You are on page 1of 35

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIDRONEFROSIS

MAKALAH

oleh
Kelompok 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIDRONEFROSIS

MAKALAH

Diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik VB


Fasilitator : Iis Rahmawati, S.Kep., M.Kes.

oleh :
Mahbub Ramadhani

(122310101003)

Ananta Erfrandau

(122310101015)

Desi Rahmawati

(122310101021)

Lina Nur Khumairoh

(122310101029)

Wahyu Dini Candra Susila

(122310101043)

Kezia Shinta Pratiwi

(122310101057)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2014
ii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan keperawatan
klien likopenia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KK V
B.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Iis Rahmawati, S.Kep., M.Kes. selaku dosen mata kuliah KK V B;
2. Rekan kerja kelompok satu pada mata kuliah KK V B;
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah imi dapat berguna dan bermanfaat
dengan baik khususnya dalam pembelajaran KK V B.

Jember, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI
iii

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................

ii

KATA PENGANTAR ................................................................................

iii

DAFTAR ISI...............................................................................................

iv

BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................................

1.1 Latar Belakang.......................................................................

1.2 Tujuan ....................................................................................

1.3 Implikasi Keperawatan ........................................................

BAB 2. TINJAUAN TEORI......................................................................

2.1 Pengertian...............................................................................

2.2 Epidemiologi...........................................................................

2.3 Etiologi....................................................................................

2.4 Tanda dan Gejala...................................................................

2.5 Patofisiologi............................................................................

2.6 Komplikasi dan Prognosis.....................................................

2.7 Pemeriksaan Penunjang dan Dignostik...............................

2.8 Pengobatan.............................................................................

2.9 Pencegahan.............................................................................

BAB 3. PATHWAYS...................................................................................

10

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN........................................................

11

4.1 Pengkajian..............................................................................

11

4.2 Diagnosa..................................................................................

22

4.3 Perencanaan ..........................................................................

23

4.4 Pelaksanaan ...........................................................................

28

4.5 Evaluasi...................................................................................

30

BAB 5. PENUTUP .....................................................................................

32

5.1 Kesimpulan ............................................................................

32

5.2 Saran.......................................................................................

32

DAFTAR PUSTAKA

..........................................33
iv

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik
terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air
kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air
kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil
di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air
kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan
menekan jaringan ginjal yang rapuh.Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang
menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal
akan kehilangan fungsinya.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi
kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung
kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang
normal

di

dinding

ureter

sehingga

terjadi

kerusakan

yang

menetap. Hidronefrosis banyak terjadi selama kehamilan karena pembesaran


rahim menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini
karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke
kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir.
Oleh sebab itu untuk mengatasi dan untuk mencegah komplikasi yang
ditimbulkan dari hidronefrosis pelu dilakukan penatalaksanaan yang spesifik,
yaitu untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk
menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana definisi dan klasifikasi hidronefrosis?
1.2.2
Bagaimana epidemiologi hidronefrosis?
1.2.3
Apa saja etiologi hidronefrosis?
2
1.2.4
Bagaimana tanda dan gejala hidronefrosis?
1.2.5
Bagaimana patofisiologi hidronefrosis?
1.2.6
Bagaimana komplikasi dan prognosis hidronefrosis?
1.2.7
Bagaimana pengobatan dan pencegahan hidronefrosis?
1.2.8
Bagaiamana asuhan keperawatan pada anak dengan hidronefrosis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Adapun

tujuan

umum

dari

penulisan

makalah

ini

yaitu

agar

mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada anak


hidronefrosis.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis hidronefrosis.
2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan hidronefrosis.
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak
hidronefrosis.
4. Untuk mengetahui

Intervensi

keperawatan

pada

anak

dengan
dengan

hidronefrosis.
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan
hidronefrosis.
6. Untuk mengetahui

Evaluasi

keperawatan

pada

anak

dengan

hidronefrosis.
1.4 Implikasi Keperawatan
Bidang keperawatan merupakan suatu bidang ilmu yang sangat
berpengaruh terhadap kondisi sehat dan sakit dari seorang individu. Dalam
keilmuan keperawatan terdapat proses keperawatan yang digunakan untuk
melakukan penatalaksanaan terhadap suatu permasalahan kesehatan, termasuk
penatalaksanaan terhadap gangguan sistem perkemihan yakni hidronefrosis.
Melalui makalah ini, mahasiswa keperawatan maupun tenaga kesehatan dapat
lebih mendalami mengenai penyakit hidronefrosis dan penatalaksanaannya, akan
tetapi tetap dengan diimbangi dari referensi lainnya. Proses asuhan keperawatan
yang diulas dalam makalah ini juga dapat digunakan oleh mahasiswa keperawatan
maupun tenaga profesional keperawatan dalam menghadapi klien dengan
gangguan hidronefrosis.
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik sehingga tekanan diginjal meningkat (Smeltzer dan Bare, 2002).
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih

dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan


ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal
(Sylvia,1995). Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan
balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu
ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi
aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter
sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal
(Gibson, 2003). Hidronefrosis adalah pembesaran ginjal akibat tekanan balik
terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Hidronefrosis adalah obstruksi
saluran kemih proksimal terhadap kandung kemih yang mengakibatkan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter serta atrofi pada
parenkim ginjal (Price, 2001). Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari
ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air
kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal
(tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis
renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan
ginjal yang rapuh. Pada akhirnya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat
akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan
fungsinya.

2.2 Epidemiologi
Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung
kemih yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal
dan ureter serta atrofi pada parenkim ginjal. Epidemiologi dari penyakit
hidronefrosis yaitu di Semarang terdapat 51,9 dari 10.000 penduduk yang
menderita atau mengidap hidronefrosis. Sedangkan di Rumah Sakit dr. Soetomo
Surabaya angka kejadiannya yaitu pria : wanita = 5:1, usia yang terkena
hidronefrosis rata-rata pada usia 41,5 tahun.
2.3 Etiologi

Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan


ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis) yaitu :
a. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis
terlalu tinggi
b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
c. Batu di dalam pelvis renalis;
d. Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya
abnormal, dan tumor.
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah
sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih:
a. Batu di dalam ureter;
b. Tumor di dalam atau di dekat ureter;
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau
pembedahan;
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter;
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat
pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid);
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih);
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul
lainnya;
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra
akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker;
5
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera;
j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi
kontraksi ureter.
Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim
menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena
mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke
kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun
sesudahnya pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar. Pelebaran
pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis
yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa
lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter
sehingga terjadi kerusakan yang menetap.
2.4 Tanda dan Gejala

Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap.


Obstruksiakut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika
terjadiinfeksi maja disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria
akanterjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kenamaka
tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium);


Gagal jantung kongestif;
Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi);
Pruritis (gatal kulit);
Butiran uremik (kristal urea pada kulit);
Anoreksia, mual, muntah, cegukan;
Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang;
Amenore, atrofi testikuler.(Smeltzer dan Bare, 2002)

2.5 Patofisiologi
Hidronefrosis merupakan respons hasil dari proses anatomis atau
fungsional dari suatu gangguan aliran urine. Gangguan ini dapat terjadi dimana
saja di sepanjang saluran urine dari ginjal sampai ke meatus uretra. Obstruksi total
akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan pelebaran mendadak dan 6
peningkatan tekanan lumen bagian proksimal tempat obstruksi. Filtrasi
glomerulus tetap berlangsung dengan peningkatan filtrasi pada tubulus dan
penumpukan cairan di ruang interstisium. Peningkatan tekanan interstisium
menyebabkan disfungsi tubulus. Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu
kira-kira 3 minggu. Pada obstruksi parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam
waktu yang lebih lama dan bergantung pada derajat obstruksi.
Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas
menyebabkan obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini
menyebabkan hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan
nefron yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Hanya
hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Statis urine akibat
obstruksi meningkatakan insidensi pielonefritis akut dan pembentukan batu
saluran kemih yang keduanya dapat memperberat obstruksi.
Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis
akan menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter
merupakan nyeri intermitten yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal

10

posterior dan menjalar disekitar pinggang (flank) menuju daerah pubis. Obstruksi
unilateral kronis biasanya asimtomatik bahkan pada obstruksi total dan umumnya
berlanjut dengan kerusakan ginjal permanen sebelum terdeteksi. Obstruksi parsial
bilateral kronis memberikan gambaran gagal ginjal kronis progresif, meliputi
hipertensi, kegagalan fungsi tubulus (poliuria, asidosis tubulus renalis, dan
hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih atau pielonefritis akut.
Penanganan pasien tersebut dapat mengembalikan fungsi tubulus menjadi normal
bila dilakukan secara dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal ginjal
akut tipe pascaginjal dan selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak
segera dikoreksi. Oleh karena itu, keadaan ini termasuk kegawatdaruratan medis
(Kimberly, 2011).
Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total
menyebabkan anuria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila obstruksi
terletak dibawah kandung kemih, gejala dominan adalah keluhan peregangan
kandung kemih. Secara paradoks, obstruksi bilateral inkomplit menyebabkan
poliuria bukan oliguria, akibat terganggunya kemampuan tubulus memekatkan
urin dan hal ini dapat menyamarkan sifat asli kelainan ginjal. Hidronefrosis
unilateral dapat tetap asintomatik dalam jangka lama, kecuali apabila ginjal yang
lain tidak berfungsi karena suatu sebab. Ginjal yang membesar sering ditemukan
secara tidak sengaja pada pemerksaan fisik rutin. Kadang-kadang penyebab dasar
hidronefrosis, seperti kalkulus ginjal atau tumor obstruktif, menimbulkan gejala
yang

secara

tidak

langsung

menimbulkan

perhatian

ke

hifronefrosis.

Dihilangkanya obstruksi dalam beberapa minggu biasanya memungkinkan


pemulihan total fungsi, namun seiring dengan waktu perubahan menjadi
ireversibel.
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik,
sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung
kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi
terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu
ginjal saja yang rusak. Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh
batu renal yang terbentuk di

piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan

menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter


atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit

7
11

saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal
ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku.
Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung
kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis

juga dapat terjadi pada

kehamilan akibat pembesaran uterus.


Adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala
dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang
mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara
bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu (Smeltzer
dan Bare, 2002).
2.6 Komplikasi dan Prognosis
Jika hidronefrosis tetap tidak diobati, peningkatan tekanan di dalam ginjal
bisa menurunkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah, mengeluarkan
produk sampah, dan membuat urin serta mengatur elektrolit dalam tubuh.8
Hidronefrosis bisa menyebabkan infeksi ginjal (pyelonephrosis) gagal ginjal,
sepsis, dan dalam beberapa kasus, ginjal kehilangan fungsi atau kematian. Fungsi
ginjal akan mulai menurun segera dengan timbulnya hidronefrosis tetapi
reversibel jika tidak menyelesaikan

pembengkakan. Biasanya ginjal sembuh

dengan baik bahkan jika ada halangan berlangsung hingga 6 minggu. Menurut
Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi sebagai
berikut:
a. Batu ginjal. Adanya obstuksi dalam hidronefrosis menyababkan pengeluaran
urin terganggu atau bahkan menjadi statis. dengan adanya kondisi tersebut,
maka fungsi ginjal untuk mengekskresikan zat yang dapat membentuk kristal
secara berlebihan terganggu, hal itu menyababkan zat tersebut mengendap dan
mengkristal, dan lama-kelamaan dapat mengakibatkan batu ginjal
b. Sepsis. dengan adanya hidronefrosis maka potensi untuk terjadinya infeksi
sangat dapat terjadi akibat kuman dapat masuk ke saluran urinari, kemudian
kuman teresbut dapat masuk ke pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
septikemia
c. Hipertensi renovaskuler. Pada keadaan hidronefrosis yang parah yang
mengakibatkan perfusi renal yang buruk maka akan terjadi sekresi sejumlah

12

besar renin yang berfungsi dalam pelepasan angiostensin. Angiostensin akan


merangsang pengeluaran hormon adolsteron yang membuat tubula menyerap
banyak natrium dan air sehingga meningkatkan volume dan tekanan darah.
Akibat hidronefrosis maka akan terjadi perubahan respon terhadap resitensi
vaskular dan fungsi renal yang mengakibatkan ginjal mengalami hipertensi
renovaskular.
d. Nefropati obstruktif. Adanya hidronefrosis menyebabkan perubahan stuktur
anatomi disertai penurunan fungsi ginjal
e. Pielonefritis. Hidronefrosis bisa menyebabkan infeksi ginjal (pionefritis). aliran
balik urin yang membawa kuman dari saluran urinari yang dapat
mengkaibatkan infeksi pada ginjal
f. Ileus paralitik. hidronefrosis

yang

parah

dapat

mengakibatkan

ketidakseimbangan elektroli. Adanya ketidakseimabangan tersebut dapat


menimbulkan penurusan fungsi kerja peristaltik usus sehingga usus dapat

mengalami ilius paralitik.


2.7 Pemeriksaan Penunjang dan Dignostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika
2.
3.
4.
5.

ginjal sangat membesar.


USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih.
Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal
Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung
Laboratorium
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea tinggi karena ginjal

tidak mampu membuang limbah metabolik.


2.8 Pengobatan
a. Hidronefrosis akut
1. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat,
maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan
(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).
2. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka
bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.
b. Hidronefrosis kronik

13

1. Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air


kemih
2. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan
dan ujung-ujungnya disambungkan kembali
3. Dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa.
Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di
sisi kandung kemih yang berbeda
4. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a) terapi hormonal untuk kanker prostat
b) pembedahan
c) pelebaran uretra dengan dilator

10

2.9 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada hidronefrosis dengan cara mengurangi
faktor penyebab penyakit tersebut, misalnya minum air minimal 8 gelas sehari
untuk mencegah terbentuknya batu di saluran kemih, menjaga kebersihan diri
untuk mencegah resiko terjadinya infeksi dari saluran kemih, menghindari
paparan zat karsinogenik yang dapat memicu kanker serta menghindari kebiasaan
menahan miksi yang dapat menimbulkan batu ginjal.

14

MK: Anoreksia
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
MK: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan

Bau amonia

MK: Intoleransi Aktivitas

Mulut: ureum bertemu enzim ptialin

Mual, muntah Suplai O2 ke jaringan turun


Lambung:
bertemu HCL
BAB 3. ureum
PATHWAYS
Sistem pencernaan

Penurunan aktivitas

HB turun
Bersifat toksik dalam tubuh

MK: Kurang Pengetahuan

Peningkatan ureum dalam darah

Anemia

Lelah, letih, lesu, pucat

Produksi eritrosit menurun

Kurang informasi

MK: Ansietas
Gangguan
fungsi
Ginjal
tidakginjal
bisa menghasilkan eritropoeitin
Kegagalan metabolisme ginjal

Gelisah
MK: Nyeri Akut

Peningkatan tekanan ginjal

perubahan status kesehatan


MK: Resiko
Tinggi Infeksi
MK: Gangguan Eliminasi
Urin
Kolik renalis/nyeri pinggang Urine mengalir
balik

MK: Hipertermi
Obstruksi akut
Obstruksi sebagian atau total aliran
urine
Oliguri
Panas/ demam
Terbentuknya jaringan parut

Pasang Kateter

Penekanan pada uretra

Penekanan pada saluran kemih


Penekanan pada ureter/ uretra
Metabolisme meningkat
Peradangan

Hipertrofi prostat

Proses infeksi
Infeksi Neoplasma/
pada ureter tumor
atau uretra
di sekitar
Batu ginjal/
ureter
Pembesaran
kelainan
atau uretra
kongenital
uterus
BPH
pada
(Benigna
saat kehamilan
Prostat Hipertrofi)

15

BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN


4.1 Pengkajian
a. Identitas
Identitas Klien: Hidronefrosis dapat terjadi pada klien yang mengalami akumulasi
urin di saluran kemih bagian atas.
b. Keluhan Utama
Klien dengan hidronefrosis dapat mengeluh nyeri yang luar biasa di daerah tulang
rusuk dan tulang panggul.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dengan hidronefrosis mengalami oliguri, nyeri saat berkemih, dan nyeri
panggul.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu yang mungkin pernah dialami klien seperti, penyakit
batu ginjal, tumor, pembesaran prostat, atau kelainan kongenital.
e. Riwayat Perinatal
1) Antenatal:
pada klien dengan hidronefrosis, biasanya ibu sang anak menderita kanker
kandung kemih atau infeksi saluran kemih.

16

2) Intra natal:
pada klien dengan hidronefrosis biasanya saat proses kelahiran mengalami
infeksi, cacat bawaan, terapi penyinaran atau pembedahan.
3) Post natal:
pada klien dengan hidronefrosis biasanya klien

kurang

dalam

penatalaksanaan personal hygiene dan mengalami infeksi.


13

f. Riwayat Kesehatan Keluarga


Adanya riwayat penyakit di keluarga yang berhubungan dengan kelainan-kelainan
ginjal, seperti BPH, diabetes melitus, gagal ginjal, dan kelainan ginjal lainnya.
g. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Pemeriksaan tingkat perkembangan terdiri dari adaptasi sosial, motorik kasar,
motorik halus, dan bahasa. Tingkat perkembangan pada klien dengan
hidromnefris dapat dikaji melalui tingkah laku pasien maupun informasi dari
keluarga. Klien dengan hidronefrosis akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang terhambat, hal ini dikarenakan hidonefrosis menimbulkan
gejala saluran pencernaan yang samar-samar, seperti mual, muntah, dan nyeri
perut. Gejala ini kadang terjadi pada penderita anak-anak sehingga kebutuhan
nutrisinya kurang tercukupi dan akan mempengaruhi proses tumbuh kembangnya.
Selain itu rasa nyeri ditimbulkan membuat anak-anak tidak tersa nyaman dan akan
pula mengganggu proses perkembangannya.
h. Keadaan Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit
Kedaan lingkungan yang dapat mempengaruhi timbulnya hidronefrosis yaitu
lingkungan/suhu yang terlalu panas. Lingkungan yang terlalu panas dapat
menyebabkan tubuh mengeluarkan keringat berlebih sehingga mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit, klien akan mengalami dehidrasi, penurunan
produksi urin, dan urin akan menjadi pekat. Keadaan ini dapat menyebabkan
terjadinya batu ginjal, dengan demikian ginjal akan mengalami obstruksi sebagian
atau total aliran urin yang kemudian mengindikasikan terjadinya hidronefrosis.

17

i. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola persepsi dan tata laksana kesehatan: Perubahan penatalaksanaan
kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolisme: Klien hidronefrosis anak biasanya terjadi
akibat cacat bawaan dimana sambungan ureteropelvik menimbulkan gejala

14

saluran pencernaan yang samar-samar, seperti mual, muntah, dan nyeri perut
sehingga memungkinkan klien akan mengalami penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi: Klien dengan hidronefrosis akan mengalami perubahan polea
eliminasi urin.
4) Pola aktivitas/bermain: Klien akan mengalami kelemahan diakibatkan nyeri
dan kemungkinan komplikasi yang terjadi.
5) Pola istirahat dan tidur: Klien akan mengalami gangguan istirahat dan tidur
karena nyeri dan kemungkinan komplikasi yang terjadi. .
6) Pola kognitif dan persepsi sensori: Klien dan keluarga pada umumnya tidak
mengetahui tentang penyakitnya.
7) Pola konsep diri: bagaimana

persepsi orang

tua

dan/atau

anak

terhadap pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan.


8) Pola hubungan-peran: peran orang tua sangat dibutuhkan dalam merawat dan
mengobati anak dengan leukopenia.
9) Pola seksual-seksualitas: apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak
yang berhubungan dengan reproduksi sosial. Pada klien yang menderita
hidronefrosis biasanya tidak ada gangguan dalam reproduksi.
10) Pola mekanisme koping: keluarga perlu memeberikan dukungan dan
semangat sembuh bagi klien.
11) Pola nilai dan kepercayaan: bagaimana sistem kepercayaan yang dianut klien
dan orang tua dalam kesembuhan penyakitnya.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : pada kondisi yang masih belum parah, kemungkinan klien
dalam keadaan compos mentis, dan dalam keadaan yang cukup parah
kemungkinan klien berada dalam tingkat kesadaran sopor.
2) Kepala dan leher
Pada inspeksi kepala dan leher pada klien hidronefrosis kemungkinan dapat
terjadi yaitu, pada mata terlihat adanya konjungtiva anemis dan bibir pucat,
hal ini dapat terjadi karena fungsi ginjal yang terganggu sehingga tidak dapat
menghasilkan eritropoeitin (produksi eritrosit menurun)

dan dapat

18
15

menyebabkan suplai O2 ke jaringan turun. Klien jika sudah dalam keadaan


yang kronis juga dapat mengalami pernapasan cuping hidung, hal ini terjadi
karena kegagalan ginjal untuk membuang limbah metabolik sehingga terjadi
asidosis metabolik.
3) Dada
Pemeriksaan dada pada klien hidronefrosis biasanya masih belum didapatkan
kelainan.
4) Abdomen
Pemeriksaan fisik abdomen pada klien hidronefrosis kemungkinan dapat
diperoleh hasil teraba massa di daerah suprabubik dengan konsentrasi keras,
pada klien juga bisa diperoleh adanya nyeri ketok di sudut costovertebra,
keadaan ini terjadi karena adanya regangan kapsul ginjal akibat hidronefrosis.
5) Kulit
Pemeriksaan kulit pada klien hidronefrosis kemungkinan dapat terjadi pucat,
lembab. Hal ini terjadi karena ginjal mengalami gangguan sehingga produksi
eritropoeitin menurun dan suplai O2 ke jaringan juga menurun.
6) Genetalia dan Rektum
Pada klien hidronefrosis kemungkinan bisa ditemukan terabanya massa jika
hidronefrosis disebabkan oleh tumor. Selain itu, juga dapat diperoleh adanya
pembesaran prostat jika keadaan tersebut disebabkan oleh BPH.
7) Ekstremitas
Pada klien hidronefrosis kemungkinan tidak didapatkan kelainan ektremitas.
Namun jika hidronefrosis parah pada kedua bagian ginjal, maka dapat
mengakibatkan gejala gagal ginjal seperti terdapat odem pada extremitas,
keletihan, dan kelemahan.
k. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan

diagnostik

yang

dapat

dilakukan

pada

klien

dengan

hidronefrosis adalah sebagai berikut:


1) Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika
2)
3)
4)
5)

ginjal sangat membesar.


USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih.
16
Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal
Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung
Laboratorium
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea tinggi karena ginjal
tidak mampu membuang limbah metabolik.

19

l. Terapi
c. Hidronefrosis akut
3. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat,
maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan
(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).
4. Pasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu jika terjadi
penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu.
d. Hidronefrosis kronik
a) Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air
kemih.
b) Ureter yang

menyempit

atau

abnormal

bisa

diangkat

pembedahan.
c) Pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa.
d) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
(1) terapi hormonal untuk kanker prostat
(2) pembedahan
(3) pelebaran uretra dengan dilator

melalui

17
20

m. Analisa Data
Tanggal

No
Data Fokus
1
DO/DS:

Etiologi
Nyeri akut

Problem
Nyeri akut

- melindungi daerah
nyeri
- meringis menahan
nyeri

Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi
akut saluran urin

Nyeri pinggang
Obstruksi akut
Infeksi,neoplasma,
cacat bawaan,
pembesaran

DO/DS:
Jumlah urin sedikit
Saat berkemih
hanya menetes
anyang-anyangan

uterus,BPH
Gangguan pola

Gangguan

Gangguan eleminasi urin berhubungan

eleminasi urin

eleminasi urin

dengan obstruksi saluran urin

Oliguri
18

Obstruksi sebagian/
total saluran kemih

21

Infeksi,neoplasma,
cacat bawaan,
pembesaran
3

DO/DS:

uterus,BPH
Hipertermi

Hipertermi

-Kenaikan suhu
tubuh diatas rentang

Hipertermi berhubungan dengan proses


infeksi

Demam

normal (lebih dari


370)
- Kulit kemerahan
- Kulit panas/hangat

Metabolisme
meningkat
Proses infeksi

Ureter/uretra
19

Terpapar
bakteri,kuman,virus
4

DO/DS:
Bising usus berlebih
Konjungtiva pucat
BB menurun

,jamur
Ketidakseimbangan

Ketidakseimbang

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

nutrisi kurang dari

an nutrisi kurang

kebutuhan tubuh berhubungan dengan

dari kebutuhan

anoreksia

kebutuhan tubuh

22

Tidak nafsu makan


Mual dan muntah

tubuh
Anoreksia

Mual,muntah

Ureum bertemu HCL


di lambung

Peningkatan ureum
dalam darah

Gangguan
metabolism ginjal
5

DO/DS:

Ketidakefektifan

Ketidakefektifan

Ketidakefektifan perfusi jaringan

warna kulit pucat


pusing

perfusi jaringan

perfusi jaringan

berhubungan dengan produksi eritrosit


menurun

Suplai O2 ke

20
23

jaringan turun

Anemia,HB turun

Produksi eritrosit
menurun

Ginjal tidak bisa


menghasilkan
eritropoeitin

Gangguan fungsi
ginjal
6

DO/DS:

Intoleransi aktivitas

- Respon abnormal
dari tekanan darah

Penurunan aktivitas

atau nadi terhadap


aktivitas
- Tidak bertenaga
- Kelelahan

Lelah,letih,lesu,pucat

Intoleransi

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

aktivitas

kelemahan

24

21

Sesak napas atau


ketidaknyamanan
saat beraktivitas

Anemia,HB turun

Produksi eritrosit
menurun

Ginjal tidak bisa


menghasilkan
eritropoeitin

Gangguan fungsi
ginjal
7

DO/DS:

Resiko tinggi infeksi

-Ditemukan tanda
infeksi seperti
demam, ISK

Pemasangan kateter
yang salah
Oliguri

Resiko tinggi

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan

infeksi

pemasangan kateter

25

22

Obstruksi sebagian/
8

DO/DS:
- Gelisah
- Wajah tegang
- Bingung

total saluran kemih


Ansietas

Ansietas

Ansietas berhubungan dengan perubahan


status mental

Gelisah
Perubahan status
kesehatan
Kolik renalis/nyeri

DO/DS:

pinggang
Kurang pengetahuan

- Pengungkapan
masalah
- Pengungkapan
ketidaktahuan

Kurang informasi
Obstruksi akut

tentang penyakit
Obstruksi sebagian
atau total haluaran
urine

Kurang

Kurang pengetahuan berhubungan dengan

pengetahuan

kurangnya informasi tentang penyakit

26

23

4.2 Diagnosa Keperawatan


Tanggal

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi saluran urin
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran urin
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter
Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan produksi eritrosit menurun
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Ansietas berhubungan dengan perubahan status mental
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit

4.3 Perencanaan
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut
berhubungan
dengan obstruksi
akut saluran urin

Kriteria Hasil
Tujuan Jangka Pendek Tujuan Jangka
Skala nyeri berkurang

Panjang
Nyeri akut

Wajah klien tidak

teratasi

meringis kesakitan

Intervensi

1. Kaji

keluhan

Rasional

nyeri, 1. Perubahan lokasi atau karakter24

perhatikan lokasi atau

atau intensitas nyeri dapat

karakter dan intensitas

mengindikasikan

(skala 0-10).
2. Berikan

terjadinya

komplikasi atau perbaikan.


tindakan 2. Meningkatkan relaksasi.
3. Mengetahui kondisi umum

27

kenyamanan

dasar

contoh
relaksasi,

tekhnik
perubahan

posisi dengan sering.


3. Observasi
tanda-tanda

klien
4. Menurunkan reaksi terhadap
stimulasi

dari

luar

sensivitas

pada

suara-suara

bising

dan

atau

meningkatkan

vital
istirahat/relaksasi.
4. Berikan lingkungan yang 5. Pernyataan
memungkinkan
tenang sesuai indikasi.
5. Dorong ekspresi perasaan
tentang nyeri.
6. Berikan kompres hangat
pada lokasi nyeri.
7. Kolaborasikan
dalam
pemberian analgetik

pengungkapan
dapat

emosi

dan

meningkatkan

mekanisme koping.
6. Meningkatkan vasokontriksi,
penumpukan resepsi sensori
yang

selanjutnya

menurunkan

akan
25

nyeri

di

lokasi yang paling dirasakan.


7. Mungkin diperlukan untuk
menghilangkan
berat

serta

nyeri

yang

meningkatkan

kenyamanan dan istirahat.


Hipertermi
Hipertermi
berhubungan

Suhu tubuh dalam


batas normal (36

teratasi

1.

Monitor
tekanan

suhu, 1. Demam akan meningkatkan


darah,

metabolism

tubuh

yang

28

370C)

dengan proses

nadi

infeksi

RR,

berakibat pada peningkatan

kemungkinan

suhu, tekanan darah, nadi ,

Nadi dan RR dalam

adanya penurunan

RR,

rentang normal

tingkat kesadaran

adanya

Tidak ada perubahan

memungkinkan

penurunan

tingkat

kesadaran
2.

warna kulit dan tidak

Monitor

warna

dan suhu kulit

ada pusing, merasa


nyaman

juga

2. Demam ditandai warna kulit


kemerahan

3.

Kolaborasi

perubahan

suhu tubuh kulit


3. Pemberian antipiretik dapat

pemberian

menurunkan demam
4. Antibiotic dapat membunuh

antipiretik
4.

dan

asal penyebab demam akibat

Monitor

infeksi
5. Lipat paha dan aksila terdapat

pemberian
Antibiotik

pembuluh darah yang besar


5.

Kompres

pasien

pada lipat paha


dan aksila
6.

Tingkatkan

sehingga

mempercepat

penurunan demam
6. Sirkulasi udara membantu
percepatan
mempercepat

evaporasi

dan

penuruanan

26
29

demam.
sirkulasi udara

Gangguan
eleminasi urin
berhubungan

Gangguan

>100-200 cc

eleminasi urin

Tidak ada spasme

teratasi

bladder

dengan obstruksi
saluran urin

Tidak ada residu urine

1.

Monitor intake dan


output

2.

3.

Monitor

pengkajian,

untuk

mencatat

output urine
4.

Stimulasi

reflek

bladder

dengan

kompres

dingin

Lakukan
kateterisasi

mendorong

agar

klie

berkemih
5. Kateterisasi sebagai tindakan
bila urin tidak mampu keluar

pada abdomen.
5.

pemantauai

balance cairan
Instruksikan pada 4. Reflek dingin pada abdomen
pasien dan keluarga

Tidak ada tanda ISK

balance cairan
2. Mengetahui derajat ditensi

bladder
derajat 3. Output urin diperlukan untuk

distensi bladder

Balance cairan
seimbang

1. Mengetahui dan memantau

jika

atau dalam jumlah sedikit 27


6. ISK dapat muncul akibat
adanya retensi urin

30

perlu
6.

Monitor tanda dan


gejala ISK (panas,
hematuria,
perubahan bau dan

Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang

Ketidak

meningkat
Menghabiskan porsi

seimbangan

dan output klien serta

berguna untuk pemberian

nutrisi kurang

catat perubahan yang

tindakan yang efektif.


2. Mengetahui perubahan berat

dari kebutuhan

makan yang disediakan

dari kebutuhan

tubuh berhubungan

sesuai diet yang

teratasi

dengan anoreksia

konsistensi urine)
1. Kaji pola nutrisi, intake 1. Mengetahui status nutrisi pasien

Intake nutrisi klien

dianjurkan
Berat badan meningkat

terjadi.
2. Timbang berat badan
klien secara periodik.
3. Lakukan pemerikasaan
fisik abdomen
(palpasi,perkusi,dan

badan pasien.
3. Mengetahui kondisi peristaltik
usus.
4. Porsi kecil tapi sering
digunakan untuk memenuhi

nutrisi pasien.
auskultasi).
5. Untuk membantu dalam
4. Berikan porsi kecil tapi
menentukan diet yang sesuai
sering.
5. Kolaborasi dengan tim
dan obat-obatan yang
kesehatan lain dalam
penentuan diet dan

diindikasikan.

28
31

kebutuhan medikasi
klien.

4.4 Pelaksanaan
No
1

Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan
obstruksi akut saluran urin

Pelaksanaan
1. Mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas (skala 0-10).
2. Memberikan tindakan kenyamanan dasar contoh tekhnik relaksasi, perubahan posisi
3.
4.
5.
6.

dengan sering.
Memberikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.
Mendorong ekspresi perasaan tentang nyeri.
Memberikan kompres hangat pada lokasi nyeri.
Mengkolaborasikan dalam pemberian analgetik

Hipertermi berhubungan dengan


proses infeksi

1. Memonitor suhu, tekanan darah, nadi , RR, kemungkinan adanya penurunan tingkat
kesadaran
2. Memonitor warna dan suhu kulit
3. Mengkolaborasikan pemberian antipiretik
4. Memonitor pemberian Antibiotik
5. Mengkompres pasien pada lipat paha dan aksila

32

29

6. Meningkatkan sirkulasi udara


3

Gangguan

eleminasi

urin

berhubungan dengan obstruksi


saluran urin

Memonitor intake dan output


Memonitor derajat distensi bladder
Menginstruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat output urine
Menstimulasi reflek bladder dengan kompres dingin pada abdomen.
Melakukan kateterisasi jika perlu
6. Memonitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan bau dan konsistensi

urine)
1.Kaji pola nutrisi, intake dan output klien serta catat perubahan yang terjadi.
2.Timbang berat badan klien secara periodik.
Ketidakseimbangan nutrisi
3.Lakukan pemerikasaan fisik abdomen (palpasi,perkusi,dan auskultasi).
kurang dari kebutuhan tubuh
4.Berikan porsi kecil tapi sering.
berhubungan dengan anoreksia 5.Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam penentuan diet dan kebutuhan medikasi
klien.

4.5 Evaluasi
N

Diagnosa Keperawatan

Evaluasi

33

o
1

Nyeri akut berhubungan dengan

S : orang tua klien mengatakan sus nyeri yang dirasakan anak saya masih ada namun

obstruksi akut saluran urin

sudah berkurang
O : klien masih tanpak meringis
A : tujuan belum tercapai

Hipertermi berhubungan dengan

P : lanjutkan tindakan keperawatan


S : klien mengatakan sus saya sudah tidak panas lagi

proses infeksi

O : Suhu tubuh klien dalam rentang normal (360C-370C)


A : tujuan telah tercapai

Gangguan

eleminasi

P : hentikan tindakan keperawatan.


urin S : klien mengatakan anak saya belum bisa kencing lancar sus

berhubungan dengan obstruksi O : seteleh berkemih masih terlihat urin menete


saluran urin

A : tujuan belum tercapai


P : lanjutkan tindakan keperawatan
S : orang tua klien mengatakan anak saya menghabiskan porsi makan yang disediakan

4
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia

sesuai diet yang dianjurkan.


O : BB meningkat, mukosa bibir merah muda
A : tujuan telah tercapai
P : hentikan tindakan keperawatan.

30

34

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap
kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim
ginjal. Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik
akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter
akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Oleh karena
itu untuk mengatasi berbagai masalah yang ditumbulkan oleh hidronefrosis perlu
adanya

problem

solving

melalui

proses

keperawatan.

Tujuannya

dari

penatalaksanaan hidronefrosis adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki


penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan
melindungi fungsi ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui
tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya.
5.2 Saran
Pasien harus menghindari penyebab hidronefrosis. Selain itu keluarga juga
harus berperan aktif untuk kesembuhan pasien dan mampu melakukan perawatan
mandiri kepada pasien setelah perawat mengajrkan cara perawatn mandiri di
rumah.

32
35

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Moyet & Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Dongoes, M.E., Mary F.M., dan Alice C. G. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hoffbrand, AV.dkk. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Ed4. Jakarta: EGC.
Juall, Lynda. 2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-1014. Jakarta: EGC.
Smaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGC.
Suddart & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

You might also like