Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acne, Rosasea, dan Miliaria adalah kondisi abnormal kulit akibat gangguan pada
kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar keringat (ekrin). Rosacea merupakan kondisi
kronis, yakni peradangan jangka panjang berupa, iritasi, kemerahan, pembengkakan,
hyperplasia (penebalan kulit), dan jerawat yang terjadi di pipi, kelopak mata, hidung,
dagu, dan dahi (Marwali, 2000). Belum diketahui secara pasti penyebab dari kondisi ini,
namun perubahan pada kulit melibatkan pelebaran atau pembesaran pembuluh darah kecil
di bawah permukaan kulit. Penyakit kulit yang sering terjadi pada anak adalah miliaria.
Pada umumnya miliaria sering terjadi di daerah punggung, dahi, leher, bahu, dada,
lipatan-lipatan kulit serta bagian tubuh yang berambut. Dan juga diperkirakan sekitar 80%
penderita miliaria terjadi pada anak dibawah umur 5 tahun (Sugito, 2007).
Pada gangguan kelenjar ekrin dan sebasea, klien akan
mengalami gangguan
integritas kulit, resiko infeksi akibat dari penyebaran virus, sehingga pada penderita akan
mengalami gangguan rasa nyaman berupa nyeri, malaise.
Dari situasi seperti dikemukakan diatas, maka sangatlah penting untuk melakukan
tindakan pencegahan terjadinya acne, rosasea, miliaria dan menyediakan asuhan
keperawatan pada penderita yang berkualitas serta dapat dijangkau oleh semua lapisan
masyarakat. Dengan demikian kejadian acne, rosasea, miliaria dapat dicegah dan
kematian akibat komplikasi acne, rosasea, miliaria dapat dikurangi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar Ekrine
Kelenjar ekrine atau kelenjar keringat merupakan kelenjar tubular bergelung
yang tidak bercabang, terdapat pada seluruh kulit kecuali pada dasar kuku, batas bibir,
glans penis, dan gendang telinga. Kelenjar ini paling banyak terdapat pada telapak
tangan dan telapak kaki. Bagian sekretori terletak di dalam dermis atau hipodermis
bergabung membentuk masa tersendiri. Duktusnya keluar menuju epidermis dan
berjalan berkelok-kelok menyatu dengan epidermis dan berjalan spiral untuk mencapai
permukaan kulit. Tempat bermuaranya disebut pori keringat. Kelenjar keringat ini
membentuk suatu larutan hipotonik yang jernih dan encer serta mengandung banyak
urea dan laktat. Kelenjar keringat juga membantu mempertahankan suhu tubuh.
(Syaifudin, 2011).
Terdapat dua macam kelenjar keringat :
3
1. Kelenjar keringat ekrin atau merokrin, tersebar di seluruh kulit tubuh kecuali
kulup penis, bagian dalam telinga luar, telapak tangan, telapak kaki, dan dahi.
Badan kelenjar terdapat antara perbatasan kulit ari dan kulit jangat. Saluran
berbelok-belok keluar berada pada lapisan jangat, berjalan lurus ke lapisan
epidermis dan bermuara pada permukaan kulit pada pori-pori keringat. Fungsi dari
kelenjar
keringat
merokrin
adalah
mengatur
temperatur
permukaan,
mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari agen asing dengan cara
mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan dermicidin, sebuah peptida
kecil dengan sifat antibiotik.
2. Kelenjar keringat apokrin, kelenjar keringat yang besar hanya dapat ditemukan
pada ketiak, kulit puting susu, kulit di sekitar alat kelamin, dan dubur. Kelenjar ini
terletak lebih dalam, saluran keluarnya berbelok-belok, kemudian lurus menuju
epidermis, dan bermuara pada folikel rambut. Saluran apokrin mengosongkan
sekresinya ke dalam folikel rambut di atas muara saluran sebasea. Sekresi apokrin
tidak mempunyai fungsi apapun yang berguna bagi manusia, tetapi kelenjar ini
menimbulkan bau pada ketiak apabila sekresinya mengalami dekomposisi oleh
bakteri. Kelenjar apokrin membentuk zat putih seperti susu, kental berasal dari
komponen-komponen organic. Kelenjar ini memulai aktivitas sekresinya pada usia
pubertas (Syaifudin, 2011).
2.1.2
Kelenjar Sebasea
Kelenjar sebasea meruapakn struktur lobular, terdiri dari sel-sel berisi lemak
yang berhubungan dengan folikel rambut dan bermuara dalam sebuah folikel rambut.
Kelenjar ini tidak berhunbungan dengan folikel rambut tetapi saluran bermuara
langsung ke permukaan kulit. Substansi berminyak yang disebut sebum disalurkan
menuju saluran sentral dan dikeluarkan melalui saluran-saluran pilosebasea folikelfolikel rambut. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol,
protein, dan elektrolit. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi
dan memproteksi keratin. Kelenjar ini tidak terdapat pada kulit telapak kaki dan
tangan dan terletak di dalam dermis. Aktivitasnya terutama diatur oleh hormonhormon androgenik (Syaifudin, 2011).
2.2 ACNE
2.2.1
Pengertian
Acne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel
pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus, dan kista pada
tempat predileksinya (Sjarif, 2007).
Acne merupakan suatu peradangan kronik kelenjar-kelenjar sebasea. Keadaan ini
sering dialami oleh mereka yang berusia remaja dan dewasa muda, dan akan menghilang
dengan sendirinya pada usia sekitar 20-30 tahun (Price&Wilson, 2005).
2.2.2
Klasifikasi
Acne meliputi berbagai kelainan kulit yang hampir mirip satu dengan lainnya,
: memiliki komedo, papula, pustula yamg kurang dari 10 buah pada salah satu sisi
wajah
II : 10 hingga 20 komedo, papula atau pustula
III : 25 50 buah
IV : > 50 buah
Sedangkan
acne
konglobata
selalu
merupakan
suatu
acne
yang
berat
(Plewig&Kligman,1975).
c. Fotografi
5
Cook, dkk membagi tingkat ringan-beratnya acne secara garis besar (overall severity
grade) berdasarkan fotografi yang diperkirakan lebih objektif dan teliti. Dibuat foto
pada tiap tingkat kekerasan acne untuk dokumentasi dari keadaan masiing-masing
penderita.
Klasifikasi acne menurut American Academy of dermatology Concensus Conference
of Acne Classification pada tahun 1990 di Washington D.C
Komedo
Papula/pustula
RINGAN Beberapa-banyak <25
Beberapa <10
SEDANG Banyak dan/atau luas >25
Beberapa-banyak 10-30
BERAT
Tidak bisa dianggap berat
Banyak dan/luas >30
Tabel 1. J. AM.Acad.Derm.,March, 1991, 24 (3) : 495-500
Nodul
Beberapa >10
Banyak >10
Klasifikasi yang dibuat oleh Plewig dan Kligman adalah sebagai berikut :
a. Acne sejati
-
Erupsi dimulai dengan komedo kemudian pada fase yang lebih lanjut timbul
peradangan.
Etiologi ACNE
Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang berpengaruh.
1. Sebum
Sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne yang keras
selalu disertai pengeluaran sebore yang banyak.
2. Bakteria
Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebacterium acnes,
Staphylococcus epidermidis, dan Pityrosporum ovale. Dari ketiga mikroba ini, yang
terpenting yakni C.acnes, yang bekerja secara tak langsung.
3. Herediter
Faktor herediter sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas kelenjar palit
(glandula sebacea). Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne,
kemungkinan besar anaknya akan menderita akne.
4. Hormon
Hormon androgen. Hormon ini memegang peranan yang penting karena kelenjar
palit sangat sensitif terhadap hormone ini. Hormon androgen berasal dari testis dan
kelenjar anak ginjal (adrenal). Hormon ini menyebabkan kelenjar palit bertambah
besar dan produksi sebum meningkat.
Pada penyelidikan Pochi, Forstrom dkk. dan
konsentrasi testosterone dalam plasma penderita akne pria tidak berbeda dengan yang
tidak menderita akne. Berbeda dengan wanita, kadar testosterone plasma sangat
meningkat pada penderita akne.
Esterogen. Pada keadaan fisiologik, esterogen tidak berpengaruh terhadap
produksi sebum. Esterogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari
kelenjar hipofisis. Hormone gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi
sebum.
Progesteron. Progesteron, dalam jumlah fisiologik, tak mempunyai efek terhadap
aktivitas kelenjar lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi
kadang-kadang progesterone dapat menyebabkan akne premenstrual.
Hormon-hormon dari kelenjar hipofisis. Pada tikus hormone tirotropin,
gonadotropin, dan kortikotropin dari kelenjar hipofisis diperlukan untuk aktivitas
kelenjar palit. Pada kegagalan dari kelenjar hipofisis, sekresi sebum lebih rendah
dibandingkan dengan orang normal. Penurunan sebum diduga disebabkan oleh adanya
suatu hormone sebotropik yang berasal dari lobus intermediate kelenjar hipofisis.
5. Diet
Beberapa pengarang terlalu membesar-besarkan pengaruh makanan terhadap
akne, akan tetapi dari penyelidikan terakhir ternyata diet sedikit atau tidak
berpengaruh terhadap akne. Pada penderita yang makan banyak karbohidrat dan zat
lemak, tak dapat dipastikan akan terjadi perubahan pada pengeluaran sebum atau
7
komposisinya karena kelenjar lemak bukan alat pengeluaran untuk lemak yang kita
makan.
6. Iklim
Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne bertambah hebat pada
musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim panas.
Sinar ultraviolet (u.v.) mempunyai efek membunuh bekteri pada permukaan kulit.
Selain itu, sinar ini juga dapat menembus epidermis bagian bawah dan bagian atas
dermis sehingga berpengaruh pada bakteri yang berada di bagian dalam kelenjar palit.
Sinar u.v. juga dapat mengadakan pengelupasan kulit yang dapat membantu
menghilangkan sumbatan saluran polisebasea.
Menurut Cunliffe, pada musim panas didapatkan 60% perbaikan akne, 20% tidak
ada perubahan, dan 20% bertambah hebat. Bertambah hebatnya akne pada musim
panas bukan disebabkan oleh sinar u.v., melainkan oleh banyaknya keringat pada
keadaan yang sangat lembab dan panas tersebut.
7. Psikis
Pada beberapa penderita, stress dan gangguan emosi dapat menyebabkan
eksaserbasi akne. Mekanisme yang pasti mengenai hal ini belum diketahui.
Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga
terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi beradang yang baru. Teori lain
mengatakan bahwa eksaserbasi ini disebabkan oleh meningkatnya produksi hormone
androgen dari kelenjar adrenal dan sebum, bahkan asam lemak dalam sebum pun
meningkat.
8. Kosmetika
Pemakaian bahan-bahan komestika tertentu, secara terus menerus dalam kurun
waktu lama, dapat menyebabkan sesuatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri dari
komedo tertutup dengan beberapa lesi papulopustular pada pipi dan dagu. Bahan yang
sering menyebabkan akne ini terdapat pada berbagai krem muka seperti alas bedak
(foundation), pelembab (moisturizer), krem penahan sinar matahari (sunscreen) dan
krem malan (nightcreem) yang mengandung bahan-bahan seperti lanolin, petrolatum,
minyak tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan kimia murni (butyl stearat, laurel alcohol,
bahan-bahan pewarna merah D&C dan asam oleic).
Jenis kosmetika yang dapat menimbulkan akne tak tergantung pada harga, merk,
dan kemurnian bahannya. Suatu kosmetika dapat bersifat lebih komedogenik tanpa
perlu mengandung suatu bahan yang istimewa, tetapi karena kosmetika tersebut
memang mengandung campuran bahan yang bersifat komedogenik atau bahan dengan
8
Patofisiologi
terutama asam linoleik, rendah. Mungkin hal ini ada hubungannya dengan terjadinya
hiperkreatinisasi pada saluran pilosebasea.
2. Keratinisasi folikel
Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan oleh adanya penumpukan korneosit
dalam saluran pilosebasea. Hal ini dapat disebabkan oleh :
-
Kadar
sterol
bebas
juga
menurun
pada
komedo,
sehingga
terjadi
berkurang lagi. Penurunan tekanan oksigen dan tingginya jumlah bakteri ini dapat
menyebabkan peradangan folikel. Hipotesis ini dapat menerangkan mengapa akne hanya
dapat terjadi pada beberapa folikel, sedangkan folikel yang lain tetap normal.
4. Peradangan
Faktor yang menimbulkan peradangan pada akne belumlah diketahui dengan pasti.
Pencetus
kemotaksis
adalah
dinding
sel
dan
produk
yang
dihasilkan
oleh
Manifestasi Klinis
Bentuk lesi akne adalah polimorf. Lesi yang khas adalah komedo. Komedo
tertutup (whitehead) merupakan lesi obstruktif yang terbentuk dari lipid atau minyak
yang terjepit dan keratin yang menyumbat folikel. Whitehead merupakan papula kecil
berwarna keputihan dengan lubang folikuler yang halus sehingga umunya tidak terlihat.
Komedo yang tertutup ini dapat berkembang menjadi komedo terbuka. Komedo terbuka
dinamakan blackhead. Warna blackhead bukan terjadi karena kotoran melainkan karena
akumulasi lipid, bakteri serta debris epitel (Brunner&Suddarth, 2001).
Bila terjadi peradangan akan terbentuk papula, pustula, nodul, dan kista. Dan bila
sembuh lesi dapat meninggalkan eritema dan hiperpigmentasi pascainflamasi, bahkan
dapat terbentuk sikatrik seperti cetakan es yang atrofik dan keloid. Lesi terutama timbul
di daerah yang banyak mempunyai kelenjar palit, seperti muka, punggung, dan dada.
Dapat disertai rasa gatal, namun umunya keluhan penderita adalah keluhan estetis
(Marwali, 2000).
11
Gambar 2. Papula
Gambar 3. Pustula
Gambar 4. Nodul
Gambar 5. Kista
(http://majalahkesehatan.com/jenis-jenis-jerawat/)
Gambar 3.
2. Pustula
Papula
2.2.6
Pemeriksaan Diagnostik
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan acne meliputi usaha untuk mencegah
terjadinya erupsi
(preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi (kuratif). Kedua usaha
tersebut harus dilakukan bersamaan mengingat bahwa kelainan ini terjadi akibat pengaruh
berbagai faktor, baik faktor internal dari dalam tubuh sendiri (ras,hormonal,dll), maupun
faktor eksternal (makanan, stres,musim) yang kadang tidak dapat dihindari oleh penderita.
1). Terapi Diet
Meskipun pembatasan makanan terus dianjurkan dalam penanganan acne, diet tidak
memainkan peranan yang utama dalam terapi. Penghindaran jenis atau produk12
makanan tertentu yang berkaitan dengan peningkatan intensitas acne, seperti cokelat,
cola, gorengan atau produk susu harus digalakkan.
2). Higiene Kulit
Pada kasus-kasus acne yang ringan, tindakan yang diperlukan mungkin hanya dengan
membasuh muka dua kali sehari dengan sabun pembersih muka. Penggunaan krim
atau produk kosmetik yang berbahan dasar minyak tidak dianjurkan.
3). Farmakoterapi Topikal
Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan
peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri atas :
- Benzoil Peroksida
Preparat benzoil peroksida banyak digunakan karena preparat ini mengurangi lesi
inflamasi dengan cepat dan berkelanjutan. Preparat tersebut mengurangi produksi
sebum dan menguraikan sumbat komedo. Obat ini juga mempunyai efek antibakteri
dengan menekan pertumbuhan Propionicbacterium acnes. Pada awalnya, benzoil
peroksida menimbulkan kemerahan dan deskuamasi, tetapi kulit kemudian
menyesuaikan dirinya secara cepat dengan pemakaian preparat tersebut. Kombinasi
benzoil peroksida, benzoil eritromisin dan benzoil sulfur dapat dibeli dengan bebas
di toko obat atau dengan resep di apotik.
- Asam vitamin A
Asam vitamin A (tretinoin) yang dioleskan secara topikal digunakan untuk
menghilangkan sumbat keratin dari duktus pilosebaseus. Preparat ini akan
mempercepat proses pergantian sel, menghilangkan komedo dan mencegah
pembentukan komedo yang baru. Jadi, asam vitamin A merupakan preparat yang
efektif untuk mengobati acne yang disertai pembentukan komedo.
- Antibiotik Topikal
Pemakaian antibiotik topikal akan menekan pertumbuhan Propionicbacterium
acnes, menurunkan kadar asam lemak bebas pada permukaan kulit, menguarngi
komedo, papula dan pustula, dan tidak menimbulkan efek samping sistemik.
Preparat topikal yang mengandung tertrasiklin, klindamisin, eritromisin atau
meklosiklin kerapkali digunakan (Bunner&Suddarth,2001).
4). Pengobatan Sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad renik di
samping dapat juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan
mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan obat sistemik :
13
- Anti bakteri sistemik, tetrasiklin (250 mg-1 g/hari), eritromisin (4x250 mg/hari),
doksisiklin, trimetoprim.
- Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif menduduki
reseptro organ target di kelenjar sebasea, misalnya estrogen atau antiandrogen
siproteron asetat. Pengobatan ini ditujukan untuk penderita wanita dewasa acne
vulgaris beradang yang gagal dengan terapi lain. Kortikosteroid sistemik diberikan
untuk menekan peradangan dan menekan sekresi kelenjar adrenal, misalnya
prednison atau deksametason.
- Vitamin A dan retinoid oral. Vitamin A digunakan sebagai anti keratinisasi.
Isotretinoin merupakan derivat retinoid yang menghambat produuksi sebum sebagai
pilihan pada acne nodulokistik atau konglobata yang tidak sembuh dengan
pengobatan lain (Sjarif, 2007).
4). Terapi bedah
Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk memperbaiki jaringan
parut acne maeradang yang berat (sering menimbulkan jaringan parut baik secara
hipertrofik maupun hipotrofik). Jenis bedah kulit disesuaikan dengan macam dan
kondisi jaringan parut yang terjadi.
- Bedah skalpel dilakukan untuk meratakan sisi jaringan parut yang menonjol atau
melakukan eksisi elips pada jaringan parut hipotrofik yang dalam.
- Ekstraksi komedo. Komedo dapat dihilangkan dengan alat ekstraktor komedo.
Dilakukan pada komedo tertutup untuk mempermudah pengeluaran sebum atau pada
nodulo kistik untuk drainase cairan isi yang mempercepat penyembuhan. Lokasi lesi
pertama-tam dibersihkan dengan spons alkohol. Komedo kemudian ditusuk dengan
jarum suntik ukuran-18 atau dengan ujung skalpel untuk membuka lubang folikel,
melebarkannya dan mempermudah pengeluaran komedo. Mulut ekstaktor kemudian
ditempatkan pada lesi, dan dilakukan penekanan langsung agar isi kelenjar yang
menyumbat komedo dapat terpijat keluar lewat ekspresor.
- Kriosurgesi, yaitu merupakan bedah beku dengan bubur CO2 atau N2 cair untuk
mempercepat penyembuhan radang
- Dermabasi atau disebut terapi abrasi dalam, dimana epidermis dan sebagian lapisan
dermis superfisial dibuang sampai setinggi sikatrik (Bunner&Suddarth, 2001).
2.2.8
Komplikasi
Komplikasi pada jerawat dapat terjadi dengan atau tanpa pengobatan, atau sebagai
14
1. Gram-negatif folikulitis
Sebuah letusan acne dapat terjadi ketika telah mendapatkan terapi antibiotik oral
dalam jangka waktu yang lama. Ada pertumbuhan berlebih dari fermentasi laktosa
bakteri gram-negatif, yang mengarah ke dangkal pustula.
2. Localized cellulitis
Acne kista menjadi sangat meradang dan menyebabkan infeksi dari jaringan
sekitarnya.
3. Jerawat conglobata
Suatu bentuk jerawat nodular yang menyebabkan epitel berlapis di saluran sinus. Ini
adalah bentuk jerawat yang paling parah, dengan nodul dalam besar, kista, abses, dan
bekas luka parah.
4. Hiperpigmentasi
Lesi jerawat akut yang telah memudar akan meninggalkan bintik hitam.
2.2.9
Prognosis
Umumnya prognosis penyakit baik. Acne umunya sembuh sebelum mencapai usia
30-40 tahun. Jarang terjadi acne yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat
sehingga perlu di rawat inap di rumah sakit. Namun, jerawat dapat menghasilkan gangguan
psikososial dan fisik yang lama (Sjarif, 2007).
15
Faktor
lingkungan
-
Suhu
lingkungan
Kelembaban
udara
Faktor
genetik
Faktor
Psikologi
Stres
s
Faktor
Kimiawi
Baha
n
Kimi
Faktor
Hormon
al
Androge
n
Testosteron
Faktor
makanan
Masa
Haid
Kosmeti
k
Faktor
infeksi
Enzim
hialuronida
se
Esterogen
Progesterone
Faktor
kemotakt
ik
mikrokomed
Kontraksi kelenjar
sebasea
Komed
o
Aktivasi kelenjar
sebasea
Asam
linoleik
Lipas
e
Memecah
lemak
asam lemak
babas
Saraf
kolinergik
terangsang
Produksi
sebum
C.acnes
S.epidermi
dis
P.ovale
Folikel
hiperkeratinisasi
pada saluran
pilosebasea
Penyumbatan
saluran
pilosebasea
Reaksi
16
Peradangan
pada dinding
folikel
Kerusakan
integritas
jaringan kulit
Akn
e
Terbentuk
pus
Proses penyembuhan
Jaringan parut
hiperpigmentasi
Nyeri Akut
Perubahan pada
penampilan kulit
di wajah
17
: Nn. Y
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 22 tahun
Suku / Bangsa
: Jawa, Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Mahasiswi
Alamat
: Surabaya
b.
c.Riwayat penyakit sekarang : klien sering berjerawat sejak duduk di bangku SMA
dan sifatnya kumat-kumatan. Dalam 3 bulan terakhir ini, jerawat bertambah banyak
dan besar. Lalu klien memeriksakan dirinya ke dokter. Keadaan saat ini jerawat
menyebar pada bagian pipi, hidung, dahi dan dagu
d.
18
Pemeriksaan fisik :
a) B1 (Breathing) : b) B2 (Blood)
:-
c) B3 (Brain)
: Nyeri
d) B4 (Bladder)
:-
e) B5 (Bowel)
:-
f) B6 (Bone)
terbuka, papul eritem, skar pitted, nodul pada wajah>10 nodul, derajat sedang.
c.Pemeriksaan diagnostik
d.
3. Analisa Data
No
1.
Data
DS:
Pasien mengeluh adanya
Etiologi
Problem
Penyumbatan duktus
Kerusakan
pilosebasea
integritas kulit
bintik-bintik di wajahnya
dengan ukuran bervariasi
dan bertambah banyak
pertumbuhan bakteri
meningkat
komedo+pelepasan sel
radang
predileksi
DS:
Pasien mengeluh tentang
Ganguan konsep
pilosebasea
diri
pertumbuhan bakteri
DO:
meningkat
19
komedo+pelepasan sel
radang
papul, pustul, nodus dan
skar
Proses penyembuhan
(jaringan parut dan
hiperpigmentasi)
Perubahan penampilan
3.
DS:
Pasien mengeluh nyeri
kulit di wajah
Penyumbatan duktus
Resiko Infeksi
pilosebasea
DO:
Tampak adanya pus,
kemerahan
4.
DS : Pasien mengeluh
nyeri
Penyumbatan duktus
Nyeri Akut
pilosebasea
DO :
P = Jerawat yang meradang
Q = Nyeri akut
R = Nyeri pada bagian
wajah yang mengalami
peradangan dengan pus
S = Skala 4
T = pada saat tertentu
(kadang-kadang)
pertumbuhan bakteri
meningkat
komedo+pelepasan sel
radang
papul, pustul, nodus dan
20
kista
Terbentuk pus
Nyeri
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya destruksi jaringan kulit
2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan dalam penampilan kulit
wajah
3. Resiko infeksi berhubungan dengan terbentuknya pus pada pustul
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan
5. INTERVENSI
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya destruksi jaringan kulit
Tujuan: Dalam jangka waktu 3 x 24 jam integritas kulit membaik
Kriteria hasil:
a. Luka sembuh
b. Bekas luka yang minimal
No
1.
Intervensi
pemberian
Kolaborasi
Rasional
antibiotik Untuk menghambat pertumbuhan
bulan.
Dorong klien untuk menghindari Mencegah penularan bakteri yang
semua bentuk friksi (menyentuh, dapat memperparah infeksi pada
menggaruk dengan tangan) pada lesi kulit
3.
kulit
Anjurkan
pasien
untuk
dapat Perawatan
kulit
yang
benar
lembut.
Motivasi
pasien
untuk
mengkonsumsi
makanan
mengandung
zink,
5.
6.
penyakit
Kolaborasi pemberian asam vitamin Vitamin A dapat menghilangkan
A
sumbatan
keratin
dari
duktus
pilosebaseus.
2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan dalam penampilan kulit
wajah
Tujuan: Dalam waktu 324 jam konsep diri klien meningkat kembali
Kriteria hasil:
a. Pasien mengerti akan informasi yang diberikan
b. Pasien mau berusaha demi kesembuhannya
c. Pasien mengungkapkan dan mendemonstrasikan peningkatan perasaan
positif
No
1.
Dorong
Intervensi
klien
mengungkapkan
2.
perasaan
dan dapat
mengurangi
beban
secara
penanganan, pasien
perkembangan
3.
Rasional
untuk Dengan mengungkapkan perasaan,
dan
kesehatan.
Berikan informasi
dan
dapat
prognosa masukan-masukan
yang
memberikan
baru
yang
telah
parah lagi
Anjurkan untuk berbagi dengan Dengan mengungkapkan,
saling
secara psikologis
Luka sembuh
Bekas luka minimal
Pus berkurang/hilang
Klien tidak mengeluh nyeri
22
No
1.
Intervensi
Ajarkan pasien
Rasional
dapat Memandirikan pasien terhadap tanda-
agar
mengidentifikasikan
pengobatan
secepat
pada kulitnya
Demonstrasikan perawatan kulit Perawatan kulit yang benar (aseptic)
(seperti rajin mencuci muka 2x mencegah infeksi yang berkelanjutan
sehari,
tidak
meggosok-gosok
aseptik.
Tekankan pentingnya diet nutrisi Nutrisi yang bagus meningkatkan
yang bergizi untuk meningkatkan imunitas
4.
tubuh
terhadap
pemulihan
perkembangan bakteri
Jelaskan pada klien hal-hal yang Meningkatkan pngetahuan
pasien
pertumbuhan
lagi
klien
penyembuhan
untuk Mengurangi nyeri
23
2.3.1
Definisi
Rosasea
adalah
penyakit
kulit
kronis
pada
daerah
sentral
wajah
(yang
menonjol/cembung) yang ditandai dengan kemerahan pada kulit dan disertai episode
peradangan yang memunculkan erupsi papul, pustul dan edema (Sjarif, 2007).
Rosasea adalah penyakit kulit kronis yang terutama terdapat di muka bagian tengah
(centre facial). Lokalisasinya terdapat pada hidung, pipi, dagu, dahi, dan glabela ditandai
dengan adanya eritema dan teleangiektasi dan kadang-kadang disertai dengan peradangan.
Pada waktu terjadinya peradangan terdapat papula, pustule, dan pembengkakan (Marwali,
2000).
2.3.2
Klasifikasi
Fase eritema
Episode eritema:
1. Stadium I : Eritema sedang yang menetap, disertai dengan teleangiektasi yang
tersebar.
2. Stadium II
3. Stadium III : Eritema hebat yang menetap disertai banyak teleangiektasi terutama
pada hidung, papula, pustula, nodul dengan edema yang mirip plakat
(Marwali, 2000).
2.3.3
Etiologi
Etiologi rosasea belum diketahui, tapi ada beberapa faktor penyebab, diantaranya :
1. Makanan : kopi, teh panas, minuman keras, tembakau dan makanan pedas/banyak
rempah-rempah dapat memperhebat rosasea. Alkohol merupakan salah satu
penyebab rosasea.
2. Psikis : tidak terbukti bahwa kelainan psikis menyebabkan terjadinya rosasea.
Bahkan rosasea dapat menyebabkan terjadinya neurosis dan depresi.
3. Farmasai (obat-obatan) : adanya peningkatan bradikinin yang dilepas oleh
adrenalin pada saat kemerahan kulit flushing menimbulkan dugaan adanya peran
berbagai obat, baik sebagai penyebab maupun yang dapat digunakan sebagai terapi
rosasea.
4. Infeksi : Demodex Folliculorum dahulu dianggap berperan dalam etiologi rosasea,
namun akhir-akhir ini mulai ditinggalkan.
5. Iklim (musim) : peran sinar ultraviolet yang dapat menimbulkan kerusakan
pembuluh darah kulit penyebab eritema persisten masih terus diselidiki.
24
Patofisiologi
Rosasea merupakan penyakit kulit kronis yang terdapat di muka bagian tengah
(centre facial) yang terjadi akibat proses infeksi (peradangan). Banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya peradangan, seperti : Infeksi Helicobaccer pylori pada saluran
pencernaan yang menyebabkan hipersensitiasi syaraf sensori wajah melalui plasma
kalikrein-klinin dan produksi bradikinin sehingga pembuluh darah kecil wajah mengalami
vasodilatasi, lalu farmakologi: Corticosteroid yang menstimulasi adrenalin untuk
mengeluarkan bradikinin, paparan sinar matahari menyebabkan kerusakan pembuluh
darah kulit, konsumsi alcohol, makanan minuman panas,stress, dan olah Raga berat serta
factor resiko: genetic,perempuan, menopause, dan berkulit putih merupakan pencetus
terjadinya rosasea.
Penyebab pasti dari rosacea tidak diketahui. Tapi ada sejumlah faktor yang
mungkin terlibat. Namun, tidak satupun dari faktor-faktor ini telah pasti terbukti menjadi
penyebabnya, seperti :
1. Pembuluh darah kecil di bawah kulit yang terkena mungkin menjadi 'bocor'
abnormal.
2. Sebuah tungau kecil yang disebut follicularum demodex mungkin terlibat. Ia hidup
tanpa bahaya pada kulit banyak orang tetapi telah ditemukan dalam jumlah yang
lebih tinggi pada mereka dengan rosacea.
3. Abnormal reaksi kekebalan di kulit yang mengarah ke peradangan juga bisa
merupakan pencetus terjadinya rosacea.
4. Genetika juga dapat terlibat sebagai rosacea yang dapat berjalan di beberapa
keluarga.
Dan penggunaan jangka panjang steroid krim di wajah dapat menyebabkan kondisi
yang identik dengan rosacea.
2.3.5
Manifestasi Klinis
Gejala klinik yang utama adalah:
1. Eritema (kemerahan)
25
Penatalaksanaan
Tidak ada obat untuk rosasea. Tujuan pengobatan adalah untuk mengidentifikasi dan
menghindari kemungkinan yang dapat memicu, dengan demikian mengurangi gejala. Dengan
menjaga gejala harian untuk mengidentifikasi spesifik pemicu yang mungkin dimiliki.
Pengobatan yang dilakukan antara lain:
1. Topikal
a. Tetrasiklin, klindamisin, eritromisin dalam salep 0,5-2%. Eritromisin lebih baik
hasilnya dibandingkan lainnya.
b. Metronidasol 0,75% gel atau krim 2% efektif untuk lesi papul atau pustule.
c. Imidasol sendiri atau dengan ketokonasol atau sulfur 2-5% dapat dicoba.
d. Isotretinoin krim 0,2% juga bermanfaat.
e. Antiparasit untuk membunuh D. Folikulorum, misalnya lindane, krotamiton atau
bensoil bensoat.
f. Kortikosteroid kekuatan rendah. Hanya dianjurkan pada stadium berat
2. Sistemik
a. Tertrasiklin, eritromisin, doksisiklin, minosiklin dengan dosis yang sama dengan
dosis acne beradang, memberikan hasil yang baik karena efek anmikroba dan anti
inglamasinya. Dosis kemudian diturunkan bila lesi membaik.
b. Isotretinoin dapat digunakan kecuali bila ada rosasea di mata. Penggunaannya
harus diamati dengan ketat.
26
Komplikasi
- Rinofima
- Inflamasi Okuler
- Rosasea Limfedema
(Sjarif, 2007)
2.3.8
Prognosis
Rosasea umumnya persisten, berangsur bertambah berat melalui episode akut. Namun
adapula yang remisi secara spontan.
27
2.3.9
WOC Rosasea
Faktor
bakteri
Faktor
farmakologi
Infeksi Helicobaccer
pylori pada saluran
pencernaan
Corticosteroid.
Hipersensitiasi syaraf
sensori wajah melalui
plasma kalikrein-klinin
dan produksi
bradikinin
Stimulasi
bradikinin yang
dikeluarkan oleh
adrenalin
Faktor
lingkungan
Paparan sinar
matahari
Faktor makanan
dan psikologi
Alcohol, makanan
minuman
panas,stress, olah
Raga berat
Kerusakan
pembuluh
darah kulit
Vasodilatasi
pembuluh darah
kecil wajah
28
Faktor resiko
genetic,perempua
n, menopause,
kulit terang
Faktor
aktivitas
Olahraga
berat
Rosa
Perubahan penampilan
kulit di wajah
Gangguan citra
tubuh
Eritema/kemerahan
berkepanjangan pasa
wajah
Nyeri akut
Kerusakan
integritas kulit
29
: Nn. M
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 31 tahun
Suku / Bangsa
: Jawa, Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Magelang
b.
c.Riwayat penyakit sekarang : Kulit di daerah pipi dan hidung tampak kemerahan
(eritem), terlihat banyak pembuluh darah yang melebar (telengiektasis) di daerah
hidung, terlihat beberapa papul dan pustul.
d.
Pemeriksaan fisik :
g) B1 (Breathing) : h) B2 (Blood)
:-
30
i) B3 (Brain)
: Nyeri
j) B4 (Bladder)
:-
k) B5 (Bowel)
:-
l) B6 (Bone)
di daerah hidung dan pipi, telengiektasis, papul dan pstula, bengkak (-)
c.Pemeriksaan diagnostik
7. Analisa Data
No
1.
Data
DS:
Etiologi
Problem
Rosasea
Kerusakan
integritas kulit
Eritema/kemerahan
berkepanjangan pada
DO:
wajah
2.
DS:
Nyeri Akut
Eritema/kemerahan
berkepanjangan pada
wajah
eritema/kemerahan
berkepanjangan pada
wajah
(telangiectasia)
DS:
Rosasea
tubuh
Eritema/kemerahan
merah-merah
berkepanjangan pada
DO:
Pasien tampak murung,
Gangguan citra
wajah
(hidung, pipi, dagu,dahi)
Perubahan penampilan
kulit di wajah
3. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya destruksi jaringan kulit
2. Nyeri akut berhubungan dengan lesi sekunder (rosasea)
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya lesi dan eritema pada kulit
yang mempengaruhi penampilan
4. Intervensi Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya destruksi jaringan kulit
Tujuan: Integritas kulit dapat dipertahankan dengan baik dalam 3x24 jam
Kriteria hasil:
a. Luka sembuh
b. Bekas luka yang minimal
Intervensi :
No
1.
Intervensi
Dorong klien untuk menghindari
Rasional
Mencegah penularan bakteri yang
32
2.
kulit
kulit
Anjurkan
pasien
untuk
benar
Motivasi
pasien
untuk
kotoran di kulit
tetap Untuk
memperlancar
proses
No
Intervensi
Rasional
1. Kolaborasi pemberian analgesik, Dapat mengurangi nyeri, membunuh kuman dan
antibiotika, dan anti inflamasi mengurangi peradangan sehingga mempercepat
sesuai indikasi
2. Berikan posisi yang nyaman
3. Evaluasi
ulang
skala
penyembuhan
Mengurangi nyeri
Dorong
Intervensi
klien
Rasional
untuk Dengan mengungkapkan perasaan,
33
mengungkapkan
2.
perasaan
mengurangi
beban
secara
penanganan, pasien
perkembangan
3.
dan dapat
dan
kesehatan.
Berikan informasi
dan
dapat
prognosa masukan-masukan
yang
memberikan
baru
yang
telah
parah lagi
Anjurkan untuk berbagi dengan Dengan mengungkapkan,
saling
secara psikologis
MILIARIA
Definisi
Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi tersumbatnya, miliaria terbagi dalam beberapa tipe, yaitu :
1. Miliaria Kristalina : sumbatan berada di stratum korneum
2. Miliaria Rubra
Etiologi
1. Saluran keringat pada bayi masih imatur sehingga mudah pecah bila berkeringat,
hal ini mengawali timbulnya miliaria
2. Daerah tropis dengan suhu dan kelembaban tinggi. Miliaria terjadi karena ada
sumbatan keratin pada saluran keringat. Udara lembab mempengaruhi keratin di
sekeliling lubang keringat yang mula-mula kering kemudian menjadi lembab dan
membengkak, sehingga lubang keringat tertutup.
3. Keadaan demam atau aktivitas dan olah raga berlebihan
4. Selain itu, gangguan hormonal, obat-obatan dan paparan radiasi ultraviolet juga
telah dilaporkan sebagai pencetus timbulnya miliaria
5. Bakteri seperti Staphylococcus epidermidis
6. Bahan kimia menyebabkan keratin menjadi basah dan menutupi lubang keringat.
2.4.4
Patofisiologi
Rangsangan utama pada miliaria adalah kondisi kelembaban dan panas yang
tinggi yang menyebabkan keringat berlebihan. Terjadi occlusion kulit karena pakaian,
perban, obat transdermal patch, hal ini dapat menyebabkan pengumpulan keringat
pada permukaan kulit dan lapisan overhydration dari corneum. Orang yang rentan,
termasuk bayi, yang kelenjar ekrinnya relatif belum matang, overhydration dari
stratum corneum dianggap cukup untuk menyebabkan penyumbatan sementara dari
acrosyringium.
Jika kondisi lembab panas bertahan, individu terus memproduksi keringat
berlebihan, tetapi tidak dapat mengeluarkan keringat ke permukaan kulit karena
penyumbatan duktus. Sumbatan ini menyebabkan kebocoran keringat ke permukaan
kulit, baik di dalam dermis atau epidermis, dengan relatif anhidrosis. Ketika titik
kebocoran di lapisan corneum atau hanya di bawahnya, seperti dalam Miliaria
crystallina, sedikit adanya peradangan, dan lesi tidak menunjukkan gejala. Sebaliknya,
di Miliaria rubra, kebocoran keringat ke lapisan subcorneal menghasilkan spongiotic
vesikula dan sel inflamasi kronis periductal menyusup pada papiler dermis dan
epidermis bawah. Dalam Miliaria profunda, terbentuknya dari keringat ke dermis
papiler menghasilkan substansial, masuk kedalam periductal limfositik spongiosis dari
saluran intra-epidermis.
Residen bakteri kulit, seperti Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus
aureus, diperkirakan memainkan peran dalam patogenesis Miliaria. Pasien dengan35
Miliaria telah 3 kali lebih banyak bakteri per satuan luas kulit sebagai subyek kontrol
sehat. Agen antimikroba efektif dalam menekan Miliaria akibat eksperimental. AcidSchiff berkala-positif bahan tahan diastase telah ditemukan di plug intraductal yang
konsisten dengan substansi polisakarida ekstraselular stafilokokal (EPS). Dalam
pengaturan percobaan, hanya S epidermidis galur yang menghasilkan EPS dapat
menimbulkan Miliaria.
Pada akhir tahap Miliaria, hyperkeratosis dan parakeratosis dari acrosyringium
diamati. Sebuah plug hyperkeratotic mungkin muncul untuk menghalangi eccrine
saluran, tetapi sekarang ini diyakini menjadi terlambat perubahan dan bukan penyebab
menimbulkan penyumbatan keringat.
2.4.5
Manifestasi Klinis
a. Miliaria Kristalina
-
Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian badan yang tertutup
pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik yang
halus.
b. Miliaria Rubra
-
Penyakit ini lebih berat daripada miliaria kristalina, terdapat pada badan dan
tempat-tempat atau gesekan pakaian.
Terlihat papul merah atau papul vesikuler ekstrafolikuler yang sangat gatal dan
pedih.
c. Miliaria Profunda
-
Biasanya timbul setelah miliaria rubra, ditandai dengan adanya papul putih,
keras, erukuran 1-3 mm, terutama terdapat pada badan dan ekstrimitas.
Pada gambaran histopatologis tampak saluran keringat yang pecah pada dermis
bagian atas dengan atau tanpa infiltrasi sel radang (E.C Natahusada, 2007).
2.4.6
Pemeriksaan Diagnostik
36
Tidak ada pemeriksaan khusus dan pemeriksaan laboratorium pada miliaria karena
dari gejala klinik sudah dapat ditegakkan diagnosa.
2.4.7
Penatalaksanaan
Kunci pengobatan miliaria adalah menmpatkan penderita di dalam lingkungan yang
digin, sehingga keringat bisa berkurang. Dalam kebanyakan kasus, ruam miliaria dapat
diselesaikan tanpa intervensi. Namun, kasus yang parah dapat bertahan selama beberapa
minggu dan menyebabkan kecacatan signifikan. Penanganan miliaria antara lain:
1. Hindari udara panas dan lembab yang bisa menyebabkan tambah berkeringat,
mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat.
2. Gunakan lotion calamin untuk mendinginkan dan mengurangi gatal (caladine
termasuk lotion calamin)
3. Kompres dingin pada bagian miliaria apabila sangat gatal
4. Hindari kulit dari iritasi
5. Penggunaan steroid topikal dapat digunakan untuk mengurangi gatal
6. Beberapa obat local dapat diberikan untuk menghilangkan sumbatan, misalnya
lanolin yang anhidrus, salep hidrofilik, talk untuk bayi, tepung kanji dan losio
yang berisi 1% mentol dan gliserin dan 4% asam salisilat dalam alcohol 95%.
7. Pemberian vitamin C dosis tinggi dapat diberikan untuk mencegah atau
mengurangi timbulnya miliaria.
8. Pemberian klorampenikol
2.4.8
Komplikasi
Komplikasi yang tersering dari Miliaria adalah infeksi sekunder dan intoleransi
Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan miliaria adalah sangat baik.
37
Faktor
usia
Balita
Saluran keringat
mudah pecah
Faktor lingkungan
Suhu dan
kelembaban tinggi
Kreatinin disekitar
lubang keringan
menjadi lembab
Faktor
aktivitas
Faktor
lainnya
Faktor kimia
Faktor
bakteri
Aktivitas
meningkat,
olahraga
Pakaian,
perban,
Obat
transdermal
patch
Staphylococc
us
epidemidis
Produksi
sebum
meningkat
Lubang keringat
tertutup
Pengumpulan keringat
pada permukaan kulit
Kebocoran keringat
38
Sumbatan di
permukaan kulit
yaitu stratum
korneum (lapisan
kulit paling luar)
Miliaria
kristalina
Kerusakan
integritas
kulit
Mili
aria
Sumbatan di
dalam epidermis
Miliaria rubra
Tampak bintil2
kemerahan, lesi
dan disertai
peradangan
Sumbatan di bagian
dermo-epidermal
juction
Miliaria profunda
Gatal dan
perih
Nyeri Akut
39
Nama
: An. M
Umur
: 3 tahun
jenis kelamin
: Laki-laki
pendidikan
: play group
alamat
: Surabaya
pekerjaan
:-
agama
: Islam
suku bangsa
: Jawa
Keluhan utama
Klien mengeluh gatal dan kadang rasa panas.
40
c. Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 16 buah.
d. Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
- Perkembangan
a. Tahap perkembangan Psikoseksual
Fase anal :
An. M suka menahan buang air besar, mulai menunjukan keakuannya, cinta
diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, perkembangan bicaranya
bagus, suka menirukan bicara orang disekitarnya, suka bermain bersama
teman-temannya di playgroup.
b. Tahap perkembangan psikososial
Autonomy vs Shame and doubt
An. M sering menirukan apa yang diperbuat dan dibicarakan orang-orang
disekitarnya. Masih sulit BAB sendiri, bisa makan sendiri, berpakaian masih
butuh didampingi. Suka bermain bersama teman-temannya di playgroup.
7
Pemeriksaan fisik
B1 : B2 : B3 : Nyeri
B4 : B5 : B6 : lesi berupa papula dengan puncak dan pusatnya berupa vesikel yang
dikelilingi oleh eritem pada daerah paha, leher dan penggung. Terasa gatal
dan panas.
2. Analisa Data
No Data
Etiologi
Problem
Sumbatan
luar)
Adanya
papul
di
Adanya
papul
yang
gesekan
terkena
pakaian
dan
meradang
Q : nyeri akut
R : di area kulit dan gesekan
pakaian
S : skala 4
T : pada saat tertentu, saat
hawa panas
3. DS: -
junction
banyak menyendiri
keras
mempengaruhi
3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan adanya lesi dan eritema pada
kulit yang mempengaruhi penampilan
42
4. Intervensi Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya destruksi jaringan
kulit
Tujuan: Integritas kulit dapat dipertahankan dengan baik
Kriteria hasil:
a. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
b. Bekas luka yang minimal
No
1
Intervensi
Rasional
Anjurkan pasien untuk dapat merawat Perawatan kulit yang benar mengurangi
Sensasi
dingin
dapat
menyebabkan
Pemberian
antibiotik
kloramfenikol
2.
No
1
Intervensi
Rasional
Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan dengan mengetahui proses fisiologis dan
penyebabnya dan prinsip terapinya
prinsipnya
akan
kooperatif
Beri bedak atau lotion yang mengandung Menthol dapat
meningkatkan
menimbulkan
rasa
sensasi
kalamin atau menthol sesuai indikasi dingin pada kulit sehingga mengurangi
dokter
Gangguan konsep diri berhubungan dengan adanya lesi dan eritema pada kulit yang
mempengaruhi penampilan
Tujuan: Dalam waktu 324 jam konsep diri klien meningkat kembali
Kriteria hasil :
a. Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
b. Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang
dekat.
c. Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara
konstruktif.
d. Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri
No
1
Intervensi
Rasional
Berikan informasi yang dapat dipercaya Informasi
dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang masukan
yang
dan
akurat
instropeksi
memberikan
diri
dalam
penyakitnya
menerima dirinya
Anjurkan klien untuk mengekpresikan Perasaan yang diungkapakan pada orang
perasaan dan pikian tentang kondisi, yang dipercaya akan membuat perasaan
kemajuan, prognosa, sisem pendukung dan lega dan tidak tekanan batin
pengobatan
Kaji respon negatif terhadap perubahan Respon klien yang negatif diperlukan
penampilan
penurunan
(menyangkal
kemampuan
merawat
isolasi sosial)
merupakan masalah kulit yang paling mengganggu remaja dan ditemukan pada sekitar
80% remaja. Penyakit ini merupakan gangguan pada kelenjar pilosebaseus yang ditandai
dengan sumbatan dan peradangan folikel. Akne berkaitan dengan masalah kebersihan
kulit, pola makan, hormonal, psikologis, dan infeksi bakteri. Jerawat sering dimulai pada
masa pubertas antara usia 10 dan 13 dan cenderung lebih buruk pada orang dengan kulit
berminyak. Jerawat remaja biasanya berlangsung selama lima sampai 10 tahun, biasanya
akan pergi selama awal 20-an. Hal ini terjadi pada kedua jenis kelamin, meskipun remaja
laki-laki cenderung memiliki kasus yang paling parah. Wanita lebih mungkin
dibandingkan pria memiliki lembut hingga moderat ke 30-an dan seterusnya. Lesi
jerawat yang paling umum pada wajah, tetapi mereka juga dapat terjadi pada leher, dada,
punggung, bahu, dan lengan atas.
Angka kejadian akne dikalangan remaja pun sering meningkat seiring dengan
berbagai faktor yang dialami oleh penderita. Akne paling sering terjadi pada masa
remaja dan dimulai pada awal pubertas. Insiden akne pada remaja bervariasi antara 3060% dengan insiden terbanyak pada usia 14-17 tahun pada perempuan dan 16-19 tahun
pada laki-laki. Di poli kosmetik bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin RS Hasan
Sadikin Bandung pada tahun 2008, pasien baru yang berobat karena masalah akne
sebanyak 123 remaja laki-laki dan 432 remaja perempuan.
Sesuai dengan kondisi yang telah diulas diatas, dalam aspek kewirausahaan dapat
dirumuskan berupa produk baru yang kreatif dan inovatif untuk penderita pada kelainan
kelenjar ekrin dan sebasea. Judul yang kami ambil dalam aspek kewirausahaan ini adalah
Crimen (Cream Mentimun) : alternatif cream mentimun (Cucumis Sativus) untuk
menangani jerawat. Mentimun mempunyai banyak sekali manfaat yang untuk kesehatan
kulit khususnya penanganan jerawat. Manfaat mentimun antara lain :
1. Salah satu sifat mentimun untuk jerawat adalah memiliki sifat dingin di kulit. Hal ini
membantu mengurangi jerawat meradang merah dan juga efektif jika Anda memiliki
kulit yang terbakar matahari.
2. Kandungan air mentimun lebih dari 90%, jadi ini adalah cara alami untuk menjaga
kulit agar tetap lembab, kencang dan terhidrasi. Penggunaan mentimun untuk
pelembab lebih baik dari pada harus menggunakan pelembab kimia yang dapat
memperburuk kulit Anda.
3. Mentimun juga memiliki sifat mengencangkan dan menghaluskan kulit. Ini
membersihkan kulit dengan menghilangkan kotoran dan sel-sel kulit mati dan
mengencangkan pori-pori meninggalkan mereka lebih kecil, dan lebih kecil
kemungkinannya untuk menjadi tersumbat.
45
4. Selain untuk mengatasi jerawat, mentimun juga bertindak sebagai solusi anti-penuaan.
Asam
amino
dan
mineral
yang
terkandung
dalam
mentimun
membantu
46
1/2 Ketimun
1 sendok makan Madu
4 sendok makan jus lemon
Cara Membuat
1. Panaskan madu sampai menjadi cair (tidak terlalu panas) dengan menempatkan
dalam gelas kecil atau mangkuk logam yang direndam dengan air panas.
2. Masukkan pisang dan mentimun kedalam mesin penghalus.
3. Tempatkan campuran pisang dan mentimun yang sudah halus kedalam wadah.
4. Campurkan madu cair dan air jeruk nipis dan air jeruk nipis lalu aduk sampai halus
dan merata.
5. Oleskan cream lembut dengan ujung jari di wajah dan leher sampai merata.
6. Tunggu sampai 30 menit kemudian bersihkan dengan air hangat
d. Bahan-Bahan
1 buah mentimun
Putih telur dari 1 butir telur
Cara Membuat
1. Ambil satu buah mentimun kemudian cuci hingga bersih, cukup yang berukuran
kecil.
2. Haluskan dengan cara di parut, dan tambahkan putih telur dari 1 butir telur.
3. Campur hingga rata. kemudian pakaikan masker ke wajah dan leher.
4. Tunggu 15 menit lalu bersihkan sampai bersih dengan air.
2.5.3 Segmentasi Pasar
Pemasaran Crimen dalam kegiatan ini kami mempunyai segmentasi pasar untuk
kalangan remaja sebagai sasaran utama produk kami, karena dalam hal ini remaja sangat
banyak sekali yang mengalami jerawat yang dapat mengganggu penampilannya seharihari dan juga pada kalangan dewasa yang membutuhkannya.
2.5.4 Strategi Publikasi dan Pemasaran
Dalam strategi publikasi dan pemasaran Crimen mempunyai berbagi cara untuk
menjual kepada sasaran target utama. Dalam hal ini kami akan memberikan suatu
publikasi terlebih dahulu dengan menggunakan berbagai media secara massif mulai dari
media internet dengan membuat email, blog, jejaring sosial. Media cetak kami akan
memasarkannya dengan membuat dan mencetak pamflet, leaflet, brosur yang akan
disebarkan pada tempat tempat yang strategis serta menggunakan Short Massage Service
47
(SMS). Selain itu kami akan menggunakan sistem jemput bola kepada sasaran utama
seperti halnya promosi di kalangan sekolah SLTP, SMA dan Perguruan Tinggi.
a.
b.
c.
BAB 3
PENUTUP
48
3.1 Kesimpulan
Gangguan kulit karena gangguan pada kelenjar sebasea dan ekrin antara lain adalah
acne, rosacea, dan miliria. Acne merupakan suatu peradangan kronik kelenjar-kelenjar
sebasea. Keadaan ini sering dialami oleh mereka yang berusia remaja dan dewasa muda, dan
akan menghilang dengan sendirinya pada usia sekitar 20-30 tahun. (Price&Wilson, 2005).
Rosasea adalah penyakit kulit kronis yang terutama terdapat di muka bagian tengah (centre
facial). Lokalisasinya terdapat pada hidung, pipi, dagu, dahi, dan glabela ditandai dengan
adanya eritema dan teleangiektasi dan kadang-kadang disertai dengan peradangan. Pada
waktu terjadinya peradangan terdapat papula, pustule, dan pembengkakan. (Marwali, 2000).
Penyakit kulit yang sering terjadi pada anak adalah miliaria. Pada umumnya miliaria
sering terjadi di daerah punggung, dahi, leher, bahu, dada, lipatan-lipatan kulit serta bagian
tubuh yang berambut. Dan juga diperkirakan sekitar 80% penderita miliaria terjadi pada anak
dibawah umur 5 tahun (Sugito, 2007).
Miliaria sering tidak diperdulikan oleh banyak orang karena tidak berbahaya. Miliaria
dalam bahasa awam sering dikenal dengan sebutan biang keringat adalah salah satu gangguan
pada kulit akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat berupa
bintik-intik merah yang timbul pada sekujur tubuh yang mengakibatkan rasa gatal dan panas,
sehingga merangsang penderita untuk menggaruknya kuat-kuat. Namun bahayanya jika
tempat yang gatal itu digaruk akan menimbulkan iritasi dan luka sampai meradang menjadi
bisul akibat infeksi bakteri dan jamur. Miliaria juga merupakan respon terhadap udara yang
lembab, faktor pakaian, bahan baju yang tidak menyerap peluh (Elandari, 2003).
3.2 Saran
Setelah penulisan makalah ini, kami mengharapkan masyarakat pada umumnya dan
mahasiswa keperawatan pada khususnya mengetahui lebih dalam tentang penyakit gangguan
kulit seperti acne, rosacea, dan miliria. Kepada para perawat, kami sarankan untuk lebih aktif
dalam memberikan penyuluhan untuk mengurangi angka kesakitan penyakit gangguan. Bagi
para penderita tindakan pencegahan yang paling mudah dilakukan adalah menghindari factor
pencetus dari gangguan tersebut. Dengan tindakan preventif yang dapat dilakukan bersama
oleh semua pihak akan menurunkan tingkat keparahan dari gangguan akan berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
49
Djuanda, Adhi dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit.. Jakarta : Hipokrates
Haryanto, Sri. 2006. Sehat dan bugar secara alami. Jakarta: Niaga Swadaya
Kligman, A.M. and Plewig, G. 1975. Acne Morphogenesis and Treatment. Springer Verlag,
Berlin
Lynda Juall, Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 10. Jakarta : EGC.
Mcclockey C, Joanne, Gloria M Bulechek 1996, Nursing Intervention Classification (NIC),
Mosby Year Book, St.Louis.
Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2011. Anatomi fisiologi : kurikulum berbasis kompetensi untuk keperawatan dan
kebidanan. Jakarta : EGC.
50