You are on page 1of 24

REFLEKSI KASUS

Januari, 2014

Asfiksia Berat pada Bayi Aterm (SMK)

Nama

: Nur Faridah

No. Stambuk

: N 111 14 045

Pembimbing

: dr. Suldiah, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2015

PENDAHULUAN
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak Indonesia)
adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah
lahir. Beberapa keadaan dapat ditemukan yaitu dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis.
Asfiksia neonatorum mengakibatkan 14 per 100.000 kematian di Amerika Serikat. Sedangkan
menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 di Indonesia asfiksia
mengakibatkan kematian neonatal sebanyak 27%. Tingginya kasus ini dapat disebabkan
karena faktor maternal dan intrauterine. Penanganan bayi dengan asfiksia adalah dengan
melakukan resusitasi neonatus.1
Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. Pada bayi yang mengalami
kekurangan oksigen akan terjadi pernapasan yang cepat dalam periode yang singkat. Apabila
asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga mulai menurun,
sedangkan tonus neuromuscular berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki
periode apnea yang dikenal sebagai apnea primer. Perlu diketahui bahwa kondisi pernafasan
megap-megap dan tonus otot yang turun juga dapat terjadi akibat obat-obat yang diberikan
kepada ibunya. Biasanya pemberian perangsangan dan oksigen selama periode apnea primer
dapat merangsang terjadinya pernafasan spontan. Apabila asfiksia berlanjut, bayi akan
menunjukkan pernafasan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan
darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan makin lama
makin lemah sampai bayi memasuki periode apnea yang disebut apnea sekunder.1
Gangguan napas merupakan keadaan meningkatnya kerja pernapasan yang ditandai dengan
takipnea (frekuensi napas >60 kali/ menit), retraksi, napas cuping hidung, merintih, sianosis,
apnea atau henti napas. Dalam 4 jam pertama sesudah lahir, empat gejala distress respirasi
(takipnea, retraksi, napas cuping hidung, merintih). Bila takipnea, retraksi, cuping hidung dan
merintih menetap pada beberapa jam setelah lahir, ini merupakan indikasi adanya gangguan
2

napas atau distress respirasi yang harus dilakukan tindakan segera. Manajemen spesifik
gangguan napas berdasarkan klasifikasi gangguan napas yang terjadi, yang terdiri atas
gangguan napas ringan, sedang dan berat. 2,3
Kebutuhan resusitasi dapat diantisipasi pada sejumlah besar BBL. Walaupun
demikian, kadang-kadang kebutuhan resusitasi tidak dapat diduga. Oleh karena itu tempat
dan peralatan untuk melakukan resusitasi harus memdai, dan petugas yang sudah dilatih dan
terampil harus tersedia setiap saat dan di semua tempat kelahiran bayi. Luaran dari BBL
setiap tahun akan menjadi lebih baik dengan penyebaran teknik melakukan resusitasi.1
Berikut ini dilaporkan kasus mengenai asfiksia berat pada bayi aterm (SMK).

LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS
Tanggal masuk : 23 Januari 2014 (23.00)
Nama

: Bayi I

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tanggal Lahir

: 23 Januari 2014 (22.45)

II. ANAMNESIS
Bayi baru lahir berumur 15 menit masuk kamar perawatan bayi Peristi pada tanggal 23
Januari 2014 karena adanya gawat napas pada bayi. Riwayat persalinan yaitu lahir secara
sectio caesarea di RSUD Undata Kota Palu dengan indikasi bayi besar. Bayi dengan berat
badan 3800, panjang badan 48 cm. Bayi tidak langsung menangis, sianosis sentral dan
ketuban bercampur mekonium. Skor apgar 3/5/7. Setelah dilakukan langkah awal resusitasi
bayi langsung menangis, bayi merintih, bayi mengalami retraksi dinding dada, sianosis hilang
dengan pemberian O2, caput suksaedenum, kelainan kongenital (-), anus (+), dan tali pusat
layu (+).
Riwayat maternal: Saat hamil usia ibu 38 tahun, Usia kehamilan 38 minggu. ANC rutin.
Riwayat kehamilan G5P4A0, selama hamil tidak ada demam, preeklamsia tidak ada, anemia
berat tidak ada, dan komsumsi obat penambah darah dari bidan.
Riwayat ibu setelah persalinan dirawat 2 hari di ICU karena kondisi lemah setelah
persalinan dan kadar Hb yang rendah sehingga harus ditranfusi darah.
III.

PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda vital
Denyut jantung

: 188 x/menit

Suhu

: 37,50C

Respirasi

: 52 x/menit

CRT

: < 2 detik

Berat Badan

: 3.800 gram

Panjang Badan

: 48 cm

Lingkar kepala

: 37 cm

Lingkar dada

: 32 cm

Lingkar perut

: 33 cm

Lingkar lengan

: 15 cm

Sistem neurologi :
Aktivitas
Kesadaran
Fontanela
Sutura
Refleks cahaya
Kejang
Tonus otot
Sistem pernapasan
Sianosis
Merintih
Apnea
Retraksi dinding dada
Pergerakan dinding dada
Cuping hidung
Bunyi pernapasan
Bunyi tambahan

: pasif
: kompos mentis
: datar
: belum menutup
: ada (+/+)
: tidak ada
: normal
: ada sianosis
: ada (terdengar dengan stetoskop)
: tidak ada
: tidak ada
: simetris
: tidak ada
: bronchovesicular
: wheezing -/-, rhonchi -/-.

Skor Downe
Frekuensi Napas
Merintih
Sianosis
Retraksi
Udara Masuk

:1
:1
:2
:0
:0

Total skor

: 4 (ada gawat napas)

WHO

: Gangguan napas berat

Sistem hematologi :
Pucat
Ikterus
Sistem kardiovaskuler
Bunyi Jantung

: tidak ada
: tidak ada
: SI dan SII murni reguler
5

Murmur
: tidak ada
Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen: tidak ada
Muntah
: tidak ada
Diare
: tidak ada
Residu lambung
: tidak ada
Organomegali
: tidak ada
Peristaltik
: positif, kesan normal
Umbilikus
Pus
: tidak ada
Kemerahan
: tidak ada
Edema
: tidak ada
Sistem Genitalia.
Keluaran
: tidak ada
Anus imperforata
: tidak ada
Skor Ballard
Maturitas fisik

Maturitas neuromuskuler

Sikap tubuh

:2

kulit

:1

Persegi jendela

:2

lanugo

:3

Recoil lengan

:2

payudara

:3

Sudut poplitea

:4

Mata/telinga

:2

Tanda selempang : 3

genital

:3

Tumit ke kuping

:3

permukaan plantar

:3

Skor

: 31

Minggu

: 36-38 minggu

Interpertasi

: Bayi Aterm

Menurut kurva Lubchenco diatas, didapatkan bahwa bayi tergolong sesuai untuk masa
kehamilan (SMK).
IV.

RESUME
Bayi baru lahir berumur 15 menit masuk kamar perawatan bayi Peristi pada tanggal 23

Januari 2014 karena adanya gawat napas pada bayi. Riwayat persalinan yaitu lahir secara
sectio caesarea di RSUD Undata Kota Palu dengan indikasi bayi besar. Bayi dengan berat
badan 3800, panjang badan 48 cm. Bayi tidak langsung menangis, Apgar Score 3/5/7,
sianosis dan ketuban bercampur mekonium. Setelah dilakukan langkah awal resusitasi bayi
menangis, bayi merintih (+),bayi mengalami retraksi dinding dada (+), sianosis hilang dengan
pemberian O2, dan caput suksaedenum.
Riwayat maternal: Saat hamil usia ibu 38 tahun, Usia kehamilan 38 minggu. ANC.
Riwayat

kehamilan G5P4A0 dan komsumsi obat penambah darah dari bidan. Estimasi

kehamilan 36-38 minggu sesuai masa kehamilan (SMK).

Berdasarkan pemeriksaan fisik didapattkan denyut jantung 188 x/menit, suhu 37,50C,
respirasi 52 x/menit, berat badan lahir 3.800 gram, panjang badan lahir 48, skor down 4 (ada
gawat napas), aktivitas kurang aktif.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan gula darah sewaktu 30 menit sesudah lahir : 96.6 mg/dl
VI. DIAGNOSIS :
Bayi Aterm (SMK) + asfiksia berat
VII. TERAPI
Langkah awal resusitasi
- Hangatkan bayi
- Atur posisi bayi
- Isap lendir
- Keringkan dan Memberikan rangsangan taktil
- Atur posisi kembali dan lakukan penilaian kembali (tanda- tanda vital)
Denyut Jantung: 188 kali/menit
Kulit
: sianosis (+)
Pernapasan
: megap-megap
- Melakukan ventilasi tekanan positif dan penilaian kembali (bayi bernapas spontan
namun sianosis masih ada)
Denyut jantung : 124 kali/menit
Kulit
: sianosis hilang dengan pemberian O2
Pernapasan
: menangis kuat
Memberikan O2 1-2 Liter per menit dan sianosis pada daerah wajah dan badan

VIII.
-

menghilang
Injeksi Vitamin K 1 mg / IV
Gentamicin tetes mata 1 tetes.
IVFD dextrose 5% 8 tetes per menit
ANJURAN PEMERIKSAAN
Darah rutin
Analisis gas darah

FOLLOW UP
24 Januari 2014
S: O: - Tanda Tanda Vital:

Denyut Jantung
: 150 x/menit
Suhu : 36,6C
Pernapasan
: 58 x/menit
CRT : < 2 detik
Berat badan
: 3.800 gram
Penurunan berat badan : 0%
Keadaan Umum: Sakit Sedang
Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (+),

pergerakan dinding dada simetris (+),


Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
9

Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela datar,
ubun-ubun membonjol, kejang (-)

A:

Bayi Aterm (SMK) + post asfiksia berat

P: - IVFD dextrose 5% 8 tetes per menit


-

Injeksi Ceftriaxone 2 x 200 mg/ IV


Injeksi gentamicin 2 x 8 mg
ASI/PASI 20-25 cc/3 jam

25 Januari 2014
S: Lemah
O: - Tanda Tanda Vital:

Denyut Jantung
: 148 x/menit
Suhu : 36,5C
Pernapasan
: 60 x/menit
CRT : < 2 detik
Berat badan
: 3.800 gram
Penurunan berat badan : 0%
Keadaan Umum: Sakit Sedang
Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-),

pergerakan dinding dada simetris (+),


Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela datar,
ubun-ubun membonjol, kejang (-)

A:

Bayi Aterm (SMK) + post asfiksia berat

P: - IVFD dextrose 5% 8 tetes per menit


-

Injeksi Ceftriaxone 2 x 200 mg/ IV


ASI/PASI 20-25 cc/3 jam

26 Januari 2015
10

S: O: - Tanda Tanda Vital:

Denyut Jantung
: 122 x/menit
Suhu : 36,5C
Pernapasan
: 45 x/menit
CRT : < 2 detik
Berat badan
: 3.800 gram
Penurunan berat badan : 0%
Keadaan Umum: Sakit Sedang
Sistem Pernapasan : Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-),

pergerakan dinding dada simetris (+),


Skor DOWN : 0 (tidak ada gawat nafas) . WHO: tidak ada gangguan napas
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung murni, reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-), organomegali (-).
Sistem Saraf : aktifitas aktif, tingkat kesadaran compos mentis, fontanela datar,
ubun-ubun membonjol, kejang (-)

A:

Bayi Aterm (SMK) + post asfiksia berat

P: - IVFD dextrose 5% 8 tetes per menit


-

Injeksi Ceftriaxone 2 x 200 mg/ iv


Injeksi gentamicin 1 x 16 mg/im
ASI/PASI 60 cc/3 jam

DISKUSI
Asfiksia pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian
bayi baru lahir setiap tahun. Di Indonesia, angka kejadian asfiksia di rumah sakit propinsi
Jawa Barat ialah 25,2%, dan angka kematian karena asfiksia di rumah sakit pusat rujukan
propinsi di Indonesia sebesar 41,49%. Data mengungkapkan bahwa kira-kira 10% bayi baru
lahir membutuhkan bantuan untuk mulai bernapas, dari bantuan ringan (langkah awal dan
stimulasi untuk bernapas) sampai resusitasi lanjut yang ekstensif. Dari jumlah tersebut hanya
kira-kira 1% saja yang mebutuhkan resusitasi yang ekstensif. Penulis lain menyebutkan kirakira 5% bayi pada saat lahir membutuhkan tindakan resusitasi yang ringan seperti stimulasi

11

untuk bernapas. Antara 1-10% bayi baru lahir di rumah sakit membutuhkan bantuan ventilasi
dan sedikit saja yang membutuhkan intubasi dan kompresi dada.1
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan
melahirkan atau periode segera setelah lahir. Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) adalah
kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
Diagnosis asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pada anamnesis biasanya didapatkan gangguan atau kesulitan waktu lahir, lahir tidak
bernafas/menangis, dan air ketuban bercampur mekonium. Sedangkan hasil pemeriksaan fisik
didapatkan bayi tidak bernapas atau megap-megap, denyut jantung < 100x/menit, kulit
sianosis atau pucat, tonus otot menurun, dan untuk diagnosis asfiksia tidak perlu menunggu
skor apgar.4
Diagnosis klinis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis didapatkan bayi lahir cukup bulan
dengan skor apgar 3/5/7 dan air ketuban bercampur mekonium. Saat lahir bayi tidak langsung
menangis, tonus otot sedikit fleksi, warna kulit kebiruan, pernafasan 52x atau <60 x/menit,
denyut jantung > 100 kali/ menit, serta merintih.
Parameter bayi asfiksia adalah seperti yang dikemukakan oleh Virginia Apgar dengan
skor Apgar, dengan penggolongan sebagai berikut:1,4
-

Nilai Apgar 7 10 = Baik


Nilai Apgar 4 6 = Asfiksia ringan sedang
Nilai Apgar 0 3 = Asfiksia berat
0
tubuh Tubuh

1
kemerahan Seluruh

Warna kulit

Seluruh

tubuh

Denyut jantung

biru/pucat
Tidak ada

ekstremitas biru
<100 x/menit

Refleks
Tonus otot

Tidak bereaksi
Lumpuh

terlihat bugar
Gerakan sedikit
Reaksi melawan
Ekstremitas
fleksi Gerakan aktif

kemerahan
>100 x/menit bayi

sedikit
12

Pernapasan

Tidak ada

lambat

Menangis kuat

Berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan skor APGAR disimpulkan bahwa bayi


mengalami asfiksia berat dengan jumlah skor pada menit 1 adalah 3 sedangkan pada menit ke
5 menunjukan hasil asfiksia sedang dan menit ke 7 tidak ada asfiksia.

Warna kulit
Denyut jantung
Respon reflek
Tonus otot
Pernafasan
Total

1 menit
0
1
0
1
1
3

5 menit
1
1
1
1
1
5

10 menit
1
2
1
1
2
7

Pada bayi yang mengalami asfiksia sangat rentan mengalami gangguan napas.
Gangguan napas adalah adalah suatu keadaan meningkatnya kerja pernapasan. Pada kasus
ini bayi mengalami gangguan napas berat dengan frekuensi napas >90x/menit dengan
sianosis sentral dan merintih saat ekspirasi. Berikut tabel klasifikasi gangguan napas WHO,
yaitu:
Frekuensi napas

Gejala tambahan gangguan


napas

> 60 kali/menit

Dengan

Sianosis sentral dan tarikan


dinding dada atau merintih
saat ekspirasi.

Atau > 90 kali/


menit

Dengan

Sianosis sentral atau tarikan


dinding dada atau merintih
saat ekspirasi.

Atau < 30 kali/


menit

Dengan
Atau
tanpa

Gejala lain dari gangguan


napas.

60-90 kali/menit

Dengan

Tarikan dinding dada atau


merintih saat ekspirasi

Klasifikasi

Gangguan
napas berat

13

Tetapi
Tanpa

Sianosis sentral

Atau > 90 kali/


menit

Tanpa

Tarikan dinding dada atau


merintih saat ekspirasi atau
sianosis sentral.

60-90 kali/menit

Tanpa

Tarikan dinding dada atau


merintih saat ekspirasi atau
sianosis sentral.

Gangguan
napas ringan

60-90 kali/menit

Dengan

Sianosis sentral

Tetapi
Tanpa

Tarikan dinding dada atau


merintih.

Kelainan
jantung
kongenital

Gangguan
napas sedang

Tabel 2. klasifikasi gangguan napas WHO


Banyak keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia pada janin diantaranya sebagai
berikut :4

Faktor risiko

Faktor risiko

antepartum
Primipara
Penyakit pada ibu
Demam
saat

kehamilan
Hipertensi dalam

kehamilan
Anemia
Diabetes

gestasional
Penyakit hati dan

ginjal
Penyakit kolagen
dan

Faktor risiko janin

intrapartum
Malpresentasi
Partus lama
Persalinan
yang

sulit dan traumati


Ketuban

bercampur
-

Prematuritas
Pertumbuhan
janin
yang
terhambat
Kelainan
kongenital

meconium
Ketuban pecah dini
Induksi oksitosin
Prolapse tali pusat

pembuluh

darah
Tabel 1. Faktor risiko asfiksia neonatorum
Berdasarkan tabel faktor risiko diatas, asfiksia yang terjadi pada kasus ini disebabkan
oleh faktor intrapartum dimana ketuban bercampur mekonium.
14

Pada bayi yang mengalami asfiksia sangat rentan mengalami gangguan napas. Gangguan
napas adalah adalah suatu keadaan meningkatnya kerja pernapasan yang ditandai dengan :
1.
2.
3.
4.
5.

Takipneu : frekuensi napas > 60-80 kali/menit


Retraksi intercostal atau substernal
Napas cuping hidung selama inspirasi
Merintih saat inspirasi
Sianosis : sianosis sentral yaitu warna kebiruan pada bibir. Dapat mencerminkan
abnormalitas jantung, hematologi, atau pernapasan

yang harus dilakukan tindakan

segera
6. Apneu atau henti napas
7. Bila takipneu, retraksi, cuping hidung dan merintih menetap beberapa pada beberapa jam
setelah lahir harus dilakukan tindakan segera.
Gangguan napas memiliki faktor predisposisi diantaranya sebagai berikut :
1. Bayi kurang bulan : Paru bayi secara biokimiawi masih imatur dengan kekurangan
surfaktan yang melapisi rongga alveoli
2. Depresi neonatal ( kegawatan neonatal )
3. Bayi dari ibu DM : terjadi distres respirasi akibat kelambatan pematangan paru
4. Bayi lahir dengan operasi sesar : bayi yang lahir dengan operasi sesar, dapat
mengakibatkan terlambatnya absorpsi cairan paru (TTN)
5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini atau air ketuban
yang berbau dapat mengakibatkan pneumonia bakterialis atau sepsis
6. Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium yang kemungkinan terjadi akibat
aspirasi mekonium.
Faktor penyebab terjadinya gangguan nafas :
1. Kelainan paru: Pnemonia
2. Kelainan jantung : Penyakit Jantung Bawaan, Disfungsi miokardium
3. Kelainan Susunan Syaraf Pusat akibat : Asfiksia, Perdarahan otak
4. Kelainan metabolik : Hipoglikemia, Asidosis metabolik
5. Kelainan Bedah : Pneumotoraks, Fistel Trakheoesofageal, Hernia diafragmatika

15

6. Kelainan lain : Sindrom Aspirasi Mekonium, Transient tachypnea


of the Newborn dan Penyakit Membran Hialin(3).
Penyebab gangguan nafas menurut masa gestasi :
1. Pada Bayi Kurang Bulan :
a. Penyakit Membran Hialin
b. Pneumonia
c. Asfiksia
d. Kelainan atau Malformasi Kongenital
2. Pada Bayi Cukup Bulan :
a. Sindrom Aspirasi Mekonium
b. Pneumonia
c. Transient Tachypnea of the Newborn
d. Asidosis metabolik
e. Kelainan atau Malformasi Kongenital
Setelah lahir, beberapa saat sesudah lahir

paru harus segera terisi oksigen dan

pembuluh darah paru harus berelaksasi untuk memberikan perfusi pada alveoli dan menyerap
oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Biasanya Bayi baru lahir menghirup udara ke
dalam paru nya mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan interstitial di paru
sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteri pulmonal dan menyebabkan arteriol
berrelaksasi. Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap konstriksi dan
pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen sehingga tidak dapat memberikan
perfusi ke organ organ tubuh yang penting seperti otak, jantung , ginjal dan lain lain.
Penanganan bayi dengan gawat napas dibagi menjadi 2 yaitu management umum dan
management spesifik, yaitu diantaranya ;
A. Manajemen secara umum yaitu :
1. Pasang jalur infus intravena Dekstrosa 5% berdasarkan kebutuhan cairan perhari
16

2. Pantau selalu tanda vital


3. Jaga patensi jalan napas dan memberikan oksigen 2-3 liter/menit
4. Jika bayi mengalami apnea:
a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
b. Lakukan penilaian lanjut
5. Bila terjadi kejang potong kejang
6. Segera periksa kadar glukosa darah4
B. Management spesifik
Management gangguan napas berat :
-

Dengan pemberian 02 dengan kecepatan aliran sedang


Bila bayi menunjukan tanda perburukan atau terdapat sianosis sentral, naikkan
pemberian 02 pada kecepatan aliran tinggi. Jika gangguan napas bayi semakin berat

dan sianosis sentral menetap walaupun diberikan 02 100% , segera rujuk


Jika gangguan napas masih menetap setelah 2 jam, pasang pipa lambung untuk

mengosongkan cairan lambung dan udara.


Jika bayi sudah menunjukkan tanda perbaikan (frekuensi napas menurun, tarikan

dinding dada berkurang dan warna kulit membaik).1


Management gangguan napas sedang :
- Lanjutkan pemberian 02 dengan kecepatan aliran sedang
- Bayi dipuasakan
- Bila suhu aksila 34-36,50 C atau 37,5-390 C tangani untuk suhu abnormal
- Bila suhu normal terus amati, pada kasus ini suhu bayi normal
- Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam. Apabila
bayi tidak menunjukkan perbaikan

atau tanda-tanda perburukan setalah 2 jam.

Kemungkinan besar sepsis. Pada bayi ini ditemukkan adanya tanda-tanda sepsis
-

neonatorm.
Bila telah menunjukan perbaikan (frekuensi napas menurun, tarikan dinding dada

berkurang atau suara merintih berkurang


- Kurangi terapi 02 secara bertahap. 1
Management gangguan napas ringan
- Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya
- Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk atau timbul gejala sespsis lainnya
-

terapi dengan kemungkinan sepsis dan tangani gangguan napas sedang atau berat
Beri ASI bila bayi mampu mengisap

17

Kurangi pemberian 02 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan
pemberian 02 jika frekuensi napas antara 30-60 x/menit. Jika frekuensi napas menetap
30-60 x/menit dan tidak ada tanda-tanda sepsis pasien dapat dipulangkan. 1

Pada kasus ini bayi mendapatkan terapi gangguan napas berat, bayi mendapatkan 0 2 1-2
Lpm.
Penilaian asfiksia berdasarkan penilaian pada bayi yang terkait dengan penatalaksanaan
resusitasi, dibuat berdasarkan keadaan klinis. Penilaian awal harus dilakukan pada semua
bayi baru lahir. Penataklasanaan selanjutnya dilakukan menurut hasil penilaian tersebut.
Penilaian berkala setelah semua langkah resusitasi harus dilakukan setiap 30 detik.
Penatalaksanaan dilakukan terus menerus berkesinambungan menurut siklus menilai,
menentukan tindakan, melakukan tindakan kemudian menilai kembali.1
Resusitasi bayi baru lahir pada beberapa kondisi khusus :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Resusitasi pada bayi kurang bulan


Obstruksi jalan napas
Hernia diagfragma kongenital
Pneumotoraks
Efusi pleura
Pnemonia/sepsis
Penyakit jantung bawaan
Kelahiran kembar

Tujuan resusitasi bayi baru lahir ialah untuk memperbaiki fungsi pernapasan dan jantung
bayi yang tidak bernapas. Diagram alur resusitasi bayi baru lahir :

18

19

Terapi medikamentosa :
1.

Epinefrin
Indikasi :
- Denyut jantung bayi <60 x/menit setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi

adekuat dan kompresi dada belum ada respons


- Asistolik
Dosis : 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1:10.000 (0.01 mg 0.03 mg/kg BB)
Cara : IV atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.4
2.
Cairan pengganti volume darah
Indikasi:

20

Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada

respon dengan resusitasi.


Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai
adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah dan pada resusitasi tidak
memberikan respon yang adekuat.4

Jenis cairan :
-

Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0.9%, Ringer Laktat)


Transfusi darah gol.O negatif jika diduga kehilangan darah banyak dan bila
fasilitas tersedia. 4

Dosis: Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai
menunjukkan respon klinis.
3.

Bikarbonat :
Indikasi:
-

Asidosis metabolik secara klinis ( napas cepat dan dalam, sianosis)


Prasyarat: Bayi telah dilakukan ventilasi dengan efektip

Dosis: 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/KgBB (4.2%) atau 1 ml /kgbb (7.4%)


Cara: Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara
intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping: Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat
merusak fungsi miokardium dan otak. 4

TINDAKAN SETELAH RESUSITASI


Setelah melakukan resusitasi , maka harus dilakukan tindakan :
-

Pemantauan Pasca Resusitasi


Dekontaminasi, mencuci dan mensterilkan alat
Membuat Catatan Tindakan Resusitasi
Konseling pada Keluarga. 4

21

1.
-

Pemantauan pasca resusitasi


Sering sekali kejadian bahwa setelah dilakukan resusitasi dan berhasil, bayi
dianggap sudah baik dan tidak perlu dipantau (dimonitor), pada hal bayi masih
mempunyai potensi atau risiko terjadinya hal yang fatal, mis. karena kedinginan,
hipoglikemia dan kejang. Untuk itu, pasca resusitasi harus tetap dilakukan
pengawasan sebagai berikut: 4

Bayi harus dipantau secara khusus:


-

Bukan dirawat secara Rawat gabung


Pantau tanda vital: napas, jantung, kesadaran dan produksi urin
Jaga bayi agar senantiasa hangat (Lihat cara menghangatkan )
Bila tersedia fasilitas, periksa kadar gula darah
Perhatian khusus diberikan pada waktu malam hari
Berikan imunisasi Hepatitis B pada saat bayi masih dirawat dan Polio pada saat
pulang. 4

Kapan menghentikan resusitasi ?


Resusitasi dinilai tidak berhasil jika:
-

Bayi tidak bernapas spontan dan tidak terdengar denyut jantung setelah dilakukan
resusitasi secara efektif selama 15 menit. 4

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Kosim M.S., Yunato A., Dewi R., Sarosa G.I., dan Usman A., 2008. Buku Ajar
Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
2. Rosiswatmo R., 2012. Sari Pediatri, Vol. 14. Pp: 79-82. Jakarta. Badan Penerbit IDAI
3. Behrman, Kliegman & Arvin., 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol I, ed 15. pp: 589598. Jakarta. EGC
4. Tim Poned UKK Perinatologi IDAI., 2005. Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
5. Rahajoe N.S., Supriatno B., 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. ed I. pp:
286-90. Jakarta. Badan Penerbit IDAI.

23

24

You might also like