Professional Documents
Culture Documents
b. Malrotasi dengan volvulus harus dicurigai (dan disingkirkan) bila abdomen tidak berbentuk
scaphoid setelah pemasangan nasogastric tube
Problem
a. dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit
b. prematuritas
c. anomaly yang berhubungan : trisomi 21 ( 33 % ), jantung, ginjal, CNS, dan musculoskeletal
Indikasi operasi
Kecuali bila ada kondisi yang mengancam jiwa, operasi diindikasikan untuk semua bayi yang
mengalami kondis ini, karena malformasi ini dapat diperbaiki dengan sempurna.
Persiapan operasi
a. Prinsip umum persiapan terapi pada neonatus.
b. Koreksi cairan dan elektrolit.
c. Pertimbangan khusus diberikan pada atresia duodenum :
- koreksi emergensi tidak dibutuhkan kecuali diduga ada malrotasi
- pada obstruksi parsial yang lama, malnutrisi biasanya berat. Koreksi melalui TPN selama
seminggu atau lebih sebelum operasi.
Perawatan Operasi
a. End-to-end anastomosis, juga bisa side-to-side
b. Annulare pancreas terbaik dilakukan by pass anastomosis dari duodenum ke jejunum.
Pankreas sendiri tidak diincisi.
c. Eksisi terhadap web merupakan pilihan tepat bagi atresia duodenum yang berbentuk
diafragmatik, setelah identifikasi ampula vateri.
d. Deformitas windsock harus disangkakan dan dicari bagi semua pasien dengan atresia
duodenum yang berkelanjutan. Kateter dimasukkan dari proksimal sampai distal untuk
memastikan patensinya.
e. Gastrostomy dilakukan jika gejalanya menetap serta perbaikan dini tidak terjadi.
f. Akses pada vena sentral tatau transanastomosis tube ke dalam jejunum diindikasikan bagi
nutrisi pasca operasi pada pasien yang berat.
Perawatan pasca operasi
a. Dekompresi gaster dilakukan sampai duodenum benar-benar kosong, selanjutnya dimulai
feeding. Sebagian pasien dapat diberi makan dalam seminggu setelah operasi.
b. TPN atau makanan melalui jejunum terkadang dibutuhkan.
c. Antibiotik tidak diindikasikan jika operasi dilakukan steril dan tidak ada gangguan vaskuler.
Komplikasi
a.Trauma pada ampula vateri sering terjadi pada tiap operasi jika tidak diidentifikasi dengan
baik. Jaundice yang meningkat paska operasi merupakan indikasi bagi scanning isotop liver
untuk mengevaluasi ekskresi empedu. Operasi ulang dibutuhkan jika terdapat obstruksi.
b. Jika terjadi striktur anastomosis maka diperlukan reoperasi. Pengosongan duodenum yang
lambat bukan merupakan indikasi untuk reoperasi sebelum 3 minggu dan setelah dibuktikan
dengan pemeriksaan radiologist.
Prognosis
90% penderita yang dioperasi hidup dengan baik. Mortalitas banyak tergantung pada kelainan
lain yang menyertai.