Professional Documents
Culture Documents
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPERTIROIDISME
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFENISI
Hipertiroid adalah keadaan tiotoksikosis
yang
disebabkan
oleh
Suzanne, 2002)
Hipertiroid adalah sindrom klinis atau lebih tepat dikatakan merupakan
suatu kelompok sindrom yang disebabkan oleh peninggian hormon tiroksin yang
tidak terikat (bebas) dalam sirkulasi darah ( Dongoes, 2001)
Hipertiroid adalah suatu sindrom akibat dari over aktivitas kelenjar tiroid
dan peningkatan hormon tiroid dalam darah dan jaringan tubuh (Guyton, 2006)
Jadi dapat disimpulkan bahwa hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan
suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini
berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan
bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Hipertiroidisme adalah
keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid, yang merupakan akibat
dari fungsi tiroid yang berlebihan.Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah
keadaan disebabkan oleh
2. ETIOLOGI
Menurut Rumahorbo (2003) pada kebanyakan pasien hipertiroidisme,
kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai
dengan hyperplasia dan lipatan lipatan sel sel folikel ke dalam folikel,
sehingga jumlah sel sel ini sangat meningkat. Perubahan pada kelenjar tiroid
ini pada banyak keadaan mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH. Akan
tetapi, pada sebagian besar pasien, besarnya konsentrasi TSH dalam plasma lebih
kecil dari normal, dan
dijumpai adanya beberapa bahan yang mempunyai kerja yang mirip dengan kerja
TSH yang ada di dalam darah. Biasanya bahan bahan ini adalah antibody
immunoglobulin yang berikatan dengan reseptor membrane yang mengikat TSH.
Adanya autoantibodi yang bekerja pada reseptor TSH di kelenjar tiroid atau
disebut dengan TRAb-stimulasi, yang menyebabkan peningkatan sintesis dan
sekresi hormon tiroid secara otonom di luar jaras hipotalamus hipofisis tiroid.
Bahan bahan tersebut merangsang aktivasi terus menerus sistem cAMP di dalam
sel, dengan hasil akhirnya adalah timbulnya hipertiroidisme
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan
keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn
kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari
HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan
HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan. (Guyton, 2006)
Penyebab Utama
a) Penyakit Grave
b) Toxic multinodular goitre
c) Solitary toxic adenoma
Penyebab Lain
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Tiroiditis
Penyakit troboblastis
Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
Pemakaian yodium yang berlebihan
Kanker pituitari
Trauma Kepala
g)
h)
i)
j)
adanya pembesaran yang terlokalisir atau difus, tiroid nyeri dan tandatanda peradangan (Rock Cl, 2004)
3.
PATOGENESIS
Menurut Potter & Perry (2006) penyebab hipertiroid sebagian besar adalah
penyakit Graves, goiter multinodular toksik dan mononodular toksik. Hipertiroid
pada penyakit Graves adalah akibat antibodi reseptor TSH yang merangsang
aktifitas tiroid, sedang pada goiter multinodular toksik ada hubungan dengan
autonomi tiroid itu sendiri. 8 Adapula hipertiroid sebagai akibat peningkatan
sekresi TSH dari pituitaria, namun ini jarang ditemukan. Hipertiroid pada T3
tirotoksikosis mungkin diakibatkan oleh deiodination dari T4 pada tiroid atau
meningkatnya T3 pada jaringan di luar tiroid.
4.
KLASIFIKASI
MANIFESTASI KLINIS
semua sistem dalam tubuh mengalami gangguan akibat kelebihan hormon tiroid
sehinga memberikan banyak keluhan.
Gejala klinik dipengaruhi banyak faktor termasuk urnur penderita, lamanya
menderita hipertiroid
perlahan-lahan. Untuk gambaran klinik hipertiroid ringan dan sedang hingga kini
tidak ada batasan yang jelas. Gejala-gejala hipertiroid merupakan manifestasi
hipermetabolisme dan aktifitas simpatis yang berlebihan
Manifestasi klinis paling sering adalah penurunan berat badan, kelelahan,
tremor, gugup, berkeringat banyak, tidak tahan panas, palpitasi dan pembesaran
tiroid. Payah jantung yang tidak dapat diterangkan pada umur pertengahan harus
dipikirkan hipertiroid, terutama bila curah jantung tinggi atau atrium fibrilasi
yang tidak dapat diterangkan. Usia yang lebih dari 75 tahun gejala peningkatan
hormon tiroid sangat sedikit bahkan dapat asimptomatik, sehingga sebaiknya
dilakukan pemeriksaan rutin secara berkala kadar tiroksin dalam darah. Aphatetic
Hypertiroid merupakan hipertiroid pada usia lanjut dengan
gejaia klinis
diagnosis.
Pada kasus yang subklinis dan usia lanjut perlu pemeriksaan laboratorium yang
cermat Pada wanita hamil agak sulit karena adanya perubahan fisiologis pada
kehamilan seperti pembesaran tiroid serta manifestasi hipermetabolik
Walaupun diagnosis sudah jelas namun pemeriksaan laboratorium untuk
hipertiroid perlu dikerjakan dengan alasan
a)
b)
pemeriksaan klinis.
Menyingkirkan hipertiroid pada pasien dengan beberapa kondisi seperti
dengan interval tidak teratur, ventrikel berdenyut dengan frekuensi amat tidak
teratur, biasanya 80160/menit (gambar 1). Kondisi ini dapat paroksismal atau
kronik dan pada beberapa kasus tampak sebagai ketidakteraturan frekuensi
ventrikel total
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini : Pemeriksaan
darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan
diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau
kelenjar tiroid.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
memastikan pembesaran
kelenjar tiroid
Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid
Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan
ultrabunyi
untuk
hiperglikemia
1. KOMPLIKASI
Menurut Rock CL (2004) komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam
nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara
spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan
kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis.
Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang
menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 1060F), dan, apabila
tidak diobati, kematian Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves,
dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat
antitiroid. Krisis tiroid: mortalitas.
Sejauh ini tidak terdapat terapi tiroitoksikosis yang tidak disertai efek
samping, dan ketiga bentuk terapi tersebut (yaitu, preparat antitiroid, pembedahan
serta terapi iodium radioaktif) memberikan komplikasi yang sama: hipertiroidisme
rekuren atau kambuhan dan hipotiroidisme permanen. Insidens eksaserbasi
meningkat pada pasien yang sebelumnya menderita penyakit hipertiroid berat,
riwayat disfungsi yang lama, gejala okuler serta jantung, dan riwayateksaserbasi
pascaterapi. Risiko komplikasi ini menggambarkan perlunya tindak lanjut jangkapanjang pada pasien yang menjalani terapi hipertiroidisme.
Adapun komplikasi lainnya :
a) Hipermetabolisme
b) Hipertermi (Masalah saraf)
c) Penurunan tingkat intlegensi (Takikardi)
2.
PENATALAKSANAAN
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan gawat darurat dan memerlukan
diagnosis dini dan tepat serta terapi yang intensif. Pemberian terapi tidak perlu
menunggu hasil laboratorium dan pasien sebaiknya
1.
klinik.
d) Potassium Iodide
e) Sodium Ipodate
f) Anion Inhibitor
2.
Beta-adrenergic reseptor antagonist.
Obat ini adalah untuk mengurangi gejalagejala hipotiroidisme.
Contoh: Propanolol
Indikasi :
a) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada
pasien muda dengan struma ringan sedang dan tiroktosikosis
b) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan
atau sesudah pengobatan yodium radioaktif
c) Persiapan tiroidektomi
d) Pasien hamil, usia lanjut
e) Krisis tiroid
Kortikosteroid
Pemberian Dexametason 2 mg i.v setiap 6 jam telah terbukti
dapat menghambat pengeluaran horrnon tiroid dan menghambat
perubahan T4 menjadi T3, selain meningkatkan fungsi adrenal.
Hidrokortison dapat juga diberikan dengan dosis 200-400 mg/hari
i.m. Setelah satu hingga dua jam pemberian obat-obatan diatas,
terapi dengan iodium diberikan untuk menghambat sekresi.
1.
Terapi Penunjang :
Untuk mengatasi demam diberikan kompres dengan es atau
2.
3.
2.
suplemen.
Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg berat
badan ) per hari untuk mengatasi proses pemecahan protein
jaringan. Susu dan telur memberikan protein dalam bentuk yang
memenuhi selera dan mudah dicerna. Jenis makanan ini dapat
disajikan dengan berbagai ragam hidangan, misalnya sup, bubur
3.
dan lain-lain. ,8
Masukan hidrat arang dalam bentuk glukosa dapat diberikan
secara ad libitum. Karena mudah
4.
Masukan cairan sedikitnya harus 2,5 liter per hari. Jumlah ini
akan sama dengan kurang lebih 160 ml per jam selama 16 jam
5.
1.
2.
Tiroidektomi.
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang
membesar.
Pengobatan hipertiroidisme yang paling langsung adalah dengan
pengangkatan sebagian besar kelenjar tiroid melalui pembedahan. Pada
umumnya, pasien perlu dipersiapkan sebelum dilakukan operasi
pengangkatan kelenjar tersebut. Tindakan persiapan ini dilakukan
dengan pemberian propiltiourasil, biasanya selama beberapa minggu,
sampai kecepatan metabolisme basalnya sudah kembali normal.
Selanjutnya, dilakukan pemberian iodida konsentrasi tinggi selama 1
sampai 2 minggu sebelum operasi agar ukuran kelenjarnya menyusut
dengan sendirinya dan agar suplai darahnya berkurang.
3.
PENCEGAHAN
Menurut Dongoes (2001) pencegahan yang dapat dilakukan untuk
terjadinya penyakit hipertiroidisme adalah sebagai berikut:
1. Konsumsi Iodium yang sesuai dengan AKG
2. Menghindari paparan radiasi saat kehamilan atau pada daerah
tiroid
3. Mencegah Infeksi & pendarahan pada Kepala
4. Nutrisi yang baik
B. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
harus
pasien
atau
dapat
membantu
keluarganya
perawat
mengenai
mengetahui
penyakit
dan
Pemeriksaan
fungsi
tiroid
dapat
dilakukan
pada
tingkat
membantu
membedakan
hipertiroid
primer
dan
sekunder.
2.
diperhatikan.
Gunakan kipas angin / van atau ruangan berace agar klien dapat
3.
beristirahat.
Dapat terjadi alergi pada penggunaan TPU berupa kulit kemerahan dan
4.
5.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2,
(Edisi
8). Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse. 2001. Rencana Asuhan
Keperawatan,(Edisi III). Jakarta: EGC
Guyton&Hall.2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC