Professional Documents
Culture Documents
Assalammualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah S.W.T atas limpahan rahmat dan
hidayahNya, yang telah memberi kami kemudahan dan kelancaran dalam menyusun
makalah sebagai tugas dari Keperawatan Persepsi Sensori, dengan judul Tuli Persepsi
Konduksi. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada ibu Laili Hidayati sebagai
fasilitator kami, yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi civitas akademi Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.
Kami yakin dalam penyusunan makaklah ini, masih terdapat kekurangan
kekurangan. Untuk itu, kami membutuhkan saran dan kritik yang membangun demi
penyusunan makalah yang lebih baik lagi.
Wassalammualikum Wr.Wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ...
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .
1.2 Rumusan Masalah ..
1.3 Tujuan .
1.4 Manfaat
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Pendengaran ........
2.2 Etiologi ..
2.3 Manifestasi Klinis ........
2.4 Pemeriksaan dan Pendengaran
2.5 Pencegahan dan Pengobatan .
2.6 Alat Pembantu Mendengar .
2.7Asuhan Keperawatan pada Tuli Persepsi Konduksi .
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan .
3.2 Saran ..
DAFTAR PUSTAKA .
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti organ-organ yang lain, telinga pun mengalami kemunduran pada usia
lanjut. Kemunduran ini dirasakan sebagai kurangnya pendengaran, dari derajat yang
ringan sampai dengan yang berat. Bila kekurangan pendengaran ini berat, akan
menimbulkan banyak masalah bagi penderita dengan orang - orang sekitarnya.
Misalnya salah faham dalam komunikasi. Penderita sering membantah karena
mengira orang lain-lain marah-marah kepadanya, tak perduli kepadanya, atau malah
mentertawakannya, mengejeknya atau lain-lain lagi.
Secara garis besar ketulian dibagi menjadi dua. Ketulian dibidang konduksi atau
disebut tuli konduksi dimana kelainan terletak antara meatus akustikus eksterna
sampai dengana tulang pendengaran stapes. Tuli di bidang konduksi ini biasanya
dapat ditolong dengan memuaskan, baik dengan pengobatan atau dengan suatu
tindakan misalnya pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli persepsi (sensori neural
hearing-loss) dimana letak kelainan mulai dari organ korti di koklea sampai dengan
pusat pendengaran di otak. Tuli persepsi ini biasanya sulit dalam pengobatannya.
Apabila tuli konduksi dan tuli persepsi timbul
bersamaan,
disebut tuli
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui deskripsi dari tuli persepsi konduksi.
1.3.2 Mengetahui penyebab terjadinya tuli persepsi konduksi.
1.3.3 Mengetahui pencegahan dan pengobatan dari tuli persepsi konduksi.
1.3.4 Mengetahui asuhan keperawatan pada gangguan tuli persepsi konduksi.
1.3 Manfaat
Memberikan informasi tentang gangguan pendengaran tuli persepsi konduksi
serta asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pendengaran
2.1.1 Telinga dibagi 3 bagian
a. Telinga luar (auris eksterna)
Aurikulum : menangkap gelombang suara dan meneruskannya ke MAE
Meatus akustikus eksternus : meneruskan gelombang suara ke membrane
timpani
Membran timpani : untuk proses resonansi
b. Telinga tengah (auris media)
Kavum timpani
Gambar:Anatomitelinganormal
Tuli Konduksi
Tuli Persepsi
tulang
pendengaran pendengaran
Aspek
steps
Dapat
kesembuhan
Etiologi
ditolong
asing
pada
meatus, penyakit
factor
infeksi,
genetik,
pemakaian
kelebihan
atau
2.2 Etiologi
2.2.1 Etiologi Tuli Konduksi
Gangguan di bagian konduksi menimbulkan tuli konduksi, penyebabnya ialah :
1. Dalam meatus akustikus eksterna : adanya cairan (sekret, air) dan benda padat
(serumen, benda asing) atau tumor, seperti benda asing atau polip telinga.
2. Kerusakan membrana timpani : karena perforasi, ruptur , dan sikatriks.
3. Dalam kavum timpani terdapat: kelebihan atau kekurangan udara pada okiusi tuba,
caftan (darah, sekret pada otitis media) karena trauma kepala , tumor.
4. Pada osikula : gerakannya terganggu oleh sikatriks, destruksi karena otitis media,
ankilosis stapes pada otosklerosis dan luksasi oleh trauma.
2.2.2 Etiologi Tuli Persepsi
Gangguan di bagian persepsi menimbulkan tuli persepsi, penyebabnya ialah :
Periode prenatal
1. Oleh faktor genetik
2. Bukan oleh faktor genetik.
Terutama penyakit-penyakit yang diderita ibu pada kehamilan trimester pertama
(minggu ke 6 s/d 12) yaitu pada saat pembentukan organ telinga pada fetus. Penyakitpenyakit itu ialah rubela, morbili, diabetes melitus, nefritis, toksemia dan penyakitpenyakit virus yang lain.
Obat-obat yang dipergunakan waktu ibu mengandung seperti salisilat, kinin,
talidomid, streptomisin dan obat- obat untuk menggugurkan kandungan.
Periode perinatal
Penyebab ketulian disini terjadi diwaktu ibu sedang melahirkan. Misalnya trauma
kelahiran dengan memakai forceps, vakum ekstraktor, letak-letak bayi yang tak
normal, partus lama. Juga pada ibu yang mengalami toksemia gravidarum. Sebab
yang lain ialah prematuritas, penyakit hemolitik dan kern ikterus.
Periode postnatal
1. Penyebab pada periode ini dapat berupa faktor genetik atau keturunan, misalnya
pada penyakit familiar perception deafness.
2. Penyebab yang bukan berupa faktor genetik atau keturunan:
-- Pada Anak-anak :
a. Penyakit-penyakit infeksi pada otak misalnya meningitis dan ensefalitis.
b. Penyakit-penyakit infeksi umum : morbilli, varisela, parotitis (mumps),
influenza, deman skarlatina, demam tipoid, pneumonia, pertusis, difteri dan
demam yang tak diketahui sebabnya.
c. Pemakaian obat-obat ototoksik pada anak-anak.
-- Pada orang dewasa :
a. Gangguan pada pembuluh-pembuluh darah koklea, dalam bentuk perdarahan,
spasme (iskemia), emboli dan trombosis. Gangguan ini terdapat pada hipertensi
dan penyakit jantung.
b. Kolesterol yang tinggi : Oleh Kopetzky dibuktikan bahwa penderita-penderita
tuli persepsi rata-rata mempunyai kadar kolesterol yang tinggi dalam darahnya.
c. Diabetes Melitus : Seringkali penderita diabetes melitus tak mengeluh adanya
kekurangan pendengaran walaupun kalau diperiksa secara audiometris sudah
jelas adanya kekurang pendengaran. Sebab ketulian disini diperkirakan sebagai
berikut :
-- Suatu neuropati N VIII.
-- Suatu mikroangiopati pada telinga dalam (inner ear).
-- Obat-obat ototoksik. Penderita diabetes sering terkena infeksi dan lalu sering
menggunakan antibiotika yang ototoksik
d. Penyakit-penyakit ginjal : Bergstrom menjumpai 91 kasus tuli persepsi diantara
224 penderita penyakit ginjal. Diperkirakan penyebabnya ialah obat ototoksik,
sebab penderita penyakit ginjal mengalami gangguan ekskresi obat-obat yang
dipakainya.
e. Influenza oleh virus. Oleh Lindsay dibuktikan bahwa sudden deafness pada
orang dewasa biasanya
terjadi bersama-sama
Dengan diketahui sifat ketulian berarti diketahui pula letak kelainan, sehingga dapat
ditentukan apakah perlu tindakan operasi, pemberian obat-obatan saja atau hanya
dapat ditolong oleh Alat Pembantu Mendengar (APM) atau hearing aid.
Macamnya tes pendengaran yaitu :
Tes yang paling sederhana ialah tes suara bisik dan percakapan ("konversasi").
Tes dengan garpu suara.
Di klinik yang maju dipergunakan alat elektro akustik yaitu tes dengan audiometer
Tes dengan Impedance meter.
1. Tes suara bisik
Caranya ialah dengan membisikkan kata-kata yang dikenal penderita dimana
kata-kata itu mengandung huruf lunak dan huruf desis. Lalu diukur berapa meter
jarak penderita dengan pembisiknya sewaktu penderita dapat mengulangi kata-kata
yang dibisikan dengan benar. Pada orang normal dapat mendengar 80% dari kata-kata
yang dibisikkan pada jarak 6 s/d 10 meter.Apabila kurang dari 5 - 6 meter berarti ada
kekurangan pendengaran. Apabila penderita tak dapat mendengarkan kata-kata
dengan huruf lunak, berarti tuli konduksi. Sebaliknya bilatak dapat mendengar katakata dengan huruf desis berarti tuli persepsi.Apabila dengan suara bisik sudah tidak
dapat mendengar dites dengan suara konversasi atau percakapan biasa. Orang normal
dapat mendengar suara konversasi pada jarak 200 meter.
2. Tes Garpu Suara
Dengan garpu suara frekuensi 64, 128, 256, 512, 1024, 2048 dan 4096 hz,
dibunyikan dengan cara tertentu lalu disuruh mendengarkan pada orang yang dites.
Bila penderita banyak tak mendengar pada frekuensi rendah berarti tuli konduksi.
Bila banyak tak mendengar pada frekuensi tinggi berarti tuli persepsi.
3. Tes dengan Audiometri
Hasil dari tes pendengaran dengan audiometer ini digambardalam grafik yang
disebut audiogram. Apabila pemeriksaan dengan audiometer ini dilakukan, tes-tes
10
suara bisik dan garpu suara tak banyak diperlukan lagi, sebab hasil audiogram lebih
lengkap.Dengan audiometer dapat dibuat 2 macam audio-gram :
a. Audiogram nada murni ( pure tone audiogram )
b. Audiogram bicara ( speech audiogram )
Dengan audiometer dapat pula dilakukan tes-tes : tes SISI (Short Increment
Sensitivity Index), tes Fowler dimana dapat diketahui bahwa kelainan ada di koklear
atau bukan. Tes Tone Decay dimana dapat diketahui apakah kelainan dibelakang
koklea (retro cochlear) atau bukan. Kelainan retrocoklear ini misalnya ada tumor
yang menekan N VIII. Keuntungan pemeriksaan dengan audiometer kecuali dapat
ditentukan dengan lebih tepat lokasi kelainan yang menyebabkan ketulian juga dapat
diketahui besarnya ketulian yang diukur dengan satu db (desibel).
Derajat Ketulian
Untuk
mengetahui
derajat
ketulian
dapat
memakai
suara
bisik
ketulian
yang
dipakai
ditentukan
oleh
dasar
audiogram
angka
rata-rata
nada
murni,
intensitas
pada
derajat
fre-
kuensi-frekuensi 500, 1000 dan 2000 Hz yang juga disebut speech frequency.
Konversasi biasa besarnya kurang lebih 50 db.
Derajat ketulian berdasar audiogram nada murni adalah sebagai berikut :
.Normal antara 0 s/d 20 db.
.Tull ringan antara 21 s/d 40 db.
.Tull sedang antara 41 s/d 60 db.
.Tull berat antara 61 s/d 80 db.
.Tull amat berat bila lebih dari 80 db.
11
Gambar : audiogram
Apakah ada gangguan hubungan antara hidung dan telinga bagian tengah yang
melalui tuba Eustachii.
Apakah ada perlekatan perlekatan di telinga bagian tengah akibat suatu radang.
Apakah rantai rantai tulang telinga terputus akibat kecelakan ( trauma kepala )
12
13
konservatif, namun ada juga yang terkena serangan vertigo yang melumpuhkan.bila
serangan ini mengganggu kualitas hoidup, pasien direncanakan untuk menjalani
terapi bedah untuk perbaikan. Namun kehilangan pendengaran, tinitus, rasa penuh
dalam telinga tetap berlanjut karena penatalaksanaan bedah pada penyakit meniere
ditujukan untuk menghilangkan serangan vertigo.
6. Obat Ototoksik
Obat ototoksik seperti streptomicin dan gentomicin dapat diberikan
kepada pasien dengan injeksi sistemik atau infus ke telinga tengah dan dalam.
Diuretika seperti Dyazide atau Hydrochlortiazid kadang dapat membantu
mengurangi gejala penyakit Meniere dengn menurunkan tekanan dalam sistem
endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk makan makanan yang mengandung
kalium, seperti pisang, tomat, diuretik yang menyebabkna kehilangan kalium.
Tetapi penggunaan obat ototoksik dapat menyebabkan efek buruk terhadap koklea,
aparatus vestibularis, atau saraf kranial VIII. Oleh karena itu pasien perlu dipantau
dengan audiogram dua kali seminggu selama masih mendapat obat tersebut
2.5.3 Alat Membantu Mendengar (APM)
Bila semua pengobatan tak memberi hasil, maka harapan terakhir ialah pada APM
atau hearing aid. Ada tiga bentuk yang umum :
1. "Pocket".
Daya pembesaran baik hanya karena berbentuk agak besar maka penderita
kebanyakan mau memakainya.
14
2."Ear level"
Diletakkan di belakang telinga hingga bisa ditutupi rambut pada wanita
atau laki-laki berambut gondrong.
Ada satu bentuk lagi yang disebut "telinga ajaib", dipasarkan oleh perusahaan
tertentu. Hanya pembesarannya sangat terbatas sedang harganya mahal.Untuk
pemakaian APM, perlu disesuaikan hasil audiogramnya dengan daya kemampuan
APM. Jadi perlu dicoba seperti pemakaian kacamata.
2.6 Komplikasi Tuli Persepsi Konduksi
1.Tulipersepsipadaotosklerosisstadiumlanjut.
Penyakitinimerupakankelainantulangyangkebetulanpada"footplate" dari
tulangpendengaranstapes.Hanyadisinipada audiogramnyamasihterlihatfaktor
tulikonduksi.
2.PenyakitMeniere
Penyakityangditandaidenganvertigo,tinitusdangejalagejala sistemsaraf
otonomsepertimuntahmuntah,keringatdingin,mukapucatsampaidengandiare.
Dapatdibedakandenganpemeriksaanaudiometri,yaitumelihataudiogramnya.
3.Traumaakustik
Ketuliansebabkebisinganatausuarasuarakeras.Dapat dibedakandengan
pemeriksaanaudiometri,yaitupuretone audiogram,SISItes,ToneDecaytesdan
speechaudiogram.
4.Neuromaakustik
TumorjinaktumbuhlambatsarafkranialVIIIbiasanyatumbuhdarisel
Schwan pada bagian vestibuler saraf ini. Kebanyakan tumor neuroma akustik
tumbuh di dalam kanalis auditorius internus dan melebar sampai ke sudut
cerebelonphontin samapi menekan batang otak. Kebanyakanpenyakit ini timbul
padausiabaya
5.OtitisMediaKronik
15
dengan
gangguan
pendengaran,
perilaku
keluarga
yang
16
: perhatikan apa ada lesi atau oedema, ada benjolan atau inflamasi pada
telinga
Palpasi
Perkusi
:-
B2 Blood ( Kardiovaskuler )
: nadi meningkat
B3 Brain ( Pengindraan )
B4 Bladder ( Perkemihan )
B5 Bowel ( Pencernaan )
B6 Bone ( Integumen )
3.Pengkajian Psikososial
Lakukan anamnesa apakah rasa nyeri dan tindakan penatalaksanaan membuat
cemas atau takut, tingkat kesadaran klien serta persepsi klien dan kelurga terhadap sakit
yang diderita. Penyakit inipun beresiko gangguan harga diri rendah.
4.pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Audiometri : pendengaran menurun.
b. X-Ray : terhadap kondisi patologi
5.Pemeriksaan pendengaran
17
rendah, berarti tuli konduksi. Bila banyak tidak mendengar bunyi frekuensi
tinggi berarti tuli persepsi.
2.9.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungaan dengan proses peradangan ditandai dengan inflamasi
di kavum timpani
Tujuan
Kriteria Hasil
18
Kriteria hasil
19
Kriteria hasil
ketakutan/kekhawatirannya.
Intervensi Keperawatan :
a. Mengatakan hal sejujurnya kepada klien ketika mendiskusikan mengenai
kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan
harapan klien dalam berkomunikasi.
Rasional :
Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru
malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat. Menunjukkan
kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa
menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
b. Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami
gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada
klien.
Rasional :
20
Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan
sangat membantu klien.
c. Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang
dapat membantu klien.
Rasional :
Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang
dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.
5. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan berkurangnya
pendengaran.
Tujuan
21
BAB III
CONTOH KASUS
: Ny. SM
22
Umur
: 31 tahun
TTL
:-
Jenis kelamin
:Perempuan
: Islam
Suku
: Jawa
: Kawin
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
Lama bekerja
: -
MRS
: 5 April 2001
Keluarga terdekat
: Suami
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
23
7. Diagnosa medik: Mastoiditis (tanggal 5 April 2001). Tanggal 5 April 2001 post op
Myringoplasty.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu:
Tuli konduksi D/S, perforasi membran timpani/perforasi sub total D/S. Sudah 2 tahun
berobat ke RSU Wlingi Blitar dan ke dokter praktek. Klien tidak memiliki riwayat
alergi.
4. Pengkajian Fisik
Tanggal April 2001:
1. Breath (B 1)
RR = 20 x/mnt, tidak ada sesak nafas, tidak ada batuk pilek, tidak memiliki
riwayat asma dan suara nafas normal.
2. Blood (B 2)
TD = 130/80 mmHg, nadi = 84 x/mnt, suhu = 36,5 oC, suara jantung vesikuler.
Perfusi perifer baik, turgor baik, intake-output seimbang, infus RL 20 tts/mnt,
klien tampak gelisah.
3. Brain (B 3)
Kadang-kadang kepala pusing/vertigo, bentuk kepala simetris, GCS= 4 5 6, pupil
normal, orientasi baik, tuli konduksi telinga kiri dan kanan. Tidak ada tanda-tanda
parese pada syaraf VII. Post op Myringoplasty tanggal 6 April 2001, verban
tampak terpasang dan terawat baik.
Audiogram tanggal:
Tanggal
K1
K1
K1
K1
K1
24
5. Bowel (B 5)
Nafsu makan baik, tidak ada mual/muntah, BAB 2 x/hr pagi dan sore. Klien tidak
ada sakit maag.
6. Bone (B 6)
Mandi 2 x/hr pagi dan sore, kulit bersih, tidak ada nyeri otot dan persendian.
5. Pengkajian Psikososial
1. Pola pikir dan persepsi: kesulitan yang dialami klien: klien kesulitan melakukan
komunikasi dengan orang lain.
2. Persepsi diri: saat ini selain klien memikirkan penyakitnya, juga memikirkan keluarganya (suami dan anak-anaknya).
3. Suasana hati: gelisah dan khawatir memikirkan bagaimana bisa membeli alat bantu
pendengaran (masalah keuangan).
4. Hubungan/komunikasi: bicara dengan klien harus keras dan menggunakan isyarat
dengan tangan, jarak harus dekat dengan klien.
5. Kehidupan keluarga:
- Adat istiadat yang dianut: Jawa.
- Pembuat keputusan dalam keluarga: suami.
- Pola komunikasi: suami memutuskan setiap permasalahan yang perlu
pengambilan keputusan.
- Keuangan: pas-pasan.
6. Data Laboratorium dan Radiologi:
Tanggal 7 Maret 2001
Foto Ro: - Mastoiditis bilateral tipe sklerotik.
- Cor: besar dan bentuk normal.
- Pulmo: tidak tampak kelainan.
- Sinus phrenice-costalis kiri dan kanan.
25
KELOMPOK
DATA
DS:Klien
mengatakan ia
tidak bisa
mendengar,
bila diajak
berbicara harus
keras dan
dekat.
ETIOLOGI
MASALAH
DIAGNOSA
Karena
adanya Kerusakan Ko- Kerusakan koperforasi ruptur munikasi
munikasi bermembran
hubungan detimpani, sehingga
ngan penurunmenyebabkan
an pendengaran
penurunan
pendengaran
DO: - Audiogram
klien tuli
konduksi
sedang kanan
26
& kiri.
- Diajak bicara
lebih
banyak
diam.
- Bicara dengan
klien harus
keras.
10/4/2001 DS: Klien
mengeluh pusing sewaktu
duduk/ bangun
tidur.
DO: -TD: 130/80
mmHg, nadi:
84x/mnt, RR:
20 x/mnt.
Inveksi
yang Cedera
menyerang
bagian
keseimbangan
(Vestibulo
Semiserkularis)
pada
telinga
sehingga
berhubungan
dengan vertigo.
Resiko terhadap
cedera
berhubungan
dengan vertigo
- Gelisah.
- Post op
Myringoplasty.
10/4/2001 DS: Klien
menanyakan
bagaimana
cara merawat
telinganya bila
pulang nanti.
Kurang
pengetahuan
Ketidak efektifan
penatalaksanaan
program
terapeutik.
27
sulit.
- Klien tinggal
diluar kota
Surabaya, yaitu di
Wlingi, Blitar.
N
O
1.
T
G
L
1
0
/
4
/
2
0
0
1
DIAGNOSA
TUJUAN
Kerusakan
komunikasi
berhubungan
dengan penurunan
pendengaran.
Klian
mampu
melakukan
komunikasi
dengan
setiap
orang.
KRITERIA
HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
Memaksimalk
an
kemampuan
komunikasi
klien.
28
memakai alat
bantu
pendengaran,
seperti kolear
implan
3. Berikan lingkungan yang
tenang.
2
1
0
/
4
/
2
0
0
1
Resiko
terhadap
cedera
Untuk
menghindari
&
memperkecil
kemungkinan
cedera.
Memudahkan
klien
untuk
turun
naik
tempat tidur.
Untuk
menghilangka
n/mengu-rangi
nyeri.
3.
1
0
/
4
/
2
0
0
1
Ketidakefektif
an
penatalaksana
an program
terapeutik
berhubungan
dengan
ketidakcukupa
n pengetahuan
tentang
perawatan
telinga; tandatanda gejala
dan
komplikasi
yang mungkin
Penatalaksa
naan
program
terapeutik
efektif.
Dengan
melakukan
penatalaksana
an dengan
terapeutik,
diharapkan
hal ini bisa
meningktkan
2. Jelaskan & pengetahuan
klien,
bicarakan
sehingga klien
proses
bisa cepat
penyakit,
sembuh
aturan
perawatan &
pengobatan,
perubahan
29
terjadi
gaya hidup,
sumbersumber
dukungan
yang
tersedia.
3. Jelaskan bahwa
perubahan
dalam gaya
hidup &
kebu-tuhan
belajar akan
membutuhkan waktu
untuk terintegrasi.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ketulian dibidang konduksi atau disebut tuli konduksi dimana kelainan terletak
antara meatus akustikus eksterna sampai dengana tulang pendengaran stapes. Tuli di
bidang konduksi ini biasanya dapat ditolong dengan memuaskan, baik dengan
pengobatan atau dengan suatu tindakan misalnya pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli
persepsi (sensori neural hearing-loss) dimana letak kelainan mulai dari organ korti di
koklea sampai dengan pusat pendengaran di otak. Tuli persepsi ini biasanya sulit dalam
pengobatannya. Apabila tuli konduksi dan tuli persepsi timbul bersamaan, disebut tuli
campuran.Untuk mengetahui jenis ketulian diperlukan pemeriksaan pendengaran.
3.2 Saran
Untuk mencgah terjadinya tuli perepsi maupun tuli konduksi, sebaiknya :
1. Hindari suara keras, ramai dan kebisingan.
2. Hindari diet yang berlemak. Hal-hal lain yang dianjurkan ialah hindari dingin yang
berlebihan, rokok yang berlebihan dan stres. Anemia, kekurangan vitamin dan
insufisiensi kardiovaskular juga harus segera diobati.
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
George L, Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. Jakarta.
Iskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Mukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. Laboratorium Ilmu Penyakit
THT, FK UNAIR. Surabaya.
Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan RSUD Dr Soetomo Surabaya
Rukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. EGC. Jakarta.
Wiyadi MS. Beberapa Macam Test Pemeriksaan Pendengaran. Airlangga. Pers Kampus
Universitas Airlangga. Edisi Desembern1979, hal 5.
Wiyadi MS. Pemeliharaan Pendengaran. Majalah Kedokteran Surabaya, 1979;16: 44.
Diambil dari www.kalbe.co.id/files/cdk/files/...Ketulian.../12_Ketulian.html diakses
hari Kamis tanggal 1 Oktober 2009 jam 19.00
alatbantumendengar.wordpress.com/.../pemeriksaanpendengaran/mendengar.blogspot.co
m/ diakses hari Kamis tanggal 1 Oktober 2009 jam 19.00
32