You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Darah merupakan salah satu komponen tubuh yang memiliki banyak fungsi.
Darah dapat berfungsi sebagai termoregulator atau pengatur suhu tubuh, sebagai
alat pertahanan tubuh terhadap patogen yang masuk ke dalam tubuh dan sebagai
alat transportasi yang mengirimkan oksigen dan semua kebutuhan sel-sel di dalam
tubuh.
Fungsi pengangkutan atau transportasi darah merupakan fungsi yang sangat
penting. Karena melalui darah, semua kebutuhan sel-sel dalam tubuh disalurkan.
Sari-sari makanan, hormon dan oksigen akan di salurkan ke setiap sel tubuh
melalui peredarah darah. Karena itu kondisi fisiologis tubuh akan sangat
tergantung pada mekanisme peredaran darah. Bila ada gangguan pada peredaran
darah ini, baik tersumbatnya aliran darah maupun berkurangnya komponen yang
ditransportasikan, akan berdampak pada kondisi fisiologis seseorang.
Anemia merupakan suatu gejala yang dapat diakibatkan dari turunnya kadar
eritrosit, turunnya kadar hemoglobin, dan atau turunnya kadar hematokrit.
Menurunnya salah satu atau lebih faktor tersebut akan mengakibatkan
berkurangnya daya angkut oksigen ke setiap sel tubuh. Berkurangnya oksigen
yang diterima oleh setiap sel tubuh nin akan menimbulkan beberapa gejala, antara
lain : lemah, lesu, letih, lunglai, dan lemas.
Banyak aspek yang dapat memicu timbulnya suatu anemia. Kegagalan fungsi
fisiologis dari proses pembuatan dan pematangan sel-sel darah dapat menjadi
salah satu pemicunya. Selain itu, faktor ekstrinsik dapat memberikan kontribusi
yang sama dalam memicu anemia, misalnya keadaan sosial ekonomi penderita
atau bahkan keadaan lingkungannya.
Perkiraan prevalensi anemia di Indonesia menurut Husaini, dkk. Tergambar
dalam tabel di bawah ini

Prevalensi Anemia di Indonesia

No
Kelompok populasi
Angka Prevalensi
1 Anak prasekolah
30 40%
2 Anak usia sekolah
25 35%
3 Dewasa tidak hamil
30 40%
4 Hamil
50 70%
5 Laki-laki dewasa
20 30 %
6 Pekerja berpenghasilan rendah
30 40%
(Handayani, Wiwik dan Andi S. Haribowo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab tingginya prevalensi Anemia Remaja Puti di Kabupaten
Melati?
2. Apakah penyebab tingginya prevalensi Anemia Remaja Putri di Puskesmas
Mawar?
3. Faktor apakah yang paling mempengaruhi tinginya prevalensi Anemia
Remaja Putri di Puskesmas Mawar?
4. Apa upaya yang paling efektif untuk diterapkan di Puskesmas Mawar
untuk menanggulangi tingginya Prevalensi Anemia Remaja Putri di
Puskesmas Mawar?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
1. Mengetahui penyebab tingginya prevalensi Anemia Remaja Putri di
Puskesmas Mawar.
2. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
tingginya prevalensi Anemia Remaja Putri di Puskesmas Mawar.
3. Menurunkan angka prevalensi Anemia Remaja Putri di Puskesmas
Mawar.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh dalam tingginya prevalensi
Anemia Remaja Putri di Puskesmas Mawar.
2. Mengetahui upaya yang paling efektif untuk diterapkan di Puskesmas
Mawar guna menurunkan angka prevalensi Anemia Remaja Putri di
Puskesmas Mawar.

BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis
Di Indonesia, kasus anemia gizi sangat umum dan mudah
dijumpai pada semua kelompok umur baik laki-laki maupun
perempuan. Namun yang paling banyak mengalami anemia
adalah banyak dikalangan remaja putri dikarenakan banyak
faktor penyebabnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
dr. Wahyu di kabupaten Melati tahun 2014 khusunya di
puskesmas Mawar, prevalensi remaja putri yang mengalami
gejala anemia jumlahnya paling besar dibandingkan puskesmas
lain yaitu sebesar 28,3 %. Gejala anemia bisa disebabkan karena
beberapa faktor berikut ini .
a. Faktor internal (Man)
1. Asupan makanan kurang
Kasus anemia di

Indonesia,

sebagian

besar

disebabkan oleh rendahnya asupan zat besi atau Fe dalam


tubuh. Namun asupan gizi yang lain penyebab anemia
pada remaja putri juga bisa karena kekurangan vitamin
B12, kekurangan asam folat dan vitamin C. asupan zat gizi
yang kurang bisa juga karena diet ketat yang tidak
terkontrol karena pada orang diet ketat, dia hanya makan
sedikit dan tidak memenuhi zat gizi seimbang. Dan juga
kurangnya pengetahuan para remaja putri tentang zat gizi
yang seharusnya dibutuhkan oleh tubuh, kebanyakan
remaja putri lebih mengutamakan penampilan tubuhnya
( body image) sehingga dia tidak memperhatikan asupan
makananan dengan gizi seimbang.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat mengakibatkan anemia, karena
jika perdarahan terjadi maka kebutuhan akan jumlah sel
darah

merah dalam tubuh

berakibat

pada

sintesis

meningkat. Hal
Hb.

Bahkan

ini akan

peningkatan

pembentukan dan pelepasan sel darah merah dari sumsum


tulang meningkat. Apabila perdarahan terus berlangsung
maka akan mengakibatkan anemia, khususnya remaja putri
yang setiap bulannya mengalami menstruasi yang sangat
banyak.
3. Genetik/ keturunan
Salah penyakit anemia akibat kuturunan adalah
Thalassemia yang merupakan penyakit kelainan darah
yang

diturunkan/diwariskan,

karena

adanya

kelainan

genetik yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam


sintesis atau produksi rantai globin. Akibatnya, produksi
hemoglobin berkurang, kondisi sel darah merah mudah
rusak atau umurnya lebih pendek dari usia sel darah merah
normal (120 hari) sehingga penderita akan mengalami
gejala

anemia

kurang

darah.

Adanya

kelainan/perubahan/mutasi pada gen globin alfa atau gen


globin beta, sehingga produksi rantai globin tersebut
berkurang dan sel darah merah mudah sekali rusak.
b. Factor Eksternal
Keuangan (Money)
1. Social Ekonomi rendah
Di

puskesmas

mawar

kebanyakan

penduduknya dengan ekonomi menengah kebawah


dan bermata pencaharian sebagai petani dan buruh
tani

yang

hanya

memiliki

penghasilan

sedikit

sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan


untuk membeli makanan yang mengandung gizi
cukup.
2. Sedikitnya lapangan pekerjaan
Karena

semakin

bertambahnya

jumlah

penduduk di puskesmas mawar kebanyakan mereka

berprofesi sebagai petani dan buruh tani, sehingga


lapangan pekerjaan yang tersedia hanya di sector
pertanian saja dimana tingkat peghasilan hanya
didapatkan saat musim panen saja.
3. tingginya tingkat pengagguran
karena

banyak

masyarakatnya

di

tingkat

kabupaten

melati

pendidikannya

rendah

sehingga banyak yang tidak melanjutkan ke jenjang


pendidikan yang lebih tinggi
peluang

kerja

akibatnya kurangnya

sehingga

meningkatnya

pengangguran.

Metode
1. Kurangnya tingkat kebersihan
makanan yang tidak dicuci

dengan

bersih

misalnya sayuran maka kotorannya masih tersisa


dan sayuran tersebut bisa mengandung cacing
dan larva sehingga cacing bisa ikut termakan dan
mengakibatkan cacing

berkembang

menjadi

cacing tambang diusus manusia yang nantinya


akan menimbulkan anemia.
2. Cara pengolahan makanan yang salah
karena proses pengolahan makanan yang terlalu
lama misalnya cara

perebusan sayuran dan

daging yang terlalu matang mengakibatkan zat


gizi yang terkandung pada makanan bisa hilang
sehingga meenimbulkan gejala anemia.

Material
1. Bahan makanan yang sedikit
karena di kabupaten Melati masyarakatnya hanya
bekerja di sector pertanian maka hasil panennya
hanyalah

bahan

makanan

nabati

saja

kurangnya asupan dari bahan hewani.


Environment
1. Kurangnya menjaga kebersihan lingkungan

dan

masyarakat setempat kurang mengerti tentang


pengetahuan

kebersihan

lingkungan

sehingga

otomatis masyarakt di kabupaten Melati pola


hidupnya kurang bersih.
2. Kurangnya

perhatian

masyarakat

tentang

pentingnya jamban sehat


kebanyakan masyarakat yang Buang Air Besar di
sungai dan tidak memiliki jamban di rumahnya
sehingga mengakibatkan cacing yang hidup di
sungai akan masuk ke usus besar manusia
sehingga mengakibatkan anemia.
B. Pembahasan
Anemia
kesehatan

mempunyai

remaja

dampak

berupa

yang

gangguan

merugikan

tumbuh

bagi

kembang,

penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi, serta


penurunan kemampuan belajar, sehingga menurunkan prestasi
belajar sekolah. Anemia tidak menular, tetapi tetap berbahaya.
Remaja berisiko tinggi menderita anemia, khususnya kurang zat
besi karena remaja mengalami pertumbuhan yang sangat cepat.
Dalam pertumbuhan, tubuh membutuhkan nutrisi dalam jumlah
banyak, dan di antaranya adalah zat besi. Bila zat besi yang
dipakai untuk pertumbuhan kurang dari yang diproduksi tubuh,
maka terjadilah anemia. Remaja putri setiap bulannya selalu
mengalami menstruasi

yaitu

mengalami haid setiap bulan,

sehingga membutuhkan zat besi dua kali lebih banyak daripada


pria, oleh karena itu wanita cenderung menderita anemia
dibandingkan dengan pria.
Faktor

yang

paling

berpengaruh

yang

menyebabkan

anemia remaja putri adalah asupan zat makanan terutama zat


gizi besi yang kurang karena tingkat penghasilan orang tua di
kabupaten Melati yang sangat sedikit karena kebanyakan yang

bekerja sebagai petani dan buruh tani sehingga tidak mampu


membeli makanan yang mengandung zat gizi yang seimbang
dan

pasti

diantara

mereka

banyak

mengkonsumsi

makanan nabati dibandingkan hewani

bahan

dimana bahan nabati

cenderung memiliki kandungan zat besi (Fe) yang kurang.


Pencegahan dan penanggulangan anemia
1. Fortifikasi Makanan
Pengertian Fortifikasi Fortifikasi adalah suatu tindakan
menambahkan

kandungan

mikronutrien,

yaitu

vitamin

dan

mineral (termasuk elemen) dalam makanan, sehingga dapat


meningkatkan
memberikan

kualitas
manfaat

gizi

dari

kesehatan

pasokan

makanan

masyarakat

dengan

dan
risiko

minimal bagi kesehatan. Fortifikasi makanan mengacu pada


penambahan mikronutrien pada makanan olahan. Strategi ini
bisa mengarah pada perkembangan yang relatif cepat dalam
status zat gizi mikro penduduk, dan dengan biaya yang murah,
terutama jika keuntungan dapat diperoleh dari penggunaan
teknologi yang ada dan jaringan distribusi lokal. Karena manfaat
yang besar, fortifikasi pangan dapat menjadi intervensi hemat
biaya bagi kesehatan. Namun, persyaratannya adalah bahwa
makanan yang diperkaya perlu dikonsumsi dalam jumlah yang
cukup oleh sebagian besar individu-individu dari target populasi.
Hal

ini

juga

perlu

sertafortificants

yang

memiliki
diserap

akses
dengan

ke,

dan

baik

digunakan,

namun

tidak

mempengaruhi sifat sensori makanan.


2. Strategi Operasional KIE
Pelaksanaan KIE.
Pelaksanaan KIE perlu dilakukan secara lebih menyeluruh,
dan bersifat multimedia. Pendekatan pelaksanaan KIE
adalah sbb :
a. Menggunakan multimedia

b. Menggunakan tenaga lintas program dan lintas sector.


c. Menggunakan berbagai pendekatan seperti individual
,kelompok atau ,missal.
d. Menumbuhkan partisipassi dan kemandirian.
e. ditunjukkan untuk berbagai sasaran yang

sesuai

seperti :
o Sasaran Primer yaitu orang tua yang memiliki
balita.
o Sasaran Sekunder yaitu petugas kesehatan, lurah

tokoh massyarakat, lembaga LSM.


o Sasaran Tersier yaitu pemerintah setempat.
Integrasi KIE anemia ke dalam KIE makanan.
Pengembangan jaringan KIE.
Strategi khusus : penyelenggaraan Bulanan Anemia
Isi pesan KIE anemia diantaranya
1) Menjelaskan kosep Anemia
2) Menjelaskan anemia dalam konteks pangan
dan gizi secara keseluruhan.
3) Menjelaskan pelayanan kesehatan yang ada
dalam kaitan penanggulan anemia gizi
4) Meningkatkan kebutuhan terhadap

tablet

tambah darah
5) Meningkatkan kesadaran keluarga untuk lebih
memperhatikan anggota keluarga
6) Menjelaskan
kaitan
anemia
pembangunan secara umum.
3. Strategi operasional suplementasi
pemberian
tablet
suplementasi
yang

dalam

mengandung

multivitamin, yaitu selain mengandung zat besi, asam folat,


vitamin A, vitamin C, seng. pemberian dapat dilakukan
beberapa kali dalam setahun. Dosis pemberian adalah sebagai
berikut:
a. 30 mg unsure besi dan 0,125mg asam folat, disertai
2500IU vitamin A. pemberian diberikan selama 2 bulan
b. swadana: 30mg unsure besi dan 0,125 mg asam folat
2500IU vitamin A. pemberian diberikan selama 2 bulan.
c. swadana: 30 mg unsure besi dan 0,125bmg asam folat
disertai 2500IU vitamin A pemberian diberikan sekali

seminggu. preparat multivitamin yang tersedia di pasaran


juga dapat dipergunakan.
4. Pemberian obat anti malaria untuk daerah endemis
pemberian obat anti malaria di daerah endemis malaria
perlu diberikan sekaligus pada waktu pemberian tablet tambah
darah.

Direktorat

Jenderal

P2MPLP

sekarang

sudah

memberikan anti malaria sekaligus tablet tambah darah,


namus daerah prioritas, seperti transmigrasi , daerah potensi
wabah daerah pembangunan dan daerah perbatasan.

BAB III
RENCANA PROGRAM

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tingginya prevalensi Anemia remaja putri sebagian besar disebabkan oleh
banyak faktor, diantaranya :
Asupan makanan kurang
Perdarahan
Genetik/ keturunan
Social Ekonomi rendah
Sedikitnya lapangan pekerjaan
tingginya tingkat pengagguran
Kurangnya tingkat kebersihan
Cara pengolahan makanan yang salah
Bahan makanan yang sedikit
Kurangnya menjaga kebersihan lingkungan
Kurangnya perhatian masyarakat tentang pentingnya
jamban sehat
Faktor yang paling berpengaruh pada tingginya prevalensi
anemia remmaja putri adalah kondisi masyarakat dengan
sosial ekonomi yang rendah. Karena itu, upaya terbaik
adalah dengan meningkatkan pendapatan perkapita pada
kabupaten Melati. Selain itu, upaya tambahan seperti
penyuluhan kesehatan dan bantuan alat-alat kebersihan
juga sangat diperlukan oleh masyarakat di kabupaten
Melati.
B. Saran
Meningkatkan pendapatan penduduk dan memberikan pengetahuan
mengenai kebutuhan gizi tubuh harus menjadi prioritas utama
dalam menangani tingginya prevalensi anemia di kabupaten Melati
khususnya di Pusekesmas Mawar. Upaya lainnya juga harus segera
dilakukan agar prevalensi ini tidak semakin tinggi.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Wiwik dan Andi S. Haribowo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba
Medika

You might also like