Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
dengan kolesistitis acalculous dapat hadir dengan demam dan sepsis sendirian, tanpa
ada temuan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kolesistitis akut. Gejala yang paling
umum dari kolesistitis akut adalah nyeri perut bagian atas, sering menjalar ke ujung
skapula kanan.
Kolesistitis merupakan salah satu penyakit yang berbahaya karena
melibatkan system metabolisme, oleh karena itu perlu penatalaksanaan dan asuhan
keperawatan yang tepat serta pemeriksaan lebih awal agar dapat menentukan langkah
medis lebih cepat dan tepat. Sehingga tidak terjadi komplikasi yang lebih parah lagi.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Bagaimana konsep kolesistitis?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien kolesistitis?
1.3. TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
1. Menjelaskan konsep kolesistitis
2. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien kolesistitis
1.3.2 Tujuan khusus
1. Menjelaskan definisi kolesistitis
2. Menjelaskan klasifikasi kolesistitis
3. Menjelaskan etiologi kolesistitis
4. Menjelaskan patofisiologi kolesistitis
5. Menjelaskan manifestasi klinis kolesistitis
6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik kolesistitis
7. Menjelaskan penatalaksanaan kolesistitis
8. Menjelaskan komplikasi kolesistitis
9. Menjelaskan prognosis kolesistitis
10. Menjelaskan WOC kolesistitis
11. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan kolesistitis.
1.4 MANFAAT
1.4.1 Manfaat Teoritis
Mengetahui konsep tentang kolesisititis dan asuhan keperawatan yang harus di
terapkan pada klien dengan kolesisititis.
1.4.2 Manfaat Praktis
Perawat dapat mengaplikasikan proses keperawatan secara profesional dan
holistik pada klien dengan kolesistitis yang di dasarkan pada ilmu pengetahuna
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
melibatkan batu di duktus sistikus yaitu, kolesistitis kalkulous, dengan 10% lainnya
merupakan kasus kolesistitis acalculous.
2.2 KLASIFIKASI
Dikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker, 2001).
1. Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya
merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara
tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa.
2. Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu,
yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat.
2.3 ETIOLOGI
Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki batu
empedu. Kadang suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya peradangan.
2.3.1 Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang serius dan cenderung
timbul setelah terjadinya:
a. cedera,
b. pembedahan
c. luka bakar
d. sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh)
e. puasa yang berkepanjangan
penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang menerima makanan
lewat infus dalam jangka waktu yang lama). Penyakit ini lebih sering terjadi
pada wanita dan angka kejadiannya meningkat pada usia diatas 40 tahun karena
imunitasnya mulai menurun.
2.3.2 Faktor risiko untuk kolesistitis yang berhubungan dengan cholelithiasis sebagai
berikut:
a. Perempuan
b. Kelompok etnis tertentu
c. Obesitas atau berat badan yang cepat
d. Obat-obatan (terutama terapi hormonal pada wanita)
e. Kehamilan
f. Bertambahnya usia
2.3.3 Penyebab lain acalculous kolesistitis meliputi:
a. Penyakit jantung termasuk infark miokard
b. Penyakit sel sabit
c. Infeksi Salmonella
d. Diabetes mellitus
e. Pasien AIDS
dengan
sitomegalovirus,
Cryptosporidiosis,
atau
mikrosporidiosis.
2.3.4 Kasus idiopatik ada.
5
2.4 PATOFISIOLOGI
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan empedu
dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air
dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.
Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu pada saat
sfingter Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan
mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi
zat-zat padat. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan
supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut.
Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu,
stasis empedu, dapat menyebabkan infeksi kandung empedu.
Kolesistitis akut calculous disebabkan oleh terhalangnya saluran sistikus,
menyebabkan distensi kandung empedu. Sehingga kandung empedu membesar, aliran
darah dan drainase limfatik terganggu, yang menyebabkan iskemia dan nekrosis
mukosa. Sebuah penelitrian oleh Cullen menunjukan bahwa endotoxin menyebabkan
nekrosis, perdarahan dan kehilangan lapisan mukosa seiring dengan iskemia akut.
Endotoxin juga menurunkan kontraktilitas kandung empedu dalam amerespon
kolesistokinin (CCK) yang menyebabkkan stasis empedu. (Gladden, 2010).
Meskipun mekanisme yang tepat dari kolesistitis acalculous tidak jelas,
beberapa teori menyebutkan bahwa cedera merupakan akibat dari stasis empedu.
Sedangkan keadaan puasa yang berkepanjangan, kandung empedu tidak terstimulus
oleh Cholesistokinin untuk mensekresikan cairan empedu, sehingga empedu tetap di
lumen.
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Gejala kolesistitis menurut Henderson bisa berupa:
a. Tanda awal dari peradangan kandung empedu biasanya berupa nyeri di perut kanan
bagian atas.
b. Nyeri bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan sering menjalar ke
bahu kanan.
c. Biasanya terdapat mual dan muntah.
d. Nyeri tekan perut
e. Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku.
Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak. Pada mulanya, timbul
demam ringan, yang semakin lama cenderung meninggi. Serangan nyeri berkurang
dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang dalam 1 minggu, gangguan pencernaan
menahun, nyeri perut yang tidak jelas (samar-samar), sendawa.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT scan perut
Pemeriksaan CT scan abdomen kurang sensitive dan mahal, tapi mampu
memperlihatkan adanya abses perikolesistik yang masih kecil yang mungkin tidak
terlihat pada pemeriksaan USG
2. Kolesistogram oral
Kolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan gambaran kandung empedu bila ada
3.
95%
4. Tes darah
Untuk melihat peningkatan sel darah putih. Jika pemeriksaan darah menunjukkan
peningkatan
kadar
enzim
amilase,
mungkin
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan umum antara lain: istirahat total, pemberian nutrisi parenteral, diet
ringan
2. Pemberian antibiotic pada fase awal sangat penting untuk mencegah komplikasi
peritonitis, kolangitis dan septisemia. Golongan ampisilin, sefalosporin dan
metronidazol cukup memadai untuk mematikan kuman-kuman yang umum terdapat
pada kolesistitis akut seperti E Colli, Streptococcus faecalis dan Klebsiella
3. Pengobatan
yang
biasa
dilakukan
adalah
pembedahan.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1. Biodata
Nama, alamat, tempat dan tanggal lahir, suku, agama, pendidikan, pekerjaan
Jenis kelamin : Lebih beresiko pada perempuan, karena perempuan memiliki kadar
kolesterol yang lebih
Umur
meningkat.
: Lebih beresiko pada perempuan umur diatas 40 tahun, karena
pada usia yang lebih tua, terjadi degenerasi fungsi kandung
11
Biasanya terdapat mual dan muntah, Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah
kanan menjadi kaku, demam ringan yang semakin lama cenderung meninggi.
Anoreksia, tidak toleran terhadap lemak, regurgitasi berulang, sering flatus
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit batu empedu (kolelitiasis)
5. Pemeriksaan fisik
B1 : Peningkatan frekwensi, nafas pendek dangkal
Karena apabila menarik nafas dalam, terjadi peningkatangn nyeri, sehingga
pasien cenderung bernafas pendek dan dangkal
B2 : Takikardi
Kompensasi dari peningkatan laju metabolik akibat reaksi infeksi, sehingga
membutuhkan aliran darah yang lebih banyak
B3 : Nyeri
Terjadi inflamasi pada kandung empedu
B4 : Perubahan warna urin (seperti teh)
Terjadi gangguan pada sirkulasi cairan empedu, sehingga empedu tidak dapat
mengalir secara sempurna dan gagal dalam pemberian warna khas pada urin
B5 : Mual muntah , anoreksia, perubahan warna feses
-Terjadi gangguan pada sirkulasi cairan empedu, sehingga empedu tidak dapat
mengalir secara sempurna dan gagal dalam pemberian warna khas pada feses.
-Perut terasa penuh karena lemak tidak dapat dicerna sempurna, sehingga
menimbulkan rasa mual muntah serta anoreksia
B6 : Jaundis, ikterus
Terjadi gangguan pada sirkulasi cairan empedu, sehingga empedu tidak dapat
mengalir secara sempurna dan bisa masuk ke pembuluh darah yang mengalir
ke seluruh tubuh.
3.2 ANALISA DATA
No
1
Data
DS: Klien mengeluh nyeri pada
perut kanan atas.
Etiologi
Peradangan
Problem
Nyeri
kandung empedu
DO:
a. Klien memegangi perut kanan
atas dan mukanya menunjukan
Mempengaruhi saraf
simpatis
12
kesakitan
b. Klien tampak meringis
kesakitan
c. Klien menyatakan tingkat
nyerinya 8 ( rentangnnya 0-10)
d. RR = 24 x / mnt
e. nadi = 105 x/mnt
2
Mempengaruhi
pusat nyeri
Nyeri
Tidak efektifnya
pencernaan lemak
DO:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Penurunan BB
Hb < 8
Albumin < 3,5
Porsi makan tidak habis
Klien tampak kurus dan pucat.
Klien muntah
Lemak terakumulasi
di saluran
pencernaan
Perut terasa penuh
Perubahan nutrisi
kurang dari
Mempengaruhi
kebutuhan tubuh
pusat mual
Mual, muntah
Perubahan nutrisi
kurang dari
3
kebutuhan tubuh
Tidak efektifnya
Resiko kekurangan
penuh, mual
pencernaan lemak
volume cairan
DO:
a. Klien muntah
Lemak terakumulasi
b. Turgor jelek
di saluran
c. Mukosa kering
pencernaan
pusat mual
Mual, muntah
Resiko kekurangan
volume cairan
4
Tingkat pendidikan
rendah
Kurang pengetahuan
Kurang informasi
penyakitnya.
c. Klien tampak bingung dan
cemas.
d. Tingkat pendidikannya rendah
Kurang pengetahuan
3.3 DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
gangguan pencernaan lemak, mual muntah.
3. Resiko tinggi kekurangan cairan volume cairan berhubungan dengan muntah.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi.
3.4 INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan
Kriteria hasil :
1.
2.
3.
4.
No
1
Intervensi
Observasi catat lokasi, tingkat dan
Rasional
Membantu mengidentifikasi nyeri
karakter nyeri.
3
4
5
perkembangannya.
Posisi fowler menurunkan tekanan-
Kompres hangat
empedu
Dilatasi dinding empedu, spasme
menurun.
Antibiotik: mencegah inflamasi yang
Sedatif
berkelanjutan
Analgetik:mengurangi nyeri
Sedatif: Untuk relaksasi/ ketenangan
Kriteria hasil :
1.
2.
3.
4.
5.
No
1
BB seimbang
Kadar albumin ( 3,5 4,7 )dan hemoglobin normal
Pasien tampak rileks, rambut sehat
Porsi makan habis
Tidak mual / muntah
Intervensi
Diskusikan menu yang disukai dan
Rasional
meningkatkan intake makanan
ditoleransi
Timbang BB sesuai indikasi
keefektifan diit
menetapkan jumlah intake kalori
tubuh
Anjurkan gosok gigi sebelum
makan / sesudah
Anjurkan mengurangi makanan
muntah
Kriteria hasil :
1. Turgor kulit baik, membran mukosa lembab
2. Pengisian kapiler baik
3. input dan output seimbang
No
1
2
3
Intervensi
muntah
Kolaborasi : Pemberian antiametik,
Pemasangan NGT
Rasional
Kriteria hasil :
1. Pengetahuan klien meningkat
2. Berpartisipasi dalam pengobatan.
No
1
2
Intervensi
Kaji informasi yang pernah didapat
Rasional
mengkaji tingkat pemahaman klien
aktif.
kooperatif.
Mengurangi kecemasan klien
saat istirahat
16
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Ny. LL, usia 39 tahun, masuk rumah sakit Dr. Sutomo pada tanggal 18 Maret 2002 dengan
keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri mulai dirasakan 14 hari sebelum ini,klien juga
merasakan mual dan panas pada perut bagian kanan atas, nyeri dirasakan selama 3 hari
berturut-turut. Sekarang nyonya LL sudah tidak nyeri lagi. Sebelum dibawa ke RS Dr.
Sutomo, klien di rawat di RS. Siti Khotijah, karena tidak ada perubahan dan nyeri
bertambah terus menerus maka klien di bawa ke RS. Dr. Sutomo pada tanggal 18 Maret
2010. Keluarga klien belum pernah ada yang menderita penyakit seperti ini.
4.1
PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
1. Nama
: Ny. LL
2. Tempat/Tgl Lahir
: 39 th
3. Suku / Bangsa
: Indonesia
4. Agama
: Islam
5. Status Marital
: Marid
6. Pendidikan / Pekerjaan
: Jawa
9. MRS
: 18 Maret 2002
b. Keluhan Utama
Nyeri perut kanan atas (3 hari terus menerus).
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mendadak nyeri perut kanan atas, mual dan panas, lalu klien dirawat di RS
Khotijah. Nafsu makan turun sejak sakit.
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien sebelumnya dirawat di RS siti khotijah dengan sakit yang sama.
17
Etiologi
Proses inflamasi
kandung empedu
Merangsang
syaraf simpatis
nyeri
Nyeri
Gangguan
pencernaan lemak
O:
a. Sebelum sakit BB 54 kg
setelah sakit 45 kg
Hb < 8
Albumin < 3,5
Porsi makan tidak habis
Klien tampak kurus dan
Nyeri
Merangsang pusat
b.
c.
d.
e.
Problem
Mempengaruhi
pusat mual
muntah
Resiko perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Mual muntah
pucat.
3
Kurang
Pendidikan rendah
pengetahuan
Kurang informasi
18
Kurang
pengetahuan
penyakitnya.
c. Klien tampak bingung dan
cemas.
d. Pendidikannya rendah
4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan tidak
adekuat/efektifnya pencernaan lemak, mual muntah
3. Kurang pengetahuan terhadap prognose, pengobatan dan penyakitnya berhubungan
dengan kurang informasi.
4.3 INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan
Kriteria hasil :
a.
b.
c.
d.
No
1
Rasional
Membantu mengidentifikasi nyeri
karakter nyeri.
terjadinya perkembangannya.
Posisi fowler menurunkan tekanan-
4
5
Kompres hangat
empedu
Dilatasi dinding empedu spasme
Kolaborasi :
menurun.
Antibiotik: mencegah inflamasi yang
Antibiotik
berkelanjutan
Analgetik
Analgetik:mengurangi nyeri
Sedatif
Intervensi
Diskusikan rencana / diit yang
Rasional
Meningkatkan intake makanan
disukai ditolelir
Kaji distensi abdomen, hambatan
nutrisi
meminimalkan rangsangan
kandungan empedu.
Intervensi
Berikan penjelasan setiap tindakan
Rasional
meningkatkan pengetahuan dan
20
merangsang kooperatif.
tidak mengulang-ulang informasi
prosedur diagnostik)
Libatkan keluarga dalam
pemberian informasi
dan kooperatif
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu baik secara akut ataupun
kronis (Barbara C. Long, 1996 : 154). Kolesistitis Akut adalah peradangan dari
dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari adanya batu empedu di
dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar
biasa. Sedangkan kolesistitis kronis adalah peradangan menahun dari dinding
kandung empedu, yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang
tajam dan hebat. Selain itu biasanya terdapat mual dan muntah, Nyeri tekan perut,
dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku.
Komplikasi dari kolesistitis adalah Demam tinggi, menggigil, peningkatan
jumlah leukosit dan berhentinya gerakan usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya
abses, gangren atau perforasi kandung empedu. Selain itu terjadi, serangan yang
disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke dalam hati
menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh batu empedu
atau oleh peradangan.
5.2 Saran
Sesuai dengan apa yang kami bahas diatas, maka sebaiknya semua orang menjaga
pola makan terutama yang mengandung lemak hewan. Karena dapat menjadi
21
pemicu terjadinya kolesistitis. Selain itu jika sudah mengalami nyeri yang tidak
wajar dan menggaggu aktivitas sebaiknya segera diperiksakan.
DAFTAR PUSTAKA
22
Statis empedu
Infeksi
23
b. Yang dilakukan perawat adalah mengajurkan tirah baring untuk mengurangi nyeri
dan pemberian cairan parentaeral untuk mengurangi stimulus pada kandung
empedu.
24