Professional Documents
Culture Documents
SOLUSIO PLASENTA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Disusun oleh:
Miftakur Rohmah Sofyan
20090310213
Pembimbing :
dr. Hari Sp.OG
BAB I
LAPORAN KASUS
1. Identitas pasien
a.No. REM
: 131100438
b. Nama
: Ny. S
c.Usia
: 27 tahun
d. Alamat
: Munthilan
e.Agama
: Islam
f. Jenis kelamin
: Perempuan
g. Pekerjaan
: Tidak berkerja
h. Status
: Menikah
2. Keluhan utama
Pasien ibu hamil dibawa oleh keluarga ke UGD dengan keluhan keluar
darah dari jalan lahir sejak 1 jam yang lalu.
3. RPS
Pasien datang dibawa oleh keluarga dengan keluhan keluar darah dari
kemaluan sejak 1 jam yang lalu, keluar darah banyak sekitar 2 kali darah berwarna
merah segar sebanyak kira-kira 3 pembalut tembus, sebelumnya di ikuti rasa nyeri
atau mules diperut. Keadaan yang memperberat dan memperingan (-), BAB (+), BAK
(+), Mual dan muntah (-), Demam (-), nyeri kepala (-), batuk (-)
4. RPD
Riwayat dirawat di RS (-)
Riwayat operasi (-)
Riwayat DM (-)
2
h. Leher
: DBN
i. Thorax
:
- Paru paru
I
: DBN
Pa : DBN
Pr : DBN
Au : DBN
- Jantung
I
: DBN
Pa : DBN
Pr : DBN
Au : DBN
- Persarafan
Motorik : DBN
Sensorik : DBN
- Genitourinaria
I
: DBN
Pa : DBN
Pr : DBN
- Muskuloskeletal
Ekstermitas atas : DBN
Ekstermits bawah : DBN
5. Status lokalis (abdomen)
a.
Inspeksi : bentuk bulat besar dan tampak tegang, tidak ada bekas
luka, tidak ada tanda-tanda inflamasi
b.
Auskultasi : bising usus (-)
c.Palpasi : perut teraba tegang (keras), nyeri tekan (+) diseluruh perut,
teraba massa keras di kuadran kiri bawah
d.
Perkusi : pekak di kuadran kiri bawah, timpani menurun ditempat
lain.
6. Pemeriksaaan obstetri : tidak dilakukan
C. Diagnosis kerja : G3P1A0H1 Gravidarum Post term 42-43 mgg + HAP ec Solusio
Plasenta
D. Diagnosa banding : ileus paralitik
E. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a. Hb
: 9,2 mg/dl
b. Gol. Darah
: B (Rh +)
c.Leukosit
: 9,57
d. LED
:e.Trombosit
: 239.000
f. Ht
: 30%
g. Eritrosit
: 4,44
4
h. Diff count
: eos (1), bas (0), stab (5), seg (57), lim (30), mon (7)
i. CT
: 4 menit
j. BT
: 2 menit
2. USG : hasil tidak terlampir di RM
F. Tatalaksana
1. Operasi SC (cito) Solusio Plasenta
2. Pra operasi : Gentamisin + dexametason + Ceftriaxon
Tanda vital : TD : 110/70, N : 80 x/menit, RR : 16 x/menit
3. Pasca operasi
Kesadaran : CM
Jalan nafas : spontan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari
implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum
janin lahir. Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya
lahir. Jika separasi ini terjadi di bawah kehamilan 20 minggu maka mungkin akan
didiagnosis sebagai abortus imminens.
2. EPIDEMIOLOGI
Insiden solusio plasenta bervariasi, antara 0,2-2,4 % dari seluruh kehamilan.
Literatur lain menyebutkan insidennya 1 dalam 77-89 persalinan, dan bentuk solusio
plasenta berat 1 dalam 500-750 persalinan. Beberapa penelitianmelaporkan insidensi
solusio plasenta di dunia adalah 1% dari seluruh kehamilan. Disini terlihat bahwa tidak
ada angka pasti untuk insiden solusio plasenta, karena adanya perbedaan kriteria
dalam menegakkan diagnosis.
Di Parkland Memorial Hospital terjadi 1 kasus dalam 500 persalinan. Tetapi
seiring dengan penurunan frekuensi ibu dengan paritas tinggi, terjadi pula penurunan
kasus solusio plasenta menjadi 1 dalam 750 persalinan . Menurut hasil penelitian yang
dilakukan Deering didapatkan 0,12% dari semua kejadian solusio plasenta di
Amerika Serikat menjadi sebab kematian bayi. Penelitian retrospektif yang dilakukan
oleh Ducloy di Swedia melaporkan dalam 894.619 kelahiran didapatkan 0,5%
terjadi kasus solusio plasenta.
Cunningham di Amerika Serikat melakukan penelitian pada 763 kasus
kematian ibu hamil yang disebabkan oleh perdarahan. Hasilnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
Pada tabel 2.1 dapat dilihat bahwa solusio plasenta menempati tempat
pertama sebagai penyebab kematian ibu hamil yang disebabkan oleh perdarahan
dalam masa kehamilan.
Di Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo (RSUPCM) Jakarta didapat
angka 2% atau 1 dalam 50 persalinan. Antara tahun 1968-1971 solusio plasenta
terjadi pada kira-kira 2,1% dari seluruh persalinan, yang terdiri dari 14% solusio
plasenta sedang dan 86% solusio plasenta berat.
Solusio plasenta ringan jarang didiagnosis,
mungkin
karena
penderita
terlambat datang ke rumah sakit atau tanda-tanda dan gejalanya terlalu ringan
sehingga tidak menarik perhatian penderita maupun dokternya. Sedangkan penelitian
yang dilakukan Suryani di RSUD. DR. M. Djamil Padang dalam periode 2002-2004
dilaporkan terjadi 19 kasus solusio plasenta dalam 4867 persalinan (0,39%) atau 1 dalam
256 persalinan.
3. ETIOLOGI
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa kondisi yang menjadi predisposisi :
Hipertensi kronis dan preeklamsia
Bertambahnya usia dan paritas ibu
Trauma
Merokok dan penggunaan kokain
Dekompresi uterus yang mendadak
Tekanan pada vena kava inferior karena pembesaran uterus.
Pernah mengalami solusio plasenta pada kehamilan sebelumnya.
Anomali uterus atau tumor uterus
Malnutrisi/defisiensi gizi.
7
Para ahli juga mengemukakan teori mengenai penyebab solusio plasenta : Akibat
turunnya tekanan darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri yang menuju ke ruangan
interviller, maka terjadilah anoksemia dari jaringan bagian distalnya. Sebelum
menjadi nekrosis, spasme hilang dan darah kembali ke dalam intervili, namun
pembuluh darah distal tadi sudah sedemikian rapuh sehingga mudah pecah,
kemudian terbentuk hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta dari rahim.
Darah yang berkumpul di belakang plasenta disebut hematoma retroplacenter.
4. FAKTOR RISIKO
Beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya solusio plasenta :
Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan
eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada
separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi
tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang
disebabkan
oleh kehamilan.
Disini
terlihat
solusio
plasenta
cenderung
hipertensi menahun.
Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan
solusio plasenta
apabila
plasenta
berimplantasi
mengandung leiomioma.
Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan
peninggian
di
atas
bagian
yang
tekanan darah
dan
35%.
Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio
plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok 1 (satu) bungkus per hari.
Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter
lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya. Deering dalam
penelitiannya melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat
5. PATOFISIOLOGI
Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua
basalis dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh
darah miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom subkhorionik
terjadi penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari dinding uterus.
9
karena
otot
uterus
yang
meregang
oleh
kehamilan
tidak
mampu
tegang
dan
nyeri
dan
akan
kasus-kasus
solusio
perdarahan
yang berlangsung.
Salah
satu
tanda
yang
menimbulkan
janin
masih
hidup, bunyi
jantung
sukar
didengar.
Kelainan
pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walaupun hal
tidak
sesuai
dengan
keadaan
syok
ibu,
malahan
perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaankeadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada
pembekuan
11
retroplacenter
Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong amnion .
8. DIAGNOSIS
Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas.
Sebagai contoh, perdarahan eksternal bisa banyak sekali, meskipun pelepasan plasenta
belum begitu luas sehingga menimbulkan efek langsung pada janin, atau dapat juga
terjadi perdarahan eksternal tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas seluruhnya dan janin
meninggal sebagai akibat langsung dari keadaan ini. Solusio plasenta dengan
perdarahan tersembunyi mengandung ancaman bahaya yang jauh lebih besar bagi
ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat kemungkinan koagulopati yang lebih tinggi,
namun juga akibat intensitas perdarahan yang tidak diketahui sehingga pemberian
transfusi sering tidak memadai atau terlambat.
Menurut penelitian retrospektif yang dilakukan Hurd dan kawan-kawan pada
59 kasus solusio plasenta dilaporkan gejala dan tanda pada solusio plasenta :
12
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perdarahan pervaginam merupakan gejala atau tanda
terbanyak dari kasus solusio plasenta. Berdasarkan kepada gejala-gejala dan tandatanda yang terdapat pada solusio plasenta klasik umumnya tidak sulit menegakkan
diagnosis, tapi tidak demikian halnya pada bentuk solusio plasenta sedang dan
ringan. Solusio plasenta klasik mempunyai ciri-ciri nyeri yang hebat pada perut yang
datangnya cepat disertai uterus yang tegang terus menerus seperti papan, penderita
menjadi anemia dan syok, denyut jantung janin tidak terdengar dan palpasi perut sulit
meraba bagian-bagian janin.
Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis solusio plasenta antara
lain:
a. Anamnesis
- Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat melokalisir
tempat mana yang paling sakit.
- Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong (nonrecurrent) terdiri
dari
darah
segar
dan
bekuan-bekuan
darah
yang berwarna
kehitaman .
- Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak
bergerak lagi).
- Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. Ibu terlihat
anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar pervaginam.
- Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
b. Inspeksi
- Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
- Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
- Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
c. Palpasi
- Fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
- Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden
uterus) baik waktu his maupun di luar his.
- Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
- Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
d. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengar biasanya di atas
140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih
dari sepertiga.
13
e. Pemeriksaan dalam
- Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
- Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik
sewaktu his maupun di luar his.
- Apabila ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini
akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta, ini
sering meragukan dengan plasenta previa.
f. Pemeriksaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit
vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat,
kecil dan filiformis.
g. Pemeriksaan laboratorium
- Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan leukosit.
- Darah : Hb menurun (anemia), periksa golongan darah, lakukan cross-match test.
Karena
pada
solusio
plasenta
sering
terjadi
hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot Observation test) tiap l jam, tes
kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 15O mg
%).
h. Pemeriksaan plasenta
Saat setelah bayi dan plasenta lahir, periksa plasentanya. Biasanya tampak tipis dan
cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah
beku di belakang plasenta., yang disebut hematoma retroplacenter.
i.
-
9. PENATALAKSANAAN
Penanganan solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala klinis, yaitu:
Solusio plasenta ringan
Ekspektatif, bila kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan
(perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup)
14
dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan.
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta
makin jelas, pada
pemantauan dengan
USG
daerah
solusio
plasenta
bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup,
lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus
plasenta
jelas
ditemukan,
mengurangi
tekanan
masuknya
hipertensi
menahun
penggantian
darah
dan
yang
preeklamsia.
hilang,
Pencegahan
pemberantasan
gagal ginjal
infeksi
yang
pengobatan
dengan
fibrinogen
hanya pada
penderita
yang
sangat
Couvelaire
tidak
merupakan
indikasi
10. KOMPLIKASI
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta
yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi
yang dapat terjadi pada ibu :
Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak
dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan
telah selesai sekalipun, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena
kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala
III dan adanya kelainan pada pembekuan darah. Pada solusio plasenta berat
keadaan syok sering tidak sesuai dengan proporsi perdarahan yang terlihat. Titik
akhir dari hipotensi yang persisten adalah asfiksia, karena itu pengobatan
segera ialah pemulihan defisit volume intravaskuler secepat mungkin. Angka
kematian dan kesakitan ibu tertinggi terjadi pada solusio plasenta berat.
Meskipun kematian dapat terjadi akibat nekrosis hipofifis dan gagal ginjal,
tapi mayoritas kematian disebabkan syok perdarahan dan penimbunan cairan
yang berlebihan.
Tekanan
darah
tidak
merupakan
petunjuk banyaknya
terapi cairan
bertujuan
mengembalikan
stabilitas
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering pada solusio plasenta, pada
dasarnya disebabkan hipovolemia oleh karena perdarahan. Biasanya terjadi
nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong
dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok
dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat
nekrosis tubuli atau korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya
dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin
dilakukan
pada
solusio plasenta
berat.
pembekuan darah.
Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Wirjohadiwardojo di
RSUPCM dilaporkan kelainan pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134
kasus solusio plasenta yang ditelitinya. Kadar fibrinogen plasma normal pada
wanita hamil cukup bulan ialah 450 mg%, berkisar antara 300-700 mg%.
Apabila kadar fibrinogen plasma kurang dari 100 mg% maka akan terjadi
sampai terjadinya persalinan. Angka kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat
berkisar antara
0,5-5%.
Sebagian
besar
kematian
tersebut
disebabkan
oleh
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Gary Cunningham,F.Gant N. (et al), alih bahasa, andry hartono, Y. Joko S (et al). 2006.
Obstetri William Edisi 21. Jakarta : EGC
2. Llewellyn JD. 2009. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
3. Oxorn H. 2008. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Essentia
Medika.
4. Mose JC. 2010. Perdarahan Antepartum dalam: Sastrawinata S. Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.
5. Varney H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan vol. 1. Jakarta: EGC.
19