang lebar langsung baca
selengkapnya dibawah:
bayuajuzt.blogpot.com
OBAT ANALGETIKA adalah obat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri
tanpa menghilangkan kesadaran
OBAT ANTIPIRETIKA
obat yang menurunkan suhu tubuh
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yg tidak enak dan yg
berhubungan dengan gangguan/kerusakan jaringan
Rasa nyeri hanya sebagai gejala/isyarat adanya gangguan di jaringan,
seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot.
Nyeri dapat terjadi karena rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis yg
menimbulkan kerusakan jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan
zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri.
Mediator Nyeri merangsang reseptor nyeri yg letaknya pada ujung saraf
bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsang
dialirkan melalui syaraf sensoris ke S.S.P ( susunan saraf pusat), melalui
sum-sum tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri
dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri.
1- 2 tahun 50 mg 3 4 x sehari
3-7 tahun 100 mg 3 4 x sehari
8- 12 tahun 200 mg 3 4 x sehari
4. Antalgin/metampiron
Indikasi :
analgesik, neuralgia
Kontra indikasi :
Jgn diberikan pd pasien yg mengalami agranulositosis, bayi 3 bln
pertama/bb < 5 kg, wanita hamil triwln I, wanita menyusui.
Dosis dan pemberian
Dosis dws : 500 mg @ 6-8 jam
DM: 2 g/hari
Dosis anak : 250 mg @ 6-8 jam
5. Asam mefenamat
Nama Dagang
Mefinal, Ponstan
Sediaan
Tablet 500 mg
Indikasi
Meredakan nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala,
sakit gigi, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot dan nyeri sesudah
operasi. Sebagai anti inflamasi, asam mefenamat kurang efektif
dibandingkan aspirin.
Cara Kerja
As. Mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid bekerja
dengan cara menghambat sntesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan
menghambat enzyme siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgetik,
antiinflamasi dan antipiretik
Dosis dan Cara pemberian
14 tahunDewasa dan anak-anak
Dosis awal 500 mg selanjutnya 250 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan
Peringatan dan Perhatian
Sebaiknya diminum sesudah makan
Jangan digunakan lebih dari 7 hari atau melebihi dosis yang dianjurkan
kecuali atas petunjuk dokter
Dapat timbul reaksi alergi terutama asma
Hati-hati digunakan pada wanita hamil dan menyusui
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan dan untuk
menambah wawasan yang lebih luas mengenai obat antipiretik dan analgetik.
1.3 Pembatasan Masalah
PEMBAHASAN
2.1 ANTIPIRETIK
A. Pengertian Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas atau untuk obat
mengurangi suhu tubuh (suhu tubuh yang tinggi). Hanya menurunkan temperatur
tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang normal.
B.
C.
B.
Mekanisme
Menghambat sintase PGS di tempat yang sakit/trauma jaringan.
C.
Karakteristik:
1.
2.
Tidak ada narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira
3.
4.
1.
2.
3.
Gangguan Ginjal
Hambatan pembentukan prostaglandin juga bisa berdampak pada ginjal.
Karena prostaglandin berperan homestasis di ginjal. Jika pembentukan terganggu,
terjadi gangguan homeostasis.
4.
Reaksi Alergi
Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan raksi alergi. Reaksi dapat
berupa rinitis vasomotor, asma bronkial hingga mengakibatkan syok.
PENUTUPAN
Kesimpulan
Antipiretik yaitu obat anti demam. Mekanisme Kerja Obat Antipiretik, bekerja
dengan cara menghambat produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior (yang
meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen). Contoh Obat Antipiretik :
Parasetamol, panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol, santol, zacoldin, poldan
mig, acetaminophen, asetosal atau asam salisilat, salisilamida.
Analgetik yaitu obat anti nyeri. Mekanisame kerja menghambat sintase PGS di
tempat yang sakit/trauma jaringan.
Karakteristik:
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
http://anie-ann.blogspot.com/2012/01/analgetik-anasthesi-dan-antipiretik.html
http://rivaldyahmad.blogspot.com/2012/05/obat-obat-analgesik-danantipiretik.html
http://pentinggaksihh.blogspot.com/2012/05/analgesik-antipiretik-analgetikanti.html
yang
bersangkutan.
Penggunaan
substansi
analgesic
untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Analgetik Perifer
Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi
juga sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika
perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan
tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik
Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa
berpengaruh
pada
sistem
susunan
saraf
pusat
atau
bahkan
hingga
efek
mediator
nyeri.
Intensitas
rangsangan
terendah
saat
seseorang
pirazolinon:
aminofenazon,
isoprofilpenazon,
obat ini digunakan tunggal atau terkombinasi dengan analgetika lain pada keadaan
tertentu, seperti pada nyeri akibat peradangan dan neuropati.
Penggunaan
Obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa
mempengaruhi
SSP
atau
menurunkan
kesadaran,
juga
tidak
menimbulkan
ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan atau anti radang.Oleh
karena itu obat ini tidak hanya digunakan sebagai obat anti nyeri ,melainkan juga
pada gangguan demam (infeksi virus/kuman,selema,pilek) dan peradangan seperti
rema dan encok. Obat ini banyak digunakan pada nyeri ringan sampai sedang, yang
penyebabnya beraneka ragam,isalnya nyeri kepala,gigi,otot,atau sendi (rema,
encok),
perut,nyeri
haid,(dysmenorroe),
nyeri
akibat
benturan
atau
antiradang
(antiflogistis).Kebanyakan
analgetika
memiliki
daya
yang
diturunkan.
berlainan,
Kombinasi
berkurang,karena
analgetika
dengan
dosisnya
kofein
masing-masing
dan
kodein
sering
dapat
kali
paling
umum
adalah
gangguan
lambung-usus,kerusakan
darah,kerusakan hati dan ginjal dan juga reaksi alergi pada kulit.Efek-efek samping
ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena
itu,penggunaan analgetika secara kontinu tidak dianjurkan.
Interaksi
Kebanyakan analgetika memperkuat efek koagulansia, keuali parasetamol
dan glafenin. Kedua obat ini pada dosis biasa dapat dikombinasi dengan aman
untuk waktu maksimal dua minggu.
Kehamilan dan laktasi
Hanya
parasetamol
yang
dianggap
aman
bagi
wanita
hamil
dan
dapat
mengganggu
janin,sehingga
sebaiknya
dihindari.
Dari
dari
usus
cepat
dan
praktis
tuntas,secara
rectal
lebih
diatas
10g,persedian
peptide
tersebut
habis
dan
metabolit-metabolit
trombotis dan vasokonstriktif dihindarkan. Pada dosis besar dari normal (diatas 5g
sehari) obat ini juga berkhasiat anti radang akibat gagalnya sintesa prostaglandin-E.
Penggunaan
Selain sebagai analgetikum,asetosal dewasa ini banyak digunakan sebagai
alternative dari antikoagulansia sebagai obat pencegah infark kedua setelah terjadi
serangan. Hal ini berkat daya antitrombotisnya. Obat ini juga efektif untuk
profilaksis serangan stroke kedua setelah menderita TIA(Transient Ischaemic Attack
= serangan kekurangan darah sementara di otak), terutama pada pria.
Resorpsinya
cepat
dan
praktis
lengkap,
terutama
dibagian
pertama
duodenum. Namun,karena bersifat asam,sebagian zat diserap pula di lambung. BAnya lebih rendah akibat FPE dan hidrolisa selama absorpsi. Mulai efekl analgetis dan
antipiretisnya
cepat,
yakni
selama
30
menit
dan
bertahan
3-6
jam,kerja
antiradangnya baru nampak setelah 1-4 hari. Resorpsi dari rectum (suppositoria)
lambat dan tidak menentu,sehingga dosisnya perlu digandakan. Dalam hati,zat ini
segera dihidrolisa menjadi asam salisilat dengan daya anti-nyeri lebih ringan. PPnya 90-95%, plasma waktu paruhnya 15-20 menit,masa paruh asam salisilat adalah
2-3 jam pada dosis 1-3g/hari.
Efek Samping
Efek samping yang sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan
risiko tukak lambung dan perdarahan samara (occult). Penyebabnya adalah sifat
asam dari asetosal, yang dapat dikurangi melalui kombinasi dengan suatu
antasidum (MgO, alumuniumhidroksida,CaCO3) atau garam kalsiumnya (carbasalat,
Ascal). Pada dosis besar,factor lain memegang peranan yakni hilangnya efek
pelindung dari prostasiklin terhadap mukosa lambung, yang sintesanya turut
dihalangi akibat blokade siklo-oksigenase.
Selain itu asetosal menimbulkan efek-efek spesifik,seperti reaksi alergi kulit
dan tinnitus(telinga berdengung) pada dosis lebih tinggi. Efek yang lebih serius
adalah kejan-kejang bronchi hebat,yeng pada pasien asma meski dalam dosis kecil
dapat mengakibatkan serangan. Anak-anak kecil yang menderita cacar air atau
flu/selesma sebaiknya jangan diberikan asetosal (melainkan parasetamol) karena
beresiko terkena syndrome rye yang berbahaya. Sindrom ini berciri muntah
hebat,termangu-mangu,gangguan pernapasan,konvulsi, dan adakalanya koma.
Wanita
hamil
tidak
dianjurkan
menggunakan
asetosal
dalam
dosis
dan
urikosuris
(mengeluarkan
asam
urat).
Daya
(bentum,benortan)
adalah
ester
asetosal
dengan
(salamid,
neozep,
refagan)
adalah
derivate-salisilat
(nephrolit,
enterosalicyl)
lebih
lemah
khasiatnya
procumbens).
Zat
ini
juga
dibuat
sintetis.
Khasiat
ini
(1887)
berkhasiat
analgetis,
antipiretis,
dan
antiradang. Resorpsinya di usus cepat, mulai kerjanya sesudah 30-45 menit, plasma
waktu paruhnya 2-7 jam. Karena efek sampingnya terhadap darah (agranulositosis
dan leucopenia) sering fatal, obat ini sudah sejak tahun 1980-an dilarang
peredarannya dibanyak Negara. Bila timbul borok-borok kecil dimulut, nyeri
tenggorokan, atau demam (tanda-tanda agranulositosis),pengobatan harus segera
dihentikan!
Kehamilan dan laktasi. Semua obat dari kelompok pirazolinon tidak boleh
digunakan selama kehamilan dan laktasi.
Dosis: 3 dd 300-600 mg, maksimum 3 g/hari.
a. Isopropilaminofenazon (pehazon) adalah derivate-aminopirin dengan khasiat
yang sama. Disamping itu zat ini juga berdaya sedative dan pada dosis tinggi
hipnotis. Toksisitasnya dinyatakan lebih ringan.
Dosis; oral,rectal atau i.v. 3 dd 400 mg selama 1 minggu,lalu 600 mg/hari.
b. Fenazon (antipirin) adalah senyawa induk dari obat-obat tersebut diatas
tanpa khasiat antiradang (1884). Karena berdaya lebih lemah dan lebih
sering menimbulkan reaksi kulit, obat ini kini praktis sudah ditinggalkan.
Adakalanya fenozon masih digunakan dalam obat kumur pada nyeri
tenggorokan,
berdasarkan
vasokonstriksinya.
efek
local
anastesis
(lemah)
dan
kerja
Resorpsinya di usus cepat;di dalam hati zat ini dirombak menjadi asam
glafeninat, yang mungkin berperan utama bagi efek anti nyerinya. Plasma waktu
paruhnya 1-2 jam,dan lama kerjanya lebih kurang 5 jam.
Efek Samping
Berupa gangguan lambung-usus, rasa kantuk ,dan pusing. Yang lebih serius
adalah reaksi anafilaktis, kerusakan hati, dan anemia hemolitis, yang adakalanya
berakibat fatal. Oleh karena itu, sejak tahun 1992 di banyak Negara Eropa,termasuk
Negara belanda,gafenin sudah ditarik dari peredaran oleh produsennya.
Dosis
Permulaan 400mg, 3-4 dd 200 mg,maksimum 1 g sehari.
termasuk dalam Daftar Narkotika. Efek analgetis dari 120 mg tramadol oral setaraf
dengan 30-60 mg morfin. Obat ini digunakan untuk nyeri tidak terlampau hebat bila
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak
bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik
atau
Obat
Analgesik
Perifer
ini
cenderung
mampu
menghilangkan
atau
meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau
bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik /
Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna
(berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik)
Golongan obat analgetik perifer:
benorilat,Penghambat
parasetamol,Salisilat:asetosal,salisilamida,dan
prostaglandin
lain,Derivate-derifat
(NSAIDs):
ibuprofen(Arthrifen),
antranilat:mefenaminat,
glafenin,flokfatenin,Derivate-derivat
asam
pirazolinon:
dan
lain-
niflumat
aminofenazon,
parasetamol
yang
dianggap
aman
bagi
wanita
hamil
dan
dapat
mengganggu
janin,sehingga
sebaiknya
dihindari.
Dari
3.2 Saran
Setelah mengetahui jenis-jenis obat analgetik perifer diharapkan masyarakat
dapat mempertimbangkan dosis, kegunaan,dan
dalam mengkonsumsi obat anti nyeri dan demam.