You are on page 1of 11

TUGAS 5 PENGOLAHAN AIR DAN AIR LIMBAH

PENANGGULANGAN PARAMETER LIMBAH

Disusun Oleh:
Juwita Nur Astuti
11/319032/TK/38169

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013

Penanggulangan COD ,BOD, dan TSS

Senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen dengan elemen aditif
nitrogen, sulfur, fosfat, dll cenderung untuk menyerap oksigen-oksigen yang tersedia dalam
limbah air dikonsumsi oleh mikroorganisme untuk mendegredasi senyawa organik akhirnya
oksigen. Konsentrasi dalam air limbah menurun, ditandai dengan peningkatan COD, BOD,
TSS dan air limbah juga menjadi berlumpur dan bau busuk. Semakin tinggi konsentrasi COD
menunjukkan bahwa kandungan senyawa organik tinggi tidak dapt terdegredasi secara
biologis. EM4 pengobatan 10 hari dalam tangku aerasi harus dilanjutkan karena peningkatan
konsentrasi COD. Fenomena ini menunjukkkan bahwa EM4 tidak bisa eksis baik di kondisi
ini air limbah, karena populasi yang kuat dan jumlah rendah mikroorganisme dalam air
limbah.
Beberapa proses dalam penanganan COD, BOD, dan TSS yaitu
Tangki/bak netralisasi (Netralizing Tank).
Tangki ini dipakai untuk menaikkan pH limbah pabrik dari 4,2 menjadi 7,0. Hal ini dilakukan
pada waktu pertama kali effluent treatment dijalankan.
Menara Pendingin (Cooling tower).
Menara pendingin dipakai untuk menurunkan suhu limbah pabrik sebelum dimasukkan ke
dalam kolam-kolam dari 70 0C menjadi 30 0C. Hal ini dilakukan karena pada suhu 70 0C
bakteri-bakteri pengurai (pembuat gas methan) mati, sedangkan suhu optimum 40 0C. Alat ini
terdiri dari menara yang dipasang kisi-kisi dengan tujuan untuk mempercepat proses
pendinginan. Limbah dari pabrik dipompakan ke bagian atas menara pendingin dan turun
terpencar melalui kisi-kisi, sehingga terjadi penurunan suhu. Apabila pancaran tidak merata,
adakan pemeriksaan dan perbaikan pada kisi-kisi.
Kolam Pembiakan/Seeding Pond.
Dipakai untuk membiakkan bakteri yang akan bekerja di dalam anaerobik pond. Sewaktuwaktu diberi limbah PKS sebagai makanan, dan pada waktu-waktu tertentu sebagian diisikan
ke dalam anaerobik (dengan cara over flow). Tidak seluruh limbah melalui seeding pond.
Bakteri dalam seeding pond hidup, apabila terdapat gelembung-gelembung gas methan yang
timbul. PH selalu dijaga tidak boleh lebih kecil dari 6,5-6,8 dengan penambahan abu janjang,
kapur/soda ash.

Kolam/Tangki Anaerobik (Anaerobik Pond/Tank).


Pengolahan limbah PKS yang terutama terjadi disini, dimana lemak diubah menjadi gas
methan. Anaerobik pond ini dapat menampung air limbah hasil pengolahan 600 m3/hari
selama 120 hari (lemak diubah menjadi asam organik dan selanjutnya asam organik tersebut
diubah menjadi gas methan oleh bakteri anaerob pembuat methan (Methanobacterium
Omelianskii). Untuk lebih mengaktifkan reaksi terjadinya methan, maka cairan dari
anaerobik pond belakang harus dipompakan secara kontinue setiap hari ke dalam anaerobik
muka (Recycling). Apabila bakteri dalam kolam ini kurang aktif dari seeding pond dengan
cara memompakan cairan dari dalam kolam ini. Anaerobik ke dalam seeding pond, yang
secara over flow bakteri aktif mengalir ke dalam kolam anaerobik. Derajat kemasaman (pH)
dalam kolam ini harus dijaga minimal 6.
Kolam Aerasi (Aeration Pond).
Kolam aerasi/aeration pond dipakai untuk memperkaya oksigen dan membunuh bakteri
anaerob dengan cara menyebarkan cairan ke udara dengan mempergunakan aerator, ataupun
dengan memasukkan udara ke dalam cairan dengan menggunakan kompressor. Aerator
ataupun kompresor harus berjalan terus menerus selama 24 jam/hari.
Kolam Pengendapan/Settling Pond
Kolam pengendapan dipakai untuk mengendapkan zat-zat padat yang dikandung oleh cairan
yang berasal dari kolam aerobik. Apabila dijumpai pendangkalan akibat pengendapan zat-zat
padat, diadakan pembersihan/pengerokan.
Kolam aerobik/Aerobic Pond.
Kolam ini dipakai untuk memberikan kesempatan cairan dari kolam pengendapan untuk
menyerap lebih banyak oksigen dari udara. Kolam ini adalah kolam terakhir dalam proses air
limbah, dan dipakai untuk memberi kesempatan kepada cairan yang berasal dari kolam
pengendapan menyerap oksigen lebih banyak.

PenanggulanganLimbahAmoniak
Amonia dan nitrit termasuk senyawa pencemar yang berasal dari senyawa-senyawa
nutrien, yang berasal dari senyawa NH-3 -- N atau NO2--N. Jika berada dalam kondisi
anaerobic( kurang oksigen ) , kemungkinan akan menimbulkan dampak lingkungan yang
merugikan.Proses pengolahan yang biasa dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi
kandungan nutrien ( amonia / nitrit )secara teoritis bisa mengunakan proses presipitasi ,
chlorinasi dengan aerasi dan Unit Lumpur Aktif dengan sistem aerasi.
Presipitasi biasa dilakukan untuk menghilangkan logam-logam berat, nutrient serta anorganik
yang terlarut dalam limbah cair.
Caranya : pH limbah awal biasanya sekitar 8-9 , dinaikkan dengan menambahkan
basa hingga mencapai 11 satuan pH, hingga terbentuk endapan. Sebelum dilakukan
percobaan sebaiknya dilakukan trial untuk mendapat kan kondisi operasi yang optimal. Juga
perlu dicarikan kombinasi zat pengemban koagolasi, sehingga proses pengendapannya bisa
lebih sempurna hingga terjadi coo-presipitasi.
Chlorinasi : Biasanya dilakukan penambahan Calsium Hypo Chloride disertai dengan
aerasi, disamping terjadi pergeseran keseimbangan amonia didalam limbah juga terjadi
proses desinfeksi. Calsium Hypo Chlloride adalah oksidator kuat yang akan menghancurkan
reduktor-reduktor dari zat-zat organik termasuk amoniak dan nitrit juga akan membunuh
bakteri-bakteri pathogen yang ada dalam air.
Pengunaan teknik ini harus hati-hati dan mengunakan alat PPE( Personal Protective
Equipment ) yang memadai, seperti respirator dan sarung tangan polyetilene. Gas klor atau
Cl-2 akan sangat berbahaya jika terhirup oleh pernafasan dan akan merusak alveoli paruparu.
Unit Lumpur Aktif atau Tricling Filter ( Moving Bed Biologycal Reactor / Rotary
Biologycal Reactor ) dengan mengunakan mikroba yang telah terseleksi yang cocok dengan
kontaminan limbah yang ada, yang dikembangkan dari limbah itu sendiri. Diberi aerasi
mengunakan blower dan udara dialirkan melalui difusser agar distribusi oksigen lebih lebih
merata atau dengan mengunakan turbo jet aerator/surface aerator/MTO2 ( poros baling-baling
berputar yang menghasilkan gerakan turbulensi yang pada akhirnya menghasilkan
gelembung-gelembung halus yang meningkatkan kadar oksigen terlarut di semua bagian
kolam aerasi.

Kandungan oksigen terlarut minimal 2 ppm (kebutuhan minimal agar bakteri /


mikroorganisme bisa hidup). Prinsipnya : Dengan adanya udara (oksigen) bakteri aerobik
akan memakan zat-zat organik dalam air, selanjutnya bakteri tersebut berkembang biak ,
hingga akan menurunkan parameter COD / Amoniak dan seterusnya bakteri yang tidak
produktif mati, sebagai lumpur dan diendapkan lalu dibuang.

Penanggulangan DO
Cara untuk menanggulangi jika kelebihan kadar oksigen terlarut adalah dengan cara :
1. Menaikkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur naik maka kadar oksigen terlarut
akan menurun.
2. Menambah kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar
oksigen terlarut akan menurun karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar
oksigen digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan bahan organik dan anorganik.

Cara untuk menanggulangi jika kekurangan kadar oksigen terlarut adalah:


1. Menurunkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur turun maka kadar oksigen
terlarut akan naik.
2. Mengurangi kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka semakin kadar
oksigen terlarut akan naik karena proses fotosintesis semakin meningkat.
3. Mengurangi bahan bahan organik dalam air, karena jika banyak terdapat bahan organik
dalam air maka kadar oksigen terlarutnya rendah.
4. Diusahakan agar air tersebut mengalir.

Penanganan Limbah Heavy Metal


Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer
di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration.
1. Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama dari
chemical conditioning ialah:
o

menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur

mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur

mendestruksi organisme patogen

memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki nilai
ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion

mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat
diterima lingkungan
Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
- Concentration thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara
meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini ialah
gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan
awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya.
Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah
menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.
- Treatment, stabilization, and conditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan
patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika,
dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan
ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung
dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan
destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan
bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialah
lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment, polyelectrolite
flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.

- De-watering and drying


De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan
sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah
pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press,
centrifuge, vacuum filter, dan belt press.
- Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi sebelum
limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan composting. Tempat pembuangan
akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.
2. Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat diterapkan
untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses
pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi
bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan
solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan
penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap
mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat
dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:
Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus
dalam matriks struktur yang besar
Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan
pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
Precipitation
Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada
bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke
bahan padat
Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain
yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan
termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ
mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL
berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

3. Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi
pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90%
(volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem
pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk
padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan
energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian
besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat.
Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value) limbah.
Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran,
heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi.
Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary
kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous
waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln
mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara
simultan.

Penanggulangan Limbah Minyak


Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning,
penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent, penggunaan bahan kimia
dispersan, dan washing oil.[6]

In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut, sehingga mengatasi
kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak
serta air laut yang terasosiasi. Teknik ini membutuhkan booms (pembatas untuk mencegah
penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan minyak
dalam jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu, penyebaran
api sering tidak terkontrol.

Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir tumpahan dengan
menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan
menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer.

Bioremediasi yaitu proses pendaurulangan seluruh material organik. Bakteri pengurai spesifik
dapat diisolasi dengan menebarkannya pada daerah yang terkontaminasi. Selain itu, teknik
bioremediasi dapat menambahkan nutrisi dan oksigen, sehingga mempercepat penurunan
polutan.

Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi


(penempelan minyak pad permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam
sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fase minyak dari cair menjadi padat, sehingga
mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik,
oleofobik, mudah disebarkan di permukaan minyak, dapat diambil kembali dan digunakan
ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji),
anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen,
polipropilen dan serat nilon).

Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil
(droplet), sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan
minyak. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan.

Washing oil yaitu kegiatan membersihkan minyak dari pantai.

Penanganan Bakteri Coli


Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama
bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini
dapat ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi
beberapa, seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius
pada manusia yaitu diare berdarah karena eksotoksin yang dihasilkan bernama verotoksin.[1]
Toksin ini bekerja dengan cara menghilangkan satu basa adenin dari unit 28S rRNA,
sehingga menghentikan sintesis protein.[1] Sumber bakteri ini contohnya adalah daging yang
belum masak, seperti daging hamburger yang belum matang.[1]
E. coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai vektor
untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih
karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya.
Disinfeksi air dengan tenaga surya merupakan sebuah cara yang sederhana untuk
membunuh bakteri dalam air. Metode ini digunakan oleh rumahtangga-rumahtangga di
negara-negara berkembang dimana ketersediaan air minum yang aman cukup langka. Mereka
mengisi botol-botol plastik dengan air dan menjemurnya di bawah sinar matahari, dimana
radiasi UV dan suhu air yang meningkat membunuh bakteri dalam enam jam. Tetapi metode
ini memerlukan sinar matahari yang kuat dan volume air yang bisa disterilkan terbatas.
Kevin McGuigan dari The Royal College of Surgeons di Irlandia, Dublin, dan rekanrekannya menyelidiki disinfeksi air yang terkontaminasi Escherichia coli dengan
menggunakan tenaga surya dalam reaktor-reaktor aliran volume besar. Sebuah pompa
mensirkulasi air antara sebuah tangki penampung dan sebuah tabung kaca yang dikelilingi
oleh penangkap sinar matahari yang memfokuskan energi matahari ke dalam tabung. Mereka
menemukan bahwa penonaktifan E. coli tergantung pada total dosis sinar matahari bukan
pada intensitas cahayanya. Mereka juga menunjukkan bahwa reaktor-reaktor ini bisa menjadi
tidak efektif karena bakteri mendapatkan dosis radiasi yang tidak kontinyu ketika bakteribakteri tersebut mengalir antara tangki penampung yang tidak terkena cahaya dengan tabung
yang terkena cahaya. Jika bakteri tidak dinonaktifkan secara sempurna oleh sinar matahari,
maka keadaan tidak terkena cahaya akan memberi waktu bagi bakteri-bakteri ini untuk pulih
dari kerusakan akibat radiasi, sehingga menjadikan mereka lebih resisten ketika disinari
ulang.

Treatment pH
pH merupakan suatu ekspresi dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air atau lebih
mudah dikatakan sebagai derajat ke-ASAM-an air.
Definisi yang formal tentang pH adalah negatif logaritma dari aktifitas ion hidrogen yang
dapat dinyatakan dengan persamaan : pH = - log [H+]
pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena pH mengontrol tipe dan laju
kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu mahluk hidup di dalam air seperti
ikan hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan
tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka. Besaran pH
berkisar 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7
menunjukkan lingkungan yang masam , sedangkan pH diatas 7 menunjukkan lingkungan
yang basa (alkalin). pH = 7 disebut sebagai netral. Fluktuasi pH air sangat ditentukan oleh
alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah
mengembalikan pH-nya ke nilai semula apabila terjadi perubahan pada nilai pH.

You might also like