You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

Abses adalah rongga yang berisi nanah. Tanda utamanya dari suatu abses
adalah fluktuasi, meskipun tidak selalu terdeteksi. Rasa hangat yang terlokalisir,
bengkak dan nyeri tekan langsung pada rongga abses adalah tanda yang khas
juga(1)
Abses disebabkan oleh flora bacterial campuran yang berkisar sekitar 2,5
spesies bakteri 1,6 diantaranya merupakanbakteri anaerob sementara 0,9 lainnya
adalah bakteri aerob atau fakultatif. Bakteri komensal dari tempat-tempat
disekitarnya merupakan penyebab abses yang biasa ditemukan sehingga spesies
bakteri dalam abses secara tipikal merupakan spesies yang ditemukan dalam flora
normal.(1)
Abses perirenal dapat menimbulkan tantangan diagnostik yang besar,
bahkan ke dokter. Hal ini sangat penting karena keterlambatan dalam diagnosis
meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. Diagnosis abses perirenal harus
dipertimbangkan pada setiap pasien dengan demam dan perut atau nyeri pinggang.
(1,2)
Berikut di bawah ini dilaporkan suatu kasus abses perirenal, pasien anak
perempuan berusia 12 tahun yang dirawat dan menjalani drainase abses di RSUD
Ulin Banjarmasin.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Abses Perinefrik (Abses perirenal)


Abses perinefrik adalah abses renal yang meluas kedalam jaringan lemak
disekitar ginjal. Ini dapat diakibatkan oleh infeksi ginjal, seperti pielonefritis atau
dapat terjadi secara hematogen ( menyebar melalui aliran darah ) yang berasal dari
bagian mana saja di tubuh. Organisme penyebab mencangkup Staphylococcus,
proteus dan E.coli. kadang-kadang infeksi menyebar dari area yang berdekatan,
seperti divertikulatis atau apendisitis. (2,3)
Abses perinefrik sering terjadi akibat penyebaran hematogen atau
sekunder akibat obstruksi renal dan pada penderita diabetes lebih rentan. Abses
perinefrik/pionefrosis memiliki karakteristik nyeri tekan akut, timbul tanda-tanda
sistemik, namun abses jarang menjadi besar.(2,3)
Abses perinefrik terdiri atas abses diluar ginjal yang biasanya dibebabkan
oleh infeksi diluar pielum. Sering disertai batu pielum. Berangsur-angsur abses
menjadi besar sampai dapat diraba. Pada pemeriksaan ditemukan piuria dan pada
pemeriksaan ultrasonografi dilihat ruang abses diluar ginjal.(3)
Abses perinefrik ini biasanya mengikuti perforasi dari infeksi ginjal atau
abses kedalam rongga perinefrik. Pasien datang dengan demam tinggi dan
abdomen yang keras. Pada radiografi tidak terlihat adanya bayangan psoas dan
tulang belakang mencembung kearah lesi. Terapi membutuhkan drainase dan
antibiotika jangka panjang. (3,4)

Etiologi
Beberapa agen bakteri penyebab abses perirenal, meliputi Esherichia coli,
Proterus, dan Staphylococcus aureus. Beberapa bakteri gram negatif lain dapat
menyebabkan infeksi ini meliputi Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas,
Serratia, dan Citrobacter spesies.(3,4)
Penyebab lainnya adalah jamur, terutama Candida biasanya terjadi pada
pasien dengan diabetes. Faktor predisposisi mencakup pembedahan (termasuk
transplantasi ginjal) dan terapi antibiotik berkepanjangan.(3)

Manifestasi Klinis
Manifestasi yang terjadi Berbeda dengan abses ginjal, tanda dan gejala
abses perinefrik memiliki onset yang lambat dan tidak spesifik. Pasien biasanya
mengeluh dengan gejala lebih dari satu minggu, mengeluh tentang demam, nyeri
pinggang atau nyeri perut, keringat malam dan menggigil serta di ikuti dengan
Lebih dari 30% di barengi oleh demam.(1,3)

Patofisiologi
Mekanisme yang paling umum terjadi untuk abses bakteri gram-gram
negatif adalah pecahnya abses kortikomedular, sementara mekanisme yang paling
umum untuk pengembangan infeksi staphylococcal adalah pecahnya abses
kortikal ginjal. Temuan ini sering diamati dalam hubungan dengan operasi ginjal
sebelumnya seperti nephrectomy parsial atau nefrolisiasis atau paling sering,
sebagai komplikasi diabetes mellitus. (1,2,4)

Pasien dengan penyakit ginjal polikistik yang menjalani hemodialisis


mungkin sangat rentan untuk mengembangkan abses perirenal 62% dari kasus.
Faktor predisposisi untuk abses perirenal meliputi neurogenik kandung kemih,
refluks vesicoureteral, obstruksi kandung kemih, nekrosis papiler ginjal, TBC
saluran kemih, trauma ginjal, imunosupresi, dan penyalahgunaan narkoba
suntikan.(1,2)
Ketika pecah, infeksi abses perirenal melalui fasia gerota ke ruang
pararenal, keadaan tersebut mengarah pada pembentukan abses pararenal. Abses
parerenal juga dapat disebabkan oleh gangguan dari pancreas, usus, hati, kantung
empedu, prostat, dan rongga pleura, dan mereka mungkin disebabkan oleh
osteomielitis tulang rusuk yang berdekatan atau tulang belakang.
Respons terbentuknya abses pada perineal akan memberikan manifestasi
reaksi lokal yang sistemik. Reaksi lokal memberikan respons inflamasi lokal
dengan adanya keluhan nyeri kostovetebral. Respons sistemik akan menimbulkan
masalah

peningkatan

suhu

tubuh,

ketidakseimbangan nutrisi dan kecemasan.

kelemahan

fisik

umum,

serta

Diagnosis
Secara umum, diagnosis yang cepat dan pengobatan abses perirenal harus
mengarah pada hasil yang baik. Sehingga perlu di peroleh anamnesis serta
pemeriksaan fisik dan
tersebut .(1)

pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis

Anamnesis
Keluhan utama yang sering dikeluhkan bervariasi meliputi keluhan infeksi
kulit atau infeksi saluran kemih. Infeksi bisa diikuti dalam 1-2 minggu dengan
demam dan nyeri pada pinggang atau kostovertebra. Keluhan nyeri daerah
pingggang atau kostovertebra misalnya disertai adanya peningkatan suhu tubuh,
demam, sampai menggigil. Pasien mengeluh adanya massa pada daerah pinggang
disertai penurunan nafsu makan. Keluhan lainnya adalah nyeri perut, disuria,
penurunan berat badan, malaise, dan gejala gastrointestinal seperti mual dan
muntah.(4,5)
Pada riwayat penyakit dahulu penting untuk menanyakan apakah ada
riwayat penyakit seperti adanya penyakit bisul atau karbunkel pada daerah tubuh
lainnya, adanya riwayat demam sampai menggigil.
Pada psikososiokultural, adanya nyeri, benjolan pada pinggang dan
pemeriksaan diagnostik yang akan dilakukan akan memberikan dampak rasa
cemas pada pasien.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat denagn tingkat
kesadran biasanya compos metis. Pada Tanda vital sering didapatkan adanya
perubahan suhu tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan,
frekunsi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi.
Tekanan darah tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya penyakit
hipertensi renal.

Pmeriksaan penunjang
1. Laboratorium : Pemerikasaan urinalisis menunjukkan adanya piuria dan
hematuria, kultur urine menunjukkan kuman penyebab infeksi, sedangkan pada
pemeriksaan darah terdapat leukositosis dan laju endap darah yang meningkat.
2. Radiografi : Pemeriksaan foto polos abdomen mungkin didapatkan kekaburan
pada daerah pinggang, bayangan psoas menjadi kabur, terdapat bayangan gas pada
jaringan lunak, skoliosis, atau bayangan opak dari suatu batu di saluran kemih.
Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan adanya cairan pus didalam perirenal.
3. Ultrasonografi : Pemeriksaan menunjukkan cairan abses. (5)

Penatalaksanaan
1. Drainase

abses

perkutan. Aspirasi

drainase

perkutan

dengan

panduan

ultrasonografi memberikan manifestasi kerusakan jaringan minimal. Hasil


drainase dilakukan kultur, serta sensitivitas dari seluruh cairan drainase.
Keuntungan drainase perkutan meliputi : menghindari anestesi umum dan bedah,
lebih diterima baik fisik maupun psikososial oleh pasien, biaya rendah,
mempermudah perawat pascaprosedur, serta memperpendek hari rawat.
Sementara itu, kerugiannya meliputi : infeksi jamur, pembentukan kalsifikasi,
drainase buntu oleh drainase purulen, terbentuk rongga retroperitoneal, serta
emfisematous dalam ginjal.
2. Terapi bedah. Pada kondsi tertentu, seperti abses fistula ginjal-enterik, mungkin
memerlukan intervensi bedah segera.

3. Pemberian antimikroba yang sesuai dengan hasil uji sensivitas yang bersifat
bakterisidal, dan berspektrum luas. Drain biasanya dimasukkan dan dibiarkan di
ruang perirenal sampai seluruh drainase signifikan keluar seluruhnya. Seperti pada
penanganan abses disetiap tempat, pasien dipantau terhadap adanya sepsis, intake
dan ouput cairan, serta respons umum terhadap penanganan dang anti balutan
sesering mungkin.(5)

BAB III
LAPORAN KASUS

I.1

I.2

Identitas
Nama

: An. S

Umur

: 12 tahun

Jenis Kelamin

: perempuan

Status

: belum Menikah

Agama

: Islam

Bangsa

: Indonesia

Alamat

: jl. Pengambanagn Hulu Sungai Selatan

Pekerjaan

: pelajar

MRS

: 26 februari 2015

Anamnesis
Keluhan Utama:
Benjolan berair di pinggang kiri

Riwayat Penyakit sekarang:


: Pasien jatuh dari tangga 2 minggu yang lalu. Pasien terjatuh saat menaiki
tangga di rumahnya. Saat jatuh pinggang kiri serta kaki pasien membentur
anak tangga. Pasien jatuh cukup keras sehingga pinggang menjadi
bengkak dan nyeri serta kaki sulit digerakkan sehinggan pasien sulit
berdiri. Pasien berobat ke RS barabai dal dilakukan Foto thorax, BNO
serta USG, dan pasien memutuskan APS. Keluhan nyeri selama di rumah

dirasa berkurang dan kaki mulai bisa digerakan dan pinggang masih terasa
nyeri. Menurut pasien saat di rumah pasien serimng menahan kencing
karena nyeri kalu bergerak untuk ke wc. Keluhan nyeri pinggang muncul
lagi kemudian disertai dengan munculnya benjolan di pinggang pasien. 1
Hari SMRS benjolan di pinggang pecah dan berair, air berwarna
kecoklatan. Air kencing pasien berwarna coklat seperti teh. Konstipasi
selama 1 minggu. Nafsu makan menurun makan sedikit. Dan pasien
dibawa ke RS Barabai lalu di rujuk ke RSUD ULIN.

Riwayat Penyakit Dahulu:


-

Riwayat sakit kencing manis (-)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat trauma 2 minggu yang lalu pasien jatuh dari tangga

Riwayat Penyakit dalam Keluarga:


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal

I.3

Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan Darah

: 110/70 mmHg

Pernafasan

: 20x/ menit

Nadi

: 98x/menit

Suhu

: 37,8 0C

Kepala

: konjungtiva pucat (-), sclera ikterik


(-/-)

Leher

: Tidak ada kelainan

Pupil

: Isokor/ Reflek Cahaya +/+

KGB

: Tidak ada kelainan

Thorax

: Tidak ada kelainan

Abdomen

: Lihat status urologikus

Genitalia Eksterna

: Lihat status urologikus

Ektremitas atas dan bawah

: Tidak ada kelainan

B. Status Urologikus
Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) dextra et sinistra:
Inspeksi

: Bulging (-) hematome (-/+)

Palpasi

: Ballotement (-)

Palpasi

: Nyeri ketok -/+

Regio Suprapubik:
Inspeksi

: Bulging (-), distensi (-/+)

Palpasi

: Nyeri tekan (-/+)

Regio Genitalia Eksterna :


Inspeksi

: bloody discharge (-)

Rectal Toucher (RT):


TSA baik, BCR (+), mukosa recti licn, teraba prostat tidak membesar,
konsistensi kenyal.

I.4

Pemeriksaan Penunjang
26 Februari 2015
HASIL

NILAI NORMAL

SATUAN

Hemoglobin

12.7

14,0-18,0

g/dl

Leukosit

8.3

4,0-10,5

ribu/ul

Eritrosit

4.75

4,5-6,0

juta/ul

Hematokrit

37.7

42,0-52,0

vol%

Trombosit

671

150-450

ribu/ul

RDW-CV

16,3

11,5-14,7

MCV

78.5

80,0-97,0

Fl

MCH

26.7

27,0-32,0

Pg

MCHC

34.1

32,0-38,0

HASIL

NILAI NORMAL

SATUAN

Gran%

74.0

50-70

Limfosit%

16.1

25-40

Gran#

6.24

2.5-7

ribu/ul

Limfosit#

1.2

1.25-4

ribu/ul

I.5

Diagnosis Banding
Kegansan pada renal

I.6

Diagnosis Kerja
Abses perirenal

I.7

Penatalaksanaan
-

I.8

Drainase abses

Prognosis
Quo ad vitam

: Dubia ad bonam

Quo ad functionam

: Dubia ad bonam

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari kasus di atas, An. S usia 12 tahun datang dengan keluhan tidak bisa
benjolan ber air di pinggang kiri. Keadaan ini disebut sebagai abses perirenal
(abses perinefritik) yaitu adalah abses renal yang meluas kedalam jaringan lemak
disekitar ginjal. Ini dapat diakibatkan oleh infeksi ginjal, seperti pielonefritis atau
dapat terjadi secara hematogen ( menyebar melalui aliran darah ) yang berasal dari
bagian mana saja di tubuh. Organisme penyebab mencangkup Staphylococcus,
proteus dan E.coli..
Dari anamnesa didapatkan keluhan berupa benjolan berair di pinggang
sebelah kiri, air berwarna kecoklatan. Air kencing pasien berwarna coklat seperti

teh. Konstipasi selama 1 minggu. Nafsu makan menurun makan sedikit, demam
dan nyeri didaerah kostovetebra. Keluhan ini merupakan gejala terjadi abses
perirenal. Jadi kesimpulan yang diambil bahwa penderita mengalami suatu gejala
abses perirenal. Dan juga ditemukan adanya keluhan air kencing yang berwarna
coklat dan kontipasi, sehingga pasien ini disimpulkan mengalami gejala iritatif
serta infeksi pada saluran kemih. Berdasarkan kondisi faktual diatas pasien ini
mengalami gejala piolonefritis disertai dengan abses perirenal.
Abses perinefrik sering terjadi akibat penyebaran hematogen atau
sekunder akibat obstruksi renal dan pada penderita diabetes lebih rentan. Abses
perinefrik/pionefrosis memiliki karakteristik nyeri tekan akut, timbul tanda-tanda
sistemik, namun abses jarang menjadi besar.
Abses perinefrik terdiri atas abses diluar ginjal yang biasanya dibebabkan oleh
infeksi diluar pielum. Sering disertai batu pielum. Berangsur-angsur abses
menjadi besar sampai dapat diraba. Pada pemeriksaan ditemukan piuria dan pada
pemeriksaan ultrasonografi dilihat ruang abses diluar ginjal.
Kemudian pada riwayat penyakit dahulu, didapat
pada pasien pernah terjadi trauma pada 2 minggu sebelum pasien mengeluh
keluhan ini. Hal ini bisa saja mengakibatkan terjadi perdangan pada daerah tauma
dan mengakibatkn infeksi pada daerah yang terjadi truma karena di daerah
berongga.
Berdasarkan pemeriksaan fisik pada status generalis didapatkan vital
sign didaptkan pasien mengalami demam 37,8 celsius hal ini menadakan terjadi
reaksi infeksi bakteri dalam tubuh pasien, konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak

ikterik. Pada inspeksi regio CVA dan regio supra pubik didapatkan adanya
benjolan berair pada sebelah kiri dengan cairan berwarna coklat dan nyeri tekan
pada benjolan dan area sekitar benjolan, regio genitalia externa tidak ditemukan
bloody discharge. Pada pemeriksaan Digital Rectal Examination (Rectal Toucher)
didapatkan tonus spingter ani dalam keadaan baik sehingga hal ini dapat
menyingkirkan diagnosis bahwa retensio urine yang terjadi diakibatkan oleh
neurogenic bladder. Selain itu juga prostat dalam keadaan normal, sehingga
diagnosis retensio urine akibat hiperplasia prostat dapat disingkirkan.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pada darah rutin didaptkan
peningkatan trombosit, pemeriksaan urinalisi didapat peningkatan PH urin, rothen
thorax didapatkan efusi pleura kanan, hjasil USG didapkan hasil abses perirenal
posterior sedangkan pada pemeriksaan BNO

didapatkan hasil dalam batas

normal.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, maka pasien ini didiagnosa dengan Abses perirenal yang telah
perforasi
Pada pasien ini memiliki akan ditatalaksana dengan pemberian antibiotik
dan analgetik untuk pengobatan secara simtomatik, kemudian dilakukian drainase
untuk mengeluarkan cairan abses yang telah perforasi.

BAB V
PENUTUP

Telah dilaporkan suatu kasus pada an. S yang berusia 12 tahun. Dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosa
abses perirenal. Untuk penanganan pada kasus ini pasien dilakukan draines
abeses.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Regina Clia De Souza Campos. Perinephric And Renal Abscesses In Children: A


Study Of Three Cases. Rev. Inst. Med. Trop. S. Paulo 44 (6):341-344, NovemberDecember, 2002.

2.

Ahmed R. El-Nahas, Raed Faisal. What Is The Best Drainage Method For A
Perinephric Abscess?. International Braz J Uro Vol. 36 (1): 29-37, January February, 2010

3.

Bong Eun Lee, M.D., Hee Yun Seol. Recent Clinical Overview Of Renal And
Perirenal Abscesses In 56 Consecutive Cases. The Korean Journal Of Internal
Medicine: 23:140-148, 2008

4.

Col Rs Rai*, Col Sc Karan. Col Rs Rai*, Col Sc Karan. Mjafi, Vol. 63, No. 3,
2007

5.

Perirenal And Renal Abscesses: Assessment By Multiplanar Reformat Imaging


Of Computed Tomography.. Dx.Doi.Org/10.1016/J.Jecm.2013.04.009

6.

Dylan Tsukagoshi, Mb Bs; Bozanka Dinkovski. C J E M J C M U July Juillet


2006; 8 (4

You might also like