You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asuhan ibu postpartum adalah suatu bentuk manajemen kesehatan
yang dilakukan pada ibu nifas dimasyarakat.
Asuhan kebidanan di komunitas adalah pemberian asuhan secara
menyeluruh, tidak hanya kepada ibu nifas akan tetapi juga
melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat di sekitar ibu
nifas. Asuhan ini merupakan kelanjutan asuhan dari rumah sakit atau
pelayanan kesehatan lainnya.
Asuhan kebidanan di komunitas adalah pemberian asuhan
secara menyeluruh tidak hanya kepada ibu nifas akan tetapi
pemberian asuhan yang melibatkan seluruh keluarga dan anggota
masyarakat di sekitar ibu nifas. Asuhan ini merupakan kelanjutan
asuhan dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya.
Pelayanan nifas merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai
standar pada ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 hari
pascapersalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas penting
diberikan pada ibu dan bayi, karena merupakan masa krisis baik
ibu dan bayi. Enam puluh persen (60%) kematian ibuterjadi
setelah persalinan, dan 50% kematian pada masanifas terjadi 24
jam pertama. Demikian halnya dengan masa neonatus juga
merupakan

masa

krisis

dari

kehidupan bayi.

Dua

pertiga kematian bayi terjadi 4 minggu setelahpersalinan, dan


60% kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari setelah lahir.

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

B. Rumusan masala
1. Apa yang di maksud dengan asuhan posnatal di komunitas?
2. Apa tujuan melakukan asuhan masa nifas ?
3. Apa peran dan tanggung jawab bidan selama asuhan postnatal?
4. Apa apa saja tahapan dalam pembentukan pembentukan
kelompok masa nifas?
C. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui apa itu Asuhan postnatal di komunitas, apa tujuan
dilaksanakannya Asuhan postnatal di komunitas, manfaat dan
kegiatan apa saja yang biasa dilakukan dalam Asuhan postnatal di
komunitas serta bagaimana cara mencapai keberhasilan dalam
pelaksanaan Asuhan postnatal di komunitas.

BAB II
PEMBAHASAN

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

1. Definisi Asuhan Postnatal (PNC)


Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera
setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada
waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang
normal. (Cunningham, 2012).
Asuhan kebidanan di komunitas adalah pemberian asuhan
secara menyeluruh tidak hanya kepada ibu nifas akan tetapi
pemberian asuhan yang melibatkan seluruh keluarga dan anggota
masyarakat di sekitar ibu nifas. Asuhan ini merupakan kelanjutan
asuhan dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya.
Pelayanan nifas merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai
standar pada ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 hari
pascapersalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas penting
diberikan pada ibu dan bayi, karena merupakan masa krisis baik
ibu dan bayi. Enam puluh persen (60%) kematian ibuterjadi
setelah persalinan, dan 50% kematian pada masanifas terjadi 24
jam pertama. Demikian halnya dengan masa neonatus juga
merupakan

masa

krisis

dari

kehidupan bayi.

Dua

pertiga kematian bayi terjadi 4 minggu setelahpersalinan, dan


60% kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari setelah lahir.
2. Standar Pelayanan Minimal Asuhan Postnatal
Alat
Alat yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan harus
steril dan bersih

Tempat
Di Rumah Bidan :
1. Ruang periksa mempunyai luas minimal 2x3 meter

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

2. Setiap bangunan pelayanan minimal mempunyai ruang


periksa, ruang administrasi / kegiatan lain sesuai kebutuhan,
ruang tunggu dan kamar mandi / WC masing-masing 1 buah
3. Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan
Di Rumah Pasien :
Sesuai dengan keadaan rumah pasien, diusahakan ruangan yang
digunakan pasien bersih dan nyaman.
3. Standar 13
Perawatan Bayi Baru Lahir
a. Tujuan
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya
pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikimia, dan infeksi.
b. Pernyataan Standar
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk
memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder,
menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai
dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani
hipotermia.
c. Prasyarat
1. Bidan sudah dilatih dengan tepat dan terampil
untuk mendampingi persalinan dan memberikan perawatan bayi
baru lahir dengan segera.
2.

Bidan sudah terlatih dan terampil untuk :

Memeriksa dan menilai bayi baru lahir dengan menggunakan


skor Apgar.

Menolong bayi untuk memulai terjadinya pernafasan dan


melakukan resusitasi bayi baru lahir

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

Mengenal tanda tanda hipotermi dan dapat melakukan


tindakan yang tepat untuk mencegah dan menangani
hipotermi.

Pencegahan infeksi pada bayi baru lahir.

Mengenali tanda tanda hipoglikemia dan melakukan


penatalaksanaan yang tepat jika hipoglikeia terjadi.

3. Tersedianya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang


bersih dan aman bagi bayi baru lahir , seperti air bersih, sabun , 2
handuk atau kain hangat yang bersih ( satu untuk mengeringkan
bayi, yang lain untuk menyelimuti bayi), gunting steril/ DTT
untuk memotong tali pusat, 2 klem steril / DTT, benang
steril/DTT ( atau klem ) untuk mengikat tali pusat, sarung tangan
bersih/DTT, termometer bersih/DTT, bola karet penghisap atau
penghisap DeLee yang di DTT, timbangan bayi dan pita pengukur
yang bersih.
4. Obat salep mata: tetrasiklin 1% atau eritromisin 0,5%
5. Kartu Ibu, Kartu Bayi dan buku KIA
6. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru lahir
yang efektif.
d. Hasil yang diharapkan
1. Bayi baru lahir dengan kelainan atau kecacatan dapat segera
menerima perawatan yang tepat
2. Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat dan dapat
bernapas dengan baik
3.

Penurunan angka kejadian hipotermi

e. Proses
Bidan harus :

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

1. Menggunakan sarung tangan bersih/DTT sebelum menangani


bayi baru lahir.
2. Memastikan bahwa suhu ruangan hangat ( ruangan harus hangat
untuk mencegah hiportermia pada bayi baru lahir).
3. Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi , letakkan diperut ibu,
dan segera keringkan bayi . Dengan handuk bersih yang hangat
setelah bayi kering, selimuti bayi termasuk bagian kepalanya
dengan handuk baru yang bersih dan hangat. ( Riset
menunjukkkan bahwa 90% bayi baru lahir mengalami perubahan
dari kehidupan intrauteriin menjadi ekstrauterine dengan
pengeringan dan stimulasi. Penghisapan lendir rutin tidak perlu
dan mungkin membahayakan ).
4. Segera menilai bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas/
menangis sebelum menit pertama nilai APGAR, jika bayi tidak
menangis atau tidak bernafas spontan, hisap mulut dan hidung
bayi secara hati hati menggunakan bola karet penghisap atau
penghisap DeLee yang di DTT.
5.

Jika bayi mengalami kesulitan memulai pernafasan walaupun


sudah dilakukan pengeringan, stimulasi atau penghisapan lendir
dengan hati hati, mulai lakukan resusitasi bayi baru lahir untuk
menangani asfiksia ( lihat standart 24 ).

6.

Jika bayi menangis atau bernafas, lakukan pemeriksaan nilai


APGAR pada menit pertama setelah lahir.

7.

Minta ibu memegang bayinya. Tali pusatnya di klem di dua


tempat menggunakan klem steril/DTT, lalu potong diantara
kedua klem dengan gunting tajam steril/DTT. ( ikuti langkah
penataksanaan aktif persalinan kala tiga, standar 11).

8. Pasang benang /klem tali pusat


9.

Bayi harus tetap diselimuti dengan baik, anjurkan ibu untuk


memeluk bayinya dan segera mulai menyusui.

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

( Riset

menunjukkan pemberian ASI dini penting untuk keberhasilan


awal pemberian ASI. Kontak kulit ibu dan bayi juga merupakan
cara yang baik untuk menjaga pengaturan suhu tubuh bayi pada
saat lahir. Pastikan, jika bayi tidak didekap oleh ibunya, selimuti
bayi dengan handuk yang bersih dan hangat. Tutupi kepala bayi
dengan baik untuk mencegah kehilangan panas).
10. Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap keadaan bayi secara
umum dengan menggunakan skor APGAR.
11. Jika kondisi bayi stabil, lakukan pemeriksaan bayi setelah
plasenta lahir dan kondisi ibu stabil.
12. Periksa tanda vital bayi. Ukur suhunya dengan menggunakan
termometer yang diletakkan diketiak ( Jangan masukkan
termometer ke anus bayi, hal ini merupakan prosedur yang tidak
perlu dan dapat membahayakan bayi). Bila suhu bayi kurang dari
36C atau jika tubuh atau kaki bayi teraba dingin, maka segera
lakukan penghangatan tubuh bayi. Amati suhu tubuh bayi setiap
jam sampai suhunya normal dan stabil.
13. Periksa bayi dari kepala sampai ujung kaki untuk mencari
kemungkinan adanya kelainan. Periksa anus dan daerah
kemaluan. Lakukan pemeriksaan ini dengan cepat agar bayi tidak
kedinginan, ibu hendaknya menyaksikan pemeriksaan tersebut.
14. Timbang bayi dan ukur panjangnya. Lakukan dengan cepat agar
bayi tidak mengalami hipotermi.
15. Tetap selimuti bayi pada saat ditimbang, meletakkan bayi pada
timbangan yang dingin akan menyebabkan kehilangan panas.
Berat yang tercatat kemudian dapat disesuaikan dengan
mengurangi jumlah berat handuk/kain tersebut.
16. Setelah memeriksa dan mengukur bayi, selimuti dengan baik,
pastikan bahwa kepala bayi tertutup dan berikan bayi kembali

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

untuk dipeluk ibu. Hal ini merupakan cara yang sangat baik
untuk mencegah hipotermi.
17. Cuci tangan lagi dengan sabun, air dan handuk yang bersih.
Dalam waktu satu jam setelah kelahiran, berikan salep/obat tetes
mata pada mata bayi baru lahir, untuk mencegah oftalia
neonatorum: salep mata tetrasiklin 1%, larutan Perak Nitrat 1%
dan Eritromisin 0.5%. Biarkan obatnya tetap dimata bayi, jangan
dibersihkan salep/obat tetes mata yang berada disekitar mata.
18. Jika bayi belum diberi ASI, bantu ibu untuk mulai menyusui.
Riset menunjukan bahwa memulai pemberian ASI dalam waktu
1 jam pertama setelah kelahiran adalah penting untuk
keberhasilan awal pemberian ASI. Kolustrum, ASI pertama,
penting karena mengandung zat kekebalan untuk pencegahan
infeksi dan penyakit pada bayi baru lahir. Pemberian ASI dini
akan mencegah/ menangani hipoglikemia pada bayi baru lahir.
19. Hindari pemberian susu formula pada bayi baru lahir, hal ini
tidak perlu dan mungkin membahayakan.
20. Tunggu 6 jam, atau lebih, setelah kelahiran bayi sebelum
memandikannya , tunggu lebih lama jika bayi mengalami
kesulitan

mempertahankan

suhu

tubuh

bayi

sebelum

memandikannya, suhu tubuh bayi baru lahir harus antara 3637C. Gunakan air hangat untuk memandikan bayi dan pastikan
ruangan hangat. Mandikan bayi dengan cepat dan segera
keringkan bayi dengan handuk besih, hangat dan kering untuk
mencegah kehilangan panas tubuh yang berlebihan.
21. Kenakan baju yang bersih dan selimuti bayi dengan handuh/kain
yang hangat dan bersih.
22. Periksa apakah bayi baru lahir mengeluarkan urine dan
mekonium dalam 24 jam pertama kehidupannya, catat waktu
pengeluaran

urine

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

dan

mekonium.

Mintalah

ibu

memperhatikannya bila persalinan berlangsung dirumah. Bila


dalam 24 jam bayi tidak mengeluarkan urine dan mekonium,
segera rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.
23. Lakukan pencatatan semua temuan dan perawatan yang diberikan
dengan cermat dan lengkap dalam partograf, kartu ibu dan kartu
bayi.
24. Rujuk segera ke puskesmas atau rumah sakit yang tepat jika
ditemukan kelainan dari normal.
4. Standart 14
Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan
a. Tujuan
Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman
selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu
dan bayi. Meningkatan asuhan sayang ibu dan sayang bayi.
Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah
persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan
bayinya.
b. Pernyataan Standar
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan
ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.

c. Prasyarat
1. Ibu dan bayi dijaga oleh bidan terlatih selama dua jam sesudah
persalinan dari jika mungkin bayi tetap bersama ibu.

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

2.

Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan perawatan untuk


ibu dan bayi segera setelah persalinan, termasuk keterampilan
pertolongan pertama pada keadaan gawat darurat.

3.

Ibu didukung / dianjurkan untuk menyusui dengan ASI dan


memberikan kolustrum.

4.

Tersedia alat perlengkapan, misalnya untuk membersihkan


tangan yaitu air bersih, sabun dan handuk bersih, handuk / kain
bersih untuk menyelimuti bayi, pembalut wanita yang bersih,
pakaian kering dan bersih untuk ibu, sarung atau kain kering dan
bersih untuk alas ibu, kain / selimut yang kering untuk
menyelimuti ibu, sarung tangan DTT, tensimeter air raksa,
stetoskop dan

5.

termometer.

Tersedianya obat obatan oksitosika, obat lain yang diperlukan


dan tempat penyimpangan yang memadai.

6. Adanya sarana pencatatan: partograf, Kartu Ibu, Kartu Bayi, Buku


KIA
7. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan obstetri dan
keggawatdaruratan bayi baru lahir yang efektif.
d. Hasil Yang Diharapkan
1. Komplikasi segera dideteksi dan dirujuk
2. Penurunan kejadian infeksi nifas dan neonatal
3. Penurunan kematian akibat perdarahan postpartum primer
4.

Pemberian ASI dimulai dalam 2 jam pertama sesudah persalinan

e. Proses
Bidan harus :

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

10

1. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan


perawatan pada ibu dan bayi baru lahiir. Menggunakan sarung
tangan bersih pada saat melakukan kontak dengan darah atau
cairan tubuh.
2.

Mendiskusikan semua pelayanan yang diberikan untuk ibu dan


bayi dengan ibu, suami dan keluarganya.

3.

Segera setelah lahir ,nilai keadaan bayi ,letakkan diperut ibu


,dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat.
Setelah bayi kering, selimuti bayi dengan handuk baru yang
bersih dan hangat. Bila bayi bernafas / menangis tanpa
kesulitan , dukung ibu untuk memeluk bayinya ( lihat standart 13
).

4. Sangat penting untuk menilai keadaan ibu beberapa kali selama 2


jam pertama setelah persalinan . Bidan berada bersama ibu dan
melakukan pemeriksaan ini, jagan pernah meninggalkan iibu
sendirian sampai paling sedikit 2 jam setelah persalinan dan
kondisi ibu stabil.
Lakukan penatalaksanaan yang tepat persiapkan rujukan jika
diperlukan.
a. Melakukan penilaian dan masase fundus uteri setiap 15 menit
selama satu jam pertama setelah persalinan , kemudian setiap 30
menit selama satu jam kedua persalinan. Pada saat melakukan
masase uterus, perhatikan berapa banyyak darah yang keluar dari
vagina. Jika fundus tidak terraba keras, terus lakukan masase
pada daerah fundus agar berkontraksi . periksa jumlah
perdarahan yang keluar dari vagina. Periksa perinieum ibu
apakah membengkak, hematoma, dan berdarah dari tempatnya
perlukaan yang ssudah dijahit setiap kali memeriksa perdarahan
funddus dan vagina.

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

11

b. Jika terjadi perdarahan, segera lakukan tindakan sesuai dengan


standar 21. Berbahaya jika terlambat bertindak.
c. Periksa tekanan darah dan nadi ibu setiap 15 menit selama 1 Jam
pertama setelah persalian, dan setiap 30 menit selama 1 jam
kedua setelah persalinan ( jika tekanan darah ibu naik, lihat
standar 17 ).
d. Lakukan palpasi kandung kemih ibu 15 menit selama satu jam
pertama setelah persalinan dan kemudian setiap 30 menit selama
satu jam kedua setelah persalinan. Bila kandung kemih penuh
dan meregang mintalah ibu untuk b.a.k jangan memasang kateter
kecuali ibu tidak bisa melakukanya sendiri. ( retensi urine dapat
menyebabkan perdarahan uterus). Mintalah ibu untuk buang air
kecil dalam 2 jam pertama sesudah melahirkan.
e. Periksa suhu tubuh ibu beberapa saat setelah persalinan dan
sekali lagi satu jam setelah persalinan. Jika suhu tubuh ibu >
38C , minta ibu untuk minum 1 liter cairan , jika suhunya tetap
> 38C segera rujuk ibu ke pusat rujukan terdekat ( Jika mungkin
mual berikan IV RL dan berikan ibu 1 gr amokxilin dan
ampisilin per oral )
5.

Secepatnya bantu ibu agar dapat menyusui. ( lihat standar 10 &


13). Atur posisi bayi agar dapat melekat dan menghisap dengan
benar. ( Semua ibu membutuhkan pertolongan untuk mengatur
posisi bayi, baik untuk ibu yang baru pertama kali menyusui
maupun ibu yang sudah pernah menyusui).

6. Penggunaan gurita atau stagen harus ditunda hingga 2 jam setelah


melahirkan. Kontraksi uterus dan jumlah perdarahan harus
dinilai dan jika ibu mengenakan gurita atau stagen hal ini sulit
untuk dilakukan.
7. Bila bayi tidak memperlihatkan tanda tanda kehidupan setelah
dilakukan resisutasi, maka beritahu orang tua bayi apa yang

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

12

terjadi. Berikan penjelasan secara sederhana dan jujur. Biarkan


mereka melihat atau memeluk bayii mereka. Beritahulah dengan
bijaksana dan penuh perhatian , biarkan orang tua melakukan
upacara untuk bayi yang meninggal sesuai dengan adat istiadat
dan kepercayaan mereka. Setelah orang tua bayi mulai tenang ,
bantulah mereka dan perlakukan bayi dengan baik dan penuh
pengertian terhadap kesedihan merreka.
8. Bantu ibu membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian.
Ingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan tubuh dan
menganti kain pembalut secara teratur, berikan penjelasan
perubahan perubahan yang terjadi paskah persalinan.
9. Catat semua temuan dan tindakan dengan lengkap dan seksama
pada partograf, kartu ibu, dan kartu bayi.
10. Sebelum meninggalkan ibu , bahaslah semua bahaya potensial
dan tanda tandanya dengan suami dan keluarga.
11. Pastikan bahwa ibu dan keluarganya mengetahui bagaimana dan
kapan harus meminta pertolongan.
12. Jangan meninggalkan ibu dan bayi sampai mereka dalam keadaan
baik dan semua cataatan lengkap. Jika ada hal yang
mengkhawatirkan

pada

ibu

atau

janin,lakukan

rujukan

puskesmas atau rumah sakit.


5. Standart 15
Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas
a. Tujuan
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari
setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif
b. Pernyataan Standar
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui
kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu
keenam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

13

ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar,


penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang
mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan
tentang kesehatan secara umum, kebersihanperorangan,
makanan bergizi, perawatan BBL pemberian ASI, imunisasi dan
KB.
c. Prasyarat
1. Sistem yang berjalan dengan baik agar ibu dan bayi
mendapatkan pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih
sampai dengan 6 minggu setelah persalinan, baik dirumah,
puskesmas atau rumah sakit.
2.

Bidan telah dilatih dan terampil dalam :

Perawatan nifas, termasuk pemeriksaan ibu dan bayi


dengan cara yang benar

Membantu ibu untuk memberikan ASI

Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan


bayi pada masa nifas

Penyuluhan dan pelayanan KB/penjarangan kelahiran

3. Bidan dapat memberikan pelayanan imunisasi atau bekerja sama


dengan juru imunisasi di puskesmas atau fasilitas kesehatan
terdekat
4. Tersedia vaksin, alat suntik, tempat penyimpanan vaksin da tempat
pembuangan benda tajam yang memadai
5. Tersedianya tablet besi dan asam folat
6. Tersedia alat/perlengkapan, misalnya untuk membersihkan tangan,
yaitu sabun, air bersih, dan handuk bersih, sarung tangan
bersih/DTT
7. Tersedia kartu pencatatan, kartu ibu, kartu bayi, kartu KIA

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

14

8. Sistem rujukan untuk perawatan komplikasi kegawatdaruratan ibu


dan bayi baru lahir berjalan dengan baik.
d. hasil yang diharapkan
1. Komplikasi pada masa nifas segera dirujuk untuk penanganan
yang tepat
2.
3.

Mendorong pemberian ASI eksklusif


Mendorong penggunaan cara tradisional yang berguna dan
menganjurkan untuk menghindari kebiasaan yang merugikan

4.
5.

Menurunkan kejadian infeksi pada ibu dan bayi


Masyarakat semakin menyadari pentingnya penjarangan
kelahiran

6.

Meningkatkan imunisasi pada bayi

e. Proses
Bidan harus :
1. Pada kunjungan rumah, menyapa ibu dan suami / keluarga nya
denagn ramah
2.

Menanyakan pada ibu dan suami/ keluarganya jika ada masalah


atau kekhawatiran tentang ibu dan bayinya.

3.

Mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan bayi.

4. Memakai sarung tangan DTT/ bersih bila melakukan kontak


dengan darah atau cairan tubuh
5. Periksa tanda tanda vital ibu ( Suhu tubuh, nadi dan tekanan
darah ). Periksa payudara ibu, amati bila puting retak, dan
tanda tanda atau gejala gejala saluran ASI yang tersumbat
atau infeksi payudara. Periksa involusi uterus ( Pengecilan
uterus sekitar 2 cm / hari selama 8 hari pertama ). Periksa
lockea, yang ada pada hari ketiga seharusnya mulai berkurang
dan berwarna coklat, dan pada hari ketiga seharusnya mulai
berkurang dan berwarna coklat, dan pada hari ke-8 - 10
menjadi sedikit dan berwarna merah muda. Jika ada kelainan

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

15

segera rujuk.

( Lihat daftar bahaya dan tanda tandanya

di akhir standar ini ) jika dicurigai sepsis puerpuralis gunakan


( Standar 23 ). Untuk penanganan perdarahan pasca persalinan
gunakan

( Standar 22 ).

6. Tanyakan apakah ibu meminum tablet sesuai ketentuan


( Sampai 42 hari setelah melahirkan), dan apakah
persediaannya cukup.
7. Bila ibu menderita anemia semasa hamil atau mengalami
perrdarahan berat selama proses persalinan periksakkan Hb
pada hari ketiga. Nasehati ibu supaya makan makanan yang
bergizi dan berikan tablet tambah darah.
8. Berikan penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya menjaga
kebersihan diri, memakai pembalut bersih, makanan bergizi ,
istirahat cukup dan cara merawat bayi.
9. Cucilah tangan, lalu periksa bayi. Periksalah tali pusat pada
setiap kali kunjungan ( paling sedikit pada hari ke-tiga ,
minggu kedua, dan minggu ke-enam ). Tali pusat harus tetap
kering. Ibu perlu diberitahu bahayanya membubuhkan sesuatu
pada tali pusat bayi. Misalnya : minyak atau bahan lain. Jika
ada kemerahan pada pusat, perdarahan atau tercium bau
busuk, bayi

segera dirujuk.

10. Perhatikan kondisi umum bayi, tanyakan kepada ibu


pemberian ASI, misalnya bayi tidak mau menyusu, waktu
jaga, cara bayi menangis, berapa kali buang air kecil, dan
bentuk fesesnya.
11. Perhatikan warna kulit bayi, apakah ada ikterus atau tidak.
Ikterus pada hari ketiga postpartum adalah ikterus fisiologis
yang tidak memerlukan pengobatan. Namun, bila ikterus
terjadi sesudah hari ketiga/kapan saja, dan bayi malas untuk

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

16

menyusu dan tampak mengantuk, maka bayi harus segera


dirujuk ke Rumah sakit.
12. Bicarakan pemebrian ASI dan bila mungkin perhatikan apakah
bayi menyusu dengan baik ( Amati apakah adda kesulitan atau
masalah ).
13. Nasehati ibu tentang pentingnya pemberian ASI ekkslusif
sedikit 4 sampai 6 bulan. Bicarakan bahaya pemberian unsur
tambahan ( Susu formula, air atau makanan lain ) sebelum
bayi berumur 4 bulan
14. Bicarakan tentang KB dan kapan senggama dapat dimulai.
Sebaiknya hal ini didiskusikan dengan kehadiran suaminya.
15. Catat dengan tepat semua yang ditemukan.
16. Jika ada hal - hal yang tidak normal, segeralah merujuk ibu
dan / atau bayi ke puskesmas / rumah sakit.
17. Jika ibu atau bayi meninggal, penyebab kematian harus
diketahui sesuai dengan standar kabupaten/propinsi/nasional.
6. Prinsip Kunjungan Rumah Masa Nifas
Prinsip pemberian asuhan lanjutan pada masa nifas di rumah
meliputi:
1. Asuhan postpartum di rumah berfokus pada

pengkajian,

penyuluhan dan konseling


2. Pemberian asuhan kebidanan di rumah, bidan dan keluarga
dilakukan dalam suasana rileks dan kekeluargaan.
3. Perencanaan kunjungan rumah
4. Keamanan
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakanprogram nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit
empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan
untuk :
1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

17

2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan


adanya gangguankesehatan ibunifas dan bayinya.
3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi
pada masa nifas.
4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan
mengganggu kesehatan ibunifas maupun bayinya.
5) Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa
nifas:
Kunjungan

Waktu

Asuhan
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena
atonia uteri.
Mendeteksi
dan
perawatan
penyebab
lainperdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga
tentang cara mencegah perdarahan yang
disebabkan atonia uteri.

6-8 jam
Pemberian ASI awal.
post
partum Mengajarkan cara mempererat
antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga
bayi
tetap
pencegahanhipotermi.

sehat

hubungan
melalui

Setelah
bidan melakukan pertolongan
persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan
bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir
dalam keadaan baik.
II

6
hari Memastikan involusiuterus barjalan dengan
post
normal, uterus berkontraksi dengan baik,
partum tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak
ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

18

bergizi dan cukup cairan.


Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi
baru lahir.
III

2
Asuhan pada 2 minggu post partum sama
minggu
dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan
post
6 hari post partum.
partum

IV

6
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami
minggu ibu selama masa nifas.
post
partum Memberikan konselingKB secara dini.

7. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian
asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa
nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa
nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman.
4. Membuat

kebijakan,

perencana

programkesehatan

yang

berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan


administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

19

menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang


aman.
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan secara professional.
Peran bidan adalah menjaga hubungan dengan ibu dan bayi
sejak persalinan hingga pemeriksaan 4-6 minggu post partum.
Asuhan kebidanan ibu nifas salah satunya yaitu support system
dalam pelayanan post natal meliputi breast feeding, peran menjadi
orang tua dan kelompok ibu post partum atau postpartum group.
1) Breastfeeding atau menyususi
adalah proses pemberian air susu ibu kepada bayi.
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam
menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu
untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalahmasalah umum terjadi. Membiarkan bayi bersama ibunya
segera sesudah lahir sering disebut dengan inisiasi menyusui
dini (early initiation) atau permulaan menyusui dini.
Pemberian ASI sedini mungkin lebih baik, jika memungkinkan
paling sedikit 30 menit setelah lahir. Mengajarkan cara
merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul. Peranan awal bidan dalam
mendukung pemberian ASI adalah :
a) Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang
mencukupi dari payudara ibunya.

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

20

b) Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu


menyusui bayinya sendiri.
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI,
dengan :
a) Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir
selama beberapa jam pertama.
b) Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu
untuk mencegah masalah umum yang timbul.
c) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
d) Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama
(rawat gabung).
e) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
f) Memberikan kolustrum dan ASI saja.
g) Menghindari susu botol dan dot empeng.
Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir
selama beberapa jam pertama. Bayi mulai meyusu sendiri
segera setelah lahir sering disebut dengan inisiasi menyusu dini
(early initiation) atau permulaan menyusu dini.Hal ini
merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan
kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat
memberikan kehangatan.Selain itu, dapat membangkitkan
hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi.Pemberian ASI seawal
mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30
menit setelah lahir. Mengajarkan cara merawat payudara yang
sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu,
sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara
dilakukan

sedini

mungkin,

bahkan

tidak

menutup

kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

21

dilakukan. Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan


ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum menyusui.
Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali
dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim,
minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.
Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi
ASI.Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah
lahir sangatlah penting. Semakin sering bayi menghisap puting
susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini
disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada
hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang
bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI. Pemberian
ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam
menyusui.
Pemberian ASI tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu
saja, tetapi peranan suami (ayah bayi) sebagai pasangan juga
sangat dibutuhkan.Peranan ayah dalam pemberian ASI dikenal
dengan istilah breastfeeding father.Para ayah umumnya
berpendapat

bahwa menyusui adalah urusan ibu

dan

bayinya.Mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang


pasif saja. Sebenarnya ayah mempunyai peran yang sangat
menentukan dalam keberhasilan menyusui karena ayah akan
turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran air susu ibu
yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.
2) Breastfeeding father
adalah suatu istilah yang artinya adalah dukungan penuh
dari seorang suami kepada istrinya dalam proses memberikan
ASI. Maksud dari dukungan penuh seorang suami berarti
adalah semua tindakan-tindakan yang diberikan suami kepada

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

22

istri dalam hal memberikan ASI, yang dilakukan dengan penuh


kasih sama seperti dia mengasihi dirinya sendiri.
Semakin ibu tenang dan percaya diri, apalagi jika
didukung oleh pengetahuan ibu tentang manajemen menyusui,
maka proses menyusui bisa dilalui dengan lebih mudah. Jika
ibu khawatir, tidak percaya diri, banyak pikiran, maka proses
menyusui bisa terhambat. Maka disini breastfeeding father
dibutuhkan untuk membuat si ibu tenang dan percaya diri.
Tindakan-tindakan suami dalam breastfeeding father
antara lain
a) Membantu istri supaya nyaman dlm memberikan ASI,
seperti memberikan bantal sandaran supaya ibu bisa
duduk dengan nyaman dan rileks.
b) Setiap saat siang atau malam, bila bayi ingin minum,
ambillah bayi dan gendong ke ibunya untuk disusu.
c) Selalu sendawakan bayi setelah menyusu. Cara sendawa
yang paling tepat adalah dengan menggendong tegak
kemudian perut bayi diletakkan pada pundak ayahnya.
d) Ganti popoknya sebelum atau sesudahbayi menyusu.
e) Gendong bayi dengan kain, biarkan ia merasakan
kehangatan badan ayahnya.
f) Tenangkan

bayi

menggendong,

bila

ia

gelisah

menepuk-nepuk,

atau

dengan

cara

menggoyang-

goyang tempat tidur goyangnya.


g) Sekali-kali mandikan bayi.
h) Biarkan bayi berbaring di dada ayahnya agar ia dapat
mendengar detak jantung sang ayah, bunyi napas, dan
kehangatan kulit ayahnya.
i) Biasakan

memijat

bayi

mungkinsehari dua kali.

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

23

sejak

baru

lahir,

bila

j) Memperhatikan si istri dengan memberikan minum,


sampai

membuatkan

susu/teh

juga

nyuapin

makanan/biskuit/roti.
k) Menggendong bayi ke ibu saat bayi ingin disusui,
menyendawakan bayi, mengganti popok, memandikan
dan menggendong bayi, memijat bayi, mengajak bayi
berbicara, bermain, bernyanyi.
Lebih dari 90% keberhasilan ASI eksklusif dikarenakan
peran bapak.Umumnya, kegagalan ASI eksklusif merupakan
suatu kondisi yang avoidable. Umumnya kegagalan ASI
eksklusif

disebabkan

karena

kurangnya

support

dari

lingkungan dan kurangnya penguasaan ilmu ASI dan


Menyusui, Sebaiknya Ibu mempersiapkan diri akan ilmu
dasar tentang ASI & menyusui kemudian transfer ke
lingkungan terdekat ibu yaitu suami dan keluarga sehingga
dengan banyaknya dukungan, pemberian ASI akan sukses.
3) Kehamilan mempengaruhi seluruh anggota keluarga.
Setiap anggota memerlukan proses adaptasi yang
bergantung pada budaya dan lingkungannya. Wanita segala
umur selama masa kehamilannya beradaptasi untuk berperan
sebagai ibu, suatu proses belajar yang kompleks secara sosial
dan kognitif.
Peran ibu dimulai pada kehidupan seorang perempuan
menjadi seorang ibu dari anaknya.Persepsi lingkunagn
sosialnya

tentang

aturan-aturan

peran

wanita

dapat

mempengaruhi pilihannya antara menjadi ibu atau perempuan


karier, menikah atau tetap membujang, atau menjadi bebas dari
pada tergantung orang. Bermain peran dengan boneka,
mengasuh bayi dan mengasuh saudara dapat meningkatkan

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

24

pengertian seperti apa peran ibu. Perempuan yang menyukai


bayi atau anak-anak mempunyai motivasi untuk menerima
kehamilan dan menjadi ibu.
Kedekatan hubungan membuat ibu hamil lebih siap
untuk berperan sebagai ibu.Pada saat anggota keluarga
menyadari peran baru mereka, bisa terjadi konflik dan
ketegangan. Diperlukan komunikasi yang efektif antara ib
dengan suami dan keluarganya. Komponen-komponen yang
penting seputar ibu hamil adalah : ibunya sendiri, reaksinya
terhadap

kehamilan

anaknya,

menghargai

kemandirian

anaknya, keberadaanya dimasa lampau dan sekarang, dan


keinginan untuk mengenangnya.
4) Tidak hanya pada masa kehamilan saja perlu dilakukan kelas
ibu hamil
pada masa nifas juga masih diperlukan suatu kelompok
yang

biasanya

disebut

postpartum

group.

Kelompok

postpartum merupakan salah satu bentuk kelompok atau


organisasi kecil dari ibu nifas, yang bertujuan untuk
mendeteksi,

mencegah,

dan

mengatasi

permasalahan-

permasalahan yang timbul selama masa nifas. Dalam


postpartum group para ibu nifas bisa berkeluh kesah dan
mendiskusikan pengalaman melahirkannya, perasaannya, dan
bagaimana cara menghadapi masa nifas.
Sebaiknya pembentukan kelompok ibu nifas dilakukan
pada minggu pertama masa nifas, yaitu setelah melakukan
kunjungan pertama, sehingga upaya deteksi dini, mencegah,
dan mengatasi permasalahan pada masa nifas dapat dilakukan
sesegera mungkin serta kesejahteraan ibu dan bayi bisa
terwujud.

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

25

Ibu nifas sering mengalami gangguan psikologis yang


dikenal dengan post partum blues. Di komunitas sebaiknya
dibentuk postpartum group yaitu kelompok ibu-ibu nifas.
Dalam post partum group para ibu nifas bisa saling berkeluh
kesah

dan

mendiskusikan

pengalaman

melahirkannya,

perasaan saat ini dan bagaimana cara menghadapi masa nifas.


8. Tahapan atau langkah-langkah dalam pembentukan kelompok
ibu nifas :
a) Kenali program-program yang ada untuk ibu nifas.
Program untuk ibu nifas yang diberlakukan antara lain adalah
kunjungan pada ibu nifas dan neonatus, pemberian ASI
eksklusif, pemberian tablet tambah darah, dan pemberian tablet
vitamin A.
b) Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dapat dilakukan bersamaan dengan
kunjungan pada ibu nifas dan neonatus melalui posyandu,
dasawisma,

bidan

setempat,

ataupun

melalui

forum

komunikasi desa (seperti PKK).Adapun data yang dibutuhkan


untuk membentuk kelompok ibu nifas meliputi jumlah ibu
nifas dan bayi, kebiasaan atau trasisi setempat, permasalahanpermasalahan pada masa nifas dan bayi, sumber daya
masyarakat, serta penentu kebijakan.
c) Lakukan pendekatan (mengatur strategi).
Mengingat masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang
masih memegang teguh nilai-nilai atau kepercayaan, patuh
kepada orang yang dianggap sebagai contoh, maka pendekatan
dengan keluarga ibu, tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala
desa, dan kader sebagai pengambil keputusan dan penentu

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

26

kebijakan

sangat

diperlukan

untuk

mewujudkan

suatu

kelompok ibu nifas.


d) Buat Perencanaan.
Untuk membuat suatu perencanaan harus melihat data yang
telah terkumpul, buat usulan atau proposal yang didalamnya
memuat tentang latar belakang dan tujuan dari pembentukan
kelompok post partum. Perencanaan meliputi kegiatankegiatan yang dilakukan dalam pembentukan kelompok post
partum, tempat an waktu, anggaran, serta peserta.
e) Pelaksanaan.
Dalam pelaksanaan mintalah orang yang dianggap sebagai
model atau contoh bagi masyarakat setempat, misalnya tokoh
agama/kepala desa untuk memimpin ddiskusi. Bidan dapat
berperan sebagai narasumber. Lakukan diskusi sampai
terbentuk susunan organisasi ibu nifas (kelompok postpartum).
Kemudian buat rencana tindak lanjut.
f) Evaluasi.
Evaluasi dilakukan pada akhir masa nifas, setelah kunjungan
ke-4. Pastikan bahwa tujuan akhir daripembentukan kelompok
postpartum benar-benar tercapai, ibu dan bayi sehat.

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

27

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asuhan kebidanan di komunitas adalah pemberian asuhan secara
menyeluruh tidak hanya kepada ibu nifas akan tetapi pemberian
asuhan yang melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat di
sekitar ibu nifas. Asuhan ini merupakan kelanjutan asuhan dari
rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya.
B. SARAN
Hal yang perlu diperhatikan adalah memberikan asuhan yang
bersifat komprehensif dengan memadukan antara kebutuhan ibu,
keluarga, masyarakat dan program pemerintah .

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

28

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA Abdul Bari Saifuddin,, 2002 , Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Penerbit Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta Abdul Bari Saifuddin,, 2001 , Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Penerbit
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta Nurmawati. 2010.
mutu pelayanan kebidanan. Jakarta:CV.Trans Info Media

ASUHAN POSTNATAL DI KOMUNITAS

29

You might also like