Professional Documents
Culture Documents
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
TUNAGRAHITA RINGAN
A. DEFINISI
Di Indonesia pengertian anak tunagrahita tercantum dalam peraturan
pemerintah nomor 72 tahun 1991, anak tunagrahita dinyatakan sebagai anakanak dalam kelompok dibawah normal dan/atau lebih lamban dari pada anak
normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya (Depdiknas, 2006).
Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk
tunagrahita dikenal dengan keadaan keterbelakangan mental atau retardasi
mental (Delphie, 2006).
Pengertian lain mengenai tunagrahita ialah cacat ganda. Istilah cacat
ganda yang digunakan karena adanya cacat mental yang dibarengi dengan
cacat fisik. Misalnya cacat intelegensi yang mereka alami disertai dengan
keterbelakangan penglihatan (cacat mata). Ada juga yang disertai dengan
gangguan pendengaran. Namun, tidak semua anak tunagrahita memiliki cacat
fisik. Contohnya pada tunagrahita ringan yaitu mereka yang masih
mempunyai kemungkinan memperoleh pendidikan dalam bidang membaca,
menulis,danmenghitungpadasuatutingkattertentudisekolahkhusus.
Masalah tunagrahita ringan yaitu kemampuan daya tangkap yang
kurang. Secara global pengertian tunagrahita ialah anak berkebutuhan khusus
yang memiliki keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial
yang membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat berkembang pada
kemampuan yang maksimal (Astati, 2010).
B. ETIOLOGI
Para ahli membagi faktor penyebab tersebut atas faktor endogen dan
eksogen. Faktor endogen apabila letak penyebabnya pada sel keturunan dan
eksogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya infeksi, virus
menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi, dan lain-lain.
Cara lain yang sering digunakan dalam pengelompokan faktor
penyebab ketunagrahitaan adalah berdasarkan waktu terjadinya, yaitu faktor
yang terjadi sebelum lahir (prenatal), saat kelahiran (natal), dan setelah lahir
dan
kegagalan
pemenuhan
kebutuhan
gizi
dapat
banyak
penelitian
yang
digunakan
untuk
pembuktian hal ini, salah satunya adalah penemuan patton & Polloway
bahwa bermacam-macam pengalaman negatif atau kegagalan dalam
melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi
salah satu penyebab ketunagrahitaan.
C. PATOFISIOLOGI
Para Ahli menyebutkan bahwa, penyebab terjadinya ketunaan pada
sesorang, yaitu: dibawa sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar
seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen) (Mohammad Efendi,
2006). Mohammad Efendi menambahkan, gangguan fisiologis dan virus dapat
menyebabkan tuna grahita. Virus tersebut diantaranya rubella (campak
jerman). Virus ini sangat berbahaya dan berpengaruh sangat besar pada tri
semester pertama saat ibu mengandung, karena akan memberi peluang
3. Faktor psikososial
G. PENATALAKSANAAN
Penanganan terhadap anak tunagrahita dapat dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan bagi penderita tunagrahita sehingga anak yang
mengalami tunagrahita diharapkan nantinya dapat hidup secara mandiri tanpa
memerlukan bantuan dari orang lain. Tujuan pendidikan dan pelatihan bagi
anak tunagrahita ini yaitu:
1. Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang
dimiliki dengan sebaik-baiknya.
2. Pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang
salah.
3. Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan mereka
berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain dapat berkurang
atau bahkan hilang. Melatih penderita tunagrahita pasti lebih sulit daripada
melatih anak normal, hal ini disebabkan karena perhatian penderita tuna
grahita mudah terganggu. Untuk meningkatkan perhatian mereka tindakan
yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang indra mereka.
Beberapa jenis pelatihan yang dapat diberikan kepada penderita
tunagrahita yaitu:
1. Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan,
berpakaian sendiri, dst.
2. Latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap sosial.
3. Latihan teknis: latihan yang diberikan sesuai dengan minat dan jenis
kelamin penderita.
4. Latihan moral: berupa pengenalan dan tindakan mengenal hal-hal yang
baik dan buruk secara moral.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
TUNAGRAHITA RINGAN
A. PENGKAJIAN
Perawat dalam tiap tatanan dan bidang kerjanya sangat berperan dalam
melakukan pengkajian keperawatan pada anak-anak dengan tunagrahita.
Pengkajian keperawatan meliputi aspek fisik, psikologis dan sosial, yang
terutama dapat dilakukan pada saat kunjungan rumah atau kunjungan
kesehatan sekolah. Sehingga data baik dari orang tua anak maupun guru
sangat berguna untuk perencanaan keperawatan selanjutnya.
Hal-hal yang perlu dikaji meliputi: Data demografi, riwayat kesehatan,
riwayat
penyakit
sebelumnya,
perkembangan
personal
dan
sosial,
pada
umumnya
tidak
berketerampilan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
keterlambatan
NO.
1.
DIAGNOSA KEP.
Gangguan
verbal
dengan
TUJUAN (NOC)
komunikasi Setelah
perkembangan
keluarga
bahasa, dapat:
INTERVENSI (NIC)
1.Lebih
anak.
R/: Latihan bicara yang sesuai dengan
sering
berkomunikasi
dengan anak.
2.Menstimulasi
anak
2. Ajak
anak
komprehensif
berkomunikasi
baik
verbal
secara
maupun
mempercepat
persepsi
anak
belum
mampu
mengucapkan
dengan benar.
R/: Anak lebih suka mendengarkan kataakat
daripada
mengucapkan
karena
10
mampu
mengerti
pembicaraan/perintah.
R/:
Reinforcement
positif
dapat
diri sendiri.
R/: Menilai batas kemandirian anak.
fungsi.
perawatan pribadi.
anak.
2. Mampu
membersihkan
tubuhnya sendiri.
3. Mampu
untuk 4. Ajarkan
anak/keluarga
penggunaan
mempertahankan
hygiene dirinya.
hygiene mulut.
4. Mampu
R/:
mempertahankan
penampilan
rapih.
Membantu
keluarga
untuk
Memudahkan
keluarga untuk
11
penuh
untuk
melakukan
perawatan diri.
R/: Membantu anak memenuhi atau
melakukan perawatan pada diri.
8. Tawarkan/ajarkan untuk mencuci tangan
setelah toileting dan sebelum makan.
R/: Mengajarkan hidup bersih pada anak
dan melatih anak untuk melakukan
perawatan pada diri.
3.
Gangguan
sosial
interaksi Setelah
merasakan kewajaran
saat
dengan
adaptasi sosial.
seperti
berinteraksi
orang
dengan,
Kriteria
anak
terbuka
dan
empati,
sapa
dengan
Meningkatkan
kepercayaan
12
mempermudah
perawat
untuk
aktivitas
walau
dapat
hasil:
sebagian dengan,
Kriteria
melakukan
3. Motivasi
dan
bantu
anak
pujian
atas
keberhasilan
klien
Reinforcement
menyenangkan
meningkatkan
positif
hati
minat
anak
anak
dapat
dan
untuk
13
5.
Resiko
berhubungan
dengan mobilitas
tidak seimbang.
cidera Setelah
anak/keluarga
tindakan keperawatan
kooperatif
dan
mengatur
keamanan
semampu
anak,
lainnya).
R/: Dilakukan untuk mengurangi resiko
cidera yang lebih parah.
kemungkinan
selain makanan.
R/:
dengan,
Kriteria
akan
hasil:
terbebas
anak
Anak
kurang
mengerti
tentang
setiap aktivitasnya.
menelan
beracun.
bahan
DAFTAR PUSTAKA
14
Effendi,
M.
(2006). Pengantar
Psikopedagogik
Anak