Professional Documents
Culture Documents
TEKNIK KOROSI
2010710450028
Yusep Setiana
2010710450012
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam setiap pembicraan energi di dunia saat ini, gas sering menjadi primadona karena
issue semakin menipisnya cadangan minyak dunia. Tidak kalah serunya juga
membicarakan energi di dalam negeri NKRI tercinta ini.
Sumberdaya Gas Alam, dalam hal ini gas yang dapat dibakar (Combustible gas) adalah
gas hidrokarbon. Ya, seperti halnya minyakbumi, gas juga berupa hidrokarbon,
merupakan rangkaian hidrogen (H) dan karbon (C). Gas memiliki rangkaian C pendek
sedangkan minyak memiliki rangkaian dengan C lebih dari 5. Karena gas ini juga
hidrokarbon, maka terdapatnya minyak dan gas alam ini dapat dijelaskan menjadi satu.
Itulah sebabnya minyak dan gas ditangani oleh satu badan tersendiri dirjen MIGAS.
Korosi merupakan masalah rumit dalam pertambangan minyak dan gas bumi. Selain
mengandung air, minyak mentah dan gas alam juga dapat mengandung CO2, asam
organik, misalnya asam asetat, serta senyawa sulfida dan garam-garam klorida yang
bersifat korosif terhadap bagian dalam pipa baja pengalirnya (Hong and Jepson 2001;
Cruz dkk., 2005). Korosi baja karbon bergantung pada komposisi anion-anion dalam
larutan elektrolit. Dalam larutan yang mengandung ion Cl (klorida) dan CO2 terlarut,
perilaku korosi baja karbon dipengaruhi oleh pH, konsentrasi ion dan suhu yang dapat
mempengaruhi potensial korosi (Jones 1992; Kuznetsov 2002; Perez 2004). Korosi pada
permukaan luar pipa dapat dihambat dengan pengecatan dan perlindungan katoda, tetapi
korosi pada permukaan bagian dalam pipa hanya dapat dilakukan menggunakan inhibitor
korosi. Ada dua macam inhibitor korosi, yaitu inhibitor anorganik dan organik. Inhibitor
anorganik memiliki inhibisi yang baik terhadap laju korosi namun menimbulkan masalah
bagi lingkungan bila terakumulasi, sehingga penggunaan inhibitor organik menjadi
pilihan alternatif karena lebih ramah lingkungan (Bentiss dkk., 2004; Lopez dkk., 2004).
Senyawa organic yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, oksigen, sulfur, fosfor,
ikatan rangkap atau cincin aromatik pada molekulnya dapat digunakan sebagai inhibitor
korosi, karena dapat teradsorpsi dengan baik pada permukaan logam. Senyawa organik
yang mengandung gugus amina dan karboksilat seperti asam amino juga dapat digunakan
sebagai inhibitor korosi (Srhiri dkk., 1996; Heeg dkk., 1998; Rajendran dkk., 2001;
Stupnisek-Lisac dkk., 2002). Hal ini disebabkan oleh adanya gugus amina, gugus
karboksilat, dan gugus samping yang mengandung gugus fungsi belerang, senyawa
aromatik dan heterosiklik nitrogen, yang berpotensi untuk dapat berinteraksi dengan
permukaan logam dan membentuk lapisan pelindung terhadap lingkungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks dengan suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendakinya. Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah
yang berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dikendalikan atau
lajunya diperlambat sehingga memperlambat proses perusakannya.
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Rumus kimia dari karat besi
adalah Fe2O3.xH2O.
Kondisi alam Indonesia yang beriklim tropis, dengan tingkat humanitas dan dekat dengan
laut adalah faktor yang dapat mempercepat proses korosi.
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi sering dijumpai pada bangunan atau peralatan yang
menggunakan komponen logam seperti seng, tembaga, baja dan sebagainya. Dampak dari
peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contohnya adalah keroposnya jembatan, bodi
mobil atau berbagai konstruksi dan peralatan dari besi.
Pengendalian korosi secara teoritis dilakukan sejak pemilihan bahan, proses perancangan,
sampai struktur jadi dan bahkan melalui perubahan/modifikasi lingkungannya. Akan
tetapi masih terdapat hal-hal yang diluar jangkauan per-rekayasaan atau pakar korosi
yang kompeten. Misalnya tidak ada orang yang dapat merubah PH air laut ataupun
kondisi tanah tempat pipa dibenamkan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Korosi
Laju korosi maksimum yang diizinkan dalam lapangan minyak adalah 5 mpy (mils per
year, 1 mpy = 0,001 in/year), sedangkan normalnya adalah 1 mpy atau kurang. Umumnya
problem korosi disebabkan oleh air. tetapi ada beberapa faktor selain air yang
mempengaruhi laju korosi) diantaranya:
Oksigen (02), adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada metal
seperti laju korosi pada mild stell alloys akan bertambah dengan meningkatnya
kandungan oksigen. Kelarutan oksigen dalam air merupakan fungsi dari tekanan,
temperatur dan kandungan klorida. Untuk tekanan 1 atm dan temperatur kamar,
kelarutan oksigen adalah 10 ppm dan kelarutannya akan berkurang dengan
bertambahnya temperatur dan konsentrasi garam. Sedangkan kandungan oksigen
dalam kandungan minyak-air yang dapat mengahambat timbulnya korosi adalah
0,05 ppm atau kurang. Reaksi korosi secara umum pada besi karena adanya
kelarutan oksigen adalah sebagai berikut :
2. Faktor Temperatur
Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi walaupun kenyataannya
kelarutan oksigen berkurang dengan meningkatnya temperatur. Apabila metal pada
temperatur yang tidak uniform, maka akan besar kemungkinan terbentuk korosi.
3. Faktor pH
pH netral adalah 7, sedangkan ph < 7 bersifat asam dan korosif, sedangkan untuk pH > 7
bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi rendah pada pH antara 7 sampai
13. Laju korosi akan meningkat pada pH < 7 dan pada pH > 13.
Klorida (CI), klorida menyerang lapisan mild steel dan lapisan stainless steel.
Padatan ini menyebabkan terjadinya pitting, crevice corrosion, dan juga
menyebabkan pecahnya alooys. Klorida biasanya ditemukan pada campuran
minyak-air dalam konsentrasi tinggi yang akan menyebabkan proses korosi.
Proses korosi juga dapat disebabkan oleh kenaikan konduktivity larutan garam,
dimana larutan garam yang lebih konduktif, laju korosinya juga akan lebih tinggi.
Sulfat (S04), ion sulafat ini biasanya terdapat dalam minyak. Dalam air, ion sulfat
juga ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dan bersifat kontaminan,
dan oleh bakteri SRB sulfat diubah menjadi sulfide yang korosif.
IDENTIFIKASI PIPA
Pipa gas merupakan pipa baja API 5 L Grade B Schedule 40. Pipa jenis ini merupakan
pipa baja dengan kadar karbon maksimal 0.28%. Pipa baja bisa digunakan dalam
lingkungan tanah dengan syarat terpasang sistem proteksi katodik. Pipa gas merupakan
pipa bertekanan. Pipa gas diharuskan beroperasi dengan tekanan operasi maksimum 45
bar (652.6 psig). Oleh sebab itu perlu ditentukan kelayakan pipa dengan dengan tekanan
operasi tersebut. Tekanan maksimum pipa tersebut tidak boleh melebihi design pressure
dari pipa.
Korosi merupakan faktor yang berpotensi besar menyebabkan kerusakan pada pipa gas,
terlebih pipa berada pada lingkungan yang korosif dan membawa material yang korosif.
Berikut faktor yang mempengaruhi kemungkinan korosi terhadap pipa:
1. Korosi Internal
Korosi internal pipa dipengaruhi oleh material yang disalurkan pipa yaitu berupa
gas alam. Ada beberapa variable yang mempengaruhi kekorosifan gas alam
tersebut, diantaranya kandungan CO2 dan juga kandungan H2S pada gas alam.
2. Korosi Eksternal
Korosi eksternal pipa dipengaruhi oleh material yang berada di luar pipa gas.
Tipe-tipe korosi pada pipa gas umumnya diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Uniform Corrosion
yaitu korosi yang terjadi pada permukaan logam yang berbentuk pengikisan permukaan
logam secara merata sehingga ketebalan logam berkurang sebagai akibat permukaan
terkonversi oleh produk karat yang biasanya terjadi pada peralatan-peralatan terbuka.
misalnya permukaan luar pipa.
2. Pitting Corrosion
yaitu korosi yang berbentuk lubang-lubang pada permukaan logam karena hancurnya
film dari proteksi logam yang disebabkan oleh rate korosi yang berbeda antara satu
tempat dengan tempat yang lainnya pada permukaan logam tersebut.
4. Errosion Corrosion
yaitu korosi yang terjadi karena tercegahnya pembentukan film pelindung yang
disebabkan oleh kecepatan alir fluida yang tinggi, misalnya abrasi pasir,
5. Galvanic Corrosion
yaitu korosi yang terjadi karena terdapat hubungan antara dua metal yang disambung dan
terdapat perbedaan potensial antara keduanya.
6. Crevice Corrosion
yaitu korosi yang terjadi di sela-sela gasket, sambungan bertindih, sekrupsekrup atau
kelingan yang terbentuk oleh kotoran-kotoran endapan atau timbul dari produk-produk
karat.
7. Selective Leaching
korosi ini berhubungan dengan melepasnya satu elemen dari Campuran logam. Contoh
yang paling mudah adalah desinfication yang melepaskan zinc dari paduan tembaga.
DAMPAK KOROSI
Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar biasa. Berdasarkan pengalaman pada
tahun-tahun sebelumnya, Amerika Serikat mengalokasikan biaya pengendalian korosi
sebesar 80 hingga 126 milyar dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu saja
biaya yang ditimbulkan akibat korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun rupiah.
Nilai tersebut memberi gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang ditimbulkan
korosi dan nilai ini semakin meningkat setiap tahunnya karena belum terlaksananya
pengendalian korosi secara baik bidang indusri. Dampak yang ditimbulkan korosi dapat
berupa kerugian langsung dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung adalah berupa
terjadinya kerusakan pada peralatan, permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan
kerugian tidak langsung berupa terhentinya aktifitas produksi karena terjadinya
penggantian peralatan yang rusak akibat korosi, terjadinya kehilangan produk akibat
adanya kerusakan pada kontainer, tanki bahan bakar atau jaringan pemipaan air bersih
atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada alat penukar panas dan
jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan panasnya, dan lain
sebagainya.
Dampak yang dapat terjadi akibat korosi pada pipa gas alam adalah terjadinya kebakaran
akibat kebocoran pipa gas sebagaimana yang telah terjadi di Minnesota, Amerika Serikat
karena terjadi selective corrosion pada pipa penyaluran gas alam.
sehingga logam tersebut berubah menjadi daerah katoda. Inilah yang disebut cathodic
protection.
Dalam hal diatas elektron disuplai kepada logam yang diproteksi oleh anoda buatan
sehingga elektron yang hilang dari daerah anoda tersebut selalu diganti, sehingga akan
mengurangi proses korosi dari logam yang diproteksi.
Anoda buatan tersebut ditanam dalam suatu elektrolit yang sama (dalam hal ini tanah
lembab) dengan logam (dalam hal ini pipa) yang akan diproteksi dan antara pipa
dihubungkan dengan kabel yang sesuai agar proses listrik diantara anoda dan pipa
tersebut terus menerus. Jadi anoda dikorbankan untuk melindungi katoda.
Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan
logam Mg. Pipa (besi) akan aman terlindungi selam pelindung masih ada.
Coating
Cara ini sering dilakukan dengan melapisi logam (coating) dengan suatu bahan agar
logam tersebut terhindar dari korosi.
Pemakaian bahan-bahan kimia (chemical Inhibitor)
Untuk memperlambat reaksi korosi digunakan bahan kimia yang disebut inhibitor
corrosion yang bekerja dengan cara membentuk lapisan pelinsung pada permukaan metal.
Lapisan molekul pertama yang terbentuk mempunyai ikatan yang sangat kuat yang
disebut chemis option. Corrosion inhibitor umumnya berbentuk fluid atau cairan yang
diinjeksikan pada production line. Karena inhibitor tersebut merupakan masalah yang
penting dalam menangani korosi maka perlu dilakukan pemilihan inhibitor yang sesuai
dengan kondisinya.
Inhibitor adalah zat yang bila ditambahkan ke dalam suatu lingkungan dalam jumlah
kecil, secara sinambung atau berkala, dapat menurunkan laju korosi logam. Pemakaian
Inhibitor Korosi adalah salah satu upaya untuk mencegah korosi.
Ada berbagai jenis Inhibitor yang dikenal, dan diklasifikasikan berdasarkan bahan
dasarnya, reaksi yang dihambat, serta mekanisme inhibisinya.
Inhibitor Inorganik
Inhibitor yang terbuat dari bahan anorganik.
Inhibitor katodik :
Yang dihambat adalah reaksi reduksi. Molekul organik netral teradsorpsi di
permukaan logam, sehingga mengurangi akses ion hidrogen menuju permukaan
elektroda. Dengan berkurangnya akses ion hidrogen yang menuju permukaan
elektroda, maka hydrogen overvoltage akan meningkat, sehingga menghambat
reaksi evolusi hidrogen yang berakibat menurunkan laju korosi.
Inhibitor katodik dibedakan menjadi :
.
Oxygen scavenger :
-
mengikat O2 terlarut
Contoh : N2H4 (Hydrazine) + O2 N2 + 2 H2O
Inhibitor Anodik :
Adalah inhibitor yang menghambat reaksi oksidasi.
Fe + OH- FeOHad + eFeOHad + Fe + OH- FeOHad + FeOH+ + 2eMolekul organik teradsorpsi di permukaan logam, sehingga katalis FeOHad
berkurang akibatnya laju korosi menurun. Contoh inhibitor anodik adalah
molibdat, silikat, fosfat, borat, kromat, nitrit, dan nitrat. Inhibitor jenis ini sering
dipakai / ditambahkan pada saat chemical cleaning peralatan pabrik.
Inhibitor campuran : Campuran dari inhibitor katodik dan anodik.
BAB IV
KESIMPULAN
Korosi merupakan faktor yang berpotensi besar menyebabkan kerusakan pada pipa gas,
terlebih pipa berada pada lingkungan yang korosif dan membawa material yang korosif.
Berikut faktor yang mempengaruhi kemungkinan korosi terhadap pipa:
1. Korosi Internal
Korosi internal pipa dipengaruhi oleh material yang disalurkan pipa yaitu berupa gas
alam. Ada beberapa variable yang mempengaruhi kekorosifan gas alam tersebut,
diantaranya kandungan CO2 dan juga kandungan H2S pada gas alam.
2. Korosi Eksternal
Korosi eksternal pipa dipengaruhi oleh material yang berada di luar pipa gas.
Jenis Korosi yang dapat menyebabkan kerusakan pada pipa gas
1. Uniform Corrosion
2. Pitting Corrosion
3. Stress Corrosion Cracking
4. Errosion Corrosion
5. Galvanic Corrosion
6. Crevice Corrosion
7. Selective Leaching
Pencegahan korosi yang dapat dilakukan pada pipa gas
1.
Proteksi katiodik
2.
Coating
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Korosi
http://kimia123sma.wordpress.com/2010/04/20/korosi-dan-cara-pencegahannya/
http://www.scribd.com/doc/17226684/KorosiJones, Denny A., (1992), Principle and Prevention of Corrosion, Macmillan
Publishing Company, New York.
Rozenfeld, I.L., (1981), Corrosion Inhibitors, McGraw-Hill Inc., New York.