Professional Documents
Culture Documents
PRINSIP
AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI & PARTISIPASI
Disusun oleh :
Dra.LOINA LALOLO KRINA P.
Oleh karena itu, tata pemerintahan yang baik perlu segera dilakukan agar
segala permasalahan yang timbul dapat segera dipecahkan dan juga proses
pemulihan ekonomi dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Disadari,
mewujudkan tata pemerintahan yang baik membutuhkan waktu yang tidak
singkat dan juga upaya yang terus menerus. Disamping itu, perlu juga
dibangun kesepakatan serta rasa optimis yang tinggi dari seluruh komponen
bangsa yang melibatkan tiga pilar berbangsa dan bernegara, yaitu para
aparatur negara, pihak swasta dan masyarakat madani untuk
menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dalam rangka mencapai tata
pemerintahan yang baik.
Satu faktor yang sering dilupakan adalah, bahwa kekuatan konsep ini justru
terletak pada keaktifan sektor negara, masyarakat dan pasar untuk
berinteraksi. Karena itu, good governance, sebagai suatu proyek sosial,
harus melihat kondisi sektor-sektor di luar negara.
1
Dikutip dari artikel “Dokumen Kebijakan UNDP : Tata Pemerintahan Menunjang Pembangunan
Manusia Berkelanjutan”, dalam buletin informasi Program Kemitraan untuk Pembaharuan Tata
Pemerintahan di Indonesia, 2000.
2
Meuthia Ganie-Rochman dalam artikel berjudul “Good governance : Prinsip, Komponen dan
Penerapannya”, yang dimuat dalam buku HAM : Penyelenggaraan Negara Yang Baik &
Masyarakat Warga, (2000), Jakarta : Komnas HAM.
Meskipun mengakui ada banyak aktor yang terlibat dalam proses sosial,
governance bukanlah sesuatu yang terjadi secara chaotic, random atau tidak
terduga. Ada aturan-aturan main yang diikuti oleh berbagai aktor yang
berbeda. Salah satu aturan main yang penting adalah adanya wewenang
yang dijalankan oleh negara. Tetapi harus diingat, dalam konsep governance
wewenang diasumsikan tidak diterapkan secara sepihak, melainkan melalui
semacam konsensus dari pelaku-pelaku yang berbeda. Oleh sebab itu,
karena melibatkan banyak pihak dan tidak bekerja berdasarkan dominasi
pemerintah, maka pelaku-pelaku diluar pemerintah harus memiliki
kompetensi untuk ikut membentuk, mengontrol, dan mematuhi wewenang
yang dibentuk secara kolektif.
3
Dokumen Kebijakan UNDP dalam “Tata Pemerintahan Menunjang Pembangunan Manusia
Berkelanjutan”, Januari 1997, yang dikutip dari Buletin Informasi Program Kemitraan untuk
Pembaharuan Tata Pemerintahan di Indonesia, 2000
pemerintah. Pemerintah berkewajiban melakukan investasi untuk
mempromosikan tujuan ekonomi jangka panjang seperti pendidikan
kesehatan dan infrastuktur. Tetapi untuk mengimbangi negara, suatu
masyarakat warga yang kompeten dibutuhkan melalui diterapkannya sistem
demokrasi, rule of law, hak asasi manusia, dan dihargainya pluralisme. Good
governance sangat terkait dengan dua hal yaitu (1) good governance tidak
dapat dibatasi hanya pada tujuan ekonomi dan (2) tujuan ekonomi pun tidak
dapat dicapai tanpa prasyarat politik tertentu.
Jelas bahwa jumlah komponen atau pun prinsip yang melandasi tata
pemerintahan yang baik sangat bervariasi dari satu institusi ke institusi lain,
dari satu pakar ke pakar lainnya. Namun paling tidak ada sejumlah prinsip
yang dianggap sebagai prinsip-prinsip utama yang melandasi good
governance, yaitu (1) Akuntabilitas, (2) Transparansi, dan (3) Partisipasi
Masyarakat.
4
Dikutip dari artikel “Publik Administration in the 21-st Century”, yang diterbitkan oleh Asian
Development Bank
5
ibid.
(answerability), dan (2) konsekuensi (consequences). Komponen pertama
(istilah yang bermula dari responsibilitas) adalah berhubungan dengan
tuntutan bagi para aparat untuk menjawab secara periodik setiap
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan bagaimana mereka
menggunakan wewenang mereka, kemana sumber daya telah dipergunakan,
dan apa yang telah dicapai dengan menggunakan sumber daya tersebut.
6
Miriam Budiardjo, (1998), “Menggapai kedaulatan Untuk Rakyat”, Bandung : Mizan, hal 107-
120)
7
B. Guy Peters, (2000), “The Politics of Bureaucracy”, London : Routledge, hal 299-381)
8
Op.cit, hal, 19
Pengambilan keputusan didalam organisasi-organisasi publik melibatkan
banyak pihak. Oleh sebab itu wajar apabila rumusan kebijakan merupakan
hasil kesepakatan antara warga pemilih (constituency) para pemimpin
politik, teknokrat, birokrat atau administrator, serta para pelaksana di
lapangan.
9
Meuthia Ganie-Rochman, hal 141
berkepentingan dengan pelayanan tersebut. Sehingga, berdasarkan tahapan
sebuah program, akuntabilitas dari setiap tahapan adalah :
1. The requirement of an public organization (or perhaps an Proses Visi & misi
individual) to render an account to some other organization and pembuatan
to explain its action. sebuah kepu- Job
tusan yang description
(B. Guy Peters, “The Politics of Bureaucracy”, (2000). London : dibuat secara (acuan
Routledge hal. 299-381) tertulis, pelayanan)
Akuntabilitas dalam definisi ini mencakup : tersedia bagi - pilihan
a. akuntabilitas keuangan (financial accountability) warga yang metode
b. akuntabilitas administrative (administrative accountability) membutuhkan, pelayanan
c. akuntabilitas kebijakan public (policy decision accountability) dengan setiap - informasi
keputusan yang tentang
2. The extent to which one must answer to higher authority –legal or diambil sudah tingkat
organizational- for one’s actions in society at large or within memenuhi pelayanan
one’s particular organizational position standar etika dan - mekanisme
nilai-nilai yang / standar
(Jay M. Shafritz & E.W. Russell, “Introducing Public berlaku, dan pelayanan
Administration”, (1997). USA : Longman, hal 376) sesuai dengan - standar
prinsip-prinsip efisiensi
3. Holders of public office are accountable for their decisions and administrasi yang - kapasitas yg
actions to the public and must submit themselves to whatever benar memadai
scrunity is appropriate to their office - kualitas
akurasi dan yang
(Martin Minogue, artikel “The management of public change: from kelengkapan memadai
‘old public administration’ to ‘new public management’ dalam informasi yang
“Law & Governance” Issue I, British Council Briefing. berhubungan produk-produk
dengan cara-cara kebijakan
4. Akuntabilitas diperoleh melalui : mencapai daerah (proses
a. usaha imperative untuk membuat para aparat pemerintahan sasaran suatu pembuatan
mampu bertanggung jawb untuk setiap perilaku pemerintahan program keputusan) :
dan responsif kepada entitas darimana mereka memperoleh - Pola dasar
kewenangan kejelasan dari - Propeda
b. penetapan criteria untuk mengukur performansi aparat sasaran - Renstra
pemerintahan serta penetapan mekanisme untuk menjamin kebijakan yang - Repetada
bahwa standar telah terpenuhi telah diambil - APBD
dan - Sistem &
(Governance : Sound Development Management (1999), Asian dikomunikasikan mekanisme
Development Bank hal 7-13) perencanaa
kelayakan dan n,
5. Jenis-jenis akuntabilitas adalah : konsistensi dari pengendalia
a. akuntabilitas politik dari pemerintah melalui lembaga target n
perwakilan operasional pembangun
b. akuntabilitas keuangan melalui pelembagaan budget dan maupun prioritas an daerah
pengawasan BPK - SK
c. akuntabilitas hukum, dalam bentuk aturan hukum, reformasi penyebarluasan - Anggaran
hukum dan pengembangan perangkat hokum informasi tahunan
d. akuntabilitas ekonomi (efisiensi), dalam bentuk likuiditas dan mengenai suatu - Perda
(tidak) kepailitan dalam suatu pemerintahan yang demokratis, keputusan
tanggung gugat rakyat melalui sistem perwakilan melalui media Annual report
massa (Laporan
(Bintoro Tjokroamidjojo, “Reformasi Administrasi Publik”, (2001), pertanggung-
Jakarta: akses publik jawaban
MIA-UNKRIS hal 45-49 pada informasi
atas suatu Laporan
6. Beberapa pertanyaan yang harus siap dijawab oleh administrator keputusan keuangan
publik sehubungan dengan akuntabilitas publik adalah setelah (sistem
a. apakah saya berhubungan dengan masalah-masalah yang harus keputusan dibuat pengelolaan
diselesaikan dengan nilai-nilai yang konsisten dengan nilai-nilai dan mekanisme keuangan)
dari konstituen saya ? pengaduan
b. apakah program yang saya buat untuk konstituen didasarkan masyarakat Kebijakan
pada hipotesis yang jelas tentang masalah dan solusi yang daerah dalam :
efektif untuk menyelesaikan masalah itu ? - pengadaan
c. dengan hipotesis tersebut, apakah saya mempergunakan sistem informasi barang dan
metode yang efektif-biaya untuk mengimplementasikan manajemen dan jasa
alternatif yang dipilih ? monitoring hasil - pajak dan
d. dalam mengimplementasikan metode tersebut apakah saya retribusi
telah me-manfaatkan secara penuh sumber daya yang tersedia - demokratisasi
bagi saya dalam pengertian alokasi sumber daya kontrol biaya - keuangan
waktu dan usaha versus penyelesaian dalam kuantitas maupun daerah
kualitas
e. apakah saya telah menggunakan sumber daya yang, jika telah Penanganan
digunakan secara efisien dan efektif, akan memenuhi pengaduan
kebutuhan dari konstituen dalm pengertian secara kuantitas - kotak pos
maupun kualitas. pengaduan
- berita-berita
(John W. Sutherland, “Management Handbook for Public di media
Administrators, (1978), Van Nostrand Reinhold Company, hal 607- massa
662) - pengaduan
melalui
7. Akuntabilitas publik adalah prinsip yang menjamin bahwa setiap ornop (LSM)
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggung - hasil studi &
jawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak-pihak yang penelitian
terkena dampak penerapan kebijakan. - monitoring
(Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan independen
Daerah Bappenas & Depdagri, 2002, hal 19)
Penetapan
8. Accountability, however, is a two way relationship between public kriteria untuk
servants and the public at large. Whilst there is a constitutional mengukur
obligation on public officials to provide an accountable public performansi
service the onus is on the public to ensure that officials live up to aparat
this expectation. Standards of efficiency and public service
delivery can only be as high as the expectations voiced by civil
society interest groups.
To hold public officials accountable for service delivery requires
that the public be adequately informed about the level of service
that they are entitled to. Moreover, the public must be reliably
informed about the actual level of service delivery and the
performance of individual departments and officials within the
public service.
(Colm Allan, Coordinator Public Service Accountability Monitor
Eastern Cape, South Africa, dalam paper berjudul “Civil Society &
Public Accountability : the Need for Active Monitoring dalam
diskusi internasional 9-th International Anti-Corruption Conference,
10-15 Oktober 1999 Durban, South Africa)
Kesimpulan :
Prinsip akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa
besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran
nilai-nilai atau norma eksternal yang dimiliki oleh para stakeholders
yang berkepentingan dengan pelayanan tersebut.
Prinsip ini memiliki 2 aspek, yaitu (1) komunikasi publik oleh pemerintah,
dan (2) hak masyarakat terhadap akses informasi.12 Keduanya akan sangat
sulit dilakukan jika pemerintah tidak menangani dengan baik kinerjanya.
Manajemen kinerja yang baik adalah titik awal dari transparansi.
10
Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional & Departemen Dalam Negeri, 2002, hal. 18.
11
Meutiah, hal 151
12
op.cit, hal 60
Peran media juga sangat penting bagi transparansi pemerintah, baik sebagai
sebuah kesempatan untuk berkomunikasi pada publik maupun menjelaskan
berbagai informasi yang relevan, juga sebagai “watchdog” atas berbagai
aksi pemerintah dan perilaku menyimpang dari para aparat birokrasi. Jelas,
media tidak akan dapat melakukan tugas ini tanpa adanya kebebasan pers,
bebas dari intervensi pemerintah maupun pengaruh kepentingan bisnis.
Partisipasi adalah prinsip bahwa setiap orang memiliki hak untuk terlibat
dalam pengambilan keputusan di setiap kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan. 13 Keterlibatan dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan
secara langsung atau secara tidak langsung.
13
Op.cit, hal 20
ataupun pemogokan, sebenarnya juga termasuk partisipasi. Tindakan protes
atau mogok, boleh jadi merupakan luapan dari tuntutan massa akibat
saluran-saluran aspirasi yang sebelumnya ada telah berkembang. Protes
yang disertai aksi-aksi kekerasan terkadang semata-mata disebabkan oleh
keputusasaan, kegusaran, dan terpendamnya konflik internal
Kesimpulan :
Prinsip partisipasi masyarakat menuntut
masyarakat harus diberdayakan, diberikan
kesempatan dan diikutsertakan untuk berperan
dalam proses-proses birokrasi mulai dari tahap
perencanaan pelaksanaan dan pengawasan atau
kebijakan publik.
Operasionalisasi konsep :
1. pada level akar rumput, partisipasi
mengimplikasikan struktur pemerin-tahan yang
fleksibel dan memberikan peluang bagi
masyarakat yang berkepentingan untuk
menyem-purnakan desain dan implementasi
program serta proyek public
2. memberikan peluang bagi LSM seba-gai sarana
alternatif enyaluran energi dari publik, melalui
identifikasi kepentingan publik, mobilisasi opini
publik, untuk mendukung kepen-tingan
tersebut, dan organisasi aksi yang sesuai
DAFTAR BACAAN
Hill, Michael & Peter Hupe, (2002), Implementing Public Policy : Governance
in Theory and in Practice, London : Sage Publications.
Referensi Lain :