You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

OSTEOMIELITIS
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III

Disusun Oleh :

Aisyah Lutfia Salsabila

Iyusrinalia Nur Maulidia

Alfiah

Luthfi Rayindra

Evi Diah Putri

Sri Apulina

Helma Nur Almaliyah

Tika Rizki

Tingkat : 2A

AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA


DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA
2014-2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan nikmat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis ini dengan lancar, dan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada
dosen pembimbing dan juga kepada semua pihak yang telah mendukung penulisan makalah
ini sehingga berjalan dengan lancar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
khususnya bagi para pembaca dan penyusun.
Oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan dan saya mengucapkan mohon maaf
bila masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyajian makalah ini. Semoga
bermanfaat untuk menambah pemahaman dan wawasan pembaca tentang Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis ini.

Jakarta, Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................

DAFTAR ISI ...............................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.

Latar Belakang .......................................................................................................


Rumusan Masalah ..................................................................................................
Tujuan Penulisan ....................................................................................................
Metode Penulisan ...................................................................................................
Sistematika Penulisan ............................................................................................

1
2
2
2
3

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.

Definisi ...................................................................................................................
Anatomi Fisiologi ..................................................................................................
Etiologi ...................................................................................................................
Klasifikasi ..............................................................................................................
Manifestasi Klinik ..................................................................................................
Patofisiologi ...........................................................................................................
Pemeriksaan Penunjang .........................................................................................
Penatalaksanaan Medis .........................................................................................
Pencegahan ............................................................................................................
Asuhan Keperawatan ............................................................................................

4
5
7
8
9
10
11
11
12
14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...........................................................................................................
B. Saran .....................................................................................................................

22
22

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................

iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung
jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem muskuloskeletal
adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen,
bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai
macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri,
sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek
pada sistem muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah
nyeri dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan
sampai yang sangat berat (Price, Wilson, 2005).
Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah radang
tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain
juga dapat menyebabkannya, gangguan ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar
melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum
(Dorland, 2002).
Osteomyelitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi
piogenik atau non-piogenik seperti Micobacterium tuberkulosa atau Staphylococcus
aureus. Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada tulang atau melibatkan
beberapa daerah seperti sum-sum, perioesteum, dan jaringan lunak disekitar tulang.
Kunci keberhasilan penatalaksanaan osteomyelitis adalah diagnosis dini dan operasi
yang tepat serta pemilihan jenis antibiotik yang tepat. Secara umum, dibutuhkan
pendekatan multidisipliner yang melibatkan ahli orthopaedi, spesialis penyakit
infeksi, dan ahli bedah plastik pada kasus berat dengan hilangnya jaringan lunak.
Dari penelitian yang dilakukan Riset total insiden tahunan terjadinya
osteomyelitis pada anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling sering
terjadi pada anak dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan awal yang tepat,
prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada penundaan yang lama pada
diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan yang parah pada tulang atau
jaringan lunak sekelilingnya yang dapat menjurus pada defisit-defisit yang permanen.

Umumnya, pasien-pasien dapat membuat kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasikomplikasi yang berkepanjangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan osteomielitis?
2. Bagaimana anatomi fisiologi dari sistem skelet?
3. Apa saja penyebab dari osteomyelitis?
4. Bagaimana klasifikasi dari osteomyelitis?
5. Apa saja manifestasi klinik dari osteomyelitis?
6. Bagaimana patofisiologi dari osteomyelitis?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk osteomyelitis?
8. Apa saja penatalaksanaan medis untuk osteomyelitis?
9. Bagaimana pencegahan untuk osteomyelitis?
10. Bagaimana asuhan keperawatan untuk osteomyelitis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan osteomielitis
2. Untuk memahami anatomi fisiologi dari sistem skelet
3. Untuk mengetahui apa saja etiologi/penyebab dari osteomieliti
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari osteomielitis
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari osteomielitis
6. Untuk memahami bagaimana patofisiologi dari osteomielitis
7. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang untuk osteomielitis
8. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan medis untuk osteomielitis
9. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dari osteomieltis
10. Untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan untuk osteomielitis
D. Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam makalah ini adalah metode pustaka yaitu, metode
yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang
berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama. Bab I berisi
tentang latar belakang dari penulisan makalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan makalah. Bab II merupakan bagian yang
berisi penjelasan tentang tinjauan teoritis, yang membahas materi atau pokok bahasan
dari makalah ini yaitu tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Osteomielitis.
Bab III merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli
memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 1995).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering
membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar
tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan,
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang
memadai, bagian dari tulang bisa mati.
Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses
(pengumpulan nanah) di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot. Infeksi
jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat timbul akut atau kronik.
Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi
local yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari
osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik.

B. Anatomi Fisiologi Sistem Skelet

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih25% Berat Badan,
dan otot menyususn kurang lebih 50%. Kesehatan dan baiknya fungsi sistem
muskuloskeletal sangat tergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur tulang
memberi perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung,dan paru.
Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyanggah struktur
tubuh. Otot yang melekat ketulang memungkinkan tubuh bergerak. Matriks tulang
menyimpan kalsium, fosfor, magnesium, dan fluor. Lebih dari 99% kalsium tubuh
total terdapat dalam tulang. Sumsum tulang merah dan putih dalam proses yang
dinamakan hematopoiesis. Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik
untuk gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan temperatur tubuh.
Anatomi sistem skelet. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi
dalam 4 kategori: Tulang panjang (misalnya femur), tulang pendek(misalnya
tulang tarsalia), tulang pipih (misalnya sternum), tulang tak teratur(misalnya
vertebra). Bentuk dan konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya
yang bekerja padanya.
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus ( trabekular atau spongius) atau
kortikal(kompak). Tulang panjang (misalnya femur berbentuk seperti tangkai atau
batang panjang dengan ujung yang membulat). Batang, atau diafisis, terutama
tersusun atas tulang kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis, dan
terutama tersusun oleh tulang kanselus. Plat efifisis memisahkan efifisis dari
diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada
orang dewasa, mengalami klasifikasi . ujung tulang panjang ditutupi oleh kartilago
artikular pada sendi-sendinya. Tulang panjang disusun untuk menyanggah berat

badan dan gerakan. Tulang pendek(misalnya metakarpal) terdiri dari tulang


kanselus ditutupi selapis tulang kompak. Tulang pipih (sternum) merupakan
tempat penting untuk hematopoiesis dan sering memberikan perlindungan bagi
organ vital. Tulang pipih tersusun dari tulang kanselus diantara dua tulang
kompak. Tulang tak teratur (vertebra) mempunyai bentuk yang unik sesuai dengan
fungsinya. Secara umum struktur tulang tak teratur sama dengan tulang pipih.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya
terdiri atas 3 jenis dasar osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas berfungsi
dalam pembentukan tulang dan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun
atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar( glukosaminoglikan [asam polisakarida]
dan proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral
anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan
tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Osteoklas adalah sel
multinuklir (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan
remodeling tulang.
Osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah
osteon terdapat kapiler. Di sekeliling kapiler tersebut merupakan matriks tulang
yang dinamakan lamela. Didalam lamela terdapat osteosit, yang memperoleh
nutrisi melalui proses yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari
0,1mm).
Tulang diselimuti dibagian luar oleh membran fibrus padat dinamakan
periosteum. Periosteum memberikan nutrisi ke tulang dan memungkinkannya
tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periousteum
mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik. Lapisan yang paling dekat
dengan tulang mengandung osteoblast yang merupakan sel pembentuk tulang.
Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum
tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast, yang
melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum
dan dalam lakuna howship (jekukan dalam permukaan tulang).
Sumsum tulang merupakan jaringan vaskuler dalam rongga sumsum (batang)
tlang panjang dan dalam tukang pipih. Sumsum tulang merah,terutama terletak di
sternum,ilium,vetebra dan rusuk pada orang dewasa,bertanggung jawab pada
produksi se darah merah dan putih. Pada orang dewasa,tulang panjang terisi oleh
sumsum lemak kuning.

Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik. Tulang kanselus


menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembulu metavisis dan
epifisis. Pembuluh periosteum mengangkut darah ketulang kompak melalui kanal
volkman yang sangat kecil.selain itu, ada arteri nutrien yang menembus
periosteum dan memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-lubang
kecil). Arteri nutrien memasok darah ke sumsum dan tulang. Sistem vena ada
yang mengikuti arteri ada yang keluar sendiri.
C. Etiologi
Bisa disebabkan oleh bakteri,antara lain :
1. Staphylococcus aureus sebanyak 90%
2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
3. Streptococcus hemolitikus
4. Pseudomonas aurenginosa
5. Escherechia coli
6. Clastridium perfringen
7. Neisseria gonorhoeae
8. Salmonella thyposa
Bagian tulang bisa mengalami infeksi melalui 3 cara,yaitu :
1. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke
tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anakanak) dan di tulang belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahgunaaan obat suntik ilegal,
rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa
terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi
pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang
terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang.Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan
dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah
beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang
mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di

kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis).
Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.

D. Klasifikasi
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi
darah.
2. Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya
akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada
anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi
dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).Osteomielitis akut
terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis
hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari
daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi
yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat
dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta
pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen
akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan
banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul.

3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis
biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau
trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada
tulang yang fraktur.
E. Manifestasi Klinik
1. Demam
2. Nafsu makan menurun
3. Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik
4. Gangguan sendi karena adanya pembengkakan
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah,
menyebabkan demam, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah
diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan
menimbulkan nyeri.Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap,
menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan
memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat.
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau
yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di
daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini
tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang
normal.Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak,
biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.Jika suatu infeksi tulang
tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis
kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan
tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan
lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau
hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang
terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk
dari tulang menuju kulit.
F. Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi :

Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi


resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
Awitan Osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan
pertama (akut fulminan-stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi
antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium
3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah
pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang
sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar
ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk
dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah
mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh,
seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru
(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan
mengeluarkan

abses

kambuhan

sepanjang

hidup

penderita.

Dinamakan

osteomielitis tipe kronik.


G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.

5. Pemeriksaan ultra sound


Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
7. Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
b. MRI
: jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada
T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sesuai

kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita


Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan
nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kososng
yang ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau

kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan
aliran pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K
Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat mengikat
kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K membantu
mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C
Untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c. Vitamin D
Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk kalsium
dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian diendapkan
pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini
adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang pelepasan
kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam darah.
I. Pencegahan (Depkes RI, 1995).
1. Berhenti merokok

Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah Anda,


yang keduanya buruk bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat melemahkan
sistem kekebalan tubuh. Jika Anda merokok, sangat disarankan Anda berhenti
sesegera mungkin.
2. Diet sehat
Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan lemak
di arteri Anda, dan kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi. Untuk meningkatkan sirkulasi Anda, diet tinggi serat rendah lemak
dianjurkan, termasuk banyak buah segar dan sayuran (setidaknya lima porsi
sehari) dan biji-bijian. Makan makanan yang sehat juga dapat membantu
meningkatkan sistem kekebalan Anda.
3. Mengelola berat badan
Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk menurunkan
berat badan dan kemudian mempertahankan berat badan yang sehat dengan
menggunakan kombinasi dari diet kalori terkontrol dan olahraga teratur.
Setelah Anda telah mencapai berat badan yang sehat akan membantu menjaga
tekanan darah Anda pada tingkat normal, yang akan membantu meningkatkan
sirkulasi Anda. Anda dapat menggunakan Body Mass Index (BMI) kalkulator
untuk memeriksa.
4. Mengurangi alkohol
Jika Anda minum

alkohol,

jangan

melebihi

batas

harian

yang

direkomendasikan,tiga sampai empat unit per hari untuk pria 2-3 unit sehari
untuk wanita .Sebuah unit alkohol kira-kira setengah pint bir yang normalkekuatan, segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml) roh. Secara teratur
melebihi batas alkohol yang direkomendasikan akan meningkatkan baik
tekanan darah dan kadar kolesterol, yang akan membuat sirkulasi Anda buruk.
Hubungi dokter Anda jika Anda menemukan kesulitan untuk moderat minum
Anda. Layanan dan obat-obatan Konseling dapat membantu Anda
mengurangi asupan alkohol Anda.
5. Olahraga teratur
Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat jantung dan
sistem peredaran darah lebih efisien dan dapat membantu meningkatkan
sistem kekebalan tubuh lemah. Bagi kebanyakan orang, 150 menit dari
moderat untuk olahraga berat seminggu dianjurkan. Namun, jika kesehatan
Anda secara keseluruhan miskin, mungkin perlu bagi Anda untuk berolahraga
menggunakan program khusus disesuaikan dengan kebutuhan Anda saat ini

dan tingkat kebugaran. GP Anda akan dapat menyarankan Anda tentang


tingkat yang paling cocok bagi anda berolah raga. Jika Anda merasa sulit
untuk mencapai 150 menit latihan seminggu, mulai dari tingkat yang Anda
merasa nyaman dengan. Sebagai contoh, Anda bisa melakukan lima sampai
10 menit latihan ringan sehari sebelum secara bertahap meningkatkan durasi
dan intensitas aktivitas Anda sebagai kebugaran Anda mulai membaik.
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.Pengkajian
yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:
a. Identitas klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya
(bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran
kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan
tulang.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan. (misalnya
diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau
bedah ortopedi sebelumnya)
4) Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
c. Kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi
: anoreksia, mual, muntah.
2) Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi,karena pada pasien
yang kurang aktifitas maka pasien tersebut akan mengalami konstipasi
dan bisa berakibat urine tertahan apabila kalsium pada tulang
kandungannya terlalu tinggi.
3) Pola aktivitas :
No

Kemampuan

perawatan diri
1.

Makan/minum

2.

Mandi

3.

Toileting

4.

Berpakaian

5.

Mobilitas
ditempat tidur

6.

Berpindah

7.

ROM

d. Pemeriksaan fisik
1) Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam
dan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
2) Kaji adanya faktor resiko Identifikasi adanya kelemahan umum akibat
reaksi sistemik infeksi. (pada osteomielitis akut)
3) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya
cairan purulen.
4) Identisikasi peningkatan tanda-tanda vital.
5) Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek
bila di palpasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
tentang respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akountabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan.Diagnosa pada pasien dengan osteomielitis
adalah sebagai berikut
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas tulang.
c. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik.
d. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
e. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa

Tujuan Dan

Kriteria Hasil
Nyeri akut Tujuan:

Intervensi

Observasi

Rasional

Dengan

b/d

agen Setelah

injuri fisik

dilakukan

ketidaknyamanan

mengobservasi

asuhan

yang ditunjukkan

ketidaknyamanan

keperawatan

pasien

yang

diharapkan,

nyeri

melalui

bahasa non verbal

pasien, perawat dapat

dapat berkurang.
Kriteria Hasil:

Klien

ditunjukkan

mengetahui

pasien

dalam keadaan tidak

dapat

Mengekplorasi
pasien

nyaman
Dengan

melaporkan

perasaan

nyerinya

tentang

berkurang
Ekspresi wajah

pengetahuan
manfaat

perawat

klien

menegemen nyeri.

mengetahui

tingkat

menegemen

nyeri

tidak

mengexplorasi
dan

meringis
Klien
tidak

Mengedukasi

tampak gelisah

pasien

(nyaman)

prinsip

pengetahuan pasien,

tentang

dapat

pasien
Dengan mengedukasi
pasien ,perawat dapat

menegemen nyeri.

meningkatkan
managemen

Berkolaborasi
dokter

dengan

Hambatan
mobilitas
fisik

b/d

kerusakan
integritas
tulang

Tujuan:

Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan,
diharapkan adanya
peningkatan

Pasien
berjalan

pasien
Dengan berkolaborasi

untuk memberikan

dengan

dokter

obat

perawat

dapat

anti

nyeri

( contoh : asam

mengetahui

tingkat

mefenamat ).

nyeri

pasien

Memonitor

berkurang
Dengan memonitor

emotional, psikis,

emotional, psikis,

sosial,

sosial, dan

dan

spiritual terhadap

spiritual,perawat

respon aktivitas.

dapat mengetahui
respon aktivitas

mobilitas fisik
Kriteria Hasil:

nyeri

dapat

Membantu pasien
mengidentifikasi
ADL nya

pasien.
Dengan membantu
pasien
mengidentifikasi

melangkah.
Kekuatan tubuh
bagian

disukainya, perawat

atas

dapat mengetahui

pasien

aktivitas yang

Mengintruksikan
atau

meningkat.
Kekuatan tubuh

pasien
keluarga

untuk

mengintruksikan

pasien

membantu

ADL

pasien atau keluarga

bawah

pasien

yang

bagaimana,perawat

meningkat.

didinginkannya.

bagian

dapat mengetahui
ADL yang diinginkan

Berkolaborasi
terhadap

occupational,
pisical
terapi

occupational, psical,
perawat dapat

dan

mengetahui rencana

memonitor

terapi yang akan

program aktivitas

diberikan pada

yang dibutuhkan.

integritas
kulit

b/d

imobilitas
fisik

Tujuan:

Setelah dilakukan
asuhan
diharapkan, adanya
peningkatan

Monitor kesadaran

Dengan

pasien

kesadaran

dengan

pasien,perawat dapat

Lakukan
debridemen

pada

jaringan

yang

sudah mati

integritas kulit
pasien

Merekomendasi-

berkurang

efektif

menjadi 3).

luka pasien.
Dengan melakukan
debridemen, perawat
dapat

Kerusakan

(5

Monitor

mengetahui keadaan

integritas kulit.
Kriteria Hasil:

pasien.

lebarnya luka

keperawatan

pasien .
Dengan berkolaborasi
terhadap

atau

membuat rencana

Gangguan

ADL pasien.
Dengan

mengetahui

nekrotik
kan

cara

yang
untuk

melindungi luka

pasien

berkurang.
Dengan
merekomendasikan
cara

yang

efektif

Tekstur
pasien

normal

(kenyal).
Turgor
pasien

untuk

kulit

kulit
normal

Berkolaborasi
dengan

kembali dalam

dokter

luka,perawat

dapat

mengetahui

luka

pasien terlindungi.
Dengan berkolaborasi
dengan dokter untuk

untuk memberikan

waktu 2 detik

melindungi

memberikan

antibiotik

antibiotik,
dapat

perawat
mengetahui

pasien terhindar dari


infeksi.
Ansietas
b/d stasus
kesehatan

Tujuan:

Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
klien

dapat berkurang.
Kriteria Hasil:

Pasien

yang

stimulasi yang

tepat

yang

tepat,perawat dapat

dan

mengetahui stimulasi
tersebut berdampak

Membantu pasien
mengidentifikasi

tidak pada pasien


Dengan membantu
pasien engidentifikasi

situasi cemas.

tidak

cemas,perawat dapat

mengalami

Dengan mengontrol

stimulasi
dibutuhkan.

diharapkan
kecemasan

Mengontrol

mengetahui apa yang

panik
Pola

tidur

Mengintruksikan

pasien

tidak

pasien

terganggu.
Ekspresi wajah

menggunakan
teknik

relaksasi

tertekan pasien

(nafas

dalam,

berkurang.

mendengarkan

membuat pasien

cemas
Dengan
mengintruksikan
pasien menggunakan
teknik relaksasi,
perawat dapat

musik)

mengetahui apakah

Berkolaborasi
dengan
untuk

dokter

meberikan
obat penenang.

teknik tersebut
mengurangi
kecemasan pasien
Dengan berkolaborasi
dengan dokter untuk

memberikan obat
penenang, perawat
dapat megetahui
apakah cemas pasien
Resiko
infeksi
berhubung
an dengan
pertahanan
tubuh
primer
yang tidak
adekuat

Tujuan:

Setelah dilakukan
asuhan

Memonitor nutrisi

berkurag.
Dengan Memonitor

pasien

nutrisi
perawat

keperawatan
diharapkan

resiko
tidak

infeksi

Selalu

terjadi.
Kriteria Hasil:

menggunakan

Kadar Leukosit

steril pada waktu

dalam rentang

melakukan

normal
Pasien

tindakan

kepada

pasien
Ajarkan

pada

mengetahui

peralatan

faktor resiko
Pasien

yang

keluarga

faktor

resiko.

dapat

mengetahui

apakah

kebutuhan

nutrisi

pasien tercukupi.
Dengan
selalu
menggunakan
peralatan

yang

steril,perawat

dapat

mengetahui

tentang

Dengan mengajarkan
pada

pasien

dan

tata cara menjaga

keluarga tentang tata

luka supaya tidak

cara

terkena infeksi

supaya,perawat dapat

menjaga

mengetahui

luka

pasien tetap steril.

dan

pasien

mengetahui
strategi

pasien,

luka
luka

Kolaborasi dengan

pasien tidak terkena

dokter

infeksi.
Dengan berkolaborasi

untuk

memberikan
antibiotik
pasien

pada

dengan dokter untuk


memberikan
antibiotik, perawat
dapat mengetahui
pasien terhindar dari
infeksi.

4. Implementasi
Pelaksanaan menurut Potter (2005), merupakan tindakan mandiri
berdasarkan ilmiah, masuk akal dalam melaksanakan yang bermanfaat bagi
klien yang diantisipasi berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan
yang telah ditetapkan. Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Tindakan keperawatan pada klien dapat berupa tindakan mandiri
maupun tindakan kolaborasi. Dalam pelaksanaan tindakan, langkah-langkah
yang dilakukan adalah mengkaji kembali keadaan klien, validasi rencana
keperawatan, menentukan kebutuhan dan bantuan yang diberikan serta
menetapkan strategi tindakan yang dilakukan.
Selain itu juga dalam pelaksanaan tindakan, semua tindakan yang
dilakukan pada klien dan respon klien pada setiap tindakan keperawatan
didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian
catatan keperawatan hal yang perlu didokumentasikan adalah waktu tindakan
dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberi tanda tangan sebagai aspek
legal dari dokumentasi yang dilakukan.
5. Evaluasi
Evaluasi menurut Hidayat (2007), merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan yang mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai, berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi
merupakan aspek penting didalam proses keperawatan, karena menghasilkan
kesimpulan apakah intervensi keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali atau
dimodifikasi.
Dalam evaluasi prinsip obyektifitas, reabilitas dan validitas dapat
dipertahankan agar keputusan yang diambil tepat. Evaluasi proses
keperawatan ada dua arah yaitu evaluasi proses (evaluasi formatif) dan
evaluasi hasil (evaluasi sumatif). Evaluasi proses adalah evaluasi yang
dilakukan segera setelah tindakan dilakukan dan didokumentasikan pada
catatan keperawatan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan
untuk mengukur sejauh mana pencapaian tujuan yang ditetapkan dan
dilakukan pada akhir keperawatan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Etiologi osteomyelitis bakteri terdiri dari Staphylococcus aureus sebanyak 90%,
Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun, Streptococcus
hemolitikus, Pseudomonas aurenginosa, Escherechia coli, Clastridium perfringen,
Neisseria gonorhoeae, dan Salmonella thyposa. Manifestasi klinik dari osteomyelitis
adala Demam, Nafsu makan menurun, Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik dan
Gangguan sendi karena adanya pembengkakan. Cara pencegahan Osteomielitis dapat
dilakukan dengan cara Berhenti merokok, Diet sehat, Mengelola berat badan,
Menghindari alkohol dan Olahraga tertur.
B. Saran
Cukup sekian makalah dari kami,semoga memberi masukan yang poitif terhadap
pembaca. Semoga pembaca semakin mengetahui tentang penyakit Osteomielitis dan
dapat menjaga pola hidup sehingga dapat terhindar dari penyakit Osteomielitis.

DAFTAR PUSTAKA

Anjarwati, Wangi. 2010. Tulang dan Tubuh Kita. Yogyakarta: Getar Hati.
Brunner, Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3. Jakarta:
EGC
Mansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaapius FKUI.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
Prince, Sylvia Anderson, 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed. 4.
Jakarta: EGC

You might also like