You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Keluarga Berencana (KB) secara mikro berdampak terhadap kualitas
individu dan secara makro berkaitan dengan tujuan pembangunan pada umumnya. Secara
mikro, KB berkaitan dengan kesehatan dan kualitas hidup ibu/perempuan, juga kualitas
bayi dan anak. Secara makro, KB dan kesehatan reproduksi berkontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk meraih MDGs, yaitu memberantas kemiskinan
dan kelaparan, mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender
dan pemberdayaan perempuan, mengurangi angka kematian anak, meningkatkan kesehatan
ibu, menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan pembangunan kemitraan global untuk
pembangunan.
Penggunaan KB berkaitan dengan rendahnya kematian ibu dan kematian anak dan
dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Memiliki anak lebih sedikit dan lebih sehat
dapat mengurangi beban ekonomi pada keluarga miskin, dan memungkinkan mereka
menginvestasikan sumber dayanya dalam pengasuhan, perawatan, dan sekolah anak,
sehingga nantinya diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan. Secara nasional,
investasi KB juga membuka a window of opportuniity (jendela kesempatan) bagi
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat melalui penurunan fertilitas dan perubahan struktur
umur populasi dan angka ketergantungan (dependency ratio). Peningkatan rasio jumlah
pekerja terhadap jumlah anak yang harus ditanggung menyebabkan peningkatan tabungan
dan investasi, serta perbaikan standar kualitas kehidupan dan rendahnya kemiskinan.
A window of opportunity dapat menurunkan 14% tingkat kemiskinan di Negara
berkembang antara tahun 2000 dan 2015. Investasi dalam KB juga dapat menurunkan
biaya pelayanan social seperti biaya pelayanan kesehatan, pendidikan, pangan, perumahan,
dan sebagainya. Rendahnya pertumbuhan penduduk juga dapat mengurangi tekanan
terhadap eksploitasi sumberdaya alam yang terbatas.

B. Rumusan Masalah
1

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan bagaimana pelayanan kontrasepsi dan


KB di masyarakat, terutama peningkatan pelayanan KB?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pelayanan kontrasepsi
dan KB di masyarakat, terutama pada peningkatan pelayanan KB.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pelayanan Kontrasepsi
Mempunyai dua tujuan, yaitu :

TUJUAN UMUM

Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB, yaitu dihayatinya


NKKBS.

TUJUAN POKOK

Penurunan angka kelahiran yang bermakna. Guna mencapai tujuan tersebut, maka
ditempuh kebijaksanaan mengkatagorikan 3 fase untuk mencapai sasaran yaitu :
a. Fase menunda perkawinan atau kesuburan
Maksud kebijakan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat
melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan
pada usia tua. Fase menunda atau mencegah kehamilan bagi PUS dengan usia istri
kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan
menunda/mencegah kehamilan;

Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak

dulu karena berbagai alasan.


Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena peserta masih muda.
Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda masih

tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.


Penggunaan IUD-Mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat
dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra-indikasi terhadap pil oral.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan;

Revesibilitas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin hampir

100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.


Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya
kehamilan dengan resiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan
program.

b. Fase menjarangkan kehamilan


Periode usia istri antara 20-30 atau 35 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah
2-4 tahun. Ini dikenal sebagai catur warga. Alasan menjarangkan kehamilan ;

Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan

melahirkan.
Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD

sebagai pilihan utama.


Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi. Namun disini tidak
atau kurang berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia

mengandung dan melahirkan yang baik.


Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.

c. Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan


Periode umur istri di atas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun, sebaiknya
mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak. Alasan mengakhiri
kesuburan :
Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil/tidak punya

anak lagi, karena alasan medis dan alasan lainnya.


Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
Pil oral kurang di anjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai
kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.

Ciri-ciri kontrasepsi yang di perlukan;

Efektivitas sangat tinggi. Kegagalan menyebabkan terjadinya kehamilan


beresiko tinggi bagi ibu dan anak, di samping itu akseptor tersebut memang

tidak mengaharapkan punya anak lagi.


Dapat di pakai untuk jangka panjang.
Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa usia tua kelainan seperti
peyakit jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya meningkat.
Oleh karena itu, sebaiknya tidak di berikan cara kontrasepsi yang menambah
kelainan tersebut.

B. Program Keluarga Berencana


Tingginya tingkat penggunaan alat kontrasepsi oleh pasangan suami istri Indonesia
sebagian besar karena keberhasilan program KB pemerintah. Berkat tanggung jawab yang
4

kuat dan bantuan pemerintah untuk menurunkan pertumbuhan jumlah penduduk yang
mengkhawatirkan ini, maka pada tahun 1969 terbentuklah Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) dan program Keluarga Berencana Nasional sebagai bagian
dari repelita pertama. Walaupun program ini pada awalnya memusat perhatian di Jawa dan
Bali, secara bertahap mencakup provinsi-provinsi di luar Jawa, Bali, Madura. Program KB
tidak hanya menerima dukungan kuat dari pemerintah, tetapi juga ulama islam yang
berpengaruh.
Peran pekerja lapangan yang terlatih bertugas untuk menarik calon-calon akseptor
serta menyalurkan pil dan kondom melalui sukarelawan-sukarelawan di desa. Para
pemimpin desa turut andil bagian mencari dukungan masyarakat setempat. Dengan cara
tersebut tingkat penerimaan dan dukungan terhadap program KB di tingkat rakyat biasa
cukup tinggi. Sekitar seperempat juta kelompok akseptor terbentuk dalam masyarakat dan
BKKBN dapat membantu melalui pemberian sumber daya untuk berbagai kegiatan
pembangunan lainnya. Melalui cara tersebut dan cara-cara lain, program KB tidak hanya
memusatkan perhatian pada pengurangan jumlah anggota keluarga tetapi juga pada
peningkatan mutu keluarga. Kunci lain keberhasilan adalah sistem perbekalan yang sangat
maju yang pada umumnya dapat menjamin pasokan secara tepat waktu walau di tempat
yang letak geografisnya sering kali sulit dijangkau.
Unsur penting program KB adalah prioritas dalam hal perancangan untuk
melaksanakan KB secara tepat. Pendidikan dan komunikasi, melibatkan kegiatan-kegiatan
inovatif dan penuh semangat dengan menggunakan semua bentuk media masa serta
saluaran-saluran yang lebih tradisional untuk menyampaikan pesan KB. Slogan Dua anak
cukup, wanita atau pria sama saja di jumpai dimana-mana.
Sistem target dalam pelaksanaannya dikritikkan karena kaum wanita pada keadaan
tertentu memperoleh tekanan yang amat berat untuk menjadi akseptor agar target tercapai.
BKKBN menyadari bahwa terdapat perbedaan budaya antara Negara-negara Barat dan
Indonesia. Yang perlu diketahui dalam penilaian tentang apa yang dapat dan tidak dapat
diterima serta dalam ukuran penilaian dan penggunaan tekanan sosial untuk memperoleh
sambutan KB. Pada tahun 1993 sistem target dihapus dan kini dikembangkan sistem
yang didasarkan kebutuhan.
a. Memelihara diterimanya secara mantap program keluarga berencana ini oleh seluruh
lapisan masyarakat. Menanamkan keyakinan bahwa melaksanakan program bukan

saja karena kesadaran atau kebutuhan, tetapi juga merupakan kehormatan


kebanggaan.
b. Menyediakan fasilitas pelayanan serta memberikan kesempatan kepada mereka yang
telah memotivasi untuk ber-KB. Memilih cara-cara atau alat-alat (obat kontrasepsi)
yang mudah digunakan, murah, dapat di percaya, serta tidak merugikan kesehatan.
C. Strategi Pendekatan dan Cara Operasional Program Pelayanan KB
Strategi pendekatan dalam program KB antara lain:
1. Pendekatan kemasyarakatan (community approach).
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat
(kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.
2. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach).
Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan
keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan
yang sinergi dalam mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar.
3. Pendekatan integrative (integrative approach).
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat mendorong dan
mengerakkan

potensi

yang

dimiliki

oleh

masyarakat

sehingga

dapat

menguntungkan dan memberi manfaat pada semua pihak.


4. Pendekatan kualitas (quality approach).
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan atau provider
dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.
5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach).
Memberikan peluang kepada sector pembangunan lainnya dan masyarakat yang
telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan program KB nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi (three dimension approach)
Strategi tiga dimensi program kb sebagai pendekatan kb nasional, dimana
program tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di Indonesia terhadap
ajakan KIE yang terbagi menjadi tiga kelompok yaitu :
a. 15% PUS langsung merespon ya untuk ber KB
b. 15-55% PUS merespon ragu-ragu untuk ber KB
c. 30% PUS merespon tidak untuk ber KB
Strategi 3 dimensi dibagi dalam 3 tahap pengelolaan program KB sebagai berikut :
6

a. Tahap Perluasan Jangkauan


Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan lebih kepada sasaran :
1. COVERAGE WILAYAH

Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan pada


penggarapan wilayah potensial, seperti wilayah Jawa dan Bali dengan kondisi
jumlah penduduk dan laju pertumbuhan yang besar.
2. COVERAGE KHALAYAK

Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya. Pada


tahap ini, pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik.
b. Tahap Kelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi, yaitu tahap
perluasan jangkauan. Tahap coverage wilayah diperluas jangkauan provinsi luar
Jawa-Bali. Tahap ini indicator kuantitatif kesertaan ber-KB pada kisaran 45-65%
dengan prioritas pelayanan kontrasepsi dengan metode jangka panjang dengan
memanfaatkan momentum-momentum besar.
c. Tahap Pembudayaan Program KB
Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan provinsi seluruh Indonesia.
Tahap coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang menolak, oleh sebab
itu pendekatan program KB dilengkapi dengan pendekatan Takesra dan Kukesra.
Adapun kegiatan atau cara operasional pelayanan KB adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi

dilakukan

dengan

memberikan penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan)


dan penerangan massa melalui media cetak, elektronik.
Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam ber
KB, melalui pendewasaan usia, perkwawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
2. Pelayanan Kontrasepsi dan Pengayoman Peserta KB
Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera. Para wanita baik
sebagai calon ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentaan

mempunyai potensi yang besar untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang
tepat dan benar dalam mempertahankan fungsi reproduksi.
Reproduksi sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisik, mental,
dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi, serta proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota
dan keluarga dengan lingkungan.
Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan dua gerakan,
yaitu : pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga
sehat sejahtera dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS.
Pengayoman melalui program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana
Indonesia), tujuan agar merasa aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi
dan kegagalan.

3. Peran Serta Masyarakat dan Institusi Pemerintahan


PMS ditonjolkan (Pendekatan Masyarakat), serta kerja sama institusi
pemerintah (Dinas Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas)
4. Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik tugas KB, bidan, dokter
berupa pelatihan konseling dan keterampilan.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Tujuan dari pelayanan kontrasepsi adalah sebagai pemberian dukungan dan
pemantapan penerimaan gagasan KB, yaitu dihayatinya NKKBS. Ada beberapa strategi
pendekatan dalam program KB, antara lain pendekatan kemasyarakatan, pendekatan
koordinasi aktif, pendekatan integrative, pendekatan kualitas, pendekatan kemandirian,
pendekatan tiga dimensi.
Kegiatan-kegiatan atau cara operasional pelayanan KB yang dapat dilakukan
misalnya pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), pelayanan kontrasepsi dan
pengayoman peserta KB, peran serta masyarakat dan institusi pemerintahan, serta
pendidikan KB.
B. Saran
Dalam memberikan pelayanan kontrasepsi dan KB di masyarakat sangat dibutuhkan
peningkatan pelayanannya, baik dari segi kualitas maupun jumlah akseptor. Hal ini
9

bertujuan agar pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan. Disini sangat dibutuhkan peran
tenaga

kesehatan

dalam

mengajak

masyarakat

untuk

menyukseskan

program

pemerintahan.

DAFTAR PUSTAKA
Irianto, K. 2012. Keluarga Berencana untuk Paramedis dan Non Medis. Bandung : Yrama
Widya
Hartanto, H. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Handayani, Sri. 2012. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Pustaka
Rihama

10

You might also like