You are on page 1of 2

Sindrom uremia

Sindrom uremik adalah suatu kompleks gejala yang terjadi akibat atau berkaitan dengan
retensi metabolit nitrogen karena gagal ginjal. Pada uremia lanjut sebagian fungsi dari semua
system organ tubuh dapat menjadi abnormal.
Dua kelompok gejala klinis dapat terjadi pada sindrom uremik. Pertama, gejala-gejala
yang paling nyata adalah gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi; kelainan volume cairan dan
elektrolit, ketidakseimbangan asam-basa, retensi metabolit lainnya, serta anemia yang
disebabkan oleh defisiensi sekresi ginjal. Kelompok kedua gambaran klinis adalah : gabungan
kelainan kardiovaskular, neuromuscular, saluran cerna, dan kelainan lainnya.
Sindrom uremia bisa menyebabkan asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu
menyekresi asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak
mampu menyekresi ammonia (NH3-) dan megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-). Penurunan
eksresi fosfat dan asam organik yang terjadi, maka muntah dan muntah tidak dapat dihindarkan.
Sekresi kalsium mengalami penurunan sehingga hiperkalemia, penghantaran listrik dalam
jantung terganggu akibatnya terjadi penurunan COP (cardiac output), suplai O2 dalam otak dan
jaringan terganggu. Penurunan sekresi eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi
produksi sel darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan
terjadi anemia sehingga peningkatan oksigen oleh hemoglobin (oksihemoglobin) berkurang maka
tubuh akan mengalami keadaan lemas dan tidak bertenaga.
Gangguan clerence renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi.
Penurunan laju filtrasi glomerulus di deteksi dengan memeriksa clerence kretinin dalam darah
yang menunjukkan penurunan clerence kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum. Retensi
cairan dan natrium dapat megakibatkan edema.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolisme. Kadar
kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat maka
fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melaui glomerulus ginjal maka
meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan
kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathhormon dari
kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons normal terhadap peningkatan
sekresi parathormon sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan terjadinya perubahan
tulang dan penyakit tulang. (Nurlasam, 2007).
Anemia normositik dan normokromik yang khas selalu terjadi pada sindrom uremik.
Biasanya hematocrit menurun hingga 20-30% sesuai derajat azotemia. Penyebab utama anemia
adalah berkurangnya pembentukan sel darah merah (SDM). Penurunan pembentukan SDM ini
diakibatkan oleh defisiensi pembentukan eritropoietin oleh ginjal. Juga terdapat bukti bahwa
racun uremik dapat menginaktifkan eritropoietin atau menekan respon sumsum tulang terhadap
eritropoietin. Factor kedua yang ikut berperan pada anemia adalah masa hidup SDM pada pasien
gagal ginjal hanya sekitar separuh dari masa hidup SDM normal. Peningkatan hemolysis SDM
ini agaknya disebabkan oleh kelainan lingkungan kimia plasma dan bukan karena cacat pada sel
itu sendiri. Disamping itu, defisiensi eritropoiesis dan kecenderungan hemoitik, kehilangan darah
melalui saluran cerna juga dapat menyebabkan anemia.

Sindrom uremik sering disertai hipertensi dan gagal jantung kongestif. Sekitar 90%
pasien hipertensi bergantung pada volume dan berkaitan dengan retensi air dan natrium,
sementara kurang dari 10% yang bergantung pada renin. Kombinasi hipertensi, anemia dan
kelebihan beban sirkulasi yang disebabkan oleh retensi natrium dan air semuanya berperan
dalam meningginya kecenderungan kasus gagal jantung kongestif.
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2013. Patofisiologi. Ed 6. Vol 2. Jakarta : EGC

You might also like