Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
ke dalam
1.3 TUJUAN
1.3.1
Tujuan Umum
1.3.2
Tujuan khusus
1.4 MANFAAT
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh
virus atau mikro organisme lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi
virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti
meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh
virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti
toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis, juga dapat
menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang.
Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan
menyebabkan kematian.
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya
ialah:
1. Infeksi virus yang bersifat endemik
2. Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain
yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jela\s.
3. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela,
pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang
mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.(Robin cit.
Hassan, 1997)
2.2 Etiologi
Penyebab Ensefalitis terbanyak adalah karena virus. Virus yang
tersering menyebabkan ensefalitis adalah herpes simplex dan arbo virus.
Virus yang jarang adalah mumps dan adeno virus ( pada entero virus )
serta measles, influenza, varisella ( saat post infeksi) dan juga pertusis
( saat post vaksinasi).
Ensefalitis supra akut, bakteri penyebabnya adalah staphylococcus aureus,
streptokok, E.Coli, Myobacterium dan T.Pallidium. Penyebab lain adalah
keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken
pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus.
Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi
radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
2.3 Patofisiologi
gambaran
jenis
kuman
dan
sensitivitas
terhadap
antibiotika.
c. Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif
d. Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif.
2. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi
dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi
antibodi tubuh. IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
3. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
4. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadangkadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau
glukosa.
5. EEG/ Electroencephalography
b.
c.
d.
b.
c.
4. Mengontrol kejang
Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat yang
diberikan ialah valium dan atau luminal.
a.
b.
c.
Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan
valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
5. Mempertahankan ventilasi
Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3l/menit).
6. Penatalaksanaan shock septik
7. Mengontrol perubahan suhu lingkungan
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian :
1. Anamnesa
a. Identitas : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnose medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur
dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau memperberat
keadaan penyakit infeksi. ensefalitis dapat terjadi pada semua
kelompok umur.
b. Keluhan utama : panas badan meningkat, kejang, kesadaran
menurun.
c. Riwayat penyakit sekarang : mula-mula anak rewel ,gelisah
,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari ,
sakit kepala.
d. Riwayat penyakit dahulu : klien sebelumnya menderita batuk ,
pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes,
penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh
virus contoh : Herpes dll. Bakteri contoh : Staphylococcus
Aureus,Streptococcus , E , Coli ,dll.
10
B2 (Blood)
Adanya
kompresi
pada
pusat
vasomotor
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
tekanan
intrakranial
yang
sehingga
meningkatkan
sekresi
asam
: kelemahan
11
INTERVENSI
Mandiri:
1. Berikan
RASIONAL
lingkungan
yang
1. Menurunkan
reaksi
dari
terhadap
stimulasi
luar
atau
sesuai indikasi.
2. Tingkatkan
tirah
baring,
meningkatkan nyeri.
12
3. Dapat
membantu
aktif/pasif
secara
tepat
dan
yang
meningkatkan
reduksi
analgetik,
seperti
1. Untuk
asetaminofen, kodein.
menghilangkan
nyeri
yang berat.
RASIONAL
perhatikan
mengigil/
diasforesis.
2. Pantau
suhu
lingkungan,
harus
diubah
mempertahanakan
mendekati normal.
untuk
suhu
hindari
penggunaan
alkohol.
demam.
Penggunaan
es/alcohol
air
mungkin
menyebabkan
kedinginan,
itu,
alcohol
dapat
mengeringkan kulit.
13
(aspirin),
pada hipotalamus
asetaminofen
(tylenol).
3. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan serebral b/d edema serebral
Tujuan : perfusi jaringan kembali normal
Kriteria Hasil :
INTERVENSI
Mandiri:
RASIONAL
1. Pertahankan
baring
pantau
herniasi
tanda
tirah
vital
setelah
batang
memerlukan
otak
yang
tindakan
medis
dengan segera.
2. Tinggikan kepala tempat tidur
sekitar 15-45o sesuai indikasi.
2. Peningkatan
aliran
vena
dari
dengan teratur.
3. Pengkajian
adanya
kecenderungan
perubahan
kesadaran
dan
tingkat
potensial
dalam
menentukan
dari
kerusakan
serebral.
4. Tipe
dari
pola
pernapasan
14
5. Berikan
tindakan
menimbulkan
seperti
yang
rasa nyaman,
masase
5. Meningkatkan
punggug,
menurunkan
istirahat
stimulasi
dan
sensori
yang berlebihan.
Kolaborasi:
menerus
dapat
meningkatkan TIK.
khusus.
Batasi
hipertonik/elektronit
1. Meminilkan
sesuai indikasi.
2. Pantau
gas
fluktuasi
dalam
arteri.
2. Terjadinya
3. Berikan obat sesuai indikasi,
Steroid,
pada
sel
yang
iskemia serebral.
Klorpomasin (Thorazine)
tingkat
memperburuk/meningkatkan
deksametason,
metilprednison.
dapat
seperti:
asidosis
kapiler
15
untuk
membatasi
atau
menggigil
yang
dapat
meningkatkan TIK.
Menurun
metabolism
selular/menurunkan
konsumsi
RASIONAL
frekuansi,
irama,
atau
menanadakan
paru/ventilasi
sesuai indikasi.
menurunkan
paru
dan
adanya
pasien
untuk
3. Mencegah
atelektasis.
menurunkan
arteri
dalam
dan
pencegahan
membantu
hipoksia.
diperlukan
fentilasi
mekanik.
RASIONAL
1. Mencerminkan
secara
adanya
iritasi
umum
yang
pada tangan,
SSP
yang lain.
kejang.
resiko
terjatuh/trauma
Kolaborasi:
ketika
terjadi
fenitoin
(dilantin),
1. Merupakan
(luminal).
penanganan
indikasi
dan
untuk
pencegahan
kejang.
17
RASIONAL
1. Mengidentifikasi
kemungkinan
menggunakan
skala
ketergantungan (0-4).
imobilisasi.
3. Perubahan posisi yang teratur
untuk
kerusakan
Ubah
menghindari
karena
posisi
menyebabkan
pasien
terhadap
tekanan.
berat
meningkatkan
secara
penyebaran
badan
dan
sirkulasi
pada
teratur.
fungsi
sendi/posisi
normal
ekstremitas.
RASIONAL
2. Jaga
keamanan
memberikan
makan
saat
pada
18
3. Meningkatkan
proses
dapat
meningkatkan
kenyamanan
dan
Kolaborasi:
1. Pantau
1. Mengidentifikasi
pemeriksaan
defisiensi
keseimbangan
utuk
mengidentifikasi
kebutuhan
tergantung
kalori/nutrisi
pada
usia,
berat
RASIONAL
19
1. Fungsi
serebral
bagian
atas
pikir.
oksigenasi.
berlebihan
sesuai
kebutuhan.
3. Bicara
dengan
suara
yang
yang
pendek
dan
sederhana.
berhubungan
dengan
mungkin
mengalami
keterbatasan
perhatian/pemahaman
selama
pasien
untuk
memunculkan komunikasi.
Lampiran: WOC
Virus (herpes simplex, arbo virus), bakteri (staphylococcus aureus), keracunan arsenic, reaksi toksin
nyeri
20
Gangguan
neural Peradangan
PeningkatanSSP
TIK
Infeksi menyebar
melalui system saraf
Gangguan
asupan nutrisi
Menstimulasi
kurang
dari
hipotalamus
Nafsu
makan
Meningkatkan
sekresi
kebutuhan
anterior
dan
nervus
Mual,
muntah
menurun
asam
lambung
Kerusakan SSP
Edema
serebral
Peningkatan
metabolisme
Kerusakan
perfusi
jaringan
serebral
Gangguan
metabolism dan
disfungsi serebral
Kesadaran
menurun
(stupor)
Gangguan
transmisi impuls
kejang
Kelemahan neueologis
Gangguan
mobilitas fisik
Contoh kasus
1. Biodata pasien
Nama
: anak K
21
hiper
termi
Jenis kelamin
: perempuan
: 2 tahun 3 bulan
Nama Ayah
: Tn. M
Nama Ibu
: Ny. N
: SD
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
4. Tumbuh kembang
Anak mulai berjalan umur 1 th, duduk umur 8 bln, tengkurap
Umur 4 bl, 9 bl sudah ngoceh, 1 th mulai berbicara mama, dada.
5. Imunisasi : sudah lengkap
BCG 1x, DPT 3x, Polio 4x, Campak 1x, Hepatitis 2x belum boster
22
6. Status Gizi
B.B sebelum sakit 15 kg
Saat ini BB 11,9 kg
Seharusnya BB : 2x 310+8= 15,8 kg
Jadi 11,9kg / 15,8 kg = 75,3 %= gizi kurang.
7. Riwayat Kesehatan keluarga.
Riwayat penyakit keturunan (kencing manis,Hipertensi,jantung, penyakit
jiwa,tidak ada)
Pemeriksaan ROS (Review of System)
B1 : tidak ada reflek batuk akibat paralysis, RR = 28x/menit,
B2 : TD = 90/60 mmHg, nadi = 90 x/mnt, suhu = 39 C, perfusi perifer
menurun.
B3 : anak mengalami penurunan kesadaran berupa stupor dan GCS nya 2 2 2,
pupil terlihat normal, kejang, nystagmus, kelemahan pada otot wajah.
B4 : pengeluaran urin berkurang(2x/hari), warna urin kuning pekat.
B5 : penurunan nafsu makan, BAB x/hari, mual dan muntah.
B6 : anak mengalami kelemahan, ada lesi di kulit, nyeri pada otot dan
persendian, asimetris reflek tendon dan tanda babinski gerak reflek
involunter.
23
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang timbul :
1. Ketidakefektipan bersihan jalan nafas b/d reflek batuk tidak ada (paralysis)
2. Asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah, dan
penurunan nafsu makan.
3. Resiko kontraktur b/d kejang spastik berulang
4. Terjadi obstipasi b/d kurangnya mobilisasi dan intake cairan.
5. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi
turun dan immobilisasi
6. Resiko trauma b/d kejang spastik
Intervensi
1. Ketidakefektipan bersihan jalan nafas b/d reflek batuk tidak ada (paralysis)
24
Intervensi
1. berikan
nebulezer
2x
Rasional
1. mengencerkan secret.
sehari(pagi sore).
2. Lakukan saction setiap ada
tenggorokan.
3. observasi
tanda-tanda
3. Deteksi
jalan
dini
agar
dapat
napas
setiap 3jam.
4. dengan
diberi
penjelasan
ketidak
efektifan yang
akan diberikan.
2. Asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah, dan
penurunan nafsu makan.
Tujuan : Nafsu makan klien kembali normal.
Kriteria hasil : Porsi makan habis
INTERVENSI
RASIONAL
25
Mandiri:
1. Timbang berat badan sesuai
indikasi.
2. Jaga
keamanan
memberikan
makan
saat
pada
3. Meningkatkan
proses
dapat
meningkatkan
kenyamanan
dan
Intervensi
Mandiri
Rasional
perubahan
posisi
setiap 2 jam
26
gejala
kaerdinal
setiap 3 jam.
ada
kelainan
dapat
tentang
terjadinya
penjelasan
penyebab
spastik
diberi
,Terjadi
perawatan .
kekacauan sendi.
1. Diberi dilantin / valium ,
Kolaborasi
1.
pemberian
pengobatan
Intervensi
Mandiri
Rasional
sedikit
2000ml/hari
memfasilitasi eliminasi
27
2. Meningkatkan
dengan
usaha
evakuasi
feses.
kembali
adanya
keras
atau
karena
yang
dilakukan
dengan
intervensi
Kolaborasi
bersamaan
lain
untuk
laksatif,
atau
penggunaan
selang
rectal
1. Mencegah
konstipasi,
sesuai kebutuhan.
atau
2. Membantu
perubahan
dalam
mengatur
5. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi
turun dan imobilisasi
Tujuan : kulit kembali normal tanpa adanya lesi
Kriteria hasil : klien dapat berpartisipasi pada tingkat kemampuan untuk
mencegah kerusakan kulit.
INTERVENSI
Mandiri:
RASIONAL
28
pengisian
kapiler,
kemerahan,
adanya
karena
perubahan
sirkulasi
pembengkakan.
pada
lekukan
dimana
kulit
sering tertekan
2. Lindungi
2. Meningkatkan
sendi
menggunakan
dengan
bantalan
melindungi
busa,
perubahan
ddan
permukaan
kulit.
sirkulasi
3. Meningkatkan
posisi
sirkulasi
pada
pada
menonjol.
Kolaborasi:
daerah
tulang
yang
sesuai kebutuhan.
kerusakan kulit.
RASIONAL
1. Mencerminkan
29
adanya
iritasi
SSP
secara
umum
yang
mencegah komplikasi.
kejang.
resiko
terjatuh/trauma
Kolaborasi:
ketika
terjadi
fenitoin
(dilantin),
1. Merupakan
(luminal).
penanganan
kejang.
30
indikasi
dan
untuk
pencegahan
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Virus yang tersering menyebabkan ensefalitis adalah herpes simplex dan arbo
virus.. Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
Infeksi virus yang bersifat endemic,sporadic,dan pasca infeksi. Ensefalitis ditandai
oleh suhu yang mendadak naik, kesadaran yang menurun, dan kejang-kejang.
Angka kematian untuk ensefalitis ini masih tinggi berkisar antara 35 50% dari
penderita yang hidup 20 40% mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa
paresis / paralisis pergerakan koreo atatoid, gangguan penglihatan atau gejala
neurologis lain
Pemeriksaan pada ensefalitis ini dapat dilihat melalui pemeriksaan fisik
dan beberapa pemeriksaan diagnostic antara lain : biakan,pemeriksaan
serologis,EEG,CT scan,pemeriksaan darah dan Punksi lumbal
Likuor
serebospinalis.
4.2 SARAN
31
DAFTAR PUSTAKA
E,dkk.1999.Rencana
Asuhan
Keperawatan
Edisi
Jakarta:EGC
http://ebdosama.blogspot.com/2009/03/ensefalitis-adalah-peradangan-akutotak.html diakses tanggal 17 November 2009 jam 19.00
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/tugas-kuliahlainnya/asuhan-keperawatan-keluarga-dengan-anak-sekolah-denganmasalah-kesehatan-epi
diakses tanggal 17 November 2009 jam 19.35
http://tugassekolahonline.blogspot.com/2009/03/ensefalitis.html
diakses tanggal 17 November 2009 jam 20.00
http://ensefalitis_files/askep-anak-dengan-encephalitis.html
diakses tanggal 21 November 2009 jam 16.00
http://radit11.wordpress.com/2009/04/14/askep-ensefalitis/
diakses tanggal 08 Desember 2009 jam 22.00
32
3.