Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
oleh
Kelompok 2
MAKALAH
oleh :
Mahbub Ramadhani
(122310101003)
Ananta Erfrandau
(122310101015)
Desi Rahmawati
(122310101021)
(122310101029)
(122310101043)
(122310101057)
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan keperawatan
klien likopenia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KK V
B.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Iis Rahmawati, S.Kep., M.Kes. selaku dosen mata kuliah KK V B;
2. Rekan kerja kelompok satu pada mata kuliah KK V B;
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah imi dapat berguna dan bermanfaat
dengan baik khususnya dalam pembelajaran KK V B.
Penulis
DAFTAR ISI
iii
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................
ii
iii
DAFTAR ISI...............................................................................................
iv
BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................................
2.1 Pengertian...............................................................................
2.2 Epidemiologi...........................................................................
2.3 Etiologi....................................................................................
2.5 Patofisiologi............................................................................
2.8 Pengobatan.............................................................................
2.9 Pencegahan.............................................................................
BAB 3. PATHWAYS...................................................................................
10
11
4.1 Pengkajian..............................................................................
11
4.2 Diagnosa..................................................................................
22
23
28
4.5 Evaluasi...................................................................................
30
32
32
5.2 Saran.......................................................................................
32
DAFTAR PUSTAKA
..........................................33
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik
terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air
kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air
kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil
di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air
kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan
menekan jaringan ginjal yang rapuh.Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang
menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal
akan kehilangan fungsinya.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi
kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung
kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang
normal
di
dinding
ureter
sehingga
terjadi
kerusakan
yang
Adapun
tujuan
umum
dari
penulisan
makalah
ini
yaitu
agar
Intervensi
keperawatan
pada
anak
dengan
dengan
hidronefrosis.
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan
hidronefrosis.
6. Untuk mengetahui
Evaluasi
keperawatan
pada
anak
dengan
hidronefrosis.
1.4 Implikasi Keperawatan
Bidang keperawatan merupakan suatu bidang ilmu yang sangat
berpengaruh terhadap kondisi sehat dan sakit dari seorang individu. Dalam
keilmuan keperawatan terdapat proses keperawatan yang digunakan untuk
melakukan penatalaksanaan terhadap suatu permasalahan kesehatan, termasuk
penatalaksanaan terhadap gangguan sistem perkemihan yakni hidronefrosis.
Melalui makalah ini, mahasiswa keperawatan maupun tenaga kesehatan dapat
lebih mendalami mengenai penyakit hidronefrosis dan penatalaksanaannya, akan
tetapi tetap dengan diimbangi dari referensi lainnya. Proses asuhan keperawatan
yang diulas dalam makalah ini juga dapat digunakan oleh mahasiswa keperawatan
maupun tenaga profesional keperawatan dalam menghadapi klien dengan
gangguan hidronefrosis.
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik sehingga tekanan diginjal meningkat (Smeltzer dan Bare, 2002).
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih
2.2 Epidemiologi
Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung
kemih yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal
dan ureter serta atrofi pada parenkim ginjal. Epidemiologi dari penyakit
hidronefrosis yaitu di Semarang terdapat 51,9 dari 10.000 penduduk yang
menderita atau mengidap hidronefrosis. Sedangkan di Rumah Sakit dr. Soetomo
Surabaya angka kejadiannya yaitu pria : wanita = 5:1, usia yang terkena
hidronefrosis rata-rata pada usia 41,5 tahun.
2.3 Etiologi
2.5 Patofisiologi
Hidronefrosis merupakan respons hasil dari proses anatomis atau
fungsional dari suatu gangguan aliran urine. Gangguan ini dapat terjadi dimana
saja di sepanjang saluran urine dari ginjal sampai ke meatus uretra. Obstruksi total
akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan pelebaran mendadak dan 6
peningkatan tekanan lumen bagian proksimal tempat obstruksi. Filtrasi
glomerulus tetap berlangsung dengan peningkatan filtrasi pada tubulus dan
penumpukan cairan di ruang interstisium. Peningkatan tekanan interstisium
menyebabkan disfungsi tubulus. Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu
kira-kira 3 minggu. Pada obstruksi parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam
waktu yang lebih lama dan bergantung pada derajat obstruksi.
Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas
menyebabkan obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini
menyebabkan hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan
nefron yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Hanya
hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Statis urine akibat
obstruksi meningkatakan insidensi pielonefritis akut dan pembentukan batu
saluran kemih yang keduanya dapat memperberat obstruksi.
Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis
akan menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter
merupakan nyeri intermitten yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal
10
posterior dan menjalar disekitar pinggang (flank) menuju daerah pubis. Obstruksi
unilateral kronis biasanya asimtomatik bahkan pada obstruksi total dan umumnya
berlanjut dengan kerusakan ginjal permanen sebelum terdeteksi. Obstruksi parsial
bilateral kronis memberikan gambaran gagal ginjal kronis progresif, meliputi
hipertensi, kegagalan fungsi tubulus (poliuria, asidosis tubulus renalis, dan
hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih atau pielonefritis akut.
Penanganan pasien tersebut dapat mengembalikan fungsi tubulus menjadi normal
bila dilakukan secara dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal ginjal
akut tipe pascaginjal dan selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak
segera dikoreksi. Oleh karena itu, keadaan ini termasuk kegawatdaruratan medis
(Kimberly, 2011).
Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total
menyebabkan anuria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila obstruksi
terletak dibawah kandung kemih, gejala dominan adalah keluhan peregangan
kandung kemih. Secara paradoks, obstruksi bilateral inkomplit menyebabkan
poliuria bukan oliguria, akibat terganggunya kemampuan tubulus memekatkan
urin dan hal ini dapat menyamarkan sifat asli kelainan ginjal. Hidronefrosis
unilateral dapat tetap asintomatik dalam jangka lama, kecuali apabila ginjal yang
lain tidak berfungsi karena suatu sebab. Ginjal yang membesar sering ditemukan
secara tidak sengaja pada pemerksaan fisik rutin. Kadang-kadang penyebab dasar
hidronefrosis, seperti kalkulus ginjal atau tumor obstruktif, menimbulkan gejala
yang
secara
tidak
langsung
menimbulkan
perhatian
ke
hifronefrosis.
7
11
saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal
ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku.
Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung
kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis
dengan baik bahkan jika ada halangan berlangsung hingga 6 minggu. Menurut
Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi sebagai
berikut:
a. Batu ginjal. Adanya obstuksi dalam hidronefrosis menyababkan pengeluaran
urin terganggu atau bahkan menjadi statis. dengan adanya kondisi tersebut,
maka fungsi ginjal untuk mengekskresikan zat yang dapat membentuk kristal
secara berlebihan terganggu, hal itu menyababkan zat tersebut mengendap dan
mengkristal, dan lama-kelamaan dapat mengakibatkan batu ginjal
b. Sepsis. dengan adanya hidronefrosis maka potensi untuk terjadinya infeksi
sangat dapat terjadi akibat kuman dapat masuk ke saluran urinari, kemudian
kuman teresbut dapat masuk ke pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
septikemia
c. Hipertensi renovaskuler. Pada keadaan hidronefrosis yang parah yang
mengakibatkan perfusi renal yang buruk maka akan terjadi sekresi sejumlah
12
yang
parah
dapat
mengakibatkan
13
10
2.9 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada hidronefrosis dengan cara mengurangi
faktor penyebab penyakit tersebut, misalnya minum air minimal 8 gelas sehari
untuk mencegah terbentuknya batu di saluran kemih, menjaga kebersihan diri
untuk mencegah resiko terjadinya infeksi dari saluran kemih, menghindari
paparan zat karsinogenik yang dapat memicu kanker serta menghindari kebiasaan
menahan miksi yang dapat menimbulkan batu ginjal.
14
MK: Anoreksia
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
MK: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
Bau amonia
Penurunan aktivitas
HB turun
Bersifat toksik dalam tubuh
Anemia
Kurang informasi
MK: Ansietas
Gangguan
fungsi
Ginjal
tidakginjal
bisa menghasilkan eritropoeitin
Kegagalan metabolisme ginjal
Gelisah
MK: Nyeri Akut
MK: Hipertermi
Obstruksi akut
Obstruksi sebagian atau total aliran
urine
Oliguri
Panas/ demam
Terbentuknya jaringan parut
Pasang Kateter
Hipertrofi prostat
Proses infeksi
Infeksi Neoplasma/
pada ureter tumor
atau uretra
di sekitar
Batu ginjal/
ureter
Pembesaran
kelainan
atau uretra
kongenital
uterus
BPH
pada
(Benigna
saat kehamilan
Prostat Hipertrofi)
15
16
2) Intra natal:
pada klien dengan hidronefrosis biasanya saat proses kelahiran mengalami
infeksi, cacat bawaan, terapi penyinaran atau pembedahan.
3) Post natal:
pada klien dengan hidronefrosis biasanya klien
kurang
dalam
17
14
saluran pencernaan yang samar-samar, seperti mual, muntah, dan nyeri perut
sehingga memungkinkan klien akan mengalami penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi: Klien dengan hidronefrosis akan mengalami perubahan polea
eliminasi urin.
4) Pola aktivitas/bermain: Klien akan mengalami kelemahan diakibatkan nyeri
dan kemungkinan komplikasi yang terjadi.
5) Pola istirahat dan tidur: Klien akan mengalami gangguan istirahat dan tidur
karena nyeri dan kemungkinan komplikasi yang terjadi. .
6) Pola kognitif dan persepsi sensori: Klien dan keluarga pada umumnya tidak
mengetahui tentang penyakitnya.
7) Pola konsep diri: bagaimana
persepsi orang
tua
dan/atau
anak
dan dapat
18
15
diagnostik
yang
dapat
dilakukan
pada
klien
dengan
19
l. Terapi
c. Hidronefrosis akut
3. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat,
maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan
(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).
4. Pasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu jika terjadi
penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu.
d. Hidronefrosis kronik
a) Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air
kemih.
b) Ureter yang
menyempit
atau
abnormal
bisa
diangkat
pembedahan.
c) Pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa.
d) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
(1) terapi hormonal untuk kanker prostat
(2) pembedahan
(3) pelebaran uretra dengan dilator
melalui
17
20
m. Analisa Data
Tanggal
No
Data Fokus
1
DO/DS:
Etiologi
Nyeri akut
Problem
Nyeri akut
- melindungi daerah
nyeri
- meringis menahan
nyeri
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi
akut saluran urin
Nyeri pinggang
Obstruksi akut
Infeksi,neoplasma,
cacat bawaan,
pembesaran
DO/DS:
Jumlah urin sedikit
Saat berkemih
hanya menetes
anyang-anyangan
uterus,BPH
Gangguan pola
Gangguan
eleminasi urin
eleminasi urin
Oliguri
18
Obstruksi sebagian/
total saluran kemih
21
Infeksi,neoplasma,
cacat bawaan,
pembesaran
3
DO/DS:
uterus,BPH
Hipertermi
Hipertermi
-Kenaikan suhu
tubuh diatas rentang
Demam
Metabolisme
meningkat
Proses infeksi
Ureter/uretra
19
Terpapar
bakteri,kuman,virus
4
DO/DS:
Bising usus berlebih
Konjungtiva pucat
BB menurun
,jamur
Ketidakseimbangan
Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
anoreksia
kebutuhan tubuh
22
tubuh
Anoreksia
Mual,muntah
Peningkatan ureum
dalam darah
Gangguan
metabolism ginjal
5
DO/DS:
Ketidakefektifan
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perfusi jaringan
Suplai O2 ke
20
23
jaringan turun
Anemia,HB turun
Produksi eritrosit
menurun
Gangguan fungsi
ginjal
6
DO/DS:
Intoleransi aktivitas
- Respon abnormal
dari tekanan darah
Penurunan aktivitas
Lelah,letih,lesu,pucat
Intoleransi
aktivitas
kelemahan
24
21
Anemia,HB turun
Produksi eritrosit
menurun
Gangguan fungsi
ginjal
7
DO/DS:
-Ditemukan tanda
infeksi seperti
demam, ISK
Pemasangan kateter
yang salah
Oliguri
Resiko tinggi
infeksi
pemasangan kateter
25
22
Obstruksi sebagian/
8
DO/DS:
- Gelisah
- Wajah tegang
- Bingung
Ansietas
Gelisah
Perubahan status
kesehatan
Kolik renalis/nyeri
DO/DS:
pinggang
Kurang pengetahuan
- Pengungkapan
masalah
- Pengungkapan
ketidaktahuan
Kurang informasi
Obstruksi akut
tentang penyakit
Obstruksi sebagian
atau total haluaran
urine
Kurang
pengetahuan
26
23
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi saluran urin
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran urin
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter
Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan produksi eritrosit menurun
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Ansietas berhubungan dengan perubahan status mental
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
4.3 Perencanaan
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut
berhubungan
dengan obstruksi
akut saluran urin
Kriteria Hasil
Tujuan Jangka Pendek Tujuan Jangka
Skala nyeri berkurang
Panjang
Nyeri akut
teratasi
meringis kesakitan
Intervensi
1. Kaji
keluhan
Rasional
mengindikasikan
(skala 0-10).
2. Berikan
terjadinya
27
kenyamanan
dasar
contoh
relaksasi,
tekhnik
perubahan
klien
4. Menurunkan reaksi terhadap
stimulasi
dari
luar
sensivitas
pada
suara-suara
bising
dan
atau
meningkatkan
vital
istirahat/relaksasi.
4. Berikan lingkungan yang 5. Pernyataan
memungkinkan
tenang sesuai indikasi.
5. Dorong ekspresi perasaan
tentang nyeri.
6. Berikan kompres hangat
pada lokasi nyeri.
7. Kolaborasikan
dalam
pemberian analgetik
pengungkapan
dapat
emosi
dan
meningkatkan
mekanisme koping.
6. Meningkatkan vasokontriksi,
penumpukan resepsi sensori
yang
selanjutnya
menurunkan
akan
25
nyeri
di
serta
nyeri
yang
meningkatkan
teratasi
1.
Monitor
tekanan
metabolism
tubuh
yang
28
370C)
dengan proses
nadi
infeksi
RR,
kemungkinan
adanya penurunan
RR,
rentang normal
tingkat kesadaran
adanya
memungkinkan
penurunan
tingkat
kesadaran
2.
Monitor
warna
juga
3.
Kolaborasi
perubahan
pemberian
menurunkan demam
4. Antibiotic dapat membunuh
antipiretik
4.
dan
Monitor
infeksi
5. Lipat paha dan aksila terdapat
pemberian
Antibiotik
Kompres
pasien
Tingkatkan
sehingga
mempercepat
penurunan demam
6. Sirkulasi udara membantu
percepatan
mempercepat
evaporasi
dan
penuruanan
26
29
demam.
sirkulasi udara
Gangguan
eleminasi urin
berhubungan
Gangguan
>100-200 cc
eleminasi urin
teratasi
bladder
dengan obstruksi
saluran urin
1.
2.
3.
Monitor
pengkajian,
untuk
mencatat
output urine
4.
Stimulasi
reflek
bladder
dengan
kompres
dingin
Lakukan
kateterisasi
mendorong
agar
klie
berkemih
5. Kateterisasi sebagai tindakan
bila urin tidak mampu keluar
pada abdomen.
5.
pemantauai
balance cairan
Instruksikan pada 4. Reflek dingin pada abdomen
pasien dan keluarga
balance cairan
2. Mengetahui derajat ditensi
bladder
derajat 3. Output urin diperlukan untuk
distensi bladder
Balance cairan
seimbang
jika
30
perlu
6.
Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
Ketidak
meningkat
Menghabiskan porsi
seimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
dari kebutuhan
tubuh berhubungan
teratasi
dengan anoreksia
konsistensi urine)
1. Kaji pola nutrisi, intake 1. Mengetahui status nutrisi pasien
dianjurkan
Berat badan meningkat
terjadi.
2. Timbang berat badan
klien secara periodik.
3. Lakukan pemerikasaan
fisik abdomen
(palpasi,perkusi,dan
badan pasien.
3. Mengetahui kondisi peristaltik
usus.
4. Porsi kecil tapi sering
digunakan untuk memenuhi
nutrisi pasien.
auskultasi).
5. Untuk membantu dalam
4. Berikan porsi kecil tapi
menentukan diet yang sesuai
sering.
5. Kolaborasi dengan tim
dan obat-obatan yang
kesehatan lain dalam
penentuan diet dan
diindikasikan.
28
31
kebutuhan medikasi
klien.
4.4 Pelaksanaan
No
1
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan
obstruksi akut saluran urin
Pelaksanaan
1. Mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas (skala 0-10).
2. Memberikan tindakan kenyamanan dasar contoh tekhnik relaksasi, perubahan posisi
3.
4.
5.
6.
dengan sering.
Memberikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.
Mendorong ekspresi perasaan tentang nyeri.
Memberikan kompres hangat pada lokasi nyeri.
Mengkolaborasikan dalam pemberian analgetik
1. Memonitor suhu, tekanan darah, nadi , RR, kemungkinan adanya penurunan tingkat
kesadaran
2. Memonitor warna dan suhu kulit
3. Mengkolaborasikan pemberian antipiretik
4. Memonitor pemberian Antibiotik
5. Mengkompres pasien pada lipat paha dan aksila
32
29
Gangguan
eleminasi
urin
urine)
1.Kaji pola nutrisi, intake dan output klien serta catat perubahan yang terjadi.
2.Timbang berat badan klien secara periodik.
Ketidakseimbangan nutrisi
3.Lakukan pemerikasaan fisik abdomen (palpasi,perkusi,dan auskultasi).
kurang dari kebutuhan tubuh
4.Berikan porsi kecil tapi sering.
berhubungan dengan anoreksia 5.Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam penentuan diet dan kebutuhan medikasi
klien.
4.5 Evaluasi
N
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
33
o
1
S : orang tua klien mengatakan sus nyeri yang dirasakan anak saya masih ada namun
sudah berkurang
O : klien masih tanpak meringis
A : tujuan belum tercapai
proses infeksi
Gangguan
eleminasi
4
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
30
34
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap
kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim
ginjal. Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik
akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter
akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Oleh karena
itu untuk mengatasi berbagai masalah yang ditumbulkan oleh hidronefrosis perlu
adanya
problem
solving
melalui
proses
keperawatan.
Tujuannya
dari
32
35
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Moyet & Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Dongoes, M.E., Mary F.M., dan Alice C. G. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hoffbrand, AV.dkk. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Ed4. Jakarta: EGC.
Juall, Lynda. 2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-1014. Jakarta: EGC.
Smaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGC.
Suddart & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC