You are on page 1of 37

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penduduk Indonesia pada tahun 2004 telah melampaui 220 juta. Jumlah
anak dibawah 19 tahun merupakan golongan penduduk yang sangat besar,
yaitu kurang lebih sebesar 77 jutan(37,05%) dan jumlah anak balita sebanyak
22 juta (10,4%) dari penduduk 220 juta saat ini (Data Depkes 2003-2004).
Salah satu indikator tingkat kesehatan suatu negara adalah angka kematian
bayi (AKB). Angka kematian bayi (AKB) dalam dua dasawarsa terakhir ini
menunjukan penurunan yang bermakna, yaitu apabila pada tahun 1971 masih
sebesar 142 per 1000 kelahiran hidup, menjadi 112 per 1000 kelahiran hidup
pada tahun 1980. Pada tahun 1985 ke tahun 1990, angka kematian bayi turun
dari 71 menjadi 54 per 1000 kelahiran hidup. Dan pada tahun 2002 angka
kematian bayi sebanyak 46 per 1000 kelahiran hidup1.
Keberhasilan tersebut adalah hasil teknologi tepat guna yang telah
dilaksanakan di seluruh Indonesia sejak tahun 1977 dengan menggunakan
Kartu Menuju Sehat (KMS) dalam memantau tumbuh kembang anak,
pemakaian cairan elektrolit pada anak yang menderita diare, meningkatkan
pemberian ASI secara eksklusif pada bayi, dan imunisasi sesuai Program
Pengembangan Imunisasi (PPI), yaitu BCG, DPT, polio, campak, dan
Hepatitis B. Pada tahun 1990, Indonesia telah mencapai lebih dari 90%
cakupan vaksinasi dasar tersebut yang dikenal sebagai Universal Child
Immunization (UCI)1,2.

Pemerintah membuat 4 kriteria ukur UCI yang harus dipenuhi oleh semua
kelurahan. Kriteria ukur 1 adalah pencapaian imunisasi campak minimal 80%.
Kriteria ukur 2 adalah pencapaian imunisasi DPT/Hepatitis B 3, dan campak
minimal 80%. Kriteria ukur 3 adalah pencapaian imunisasi DPT/ Hepatitis B3,
Polio 4, dan Campak minimal 80%. Sedangkan kriteria ukur 4 adalah
pencapaian imunisasi BCG minimal 90% dan DPT/Hepatitis B 3, Polio 4, dan
Campak minimal 80%1,3.
Di Kecamatan Padang Timur yang merupakan wilayah kerja Puskesmas
Andalas, dari 10 Kelurahan, hanya 3 Kelurahan yang mencapai UCI 4 yaitu
Kelurahan Sawahan, Sawahan Timur, dan Simpang Haru. Sedangkan untuk
UCI 3, terdapat 8 kelurahan yang telah mencapainya, UCI 2 telah dicapai oleh
9 kelurahan dan UCI 1 telah dicapai oleh semua kelurahan di kecamatan
Padang Timur. Pencapaian imunisasi berdasarkan kriteria ukur UCI 4
diseluruh kelurahan sangatlah penting, dimana imunisasi dapat mencegah
penyakit-penyakit infeksi tertentu. Agar target tersebut tercapai, diperlukan
kerjasama yang baik antara pihak Puskesmas, kader, dan pemerintah
(kecamatan & kelurahan)4,5.
Berdasarkan uraian diatas, penulis mengangkat tema tidak tercapainya
program Universal Child Immunization (UCI) di Puskesmas Andalas untuk
mencari faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan ini serta mencari
alternatif pemecahan terhadap masalah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa faktor penyebab belum tercapainya kriteria ukur 4 UCI di Kecamatan
Padang Timur?
2. Langkah-langkah apa yang harus diambil untuk mencapai kriteria ukur 4
UCI di Kecamatan Padang Timur?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menemukan penyebab utama belum tercapainya kriteria ukur 4 UCI di
Kecamatan Padang Timur
2. Mencarikan alternatif solusi untuk pemecahan masalah belum tercapainya
kriteria ukur 4 UCI di Kecamatan Padang Timur
1.4 Manfaat Penulisan
1. Diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat dan petugas
Puskesmas sebagai upaya peningkatan efektifitas program imunisasi
sehingga tercapainya kriteria ukur 4 UCI di wilayah kerja Puskesmas
Andalas.
2. Sebagai bahan pembelajaran dan menambahan pengetahuan penulis dalam
menganalisa dan memberikan solusi pada permasalahan yang ditemui di
Puskesmas.

BAB 2
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

2.1 Sejarah Puskesmas


Puskesmas Andalas didirikan pada tahun 1975, untuk pertama kali
dipimpin oleh dr. Tamrin dengan 6 orang pegawai yang terdiri dari, 1 orang
bidan, 1 orang perawat, 1 orang tenaga sanitasi, 1 orang pembantu bidan, 1
orang pembantu perawat dan 1 orang tenaga Tata Usaha dengan 11 program
pokok.
Wilayah kerja Puskesmas Andalas Setelah pemekaran kota Padang
menjadi 11 kecamatan, Alai masuk ke Padang Utara dan 3 buah Pustu di
bawah Puskesmas Alai menjadi milik Puskesmas Andalas, sehingga pegawai
Puskesmas Andalas juga bertambah menjadi 15 orang.
2.2 Kondisi Geografis
Puskesmas Andalas terletak di kelurahan Andalas dengan wilayah
kerja meliputi 10 kelurahan dengan luas 8.15 Km2 dengan batas-batas
sebagai berikut:
Sebelah Utara

: Kecamatan Padang Utara,Kuranji

Sebelah Selatan

: Kecamatan Padang Selatan

Sebelah Barat

: Kecamatan Padang Barat

Sebelah Timur

: Kecamatan Lubuk Begalung, Pauh

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Andalas6

2.3 Kondisi Demografis


Data kependudukan Kecamatan Padang Timur sebagai wilayah kerja
Puskesmas Andalas adalah :
Penduduk

: 87.174

Jumlah KK

: 21.404

Ibu Hamil

: 2039

Bayi

: 1854

Balita

: 7190

Bufas/Bulin

: 1947

Lansia

: 6140

PUS

: 12455

Tabel 2.1. Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan


NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

KELURAHAN
Kelurahan Sawahan
Kelurahan Jati Baru
Kelurahan Jati
Kelurahan Sawahan Timur
Kelurahan Simpang Haru
Kelurahan Andalas
Kelurahan Kubu Marapalam
Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah
Kelurahan Parak Gadang Timur
Kelurahan Ganting Parak Gadang
Jumlah

Laki-laki
3.233
3.337
5.822
2.851
2.541
5.089
3.471
5.930
4.415
5.856
42.545

Perempuan
3.645
4.035
5.844
2.996
2.804
5.336
3.467
5.924
4.528
6.050
44.629

JUMLAH
6.878
7.372
11.666
5.847
5.345
10.425
6.938
11.854
8.943
11.906
87.174

2.4 Sarana dan Prasarana


2.4.1. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Wilayah Kerja Puskesmas Andalas sangat luas, oleh karena itu untuk
melayani masyarakat, Puskesmas Andalas memiliki 1 buah Puskesmas
induk, dan 8 buah Puskesmas pembantu dan 1 buah Poskeskel yang
tersebar di wilayah kerja Puskesmas Andalas, yaitu :
1

Puskesmas Pembantu Andalas Barat

Puskesmas Pembantu Parak Karakah

Puskesmas Pembantu Tarandam

Puskesmas Pembantu Ganting Selatan

Puskesmas Pembantu Jati Gaung

Puskesmas Pembantu Sarang Gagak

Puskesmas Pembantu Kubu Dalam

Puskesmas Pembantu Kampung Durian

Poskeskel Kubu Marapalam

Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat, Puskesmas


Andalas mempunyai :

1 buah kendaraan roda empat ( Puskel )

5 buah kendaraan roda dua


Sarana kesehatan lain yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Andalas yaitu :

Rumah Sakit Pemerintah

: 3

Rumah Sakit Swasta

: 6

Klinik Swasta

: 6

Dokter Praktek Umum

: 51 Orang

Dokter Praktek Spesialis

: 15 Orang

Bidan Praktek Swasta

: 30 Orang

Dukun Terlatih

: 2 Orang

Kader aktif

: 352 Orang

Pos KB

: 12 Pos

Posyandu Balita

: 88

Posyandu Lansia

: 8

2.4.2. Sarana dan Prasarana Umum


Taman Kanak-kanak

: 34

SD Negeri

: 35

SD Swasta

: 14

SMP

: 11

SMU/SMK

: 15

Perguruan Tinggi

: 4

Tempat Ibadah

: 112

Salon/Pangkas Rambut

: 34

Pasar

2.5 Ketenagaan dan Struktur Organisasi


Puskesmas Andalas mempunyai tenaga kesehatan yang bertugas di dalam
gedung induk dan Puskesmas Pembantu. dengan rincian : 53 orang PNS, 8
orang tenaga PTT, 3 orang tenaga honor, dan

6 orang petugas sedang

mengikuti pendidikan lanjutan.


Tabel 2 2. Komposisi Ketenagaan yang ada di Puskesmas Andalas
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

JENIS KETENAGAAN
Dokter Umum
Dokter Gigi
SKM
Akademi Perawat
Akademi Bidan
Akademi Perawat Gigi
Pengatur Gizi / AKZI
Perawat
Bidan
Perawat Gigi
Sanitarian
Asisten Apoteker
Analis
SMU
Jumlah

PNS
4
3
4
4
3
1
1
6
8
1
1
3
2
6
47

PTT
4
3
7

2.6 Keterangan Sosial, Budaya, dan Ekonomi Penduduk

HONOR
2
2

JML
4
3
4
4
7
1
1
6
9
1
1
3
2
8
57

Sebagian besar penduduk wilayah kerja puskesmas Andalas beragama


Islam yaitu sekitar 96%, beragama Kristen 2%, Hindu 1% dan Budha 1 %.
Sedangkan keadaan ekonomi sebagian besar menengah ke bawah.

BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Imunisasi


Imunisasi

adalah

pemberian

Vaksin

kepada

seseorang

untuk

melindunginya dari penyakit tertentu yakni penyakit-penyakit yang dapat


dicegah dengan imunisasi (PD3I)3 .
3.2 Sejarah penyelenggaraan program imunisasi
Program imunisasi adalah upaya kesehatan masyarakat yang terbukti
paling efektif dan telah diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956 .
Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan
Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun 1974 .
Mulai tahun 1977 , upaya imunisasi diperluas menjadi Program
Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu , tuberculosis ,
difteri , pertusis, campak ,polio ,tetanus serta hepatitis B . Dengan program
imunisasi ini Indonesia sudah dapat menekan penyakit polio sejak tahun 1995
.Hal ini sejalan dengan upaya global untuk membasmi polio di dunia dengan
Program Eradikasi Polio (ERAPO) . Penyakit lain juga sudah dapat ditekan
sehingga perlu ditingkatkan programnya.
Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus
dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan menjaga tingkat cakupan
imunisasi yang tinggi dan merata dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) PD3I. Untuk itu, upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya
surveilans epidermiologi agar peningkatan kasus penyakit atau KLB dapat

10

terdeteksi dan segera diatasi . Dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 kewenangan


surveilans epidermiologi, termasuk penanggulangan KLB merupakan
kewenangan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah .
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi
ke dalam penyelenggraan pelayanan yang bermutu dan efisien . Upaya
tersebut didukung dengan kemajuan yang pesat dalam bidang penemuan
vaksin baru (Rotavirus , Japanese Encephalitis dan lain-lain ). Perkembangan
teknologi lain adalah menggabungkan beberapa jenis vaksin sebagai vaksin
kombnasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi , mengurangi
jumlah suntikan dan kontak dengan petugas imunisasi . Jelaslah bahwa upaya
imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai

tingkat population

immunity (kekebalan tubuh masyarakat) yang tinggi sehingga PD3I dapat


dibasmi , dieliminasi atau dikendalikan . Dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi , upaya imunisasi dapat semakin efektif , bermutu dan
efisien1,37,8.
3.3 Landasan Hukum Imunisasi
1. Undang-Undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. Undang-Undang no.4 tahun 1984 tentang wadah penyakit menular
3. Undang-Undang no.1 tahun 1962 tentang karantina laut
4. Undang-Undang no.2 tahun 1962 tentang karantina udara
5. Kep. Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Imunisasi
6. Kep. Menkes No. 1626/Menkes/SK/XII/2005 tentang Pedoman
Pemantauan dan Penangulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi3,5

11

3.4 Tujuan Imunisasi


a. Tujuan Umum
o Menurunkan angka kesakitan , kecacatan dan kematian akibat
penyakit yang dapat dicagah dengan imunisasi .
b. Tujuan Khusus
o Tercapai target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan
imunisasi

lengkap

minimal

80%

secara

merata

dan

100%

desa/kelurahan 2010
o Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Noenatal (insiden di
bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalm satu tahun ) pada tahun 2008
o Eradikasi Polio pada tahun 2008
o Tercapainya Reduksi Campak (RECAM) pada tahun 2006
o Peningkatan mutu pelayanan imunisasi
o Menetapkan standar pemberian suntikan yang aman
o Keamanan pengelolaan limbah tajam8

3.5 Program Imunisasi


3.5.1 Program Imunisasi Dasar
(a) Sasaran berdasarkan usia yang di imunisasi
1)

Imunisasi Rutin

Bayi (di bawah 1 tahun)

Wanita usia subur (WUS) ialah wanita berusia 15-39 tahun


termasuk ibu hamil dan calon pengatin

Anak usia sekolah tingkat dasar

12

2)

Imunisasi Tambahan
Bayi dan anak

(b) Sasaran berdasarkan tingkat kekebalan


1)

2)

Imunisasi Dasar
Bayi & balita
Imunisasi Lanjutan

Anak usia sekolah tingkat dasar

Wanita usia subur

(c)

Sasaran berdasarkan wilayah/lokasi


Seluruh desa / kelurahan

3.5.2

Program imunisasi Meningitis Meningokokus


Seluruh calon / jemaah Haji , petugas , tim kesehatan yang bersangkutan
ibadah haji

3.5.3

Program imunisasi Demam Kuning


Semua orang melakukan perjalanan berasal dari negara ke negara atau ke
negara yang dinyatakan endemis demam kuning , kecuali bayi di bawah 9
bulan dan ibu trimester pertama .

3.5.4

Program imunisasi Rabies


Sasaran vaksinasi ditujukan pada 100% kasus gigitan yang berindikasi
Rabies , terutama pada lokasi tertular ( selama 2 tahun terakhir pernah ada
kasus klinis , epidemiologis dan laboratori dan s)desa-desa sekitar dalam
radius 10km )1,2,5.

13

3.6 Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)


Penyakit-penyakit yang meliputi antara lain penyakit Tuberkulosis , difteri ,
Pertusis , Campak , Polio , Hepatiis B , Hepatitis A , Meningitis meningokokus,
Influenzae, Haemophilus influenzae tipe, Kolera, Rabies, Japanese Encephalitis ,
Tifus Abdominalis , Pneumonia Pneumokokus ,Yellow Fever , Shigellosis ,
Rubella , Varicella , Parotitis Epidemica , Rotavirus .
Tanpa imunisasi kira kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal
karena penyakit campak. 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena
penyakit batuk rejan. 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit
tetanus. Dan dari setip 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio. Imunisasi
akan dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak
terhadap penyakit penyakit tertentu10.
Penyakit yang Dapat di Cegah dengan Imunisasi (PD3I) seperti TBC,
Dipteri, Pertusis, Campak, Tetanus, Polio, Hepatitis B, merupakan salah satu
penyebab kematian anak di negara negara berkembang termasuk indonesia.
Diperkirakan 1,7 juta kematian anak,5% pada balita di Indonesia adalah PD3I11.
Kegagalan untuk menjaga tingkat cakupan imunisasi yang tinggi dan
merata dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I. Program nasional
imunisasi anak ini menargetkan peningkatan cakupan imunisasi di Indonesia
menjadi 80,5% yang diukur melalui peningkatan imunisasi DPT dan Campak
pada bayi dan anak 11.

14

3.7 Vaksin
3.7.1 Pengertian Vaksin
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman , komponen
kuman (bakteri, virus atau riketsia) atau racun kuman (toxoid) yang telah
dilemahkan atau dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan spesifik secara
aktif terhadap penyakit tertentu1,8.

3.7.2 Jenis-Jenis Vaksin dalam program imunisasi


Vaksin-vaksin yang saat ini dipakai dalam program rutin di Indonesia adalah :
3.7.2.1 Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine)
Vaksin BCG diberikan untuk kekebalan aktif terhadap tuberkulosa
Kemasan dalam ampul , beku kering , 1 box berisi 10 ampul vaksin.Setiap
1 ampul vaksin dengan 4ml pelarut. Dosis pemberian : 0,05 ml sebanyak 1
kali disuntik secara intrakutan di daerah lengan kanan atas dengan
menggunakan AutoDisable Syringe, ADS 0.05 ml Kontraindikasi
pemberian BCG adalah adanya penyakit kulit yang berat atau menahun
seperti ekzema , furunkulosis, dan penderita TBC. Imunisasi BCG tidak
menimbulkan reaksi .Jika timbul reaksi , akan berupa reaksi umum seperti
demam 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di
tempat suntikan yang dapat berubah menjadi pustula , kemudia pecah
menjadi luka .Luka tidak perlu pengobatan , akan sembuh spontan
.Kadang bisa terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak atau leher ,
terasa padat , tidak sakit dan tidak demam,7,8,9.

15

3.7.2.2 Vaksin DPT


Vaksin DPT ( Difteri Pertusis Tetanus ) adalah vaksin yang terdiri
dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang
telah diinaktivasi. Indikasi pemberian vaksin DPT adalah untuk pemberian
kekebalan secara simultan terhadap difteri , pertusis dan tetanus. Kemasan
dalam bentuk vial ,1 vial berisi 10 dosis.Vaksin berbentuk cairan.
Pemberian dengan cara disuntik intramuskuler dengan dosis 0,5ml
sebanyak 3 dosis. Dosis pertama : umur 2 bulan, dosis selanjutnya :
interval 4 minggu (1 bulan).
Efek samping vaksin DPT bersifat sementara seperti : lemas ,
demam, kemerahan pada tempat suntikan. Gejala berat terjadi kadangkadang (24 jam setelah imunisasi ) : demam tinggi , irirtabilitas dan
meracau. Kontraindikasi berupa gejala keabnormalan otak pada bayi baru
lahir atau gejala abnormal pada saraf, bagi anak yang mengalami gejala
berat pada dosis pertama , komponen pertusis harus dihindari pada dosis
kedua , meneruskan imunisasi dapat diberi vaksin DT7,8,9.
3.7.2.3 Vaksin TT
Vaksin TT (Tetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung
toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3mg/ml
aluminiun fosfat. Vaksin ini menggunakan Thimerosal ),1 mg/ml sebagai
pengawet. Satu dosis 0.5 ml vaksin mengandung pentensi sedikitnya 40
IU. Vaksin TT digunakan untuk mencegah tetanus pada bayi baru lahir
dengan mengimunisasi WUS (wanita usia subur) atau ibu hamil. Indikasi
vaksin TT adalah untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus .

16

Kemasan vaksin TT berupa 1 box vaksin berisi 10 vial, 1 vial berisi


10 dosis. Vaksin TT adalah vaksin berbentuk cairan. Pemberian untuk
mencegah tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer secara intramuskular
atau subkutan dalam, dosis 0.5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan
dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya .Untuk mempertahankan kekebalan
terhadap tetanus pada WUS , anjuranna 5 dosis . Dimana dosis keempat
dan kelima diberikan dengan interval 1tahun setelah dosis ke tiga.
Imunisasi TT aman diberikan pada kehamilan .Diberikan pada trimester 1
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejalanya dapat
berupa lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan, kadang-kadang
demam7,8,9.
3.7.2.4 Vaksin DT
Vaksin DT ( Difteri dan Tetanus ) adalah vaksinyang mengandung
toxoid difteri dan tetanus yang telah dimurnikan. Indikasi vaksin DT
adalah untuk memberikan kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus.
Kemasan berupa 1 vial berisi 10 dosis. Vaksin DT berbentuk cairan.
Pemberian dengan cara disuntik secara intramuskular atau subkutan dalam
dengan dosis 0.5ml, dianjurkan kepada anak usia bawah 8 tahun. Efek
samping berupa gejala seperti kemerahan pada lokasi suntikan, bersifat
sementara, kadang-kadang bisa demamKontraindikasi vaksin DT adalah
gejala berat karena dosis pertama DT5,6,7.
3.7.2.5 Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine = OPV)
Virus oral polio hidup adalah vaksin Polio Trivalent yang terdiri
suspensi virus poliomyelitis type 1 , 2 dan 3 (strain Sabin) yang sudah

17

dilemahkan. Vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan
distabilkan dengan sukrosa. Indikasi vaksin polio adalah untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.
Kemasan berupa vial berisi 10 dosis. Vaksin polio berbentuk
cairan. Setiap vial vaksin polio disertai 1 buah penetes (dropper) , yang
terbuat dari bahan plastik. pemberian secara oral, 1 dosis adalah 2 tetes
sebanyak 4 kali dosis pemberian. Interval setiap dosis :
minggu.

minimal 4

Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin

.sangat jarang terjadi ( kurang dari 0,17 : 1,000,000). Kontraindikasi pada


orang yang menderita immunedeficiency5,6,7.
3.7.3

Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan.
Setiap dosis ( 0.5ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit
virus strain CAM 70 dan tidak lebih 100 mcg residu kanamycin dan
30mcg residu erythromycin. Indikasi adalah untuk menberi kekebalan aktif
terhadap penyakit campak. Kemasan vaksin campak berupa 1 box terdiri
dari 10 vial, tiap vial berisi 10 dosis. Tiap box pelarut berisis 10 ampul
atau 5ml. Vaksin ini berbentuk beku kering.
Vaksin harus dilarutkan pelarut steril yang tersedia berisi 5 ml
cairan pelarut, disuntik secara subkutan pada lengan kiri atas untuk bayi
usia 9-11 bulan. Ulangan (booster) : usia 6-7 tahun. Efek samping berupa
demam ringan dan kemerahan selama 3 hari, dapat terjadi 8-12 hari pasca
vaksinasi. Kontraindikasi adalah untuk individu yang mengidap penyakit

18

immune deficiency, dan individu yang diduga menderita gangguan respon


imun karena leukemia atau lymphoma5,6,7.
3.7.4

Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus rekombinan yang telah
diinaktivasi, sehingga bersifat non-infectious. Vaksin ini berasal dari
HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha)
menggunakan teknik DNA rekombinan. Indikasi pemberian Vaksin
Hepatitis B adalah untuk memberi kekebalan aktif terhadap infeksi yang
disebabkan virus hepatitis B.
Vaksin berbentuk cairan, terdiri dari 2 kemasan ; Kemasan dalam
Prefill Injection Device (PID) dan Kemasan dalam vial. Tiap box vaksin
hepatitis B PID terdiri dari 100 HB PID, dan tiap box vaksin hepatitis B
Vial terdiri 10 vial @ 5 dosis. Dosis 0.5ml atau 1 bual HB PID. Suntikan
secara intramuscular , sebaiknya pada anterolateral paha. Pemberian
sebanyak 3 dosis. Dosis pertama : usia 0-7 hari, dosis berikutnya interval 4
minggu. Efek samping berupa reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan
dan pembengkakan di lokasi suntikan. Reaksi bersifat ringan dan hilang
setelah 2 hari.

Kontraindikasi vaksin Hepatitis B adalah orang yang

hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita infeksi berat yang


disertai kejang5,6,7.
3.7.5

Vaksin DPT-HB
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus
yang dimurnikan dan pertusis yang diinaktivasi serta vaksin hepatitis B
yang merupankan sub unit virus yang mengandung HBsAg murni dan

19

bersifat non-infectious. Indikasi pemberian vaksin DPT-HB adalah untuk


pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri , tetanus , pertusis dan
Hepatitis B.
Kemasan vaksin DPT_HB berupa box vaksin DPT-HB vial terdiri
dari 10 vial masing-masing 5 dosis. Warna vaksin putih keruh seperti
vaksin DPT. Pemberian secara intramuskular, dosis 0.5 ml sebanyak 3
dosis. Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya interval minimal
4 minggu5,6,7.

3.8 Jadwal Pemberian Imunisasi

Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi

20

BAB 4
ISI

4 .1. Identifikasi Masalah


Proses identifikasi masalah dilakukan mulai tanggal 6 April 2010 dengan
observasi dan mewawancarai petugas puskesmas, kader yang bertugas di beberapa
posyandu dan berdasarkan data sekunder dari buku laporan tahunan daerah kerja
Puskesmas Andalas.
Beberapa potensi masalah di Puskesmas Andalas yang berhasil
diidentifikasi adalah:
1. Belum tercapainya cakupan Penanggulangan Penyakit TB Paru ( P2TB )
Cure rate atau angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan persentase
penderita TB BTA (+) yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara
penderita TB BTA (+) yang tercatat. Kesembuhan adalah penderita yang minum
obat lengkap, dan pemeriksaan sputum secara mikroskopis minimal 2 kali
berturut-turut terakhir dengan hasil negatif. Angka kesembuhan ini untuk menilai
keberhasilan program pemberantasan penyakit tuberkulosis. Angka kesembuhan
dihitung dengan cara jumlah penderita TB BTA (+) yang sembuh setelah selesai
masa pengobatan TB (6-9 bulan) dibagi jumlah penderita TB BTA (+) yang sudah
selesai pengobatan TB selama 6-9 bulan. Dari laporan Tahunan Puskesmas
Andalas tahun 2009, dari 27 orang yang mendapat paket pengobatan TB, hanya 11
orang yang dinyatakan sembuh.

21

Indikatornya adalah :
Indikator

Target Pencapaian
85 % 11 orang x 100 %
27 orang
= 40,74 %

Dari tabel dapat dilihat bahwa pencapaian angka kesembuhan penderita TB


Paru BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas Andalas adalah 40,74 %. Hasil ini jauh
dari target nasional yaitu 85%.

2. Peningkatan kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Andalas.


Pada program P2P di program DBD ada peningkatan kasus dari tahun
2008 yaitu 102 kasus dan 138 kasus Tahun 2009 dan menyebabkan 1
kematian.
Indikator

Target Pencapaian
2
Tahun 2009
138 kasus x 100.000
87.174
= 158,3
Tahun 2008
102 kasus x 100.000
86.279
= 118,3

Dari tabel didapatkan terjadi peningkatan kasus DBD diwilayah kerja


Puskesmas Andalas, dimana pada tahun 2008 mencapai 118,3 dan pada tahun
2009 meningkat menjadi 159,3. selain terjadi peningkatan kasus, hal ini juga
berada dibawah standar nasional dimana diharapkan targetnya 2.
3.

Rendahnya pencapaian cakupan imunisasi bayi dan balita di wilayah kerja


Puskesmas Andalas.

22

Program imunisasi hampir seluruh kegiatan belum mencapai target,


dimana indikatornya adalah Kelurahan UCI. Dimana pada kriteria ukur 1
(Campak min 80%) seluruh kelurahan sudah UCI, pada kriteria Ukur 2
(DPT/HB3 dan campak min 80 %) kelurahan Jati Baru belum UCI, pada
kriteria Ukur 3 (DPT/HB3 dan Polio 4 dan Campak 80 %) kelurahan Jati Baru
dan Kubu Dalam Parak karakah belum UCI,dan pada kriteria Ukur 4 (BCG
min 90 % dan DPT/HB3 dan Polio4 dan Campak min 80 %) baru 3 Kelurahan
yang UCI (Sawahan,Sawahan Timur,Simpang Haru).
Indikator

Target Pencapaian
100 % 3 kelurahan X 100 %
10 kelurahan
= 30 %

Dari tabel dapat disimpulkan bahwa pencapaian kelurahan UCI 4 di


wilayah kerja Puskesmas Andalas adalah 30 %, hal ini jauh dari target nasional
dimana seluruh kelurahan seharusnya telah mencapai kriteria ukur UCI 4 (100%).

4. Belum percapainya sasaran penggunaan Akseptor KB untuk Pasangan Usia


Subur.
Pada program pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ), khususnya
pelayanan Keluarga berencana ( KB ), penggunaan akseptor KB masih belum
mencapai sasaran ( 12.455 orang ), dimana indikatornya adalah persentase
Pasangan Usia Subur ( PUS ) yang menjadi akseptor KB. Dalam laporan
tahunan Puskesmas Andalas tahun 2009 cakupan pemakaian akseptor KB IUD
sebanyak 1.417 orang ( 11,4 % ), akseptor implant 619 orang ( 5 % ), akseptor
suntik 5.222 orang ( 42 % ), akseptor pil 1.485 orang ( 12 % ), akseptor
kondom 222 orang ( 1,8 % ), dan MOW sebanyak 480 orang ( 3,9 % ).

23

Indikator

Target Pencapaian
70 % 4745 orang x 100 %
12.455 orang
= 38,09 %
Dari tabel, didapatkan bahwa jumlah pencapaian PUS akseptor KB

diwilayah kerja Puskesmas Andalas adalah 38,09%, hal ini mencakupi KB


jenis IUD, implant, kondom, suntik, pil, dan MOW. Pencapaian ini berada
dibawah target nasional yaitu jumlah PUS akseptor KB minimal 70%.
5. Belum tercapainya target pendistribusian kapsul vitamin A pada bayi dan
balita di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Andalas tahun 2009,
pendistribusian kapsul vitamin A pada bayi dan balita belum mencapai
target yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan kota, dimana untuk usia
6 11 bulan hanya 93,1 % ( target 95 % ) dan untuk usia 12-59 bulan 73,9
% ( target 93 % ).
6. Belum tercapainya target kunjungan posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Andalas.
Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Andalas tahun 2009 ,pada
kegiatan pemantauan penimbangan, pencapaian rasio D/S bayi hanya 54,6
% ( target 65 % ), sedangkan D/S balita 40,9 % ( target 65 % )

4 .2. Penentuan prioritas masalah.


Setelah dilakukan observasi, wawancara dengan petugas puskesmas dan
kader serta data sekunder, maka didapatkan beberapa masalah. Permasalahan
tersebut kemudian diajukan kepada seluruh staf puskesmas melalui suatu kegiatan

24

brainstorming sehingga ditetapkan suatu masalah yang akan dilakukan intervensi


dalam

rangka

peningkatan

dan

perbaikan

mutu

pelayanan.

Kegiatan

brainstorming ini telah dilaksanakan pada tanggal 9 April 2010 yang dihadiri oleh
Kepala Puskesmas Andalas dan staf.
Setelah dilakukan brainstorming, masalah tersebut dikelompokan dalam 6
masalah utama, yaitu:
1. Belum tercapainya cakupan Penanggulangan Penyakit TB Paru ( P2TB )
2. Peningkatan kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Andalas
3. Rendahnya pencapaian cakupan imunisasi bayi dan balita di wilayah kerja
Puskesmas Andalas.
4. Belum percapainya sasaran penggunaan Akseptor KB untuk Pasangan
Usia Subur.
5. Belum tercapainya target pendistribusian kapsul vitamin A pada bayi dan
balita di wilayah kerja Puskesmas Andalas.
6. Belum tercapainya target kunjungan posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Andalas.
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut, yaitu:
1. Urgensi: merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan.
Nilai 1: Tidak penting
Nilai 2: Kurang penting
Nilai 3: Cukup penting
Nilai 4: Penting
Nilai 5: Sangat penting
2. Kemungkinan intervensi.

25

Nilai 1: Tidak mudah


Nilai 2: Kurang mudah
Nilai 3: Cukup mudah
Nilai 4: Mudah
Nilai 5: Sangat mudah
3. Biaya.
Nilai 1: Sangat mahal
Nilai 2: Mahal
Nilai 3: Cukup mahal
Nilai 4: Murah
Nilai 5: Sangat murah
4. Kemungkinan meningkatkan mutu.
Nilai 1: Sangat rendah
Nilai 2: Rendah
Nilai 3: Sedang
Nilai 4: Tinggi
Nilai 5: Sangat tinggi

Tabel 4.2 Penilaian Prioritas Masalah di Puskesmas Andalas.


Kriteria masalah
Belum tercapainya cakupan
Penanggulangan Penyakit
TB Paru ( P2TB )

Urgensi

Intervensi

Biaya

Mutu

Total

Rank

16

III

Peningkatan kasus DBD di

14

26

wilayah kerja Puskesmas


Andalas.
Rendahnya pencapaian
cakupan imunisasi bayi dan
balita di wilayah kerja
Puskesmas Andalas.
Belum percapainya sasaran
penggunaan Akseptor KB
untuk Pasangan Usia Subur.
Belum tercapainya target
pendistribusian kapsul
vitamin A pada bayi dan
balita di wilayah kerja
Puskesmas Andalas.
Belum tercapainya target
kunjungan posyandu di
wilayah kerja Puskesmas
Andalas.

17

II

13

VI

15

IV

17

Berdasarkan penilaian prioritas masalah dan diskusi dengan Kepala


Puskesmas dan staf, maka yang menjadi prioritas masalah di Puskesmas Andalas
adalah Rendahnya pencapaian cakupan imunisasi bayi dan balita di wilayah kerja
Puskesmas Andalas sehingga hal ini dapat meningkatkan angka kematian bayi
akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi ( PD3I ).
4.3 Analisis Sebab Akibat Masalah
Dalam upaya untuk dapat memberikan pelayanan imunisasi secara
maksimal terhadap kelompok sasaran, telah dicukupi berbagai sarana dan
prasarana oleh pemerintah mulai dari sarana transportasi bagi petugas, lemari es,
freezer dan vaccin carier/ cold box ataupun thermos es sebagai tempat untuk
menyimpan dan membawa vaksin ke sasaran, alat suntik ( spuit ), kesemuanya
dengan cumacuma.

27

Disamping itu untuk mengantisipasi perkembangan jaman dan teknologi,


dilakukan penyegaran pengetahuan ( refreshing ) bagi petugas imunisasi melalui
berbagai pelatihan maupun penataran untuk lebih meningkatkan ketrampilan bagi
petugas. Namun demikian hasil cakupan imunisasi yang dicapai saat ini masih
belum sesuai dengan harapan dari program imunisasi, yakni tercapainya UCI
secara merata di tingkat desa pada tahun 2010.
Pada tahap awal dilakukan wawancara dengan pemegang program
imunisasi mengenai kendala pelaksanaan program-program imunisasi ada
beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan kinerja pelaksana imunisasi
puskesmas dalam melaksanakan program imunisasi khususnya pencapaian
cakupan, antara lain :
Komponen
Metode

Keterangan
a.Tidak lancarnya pelaporan porgram
imunisasi dari mitra pelayanan ( BPS,
DPS, klinik dan RS ) yang
menyelenggarakan imunisasi

Wawancara dengan PJ
Program Imunisasi

b.

Evaluasi periodik yang tidak


berjalan lancar

c.Tidak lancarnya pelaksanaan sweeping


imunisasi
d.
Manusia

Masih rendahnya cakupan D/S


Posyandu
a. Masyarakat
Lampiran 3

Masih adanya persepsi


negatif masyarakat terhadap
imunisasi
b. Petugas

Kurangnya tanggung
jawab dan komitmen dalam
melaksanakan prorgram
c. Kader

Masih
kurangnya

28

Lingkungan

Material

tanggung jawab dan kapasitas


kader
Kurangnya dukungan dari stake
holder ( PKK, LSM, Camat, Lurah, Wawancara dengan PJ
Mitra
Pelayanan)
terhadap Program Imunisasi
pelaksanaan imunisasi
Kurangnya sarana promosi seperti
Pengamatan langsung
brosur, poster, leaflet.

Dari hasil analisis sebab akibat masalah tersebut, maka dapat disimpulkan dalam
diagram Ischikawa (diagram tulang ikan/fishbone) sebagai berikut :

Manusia
Masih adanya persepsi
negatif masyarakat
terhadap imunisasi
Kurangnya tanggung jawab
dan komitmen petugas
dalam melaksanakan
prorgram
Masih kurangnya tanggung
jawab dan kapasitas kader

Metode
Tidak lancarnya pelaporan
kegiatan imunisasi dari mitra
pelayanan ( BPS, DPS, klinik
dan RS ) yang
menyelenggarakan imunisasi
Evaluasi periodik yang tidak
berjalan lancar
Tidak lancarnya pelaksanaan
sweeping imunisasi
Masih rendahnya cakupan D/S
Posyandu
Rendahnya pencapaian
Program Imunisasi di
Puskesmas Andalas
berdasarkan criteria
ukur UCI 4

Lingkungan
Kurangnya dukungan dari stake
holder( PKK, LSM, Camat,
Lurah, Mitra Pelayanan)
terhadap pelaksanaan imunisasi

Material
Kurangnya sarana promosi
seperti brosur, poster, leaflet.

4 .4. Alternatif Pemecahan Masalah

29

1. Metode

Membuat nota kesepahaman antara Puskesmas dengan mitra


pelayanan ( BPS, DPS, Klinik, dan RS) yang menyelenggarakan imunisasi
di wilayah kerja Puskesmas Andalas mengenai sistem pelaporan program
imunisasi
Pelaksana

: Pemegang program

Sasaran

: BPS, DPS, Klinik dan RS yang menyelenggarakan


imunisasi diwilayah kerja Puskesmas Andalas

Waktu

: Mei 2010

Tempat

: Puskesmas Andalas

Target

: Semua mitra pelayanan yang menyelenggarakan imunisasi


memberikan laporan imunisasi secara teratur setiap bulan

Pelaksanaan

: Diskusi dan pembuatan nota kesepahaman

Mengadakan evaluasi rutin pencapaian cakupan imunisasi secara


periodik
Pelaksana

: Pemegang program

Sasaran

: Staf pelaksana imunisasi

Waktu

: 1x setiap bulan

Tempat

: Puskesmas Andalas

Target

: Peningkatan pencapaian program imunisasi Puskesmas


Andalas

Pelaksanaan

: Diskusi dan pengarahan staf pelaksanan imunisasi

30

Mengadakan sweeping imunisasi disetiap wilayah kerja Posyandu


oleh kader terhadap bayi dan balita yang belum mendapatkan imunisasi
maupun mendapatkan imunisasi di luar Posyandu.
Sweeping imunisasi adalah pendataan terhadap bayi dan balita yang belum
terdata dalam program imunisasi yang dilakukan dari rumah ke rumah oleh
kader dan petugas Puskesmas.
Pelaksana

: Pemegang program, staf pelaksana, kader posyandu

Sasaran

: Bayi dan balita yang tidak tercatat dalam laporan


imunisasi

Waktu

: 1x per 6 bulan

Tempat

: Wilayah Kerja Puskesmas Andalas

Target

: Didapatkannya data mengenai bayi dan balita yang


mendapatkan imunisasi di luar Puskesmas dan Posyandu

Pelaksanaan

: Pendataan bayi dan balita yang mendapatkan imunisasi di


luar Puskesmas dan Posyandu

Melakukan Revitalisasi Posyandu


Pelaksana

: Pemegang program promosi kesehatan, kader

Sasaran

: Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Andalas

Waktu

: Mei 2010

Tempat

: Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Andalas

Target

: Peningkatan angka d/s posyandu

Pelaksanaan

: penataan kembali posyandu

31

2. Manusia

Memberikan

penyuluhan

kepada

masyarakat

tentang

pentingnya

imunisasi, bahaya Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi


( PD3I ), menjelaskan mengenai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi ( KIPI )
serta menjelaskan jadwal imunisasi yang bersifat berkesinambungan.
Pelaksana
: Koordinator Progarm Imunisasi dan petugas puskesmas.
Sasaran
: Masyarakat wilayah kerja Puskesmas Andalas
Waktu
: minggu ke 2 tiap perbulan
Tempat: KIA, Posyandu, dan tempat-tempat ibadah
Target
: Peningkatan jumlah masyarakat yang datang membawa
Pelaksanaan

bayi untuk imunisasi


: Diskusi interaktif dengan masyarakat

Melaksanakan pertemuan singkat secara terjadwal bagi seluruh staf


Puskesmas agar meningkatkan komitmen dan menerapkan visi bersama
Pelaksana

: Pimpinan Puskesmas

Sasaran

: seluruh staf Puskesmas Andalas

Waktu

: 1x perminggu

Tempat

: Puskesmas Andalas

Target

: meningkatnya motivasi seluruh staf dalam pencapaian


program

Pelaksanaan

: Pengarahan dan diskusi oleh Pimpinan Puskesmas

Melaksanakan pelatihan kader mengenai pentingnya imunisasi


Pelaksana

: Pimpinan Program, petugas puskesmas

Sasaran

: kader Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Andalas

Waktu

: Mei 2010

Tempat: Puskesmas Andalas

32

Target

: Kader mampu menggerakan masyarakat melakukan


imunisasi di posyandu dengan maksimal

3.

Material

Rencana Memasang poster / pamphlet di papan pengumuman di


puskesmas dan pembagian leaflet tentang manfaat imunisasi dan jadwal
pelaksanaan imunisasi kepada masyarakat
Pelaksana

: Petugas dan kader puskesmas

Sasaran

: Masyarakat di wilayath kerja Puskesmas Andalas

Waktu

: Mei 2010

Tempat

:Tempat-tempat umum di wilayah kerja Puskesmas Andalas

Target

: Keluarga yang mempunyai bayi dan balita sasaran


program imunisasi mengetahui tentang manfaat dan

Pelaksanaan

jadwal pelaksanaan imunisasi


: Pembuatan dan penyebaran poster, pamflet, leaflet.

4. Lingkungan

Merekomendasikan pembentukan Forum Koordinasi Imunisasi


Kecamatan ( FKIK ) dengan mitra kerja serta para pemegang kebijakan
dan pengelola program yang berhubungan dengan program imunisasi yang
akan mendukung upaya peningkatan cakupan imunisasi antara lain dengan
cara sosialisasi melalui kegiatan yang dilaksanakan di masing-masing
organisasi / institusi.
Pelaksana : Pimpinan

puskesmas,

pemegang

program

imunisasi,

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), camat, lurah,

33

mitra pelayanan kesehatan di wilayah kerja puskesmas


Andalas.
Waktu

Mei 2010

Tempat

Puskesmas Andalas

Target

Adanya

Forum

mengembangkan

Koordinasi
solusi

Imunisasi

kreatif

dan

yang

inovatif

akan
dalam

meningkatkan cakupan imunisasi menuju tingkat yang lebih


baik,

melalui

advokasi

pengembangan

kapasitas

pengembangan

strategi

dan

pelayanan
imunisasi

pelayanan imunisasi rutin.


Pelaksanaan: Diskusi dan pembuatan kesepakatan

34

mobilisasi
imunisasi

yang

sosial,
dan

mendukung

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari makalah ini, dapat kami simpulkan bahwa angka pencapaian program
imunisasi berdasarkan kriteria UCI 4 di wilayah kerja Puskesmas Andalas masih
rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, baik dari masyarakat sendiri,
petugas Puskesmas, mitra pelayanan program imunisasi maupun kader Posyandu.
Dari segi masyarakat, masih terdapat persepsi negatif mengenai imunisasi
terutama tentang KIPI. Dari segi petugas Puskesmas, masih kurangnya tanggung
jawab dalam pelaksanaan program imunisasi. Dari segi mitra pelayanan program
imunisasi, didapatkan tidak lancarnya pelaporan kegiatan imunisasi dari mitra
pelayanan kepada Puskesmas. Dan dari pihak kader posyandu, didapatkan masih
kurangnya pengetahuan kader mengenai program imunisasi.
5.2 Saran
Kami mengharapkan agar alternatif pemecahan masalah yang disampaikan
dalam makalah ini dapat direalisasikan sehingga diharapkan angka pencapaian
program imunisasi dapat mencapai target cakupan kelurahan UCI 100 % yang
telah ditentukan sesuai dengan indikator Nasional 2010. Dengan tercapainya UCI
ini, diharapkan dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi akibat
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi ( PD3I ) di wilayah kerja
Puskesmas Andalas disamping secara keseluruhan meningkaatkan mutu pelayanan
imunisasi.

35

DAFTAR PUSTAKA

1.

Departemen Kesehatan RI. Panduan Pelaksanaan Program Imunisasi.


Jakarta. 2008.

2.

Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Imunisasi di


Indonesia. Edisi 2. Jakarta : Badan Penerbit Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 2005.

3.

Departemen Kesehatan RI. Sistem Kesehatan Nasional. Cetakan ke-4.


Jakarta. 1995

4.

http://www.unicef.org/indonesia/id/media.html diunduh tanggal 22 April


2010.

5.

Dinas Kesehatan Sumatera Barat. Profil Kesehatan. 2005.

6.

www.padang.go.id diunduh pada tanggal 20 April 2010.

7.

Notoatnojo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat; Prinsip-prinsip


Dasar. Jogjakarta: Penerbit Andi. 2003.

8.

Departemen Kesehatan RI. Panduan Teknis Imunisasi tingkat Puskesmas.


Jakarta. 2005.

9.

Nelson. Essential Pediatric. Ed 14. New York : El Sevier. 2005

10.

Immunization Essential pada Propinsi. USAID.2003.

11.

Ariebowo. Analisis Faktor-Faktor Organisasi yang Berhubungan dengan


Cakupan Imunisasi di Kabupaten Batang.2005.

12.

Lanasari, Rosalina.Program Imunisasi dan Permasalahannya


Indonesia. Dari Majalah Cermin Dunia Kedokteran No 65.1990

36

di

37

You might also like