Professional Documents
Culture Documents
Januari, 2014
Nama
: Nur Faridah
No. Stambuk
: N 111 14 045
Pembimbing
PENDAHULUAN
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak Indonesia)
adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah
lahir. Beberapa keadaan dapat ditemukan yaitu dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis.
Asfiksia neonatorum mengakibatkan 14 per 100.000 kematian di Amerika Serikat. Sedangkan
menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 di Indonesia asfiksia
mengakibatkan kematian neonatal sebanyak 27%. Tingginya kasus ini dapat disebabkan
karena faktor maternal dan intrauterine. Penanganan bayi dengan asfiksia adalah dengan
melakukan resusitasi neonatus.1
Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. Pada bayi yang mengalami
kekurangan oksigen akan terjadi pernapasan yang cepat dalam periode yang singkat. Apabila
asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga mulai menurun,
sedangkan tonus neuromuscular berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki
periode apnea yang dikenal sebagai apnea primer. Perlu diketahui bahwa kondisi pernafasan
megap-megap dan tonus otot yang turun juga dapat terjadi akibat obat-obat yang diberikan
kepada ibunya. Biasanya pemberian perangsangan dan oksigen selama periode apnea primer
dapat merangsang terjadinya pernafasan spontan. Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan
menunjukkan pernafasan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan
darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan makin lama
makin lemah sampai bayi memasuki periode apnea yang disebut apnea sekunder.1
Gangguan napas merupakan keadaan meningkatnya kerja pernapasan yang ditandai dengan
takipnea (frekuensi napas >60 kali/ menit), retraksi, napas cuping hidung, merintih, sianosis,
apnea atau henti napas. Dalam 4 jam pertama sesudah lahir, empat gejala distress respirasi
(takipnea, retraksi, napas cuping hidung, merintih). Bila takipnea, retraksi, cuping hidung dan
merintih menetap pada beberapa jam setelah lahir, ini merupakan indikasi adanya gangguan
2
napas atau distress respirasi yang harus dilakukan tindakan segera. Manajemen spesifik
gangguan napas berdasarkan klasifikasi gangguan napas yang terjadi, yang terdiri atas
gangguan napas ringan, sedang dan berat. 2,3
Kebutuhan resusitasi dapat diantisipasi pada sejumlah besar BBL. Walaupun
demikian, kadang-kadang kebutuhan resusitasi tidak dapat diduga. Oleh karena itu tempat
dan peralatan untuk melakukan resusitasi harus memdai, dan petugas yang sudah dilatih dan
terampil harus tersedia setiap saat dan di semua tempat kelahiran bayi. Luaran dari BBL
setiap tahun akan menjadi lebih baik dengan penyebaran teknik melakukan resusitasi.1
Berikut ini dilaporkan kasus mengenai asfiksia berat pada bayi aterm (SMK).
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
Tanggal masuk : 23 Januari 2014 (23.00)
Nama
: Bayi I
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tanggal Lahir
II. ANAMNESIS
Bayi baru lahir berumur 15 menit masuk kamar perawatan bayi Peristi pada tanggal 23
Januari 2014 karena adanya gawat napas pada bayi. Riwayat persalinan yaitu lahir secara
sectio caesarea di RSUD Undata Kota Palu dengan indikasi bayi besar. Bayi dengan berat
badan 3800, panjang badan 48 cm. Bayi tidak langsung menangis, sianosis sentral dan
ketuban bercampur mekonium. Skor apgar 3/5/7. Setelah dilakukan langkah awal resusitasi
bayi langsung menangis, bayi merintih, bayi mengalami retraksi dinding dada, sianosis hilang
dengan pemberian O2, caput suksaedenum, kelainan kongenital (-), anus (+), dan tali pusat
layu (+).
Riwayat maternal: Saat hamil usia ibu 38 tahun, Usia kehamilan 38 minggu. ANC rutin.
Riwayat kehamilan G5P4A0, selama hamil tidak ada demam, preeklamsia tidak ada, anemia
berat tidak ada, dan komsumsi obat penambah darah dari bidan.
Riwayat ibu setelah persalinan dirawat 2 hari di ICU karena kondisi lemah setelah
persalinan dan kadar Hb yang rendah sehingga harus ditranfusi darah.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital
Denyut jantung
: 188 x/menit
Suhu
: 37,50C
Respirasi
: 52 x/menit
CRT
: < 2 detik
Berat Badan
: 3.800 gram
Panjang Badan
: 48 cm
Lingkar kepala
: 37 cm
Lingkar dada
: 32 cm
Lingkar perut
: 33 cm
Lingkar lengan
: 15 cm
Sistem neurologi :
Aktivitas
Kesadaran
Fontanela
Sutura
Refleks cahaya
Kejang
Tonus otot
Sistem pernapasan
Sianosis
Merintih
Apnea
Retraksi dinding dada
Pergerakan dinding dada
Cuping hidung
Bunyi pernapasan
Bunyi tambahan
: pasif
: kompos mentis
: datar
: belum menutup
: ada (+/+)
: tidak ada
: normal
: ada sianosis
: ada (terdengar dengan stetoskop)
: tidak ada
: tidak ada
: simetris
: tidak ada
: bronchovesicular
: wheezing -/-, rhonchi -/-.
Skor Downe
Frekuensi Napas
Merintih
Sianosis
Retraksi
Udara Masuk
:1
:1
:2
:0
:0
Total skor
WHO
Sistem hematologi :
Pucat
Ikterus
Sistem kardiovaskuler
Bunyi Jantung
: tidak ada
: tidak ada
: SI dan SII murni reguler
5
Murmur
: tidak ada
Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen: tidak ada
Muntah
: tidak ada
Diare
: tidak ada
Residu lambung
: tidak ada
Organomegali
: tidak ada
Peristaltik
: positif, kesan normal
Umbilikus
Pus
: tidak ada
Kemerahan
: tidak ada
Edema
: tidak ada
Sistem Genitalia.
Keluaran
: tidak ada
Anus imperforata
: tidak ada
Skor Ballard
Maturitas fisik
Maturitas neuromuskuler
Sikap tubuh
:2
kulit
:1
Persegi jendela
:2
lanugo
:3
Recoil lengan
:2
payudara
:3
Sudut poplitea
:4
Mata/telinga
:2
Tanda selempang : 3
genital
:3
Tumit ke kuping
:3
permukaan plantar
:3
Skor
: 31
Minggu
: 36-38 minggu
Interpertasi
: Bayi Aterm
Menurut kurva Lubchenco diatas, didapatkan bahwa bayi tergolong sesuai untuk masa
kehamilan (SMK).
IV.
RESUME
Bayi baru lahir berumur 15 menit masuk kamar perawatan bayi Peristi pada tanggal 23
Januari 2014 karena adanya gawat napas pada bayi. Riwayat persalinan yaitu lahir secara
sectio caesarea di RSUD Undata Kota Palu dengan indikasi bayi besar. Bayi dengan berat
badan 3800, panjang badan 48 cm. Bayi tidak langsung menangis, Apgar Score 3/5/7,
sianosis dan ketuban bercampur mekonium. Setelah dilakukan langkah awal resusitasi bayi
menangis, bayi merintih (+),bayi mengalami retraksi dinding dada (+), sianosis hilang dengan
pemberian O2, dan caput suksaedenum.
Riwayat maternal: Saat hamil usia ibu 38 tahun, Usia kehamilan 38 minggu. ANC.
Riwayat
kehamilan G5P4A0 dan komsumsi obat penambah darah dari bidan. Estimasi
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapattkan denyut jantung 188 x/menit, suhu 37,50C,
respirasi 52 x/menit, berat badan lahir 3.800 gram, panjang badan lahir 48, skor down 4 (ada
gawat napas), aktivitas kurang aktif.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan gula darah sewaktu 30 menit sesudah lahir : 96.6 mg/dl
VI. DIAGNOSIS :
Bayi Aterm (SMK) + asfiksia berat
VII. TERAPI
Langkah awal resusitasi
- Hangatkan bayi
- Atur posisi bayi
- Isap lendir
- Keringkan dan Memberikan rangsangan taktil
- Atur posisi kembali dan lakukan penilaian kembali (tanda- tanda vital)
Denyut Jantung: 188 kali/menit
Kulit
: sianosis (+)
Pernapasan
: megap-megap
- Melakukan ventilasi tekanan positif dan penilaian kembali (bayi bernapas spontan
namun sianosis masih ada)
Denyut jantung : 124 kali/menit
Kulit
: sianosis hilang dengan pemberian O2
Pernapasan
: menangis kuat
Memberikan O2 1-2 Liter per menit dan sianosis pada daerah wajah dan badan
VIII.
-
menghilang
Injeksi Vitamin K 1 mg / IV
Gentamicin tetes mata 1 tetes.
IVFD dextrose 5% 8 tetes per menit
ANJURAN PEMERIKSAAN
Darah rutin
Analisis gas darah
FOLLOW UP
24 Januari 2014
S: O: - Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung
: 150 x/menit
Suhu : 36,6C
Pernapasan
: 58 x/menit
CRT : < 2 detik
Berat badan
: 3.800 gram
Penurunan berat badan : 0%
Keadaan Umum: Sakit Sedang
Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (+),
Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela datar,
ubun-ubun membonjol, kejang (-)
A:
25 Januari 2014
S: Lemah
O: - Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung
: 148 x/menit
Suhu : 36,5C
Pernapasan
: 60 x/menit
CRT : < 2 detik
Berat badan
: 3.800 gram
Penurunan berat badan : 0%
Keadaan Umum: Sakit Sedang
Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-),
A:
26 Januari 2015
10
Denyut Jantung
: 122 x/menit
Suhu : 36,5C
Pernapasan
: 45 x/menit
CRT : < 2 detik
Berat badan
: 3.800 gram
Penurunan berat badan : 0%
Keadaan Umum: Sakit Sedang
Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-),
A:
DISKUSI
Asfiksia pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian
bayi baru lahir setiap tahun. Di Indonesia, angka kejadian asfiksia di rumah sakit propinsi
Jawa Barat ialah 25,2%, dan angka kematian karena asfiksia di rumah sakit pusat rujukan
propinsi di Indonesia sebesar 41,49%. Data mengungkapkan bahwa kira-kira 10% bayi baru
lahir membutuhkan bantuan untuk mulai bernapas, dari bantuan ringan (langkah awal dan
stimulasi untuk bernapas) sampai resusitasi lanjut yang ekstensif. Dari jumlah tersebut hanya
kira-kira 1% saja yang mebutuhkan resusitasi yang ekstensif. Penulis lain menyebutkan kirakira 5% bayi pada saat lahir membutuhkan tindakan resusitasi yang ringan seperti stimulasi
11
untuk bernapas. Antara 1-10% bayi baru lahir di rumah sakit membutuhkan bantuan ventilasi
dan sedikit saja yang membutuhkan intubasi dan kompresi dada.1
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan
melahirkan atau periode segera setelah lahir. Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) adalah
kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
Diagnosis asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pada anamnesis biasanya didapatkan gangguan atau kesulitan waktu lahir, lahir tidak
bernafas/menangis, dan air ketuban bercampur mekonium. Sedangkan hasil pemeriksaan fisik
didapatkan bayi tidak bernapas atau megap-megap, denyut jantung < 100x/menit, kulit
sianosis atau pucat, tonus otot menurun, dan untuk diagnosis asfiksia tidak perlu menunggu
skor apgar.4
Diagnosis klinis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis didapatkan bayi lahir cukup bulan
dengan skor apgar 3/5/7 dan air ketuban bercampur mekonium. Saat lahir bayi tidak langsung
menangis, tonus otot sedikit fleksi, warna kulit kebiruan, pernafasan 52x atau <60 x/menit,
denyut jantung > 100 kali/ menit, serta merintih.
Parameter bayi asfiksia adalah seperti yang dikemukakan oleh Virginia Apgar dengan
skor Apgar, dengan penggolongan sebagai berikut:1,4
-
1
kemerahan Seluruh
Warna kulit
Seluruh
tubuh
Denyut jantung
biru/pucat
Tidak ada
ekstremitas biru
<100 x/menit
Refleks
Tonus otot
Tidak bereaksi
Lumpuh
terlihat bugar
Gerakan sedikit
Reaksi melawan
Ekstremitas
fleksi Gerakan aktif
kemerahan
>100 x/menit bayi
sedikit
12
Pernapasan
Tidak ada
lambat
Menangis kuat
Warna kulit
Denyut jantung
Respon reflek
Tonus otot
Pernafasan
Total
1 menit
0
1
0
1
1
3
5 menit
1
1
1
1
1
5
10 menit
1
2
1
1
2
7
Pada bayi yang mengalami asfiksia sangat rentan mengalami gangguan napas.
Gangguan napas adalah adalah suatu keadaan meningkatnya kerja pernapasan. Pada kasus
ini bayi mengalami gangguan napas berat dengan frekuensi napas >90x/menit dengan
sianosis sentral dan merintih saat ekspirasi. Berikut tabel klasifikasi gangguan napas WHO,
yaitu:
Frekuensi napas
> 60 kali/menit
Dengan
Dengan
Dengan
Atau
tanpa
60-90 kali/menit
Dengan
Klasifikasi
Gangguan
napas berat
13
Tetapi
Tanpa
Sianosis sentral
Tanpa
60-90 kali/menit
Tanpa
Gangguan
napas ringan
60-90 kali/menit
Dengan
Sianosis sentral
Tetapi
Tanpa
Kelainan
jantung
kongenital
Gangguan
napas sedang
Faktor risiko
Faktor risiko
antepartum
Primipara
Penyakit pada ibu
Demam
saat
kehamilan
Hipertensi dalam
kehamilan
Anemia
Diabetes
gestasional
Penyakit hati dan
ginjal
Penyakit kolagen
dan
intrapartum
Malpresentasi
Partus lama
Persalinan
yang
bercampur
-
Prematuritas
Pertumbuhan
janin
yang
terhambat
Kelainan
kongenital
meconium
Ketuban pecah dini
Induksi oksitosin
Prolapse tali pusat
pembuluh
darah
Tabel 1. Faktor risiko asfiksia neonatorum
Berdasarkan tabel faktor risiko diatas, asfiksia yang terjadi pada kasus ini disebabkan
oleh faktor intrapartum dimana ketuban bercampur mekonium.
14
Pada bayi yang mengalami asfiksia sangat rentan mengalami gangguan napas. Gangguan
napas adalah adalah suatu keadaan meningkatnya kerja pernapasan yang ditandai dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
segera
6. Apneu atau henti napas
7. Bila takipneu, retraksi, cuping hidung dan merintih menetap beberapa pada beberapa jam
setelah lahir harus dilakukan tindakan segera.
Gangguan napas memiliki faktor predisposisi diantaranya sebagai berikut :
1. Bayi kurang bulan : Paru bayi secara biokimiawi masih imatur dengan kekurangan
surfaktan yang melapisi rongga alveoli
2. Depresi neonatal ( kegawatan neonatal )
3. Bayi dari ibu DM : terjadi distres respirasi akibat kelambatan pematangan paru
4. Bayi lahir dengan operasi sesar : bayi yang lahir dengan operasi sesar, dapat
mengakibatkan terlambatnya absorpsi cairan paru (TTN)
5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini atau air ketuban
yang berbau dapat mengakibatkan pneumonia bakterialis atau sepsis
6. Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium yang kemungkinan terjadi akibat
aspirasi mekonium.
Faktor penyebab terjadinya gangguan nafas :
1. Kelainan paru: Pnemonia
2. Kelainan jantung : Penyakit Jantung Bawaan, Disfungsi miokardium
3. Kelainan Susunan Syaraf Pusat akibat : Asfiksia, Perdarahan otak
4. Kelainan metabolik : Hipoglikemia, Asidosis metabolik
5. Kelainan Bedah : Pneumotoraks, Fistel Trakheoesofageal, Hernia diafragmatika
15
pembuluh darah paru harus berelaksasi untuk memberikan perfusi pada alveoli dan menyerap
oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Biasanya Bayi baru lahir menghirup udara ke
dalam paru nya mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan interstitial di paru
sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteri pulmonal dan menyebabkan arteriol
berrelaksasi. Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap konstriksi dan
pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen sehingga tidak dapat memberikan
perfusi ke organ organ tubuh yang penting seperti otak, jantung , ginjal dan lain lain.
Penanganan bayi dengan gawat napas dibagi menjadi 2 yaitu management umum dan
management spesifik, yaitu diantaranya ;
A. Manajemen secara umum yaitu :
1. Pasang jalur infus intravena Dekstrosa 5% berdasarkan kebutuhan cairan perhari
16
Kemungkinan besar sepsis. Pada bayi ini ditemukkan adanya tanda-tanda sepsis
-
neonatorm.
Bila telah menunjukan perbaikan (frekuensi napas menurun, tarikan dinding dada
terapi dengan kemungkinan sepsis dan tangani gangguan napas sedang atau berat
Beri ASI bila bayi mampu mengisap
17
Kurangi pemberian 02 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan
pemberian 02 jika frekuensi napas antara 30-60 x/menit. Jika frekuensi napas menetap
30-60 x/menit dan tidak ada tanda-tanda sepsis pasien dapat dipulangkan. 1
Pada kasus ini bayi mendapatkan terapi gangguan napas berat, bayi mendapatkan 0 2 1-2
Lpm.
Penilaian asfiksia berdasarkan penilaian pada bayi yang terkait dengan penatalaksanaan
resusitasi, dibuat berdasarkan keadaan klinis. Penilaian awal harus dilakukan pada semua
bayi baru lahir. Penataklasanaan selanjutnya dilakukan menurut hasil penilaian tersebut.
Penilaian berkala setelah semua langkah resusitasi harus dilakukan setiap 30 detik.
Penatalaksanaan dilakukan terus menerus berkesinambungan menurut siklus menilai,
menentukan tindakan, melakukan tindakan kemudian menilai kembali.1
Resusitasi bayi baru lahir pada beberapa kondisi khusus :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tujuan resusitasi bayi baru lahir ialah untuk memperbaiki fungsi pernapasan dan jantung
bayi yang tidak bernapas. Diagram alur resusitasi bayi baru lahir :
18
19
Terapi medikamentosa :
1.
Epinefrin
Indikasi :
- Denyut jantung bayi <60 x/menit setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi
20
Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada
Jenis cairan :
-
Dosis: Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai
menunjukkan respon klinis.
3.
Bikarbonat :
Indikasi:
-
21
1.
-
Bayi tidak bernapas spontan dan tidak terdengar denyut jantung setelah dilakukan
resusitasi secara efektif selama 15 menit. 4
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Kosim M.S., Yunato A., Dewi R., Sarosa G.I., dan Usman A., 2008. Buku Ajar
Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
2. Rosiswatmo R., 2012. Sari Pediatri, Vol. 14. Pp: 79-82. Jakarta. Badan Penerbit IDAI
3. Behrman, Kliegman & Arvin., 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol I, ed 15. pp: 589598. Jakarta. EGC
4. Tim Poned UKK Perinatologi IDAI., 2005. Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
5. Rahajoe N.S., Supriatno B., 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. ed I. pp:
286-90. Jakarta. Badan Penerbit IDAI.
23
24