Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Eko Setyawan, S.Kep.
NIM. 092311101017
LAPORAN PENDAHULUAN
KONJUNGTIVITIS
Oleh: Eko Setyawan, S.Kep.
NIM. 092311101017
1. Konsep penyakit
a. Kasus : Konjungtivitis
b. Pengertian
Konjungtivitis adalah suatu peradangan atau infeksi selaput
transparan yang berada di permukaan dalam kelopak mata dan yang
mengelilingi bola mata bagian luar. Bila pembuluh darah halus yang berada
dalam konjungtiva meradang, maka pembuluh darah akan tampak sehingga
menyebabkan bola mata yang berwarna putih menunjukkan warna merah
(mata merah). Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai
dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak
merah, sehingga sering disebut mata merah. (Suzzane, 2001). Konjungtiva
adalah selaput bening pada mata yang menutupi bagian mata berwarna putih
serta permukaan mata dalam pada kelopak mata.
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan
luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh
mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan
kimia. (Mansjoer, 2001). Penularan penyakit ini bisa melalui kontak
langsung dengan penderita, misalnya tempat tidur bekas istirahat penderita
konjungtivitis kemudian ditempati untuk tidur, sehingga secara tidak sengaja
akan menularkan virus penyakit tersebut kepada orang kedua yang
menempati kamar tidur tersebut. Atau bisa juga penularan terjadi melalui
barang barang bekas dipakai penderita konjungtivitis seperti handuk, kaca
mata atau lainnya. Kontak mata atau mengobrol tidak akan menyebabkan
terjadinya penularan. Konjungtivitis dapat menular kepada orang lain
selama 2 minggu setelah dimulai adanya gejala-gejala.
Gambar 2. Konjungtivitis
c. Jenis-jenis konjungtivitis
1. Konjungtivitis kataral
Pada konjungtivitis kataral terjadi infeksi konjungtiva dan hipermi
konjungtiva tarsal. Terkadang juga terdapat secret berupa serus, mucus
atau mukopurulen. Konjungtivitis disebabkan virus misal morbili, bahan
kimia basa atau lainnya seperti Herpes zoster oftalmik. Untuk penanganan
konjungtivitis kataral bisa dilakukan pengobatan tergantung penyebabnya.
Jika penyebabnya adalah bakteri, maka diberi antibiotic seperti tetrasiklin,
kloromisitin, sulfasetamid. Jika penyebabnya adalah virus, maka diberi
obat antivirus seperti I.D.U untuk infeksi herpes simplek. Bila banyak
secret bersihkan dulu sebelum diberi obat.
2. Konjungtivitis purulen, mukoporulen
Konjungtivitis jenis ini terjadi pada siapa saja baik orang dewasa, anakanak maupun bayi. Pada orang dewasa disebabkan infeksi gonokok. Jika
pada bayi, penyebabnya karena infeksi yang timbul saat melewati jalan
lahir (uretritis gonore ibunya). Oleh karena itu, seringkali bayi yang baru
lahir di tetesi obat mata atau salep antibiotika untuk mematikan bakteri
yang dapat menimbulkan infeksi pada konjungtiva. Terdapat sekret
mukopurulen yang sering dianggap sebagai secret purulen. Mata selalu
dibersihkan dari secret sebelum pengobatan. Apabila dalam satu atau dua
hari tidak tampak perbaikan maka perlu dilakukan pemeriksaan adanya
resistensi kuman terhadap penisilin. Penisilin dapat digantikan dengan
memberikan tetrasiklin, garamisin atau kemisitin zalf mata.
3. Konjungtivitis Membran
Pada
konjungtivitis
membran
ditandai
adanya
membran/selaput
berupa massa putih pada konjungtiva tarsal dan terkadang juga menutupi
konjungtiva bulbi. Konjungtivitis membran dapat disebabkan oleh infeksi
streptokok hemolitik dan infeksi difteria. Untuk menangani konjungtivitis
membran perlu diperiksa membrannya untuk mencari penyebab infeksi.
Jika penyebabnya infeksi streptokok B. hemolitik, maka diberikan
antibiotic sensitive. Jika infeksi dipteria maka diberi salep mata penisilin.
4. Konjungtivitis folikular
Konjungtivitis folikular adalah peradangan konjungtiva yang disertai
pembentukan folikel. Folikel dianggap sebagai suatu reaksi adenoid pada
konjungtiva akibat berbagai rangsangan seperti bakteri, virus dan bahanbahan kimia. Kelainan ini biasanya disertai sekresi mata yang bertambah.
Trakoma termasuk dalam konjungtiva folikular yang disebabkan oleh
Chlamidia trachromatis. Penanganannya berupa pemberian salep mata
derivat tetrasiklin atau sulfonamide oral.
5. Konjungtivitis vernal
tuberkuloprotein,
stafilokok,
limfogranuloma
venereal,
mata penderita. Penyakit ini dapat menyerang segala usia, baik anak-anak
maupun dewasa. Namun konjungtivitis bakteri lebih sering terjadi pada
penderita anak-anak. Organisme penyebab tersering adalah stafilokokus,
streptokokus, pneumokokus, dan hemofilius.
Konjuntivitis yang disebabkan oleh alergi dapat mengenai kedua
mata. Sebagai respon terhadap benda penyebab alergi (alergen), tubuh akan
membentuk zat kekebalan (antibodi) yang disebut sebagai Imunoglobulin E
(IgE). Zat kekebalan ini akan merangsang sel yang ada dalam selaput lendir
mata dan saluran nafas untuk melepaskan zat penyebab peradangan
termasuk zat Histamin.
Konjungtivitis akibat iritasi, biasanya disebabkan oleh zat kimia
atau benda asing (debu, dan lain-lain). Usaha untuk membersihkan benda
asing atau zat kimia ini menyebabkan mata menjadi merah dan mengalami
iritasi.
Faktor-faktor resiko terjadinya konjungtivitis, antara lain:
1) Bersentuhan dengan benda yang menyebabkan alergi;
2) Bersentuhan dengan penderita konjungtivitis virus dan bakteri;
3) Mengunakan lensa kontak, sehingga mata dapat memberikan reaksi
peradangan mata.
g.
Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga
kemungkinan terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada
mikroorganisme yang dapat menembus pertahanan konjungtiva berupa tear
film yang juga berfungsi untuk melarutkan kotoran-kotoran dan bahanbahan toksik melalui meatus nasi inferior, maka dapat terjadi konjungtivitas.
Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar.
Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus
menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap
menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung
substansi
antimikroba
termasul
lisozim.
Adanya
agen
perusak,
i.
Komplikasi
1)
2)
3)
4)
Glaucoma
Katarak
Ablasi retina
Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala
k.
Penatalaksanaan
Anjuran yang mesti dilakukan sebelum berobat ke dokter:
1) Stop menggunakan lensa kontak;
3) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair.
Nyeri tiba-tiba/berat, menetap atau tekanan pada dan
sekitar mata, sakit kepala.
3. Diagnosa keperawatan
1) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan.
2) Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mata.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan proses peradangan.
4) Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.
4. Intervensi Keperawatan
No
1.
2.
Diagnosa
keperawatan
Gangguan
persepsi sensori
berhubungan
dengan
gangguan
penglihatan.
Nyeri
akut
berhubungan
dengan
iritasi
pada mata
Tujuan
Kriteria hasil
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan
gangguan persepsi
sensori berkurang
atau hilang.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 24 jam,
diharapkan nyeri
berkurang.
NOC :
a. Pain level
b. Pain control
c. Comfort level
Intervensi keperawatan
Rasional
a. Mengetahui kondisi
umum klien.
b. Menjadi petunjuk dalam
memberikan penanganan
yang tepat bagi klien.
c. Memperkuat data
mengenai nyeri yang
dirasakan klien.
d. Membantu mengurangi
nyeri yang dirasakan
klien.
e. Mengurangi ekspose
alergen atau iritan
Resiko infeksi
berhubungan
dengan proses
peradangan.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24 jam,
tidak terjadi tanda
tanda infeksi
NOC :
a. Immune status
b. Knowledge :
Infection
control
c. Risk control
f. Membantu mengurangi
nyeri yang dirasakan
klien.
g. Analgesik merupakan
obat yang berfungsi
untuk mengurangi nyeri.
a. Mencegah kontaminasi
kuman
b. Mengetahui kondisi
umum pasien
c. Luka dapat menjadi
tempat masuknya kuman
d. Agar dapat segera
melakukan penanganan
e. Nutrisi yang baik dapat
berpengaruh terhadap
status imun pasien
f. Kliendan keluarga dapat
mengetahui tanda dan
gejala infeksi sehingga
dapat melakukan
penanganan
4.
Resiko
cidera
berhubungan
dengan
penurunan
fungsi
penglihatan.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x 24jam,
klientidak
mengalami injuri.
NOC :
1) Risk control
2) Immune status
3) Safety behavior
a. Menghindari
kemungkinan terjadinya
cedera
b. Mengantisipasi dini
mengurangi resiko yang
dapat memperberat
kondisi klien
c. Mencegah terjadinya
cedera.
d. Menganjurkan
keluarga
untuk menemani klien
2. a) Clinical Pathway
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III. Jakarta: Media
Aeuscualpius.
NANDA International. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta : EGC.
NIC. 2012. Nursing Intervention Classification. Mosby: Elsevier.
NOC. 2012. Nursing Outcomes Classification. Mosby: Elsevier.
Smeltzer, suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. Vol.3 Edisi 8. Jakarta. EGC.