You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demam rematik dan penyakit jantung rematik telah lama dikenal.Penyakit jantung
rematik adalah penyakit yang diakibatkan oleh komplikasi daridemam rematik
yang ditandai dengan adanya cacat pada katup jantung.
Demam rematik akut adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh adanyasuatu
reaksi imunologi terhadap infeksi oleh bakteri Streptokokus Group A.Demam
rematik akut menyebabkan infeksi generalisata dan menginfeksi padabagian tubuh
tertentu, seperti jantung, persendian, otak dan kulit. Individu denganDemam
Rematik Akut sering menyebabkan penyakit yang berat dan
memerlukanperawatan di Rumah Sakit.
B. Rumusan Masalah
1.
1. Apakah pengertian Penyakit Jantung Rematik?
2. Apa penyebab Penyakit Jantung Rematik?
3. Apa tanda dan gejala dari Penyakit Jantung Rematik?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari Penyakit Jantung Rematik?
5. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada Penyakit Jantung
Rematik?
C. Tujuan Penulisan
1. Mampu memahami pengertian Penyakit Jantung Rematik
2. Mampu memahami penyebab Penyakit Jantung Rematik
3. Mampu memahami tanda dan gejala dari Penyakit Jantung Rematik
4. Mampu memahami komplikasi yang dapat terjadi pada Penyakit Jantung
Rematik
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI
Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya rheumatic heart
disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung
yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral sebagai
akibat adanya gejala sisa dari demam rematik.
Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai
jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh
darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 1993).
Demam rematik merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat bersifat akut,
subakut, kronik, atau fulminan, dan dapat terjadi setelah infeksi Streptococcus

beta hemolyticus group A pada saluran pernafasan bagian atas. Demam reumatik
akut ditandai oleh demam berkepanjangan, jantung berdebar keras, kadang cepat
lelah. Puncak insiden demam rematik terdapat pada kelompok usia 5-15 tahun,
penyakit ini jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun dan penduduk di atas
50 tahun.
Rheumatic fever adalah suatu penyakit inflamasi akut yang diakibatkan oleh
infeksi streptococcus hemolytic group A pada tenggorokan (faringitis), tetapi
tanpa disertai infeksi lain atau tidak ada infeksi streptococcus di tempat lain
seperti di kulit. Karakteristik rheumatic fever cenderung berulang (recurrence)
(Udjianti, 2010).
Rheumatic fever terdiri atas beberapa manifestasi klinis 1) arthritis (paling sering)
2) carditis (paling serius) 3) chorea (paling jarang dan tidak berkaitan) 4)
subcutaneous nodule 5) erythema marginatum (Udjianti, 2010).
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara
adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung
rematik. Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang
menyebabkan seseorang mengalami demam rematik dimana diawali terjadinya
peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan dan
pengobatannya yang kurang terarah menyebabkan racun/toxin dari kuman ini
menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup jantung.
Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau
menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi
kebocoran.
B.

ETIOLOGI

Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah reaksi


autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik. Infeksi
streptococcus hemolitikus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya
demam reumatik baik demam reumatik serangan pertama maupun demam
reumatik serangan ulang.
Infeksi Streptococcus beta-hemolyticus grup A pada tenggorok selalu mendahului
terjadinya demam rematik, baik pada serangan pertama maupun serangan ulang.
Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat beberapa
predisposisi antara lain :
Faktor-faktor pada individu :
1. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam
rematik menunjkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan
antibodi monoklonal dengan status reumatikus.
2. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak
laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis

kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu
jenis kelamin.
3. Golongan etnik dan ras
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang
demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan
orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai
faktor lingkungan yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau
bahkan merupakan sebab yang sebenarnya.
4. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam
reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak
umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa
ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak
berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai
dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz
menemukan bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur
2-6 tahun.
5. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah
merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.
6. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding
sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub
mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
7. Serangan demam rematik sebelumnya.
Serangan ulang demam rematik sesudah adanya reinfeksi dengan Streptococcus
beta-hemolyticus grup A adalah sering pada anak yang sebelumnya pernah
mendapat demam rematik.
Faktor-faktor lingkungan :
1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi
untuk terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik di negara-negara
yang sudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan
sosial ekonomi yang buruk sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan
penghuni padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera
mengobati anak yang menderita sakit sangat kurang; pendapatan yang rendah
sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini
merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam reumatik.
2. Iklim dan geografi
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak didapatkan
didaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa

daerah tropis pun mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang diduga
semula. Didaerah yang letaknya agak tinggi agaknya insidens demam reumatik
lebih tinggi daripada didataran rendah.
3. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran
nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.
C. PATOFISIOLOGI
Menurut hipotesa Kaplan dkk (1960) dan Zabriskie (1966), demam rematik terjadi
karena terdapatnya proses autoimun atau antigenic similarity antara jaringan
tubuh manusia dan antigen somatic streptococcus. Apabila tubuh terinfeksi oleh
Streptococcus beta-hemolyticus grup A maka terhadap antigen asing ini segera
terbentuk reaksi imunologik yaitu antibody. Karena sifat antigen ini sama maka
antibody tersebut akan menyerang juga komponen jaringan tubuh dalam hal ini
sarcolemma myocardial dengan akibat terdapatnya antibody terhadap jaringan
jantung dalam serum penderia demam rematik dan jaringan myocard yang rusak.
Salah satu toxin yang mungkin berperanan dalam kejadian demam rematik ialah
stretolysin titer 0, suatu produk extraseluler Streptococcus beta-hemolyticus grup
A yang dikenal bersifat toxik terhadap jaringan myocard. Beberapa di antara
berbagai antigen somatic streptococcal menetap untuk waktu singkat dan yang
lain lagi untuk waktu yang cukup lama. Serum imunologlobulin akan meningkat
pada penderita sesudah mendapat radang streptococcal terutama Ig G dan A.
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
Demam reumatik merupakan kumpulan sejumlah gejala dan tanda klinik. Demam
reumatik merupakan penyakit pada banyak sistem, mengenai terutama jantung,
sendi, otak dan jaringan kulit. Tanda dan gejala akut demam reumatik bervariasi
tergantung organ yang terlibat dan derajat keterlibatannya. Biasanya gejala-gejala
ini berlangsung satu sampai enam minggu setelah infeksi oleh Streptococcus.
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik dapat
dibagi dalam 4 stadium.
Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus
Grup A.
Keluhan :
1. Demam
2. Batuk
3. Rasa sakit waktu menelan
4. Muntah
5. Diare
6. Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.

Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus
dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya periode ini berlangsung 1 3
minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan
kemudian.
Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini
timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung
reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan
umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum :
1. Demam yang tinggi
2. Lesu
3. Anoreksia
4. Berat badan menurun
5. Kelihatan pucat
6. Epistaksis
7. Athralgia
8. Rasa sakit disekitar sendi
9. Sakit perut
10. Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa
kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup
tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup
jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pasa fase
ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktuwaktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.
Manifestasi Klinik menurut Jones (1982)
Kriteria mayor :
1. arditis
Yaitu terjadi peradangan pada jantung ( miokarditis dan atau endokarditis ) yang
menyebabkan terjadinya gangguan pada katup mitral dan aorta dengan
manifestasi terjadi penurunan curah jantung ( seperti hipotensi, pucat, sianosis,
berdebar-debar dan heart rate meningkat ), bunyi jantung melemah, dan terdengar
suara bising katup pada auskultasi akibat stenosis dari katup terutama mitral
( bising sistolik ), Friction rub.
1. Polyarthritis

Klien yang menderita RHD biasanya datang dengan keluhan nyeri pada sendi
yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki,
pergelangan tangan, siku ( polyarthritis migrans ), gangguan fungsi sendi.
1. Khorea Syndenham
Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal , bilateral,tanpa
tujuan dan involunter, serta sering kali disertai dengan kelemahan otot ,sebagai
manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat.
1. Eritema Marginatum
Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa bercakbercak merah dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya berbatas
tegas , berbentuk bulat dan bergelombang tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya
terjadi pada batang tubuh dan telapak tangan.
1. Nodul Subcutan
Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras dibawah kulit tanpa
adanya perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada minggu pertama
serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. Ini jarang ditemukan pada orang
dewasa.Nodul ini terutama muncul pada permukaan ekstensor sendi terutama
siku,ruas jari,lutut,persendian kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebas.
Kriteria Minor :
1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik /penyakit jantung
reumatik
2. Athralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien
kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya
3. Demam tidak lebih dari 39 derajad celcius
4. Leukositosis
5. Peningkatan Laju Endap Darah (LED)
6. C-Reaktif Protein (CRF) positif
7. P-R interval memanjang
8. Peningkatan pulse denyut jantung saat tidur (sleeping pulse)
9. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
Selain kriteria mayor dan minor tersebut, terjadi juga gejala-gejala umum
seperti , akral dingin, lesu,terlihat pucat dan anemia akibat gangguan
eritropoesis.gejala lain yang dapat muncul juga gangguan pada GI tract dengan
manifestasi peningkatan HCL dengan gejala mual dan anoreksia
Diagnosa ditegakkan bila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau dua
kriteria minor dan satu kriteria mayor.
F.

PENCEGAHAN

Jika kita lihat diatas bahwa penyakit jantung rematik sangat mungkin terjadi
dengan adanya kejadian awal yaitu demam rematik (DR). Pencegahan yang

terbaik adalah bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik
(DR) (terserang infeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus).
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut,
diantaranya faktor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi
tinggal yang berdesakan dan akses kesehatan yang kurang merupakan determinan
yang signifikan dalam distribusi penyakit ini. Variasi cuaca juga mempunyai
peran yang besar dalam terjadinya infeksi streptokokkus untuk terjadi DR.
Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan mengalami
demam rematik, harus diberikan therapy yang maksimal dengan antibiotiknya.
Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan
menyebabkan Penyakit Jantung Rematik.
G.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan demam reumatik aktif atau reaktivasi kembali diantaranya adalah


:
1. Tirah baring dan mobilisasi (kembali keaktivitas normal) secara bertahap
2. Pemberantasan terhadap kuman streptokokkus dengan pemberian
antibiotic penisilin atau eritromisin. Untuk profilaksis atau pencegahan
dapat diberikan antibiotic penisilin benzatin atau sulfadiazine
3. Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat dapat
dipakai pada demam reumatik tanpa karditis (peradangan pada jantung)
Karena demam rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus betahemolyticus grup A, maka pemberantasan dan pencegahan ditujukan pada radang
tersebut. Ini dapat berupa :
1. Eradikasi kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup A
Pengobatan adekuat harus dimulai secepatnya pada DR dan dilanjutkan dengan
pencegahan. Erythromycin diberikan kepada mereka yang alergi terhadap
penicillin.
1. Obat anti rematik
Baik cortocisteroid maupun salisilat diketahui sebagai obat yang berguna untuk
mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang akut pada DR
1. Diet
Makanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.
1. Istirahat
Istirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk jantung
mengecil pada kasus-kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari pada kasus DR
minus carditis. Pada kasus plus carditis, lama istirahat rata-rata 3 minggu 3
bulan tergantung pada berat ringannya kelainan yang ada serta kemajuan
perjalanan penyakit.
1. Obat-obat Lain

Diberikan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus dengan dekompensasi kordis


diberikan digitalis, diuretika dan sedative. Bila ada chorea diberikan largactil dan
lain-lain.
H.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah

a)

LED tinggi sekali

b)

Lekositosis

c)

Nilai hemoglobin dapat rendah


1. Pemeriksaan bakteriologi

a)

Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya streptococcus.

b)
Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti
hyaluronidase.
1. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
1. Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
1. Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukan interval P-R memanjang.
Bukti-bukti infeksi streptococcus :
1. Kultur positif
2. Ruam skarlatina
3. Peningkatan antibodi streptococcus yang meningkat
I.

KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi pada Penyakit Jantung Reumatik (PJR)


diantaranya adalah gagal jantung, pankarditis (infeksi dan peradangan di seluruh
bagian jantung), pneumonitis reumatik (infeksi paru), emboli atau sumbatan pada
paru, kelainan katup jantung, dan infark (kematian sel jantung).
1. Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan terdapatnya
sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolic
termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja otot jantung yang
berlebihan, biasanya karena kelainan struktur jantung, kelainan otot jantung
sendiri seperti proses inflamasi atau gabungan kedua faktor tersebut.
Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu dengan
digitalis dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan gejala
(simptomatik) dan yang paling penting mengobati penyakit primer.
1. Pericarditis

Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi
radang yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah di lakukan asuhan keperawatan pada klien dengan PENYAKIT
JANTUNG REMATIK, maka dapat di simpulkan:
1. Demam Reumatik/penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan
sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh
infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme
perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu
Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan
Eritema marginatum.
2. Penyebab penyakit jantung rematik adalah akibat dari interaksi individu,
dan faktor lingkungan.
3. Gejala klinis yang dapat di temukan dalam penyakit demam
reumatik/penyakit jantung reumatik yaitu: Berupa infeksi saluran nafas
oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A, fase akut bisa
digolongkan dalam gejala peradangan umum, dan tanpa kelainan dan tidak
menunjukkan gejala apa-apa.B. Saran
Kami dari kelompok mengharapkan saran dari pembaca agar dapat member kritik
dan saran untuk kesempurnaan makalah Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Penyakit Jantung Rematik.
Kami dari kelompok juga menyarankan kepada para pembaca hendaknya tidak
hanya mengambil satu referensi dari makalah ini saja dikarenakan kami dari
penulis menyadari bahwa makalah ini hanya mengambil reperensi dari beberapa
sumber saja
Daftar Pustaka
Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakart :
EGC.
Lili ismudiarti rilantono,dkk.(2001) Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Fakultas
Kedokteran UI.
Poestika S, Sarodja RM (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
Medika
http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-jantung-rematik-pjr.html
http://jantung.klikdokter.com/

You might also like