Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah dengan tema penyakit trofoblas ganas ini
dengan tepat waktu. Penulis mengucapkan terima kasih kepada staf pengajar yang telah
memberikan kritik dan masukan positif dalam pembuatan makalah ini. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan yang telah bersedia membagi pemikiran dan pengetahuan
mengenai tema dalam makalah ini.
Dalam hal ini saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran membangun yang dapat
meningkatkan kemampuan agar menjadi lebih baik lagi. Demikian makalah ini dibuat agar dapat
memberikan pengetahuan dan manfaat yang berarti bagi para pembaca.
(Penulis)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
1.1
LATAR BELAKANG.......................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
2.1
DEFINISI..........................................................................................................................4
2.2
EPIDEMIOLOGI..............................................................................................................4
2.3
ETIOLOGI........................................................................................................................4
2.4
FAKTOR RESIKO............................................................................................................6
2.5
PATOFISIOLOGI..............................................................................................................8
2.6
PENEGAKKAN DIAGNOSIS.........................................................................................9
2.6.1
Anamnesis..................................................................................................................9
2.6.2
Pemeriksaan Fisik......................................................................................................9
2.6.3
Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................10
2.7
PENATALAKSANAAN.................................................................................................11
2.8
BAB III..........................................................................................................................................13
3.1
KESIMPULAN...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit trofoblas gestasional (PTG) merupakan istilah luas yang digunakan untuk
mencakup pertumbuhan abnormal baik jinak maupun ganas yang berasal hasil konsepsi di
uterus. PTG merupakan proliferasi dari vili trofoblas plasenta termasuk didalamnya empat
bentukan utama dari patologi klinik: Mola hidatidiform (komplit atau parsial), Mola invasive,
koriokarsinoma, dan placental thropoblastic tumor (PSTT) (Ngan, et al., 2012; Lurain, 2010).
Penyakit trofoblas gestasional berasal dari lapisan sel yang disebut dengan trofoblas yang
normalnya mengelilingi embrio. Pada petumbuhan yang normal, sel-sel dari trofoblas akan
membenti bentukan seperti jari kecil atau dikenal dengan vili. Vili inilah yang berkembang ke
dalam uterus, yang kemudian lapisan trofoblas lainnya berkembang menjadi plasenta, organ yang
melindungi dan memberi nutrisi pada janin yang sedang berkembang (ACS, 2014). Neoplasia
trofoblas gestasional atau biasa juga disebut dengan penyakit trofoblas ganas merupakan istilah
yang digunakan khusus untuk penyakit trofoblas yang bersifat agresif, memiliki kemampuan
untuk berkembang sendiri dan bermetastasis, membutuhkan kemoterapi, dan dapat menyebabkan
kematian apabila tidak diobati dengan baik. Termasuk penyakit di dalamnya adalah mola
invasive, koriokarsinoma, dan placental thropoblastic tumor (PSTT). Neoplasia trofoblas
gestasional dapat timbul setelah terjadinya kehamilan mola pada usia kehamilan yang cukup
bulan maupun premature, aborsi, atau kehamilan ektopik. Oleh karena itu penyakit ini juga biasa
disebut dengan neoplasia trofoblas persisten (Persistent trophoblastic neoplasia/PTN). Dari
masing-masing penyakit tersebut memiliki variasi berbeda dalam patologi klinik/PA,
kecenderungan untuk menginvasi local dan bermetastasis (Dhanda, Ramani, Thakur, 2014;
Lurain, 2010). Dalam makalah kali ini akan lebih membahas mengenai salah satu neoplasia
trofoblas gestasional yaitu koriokarsinoma.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Koriokarsinoma adalah salah satu jenis dari Penyakit Trofoblastik Gestasional (PTG) dimana
merupakan suatu tumor ganas yang berasal dari sel-sel sitotrofoblas serta sinsitiotrofloblas
(pembentuk plasenta) yang menginvasi miometrium, merusak jaringan di sekitarnya termasuk
pembuluh darah sehingga menyebabkan perdarahan (ACS, 2010). Koriokarsinoma ialah suatu
keganasan, berasal dari jaringan trofoblas dan kanker yang bersifat agresif, biasanya dari
plasenta. Hal ini ditandai dengan metastase perdarahan yang cepat ke paru-paru (Mirambo, et al.,
2010). Koriokarsinoma adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan yang mengandung
trofoblas, seperti: lapisan trofoblas ovum yang sedang tumbuh, vili dari plasenta, gelembung
mola, dan emboli sel-sel trofoblas dimanapun di dalam tubuh (CRU, 2014).
2.2 EPIDEMIOLOGI
Insiden penyakit trofoblas gestasional secara keseluruhan dari berbagai Negara dimulai dari
yang rendah, 23/100.000 kehamilan (Paraguay), sampai yang tinggi 1.299/100.000 kehamilan
(Indonesia). Sedangkan insiden yang dilaporkan di Amerika sekitar 110 120/100.000
kehamilan. Kejadian meningkat pada wanita yang memiliki keturunan asia. Untuk insiden
koriokarsinoma yang dilaporkan di Amerika terjadi sekitar 2-7/100.000 kehamilan dan terjadi
sekitar 1/100.000 pada wanita berusia 15-49 tahun. (NIH, 2015; Tie, Tajnert, Plavsic, 2013).
Koriokarsinoma merupakan kanker yang jarang terjadi karena angka kejadiannya kurang dari 20
kasus per tahun terjadi di Inggris. Kebanyakan koriokarsinoma terjadi setelah adanya kehamilan
mola. Namun tidak menutup kemungkian untuk terjadi pada jenis kehamilan apapun atau usia
kehamilan berapapun. Namun hal ini termasuk jarang karena akan terjadi pada 1:50.000
kehamilan (CRU, 2014).
2.3 ETIOLOGI
Etiologi terjadinya koriokarsinoma belum jelas diketahui. Trofoblas normal cenderung
menjadi invasive dan erosi pembuluh darah berlebih-lebihan. Metastase sering terjadi lebih dini
dan biasanya sering melalui pembuluh darah jarang melalui getah bening. Tempat metastase
yang paling sering adalah paru- paru 75% dan kemudian vagina 50%. Pada beberapa kasus
metastase dapat terjadi pada vulva, ovarium, hepar, ginjal, dan otak Cunningham, 2005.
Disebutkan bahwa koriokarsinoma selama kehamilan bisa didahului oleh:
a.
b.
c.
d.
c. Koriokarsinoma Klinis
Apabila setelah pengeluaran jaringan mola hidatidosa kadar hCG turun lambat apalagi menetap
atau meningkat, maka kasus ini dianggap sebagai penyakit trofoblas ganas. Artinya ada sel-sel
trofoblas yang aktif tumbuh lagi di uterus atau di tempat lain (metastasis) dan mengahasilkan
hCG. Diagnosis keganasan tidak ditentukan oleh pemeriksaan histopatologik tetapi oleh
tingginya kadar hCG dan adanya metastasis.
Klasifikasi lain:
a. Gestasional koriokarsinoma adalah karsinoma yang terjadi dari sel-sel trofoblas dengan
melibatkan sitotrofoblas dan sinsiotrofoblas. Hal ini biasa terjadi dari hasil konsepsi yang
berakhir dengan lahir hidup, lahir mati (still birth), abortus, kehamilan ektopik,
molahidatidosa atau mungkin juga oleh sebab yang tidak diketahui.
b. Non gestasional koriokarsinoma adalah suatu tumor ganas trofoblas yang terjadi tanpa
didahului oleh suatu fertilisasi, tetapi berasal dari germ sel ovarium. Brewer mengatakan
bahwa non gestasional koriokarsinoma juga dapat merupakan bagian teratoma. Oleh
International Union Against cancer (IUCR) diadakan klasifikasi sederhana dari penyakit
trofoblas, yang mempunyai keuntungan bahwa angka yang diperoleh dari berbagai
negara di dunia dapat dibandingkan.
Stadium (Lurain, 2011)
Berdasarkan jauhnya penyebaran koriokarsinoma dibagi menjadi 4, yaitu:
a.
b.
c.
d.
Dengan terjadinya kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi berkurang
dan stroma villi menjadi rapuh sehingga ada mekanisme umpan balik dan akhirnya terjadi
hyperplasia sel- sel trofoblast.
c. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada
akhirnya akan mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada
terbentuknya mola hidatidosa.
d. Paritas tinggi
Ibu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan terjadinya abnormalitas pada kehamilan
berikutnya, sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa
dan berikutnya menjadi koriokarsinoma.
e. Kekurangan protein
Sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus sehingga apabila
terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan gangguan pembentukan fetus secara
sempurna yang menimbulkan jonjot-jonjot korion
f. Infeksi virus dan faktor kromosom
g. Konsanguinitas (perkawinan dengan kerabat dekat)
(Benedet, et al. 2000)
2.5 PATOFISIOLOGI
Bentuk tumor trofoblas yang sangat ganas ini dapat dianggap sebagai suatu karsinoma dari
epitel korion, walaupun perilaku pertumbuhan dan metastasisnya mirip dengan sarkoma. Faktorfaktor yang berperan dalam transformasi keganasan korion tidak diketahui. Pada koriokarsinoma,
kecenderungan trofoblas normal untuk tumbuh secara invasif dan menyebabkan erosi pembuluh
darah sangatlah besar. Apabila mengenai endometrium, akan terjadi perdarahan, kerontokan dan
infeksi permukaan. Masa jaringan yang terbenam di miometrium dapat meluas keluar , muncul
di uterus sebagai nodul-nodul gelap irreguler yang akhirnya menembus peritoneum.
Gambaran diagnostik yang penting pada koriokarsinoma, berbeda dengan mola hidatidosa atau
mola invasif adalah tidak adanya pola vilus. Baik unsur sitotrofoblas maupun sinsitium terlibat,
walaupun salah satunya mungkin predominan. Dijumpai anplasia sel, sering mencolok, tetapi
kurang bermanfaat sebagai kriteria diagnostik pada keganasan trofoblas dibandingkan dengan
pada tumor lain. Pada pemeriksaan hasil kuretase uterus, kesulitan evaluasi sitologis adalah salah
satu faktor penyebab kesalahan diagnosis koriokarsinoma. Sel-sel trofoblas normal di tempat
plasenta secara salah di diagnosis sebagai koriokarsinoma. Metastasis sering berlangsung dini
dan umumnya hematogen karena afinitas trofoblas terhadap pembuluh darah.
Koriokarsinoma dapat terjadi setelah mola hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik atau
kehamilan normal . tanda tersering, walaupun tidak selalu ada, adalah perdarahan irreguler
setelah masa nifas dini disertai subinvolusi uterus. Perdarahan dapat kontinyu atau intermitten,
dengan perdarahan mendadak dan kadang-kadang masif. Perforasi uterus akibat pertumbuhan
tumor dapat menyebabkan perdarahan intraperitonium. Pada banyak kasus, tanda pertama
mungkin adalah lesi metatatik. Mungkin ditemukan tumor vagina atau vulva. Wanita yang
bersangkutan mungkin mengeluh batuk dan sputum berdarah akibat metastasis di paru.
Pada beberapa kasus, di uterus atau pelvis tidak mungkin dijumpai koriokarsinoma karena lesi
aslinya telah lenyap, dan yang tersisa hanya metastasis jauh yang tumbuh aktif (Dhanda, Ramani,
Thakur, 2014).
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Karena koriokarsinoma merupakan penyakit yang bisa menyerang banyak bagian tubuh
manusia, maka klien pun akan merasakan banyak tanda dan gejala, antara lain (Lurain, 2010):
a. Rahim membesar, perut tampak membesar
b. Peningkatan jumlah kadar -hCG
- Kadar -hCG normal pada tiap umur kehamilan berbeda, dari 5-25 IU/ml.
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Muka dan kadang-kadang badan terlihat pucat kekuning- kuningan yang disebut muka
-
b.
-
Palpasi
Uterus lebih besar/membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballottement juga gerakan janin.
Adanya fenomena harmonica: darah dan gelembung mola keluar dan fundus uteri turun,
lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru
c. Auskultasi
- Tidak terdengar bunyi DJJ
- Terdengan bising dan bunyi khas
d. Pemeriksaan dalam
- Terdapat pembesaran rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin, terdapat
perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan cavum vagina, serta evaluasi
keadaan serviks.
2.7.3
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Lab
Menurut The International Federation of Gynecology and Oncology (FIGO) menetapkan
beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mendiagnosis PTG termasuk
tertutup.
2. Radioterapi
Dapat diberikan pada metastase sistem saraf pusaat. Diberikan 3000 cgy selama 3
minggu. Radiasi pada metastase hati sudah jarang dilakukan.
3. Kemoterapi
Kemoterapi agen tunggal menggunakan obat metotreksat, metotreksat (MTX) dan asam
folat (FA), aktinomisin D, 5-fluorourasil, etoposid (Gilani, et al., 2013).
-
ringan.
Terapi
kombinasi
cyclosphosphamide
EMACO
and
(etoposide,
oncovin)
Terapi
methotrexate,
komplek
ini
actinomycin
digunakan
D,
untuk
Paru 60-95%
Vagina 40-50%
Vulva, serviks 10-15%
Otak 5-15%
Hati 5-15%
Ginjal 0-5%
Limpa 0-5%
Usus 0-5%
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Koriokarsinoma ialah suatu keganasan yang berasal dari jaringan trofoblas dan kanker yang
bersifat agresif, biasanya dari plasenta. Etiologi terjadinya koriokarsinoma belum jelas diketahui.
Koriokarsinoma dapat terjadi setelah mola hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik atau
kehamilan normal. Tanda dan gejala khas pada koriokarsinoma adalah peningkatan -hCG serta
perdarahan pervaginam. Manifestasi klinis berupa terdapat gejala hamil muda, rahim membesar,
dan dapat terjadi perdarahan dan syok. Untuk penegakkan diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan dalam, inspeksi, palpasi, aukskultasi, pemeriksaan lab, dan pemeriksaan penunjang
lainnya seperti USG. Penatalaksanaan dapat dilakukan histerektomi, kemoterapi, dan radioterapi.
Apabila tidak ditatalaksanai dengan baik maka kemungkinan terjadi metastase ke berbagai organ
vital lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Ngan HY, Kohorn EI, Cole LA, et al.. 2012. Trophoblastic disease. Int J Gynaecol Obstet 119
(Suppl
2):
S130-6.
doi:
10.1016/S0020-7292(12)60026-5.
Available
at:
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/gestationaltrophoblastic/HealthProfessional.
(Accessed: 2015, March 14)
Dhanda, Sunita, Ramani, Subhash, Thakur, Meenkashi. 2014. Gestational Trophoblastic
Disease: A Multimodality Imaging Approach with Impact on Diagnosis and Management.
Hindawi Publishing Corporation Radiology Research and Practice Volume 2014, Article ID
842751. Available at: http://dx.doi.org/10.1155/2014/842751. (Accessed: 2015, February 28)
American Cancer Society. 2014. What is estational trophoblastic disease?. The American
Cancer
Society
is
qualified
501(c)(3)
tax-exempt
organization.
Available
at:
Research
UK.
2014.
Choriocarcinoma.
Available
at:
at:
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/gestationaltrophoblastic/HealthProfessional.
(Accessed: 2015, March 14)
Lurain, John R.. 2010. Gestational trophoblastic disease I: epidemiology, pathology, clinical
presentation and diagnosis of gestational trophoblastic disease, and management of hydatidiform
mole.
American
Journal
of
Obstetrics
&
Gynecology
December
2010.
doi:
of
Gynecology
and
Obstetrics,
70
(2000)
207-312.
Available
at: