You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN
Morbili atau campak merupakan infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus
yang tergolong dalam family Paramyxovirus, yaitu genus virus morbili. Ia adalah
antara penyebab kematian tertinggi pada negara berkembang. Morbili adalah
penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium inkubasi, stadium prodormal (kataral), dan stadium erupsi yang
dimanifestisasikan dengan demam, konjugtivitis dan bercak koplik. Umur
terbanyak mederita campak adalah < 12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 514 tahun.
Musim yang baik untuk terjadinya wabah penyakit campak adalah musim dingin
dan permulaan musim semi, mungkin karena masa hidup virus lebih panjang pada
kelembapan yang relative lebih rendah. Di Indonesia , menurut penelitian
retrospektif dilaporkan bahwa campak di Indonesia ditemukan sepanjang
tahun.Vaksin morbili telah dikembangkan lebih dari 30 tahun yang lalu, tetapi
virus morbili masih menyerang 50 juta orang setiap tahun dan menyebabkan lebih
dari 1 juta kematian.1
Empat puluh tahun setelah vaksin morbili efektif dikeluarkan, morbili masih
menyebabkan kematian dan penyakit parah pada anak di seluruh dunia.
Komplikasi morbili hampir mengenai semua sistem organ. Pneumonia dan
ensefalitis adalah penyebab umum kematian. Tingkat komplikasi lebih tinggi pada
anak usia kurang dari 5 tahun dan lebih dari 20 tahun. Peningkatan komplikasi
terjadi karena penurunan kekebalan tubuh, kekurangan gizi, kekurangan vitamin
A, dan tidak ada vaksinasi morbili sebelumnya. 1,2
Morbili telah banyak diteliti, namun masih terdapat perbedaan pendapat dalam
penanganannya. Imunisasi tepat pada waktu yang dianjurkan dan penanganan
sedini mungkin akan mengurangi komplikasi penyakit ini. Tujuan penulisan
laporan kasus ini adalah untuk mengetahui tentang etiologi, epidemiologi,
patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi dan
penatalaksanaan dan pencegahan morbili.
1

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Morbili atau juga disebut dengan Campak, Measles, Rubeola merupakan penyakit
akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus yang pada umumnya
menyerang anak. Virus campak dapat menyebabkan penyakit akut pada anak yang
dimulai dari traktus respiratorius bagian atas, selanjutnya menyebar ke organ dan
jaringan sehingga mengakibatkan pelbagai gejala klinis.
2.2 Epidemiologi
Campak merupakan penyakit endemis, terutama dinegara sedang berkembang. Di
Indonesia penyakit campak sudah dikenal sejak lama. Di masa lampau campak
dianggap sebagai suatu hal yang harus dialami setiap anak, sehingga anak yang
terkena campak tidak perlu diobati, mereka beranggapan bahwa penyakit campak
dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar. Ada anggapan bahwa semakin
banyak ruam yang keluar semakin baik. Dari penelitian retrospektif dilaporkan
bahwa campak di Indonesia ditemukan sepanjang tahun. Studi kasus campak yang
dirawat inap dirumah sakit selama kurun waktu lima tahun, memperlihatkan
peningkatan kasus pada bulan Maret dan mencapai puncak pada bulan Mei,
Agustus, September dan Oktober.3
Di Indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga, campak menduduki
tempat ke-5 dalam urutan 10 penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5
dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%)
Telah diketahui bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara
umum, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit yang
sering dijumpai adalah bronkopneumonia (75,2%), gastroenteritis (7,1%),
ensefalitis (6,7%) dan lain-lain (7,9%).

2.3 Etiologi
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus
Morbili virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan
virus Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring,
darah dan urin paling tidak selama masa prodromal hingga beberapa saat setelah
ruam muncul. Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan
tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5
hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam
pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu
dalam temperatur 35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak aktif pada pH
rendah.4
2.4 Patologi
Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit, membran mukosa nasofaring,
bronkus, saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler terdapat eksudat
serosa dan proliferasi dari sel mononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear.
Karakteristik patologi dari Campak ialah terdapatnya distribusi yang luas dari sel
raksasa berinti banyak yang merupakan hasil dari penggabungan sel. Dua tipe
utama dari sel raksasa yang muncul adalah (1) sel Warthin-Findkeley yang
ditemukan pada sistem retikuloendotel (adenoid, tonsil, appendiks, limpa dan
timus) dan (2) sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel saluran nafas.
Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan folikel
rambut. Terdapat reaksi radang umum pada daerah bukal dan mukosa faring yang
meluas hingga ke jaringan limfoid dan membran mukosa trakeibronkial.
Pneumonitis intersisial karena virus campak menyebabkan terbentuknya sel
raksasa dari Hecht. Bronkopneumonia yang terjadi mungkin disebabkan infeksi
sekunder oleh bakteri.5
Pada kasus ensefalomielitis terdapat demielinisasi vaskuler dari area di otak dan
medula spinalis. Terdapat degenerasi dari korteks dan substansia alba dengan
inclusion body intranuklear dan intrasitoplasmik pada subacute sclerosing
panencephalitis.6
3

2.5 Patogenesis
Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi
virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada
saluran nafas sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran
pertama virus campak ke jaringan limfatik regional yang menyebabkan terjadinya
viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus
campak yang terjadi pada jaringan limfatik regional maupun jaringan limfatik
yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak juga terjadi di lokasi pertama infeksi.
Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensif dan
menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit, konjungtiva, dan
saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi organ lainnya dapat
terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah,
saluran nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan kemudian jumlahnya
menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama infeksi virus campak
akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit, dan makrofag.5
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan
kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis
media, dan lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus
pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.3
Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit
Hari
0

Manifestasi
Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring
atau kemungkinan konjungtiva

1-2
2-3
3-5

Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus


Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
Viremia primer
Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi

5-7

pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh


Viremia sekunder
4

7-11

Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran

nafas
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang
Sumber :Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition

2.6 Manifestasi klinis


Sekitar 10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasanya tinggi, diikuti
dengan koriza/pilek, batuk dan peradangan pada mata. Gejala penyakit campak
dikategorikan dalam tiga stadium :7
Stadium inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 12-14 hari. Walaupun pada masa ini
terjadi

viremia

dan

reaksi

imunologi

yang

ekstensif,

penderita

tidak

menampakkan gejala sakit.


Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal
yang berlangsung selama 2 hingga 5 hari. Gejala utama yang muncul adalah
demam yang terus meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,4- 40,6 ^C
pada hari ke 4 atau 5 yaitu pada saat ruam muncul. Selain itu biasanya terdapat
batuk, pilek dan konjungtivitis. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi
petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang
terdapat pada konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium
prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah
terkena radang
Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada
hari ke-101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar
butiran pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat
5

hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah
tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum,
juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari
sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam
kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi
hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.
Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada
saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan
dan saat suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang
tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas
rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah,
leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam
akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki,
yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam
pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan
urutan munculnya.6
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak
memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna
kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan
maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit
berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi campak yang
berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak
tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak sehingga sulit dikenali.6

2.7 Diagnosis

Penyakit campak dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang klasik menurut
CDC (Centre for Disease Control and Prevention) dengan kriteria sebagai
berikut:8
1. Terdapat ruam papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam waktu 3 hari
atau lebih
2. Demam 38,3 C (101F)
3. Terdapat salah satu dari gejala berikut, batuk, koriza/pilek atau
konjungtivitis
Tetapi gejala klinis pada penyakit campak sering mengalami modifikasi misalnya
penyakit campak dapat timbul tanpa disertai demam dan tanpa timbul ruam-ruam
pada kulit. Hal seperti ini sering terjadi pada anak atau bayi yang sangat muda,
penderita dengan immunokompresi, anak dengan malnutrisi atau bisa pada anak
yang sebelumnya telah mendapat imunisasi campak. Kerana banyak penderita
menunjukkan gejala yang tidak jelas, maka untuk memastikan diagnosis perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium.7,8
1. Pemeriksaan darah rutin
Biasanya ditemukan leukositosis dan peningkatan LED namun jarang
ditemukan
2. Deteksi virus
a. Virus campak dapat ditemukan pada sel mononuclear darah tepi,
sekresi saluran nafas, usapan konjugtiva dan dalam urin. Tetapi
virus campak sangat sulit ditemukan, sehingga pemeriksaan untuk
menemukan virus jarang digunakan untuk menegakkan diagnosis
penyakit campak.
b. Sel epitel yang berasal dari nasofaring, mukosa bukalis, konjugtiva
atau urin dapat digunakan untuk pemeriksaan sitologi secara
langsung untuk melihat sel raksasa dan mendeteksi antigen dengan

menggunakan antibodi terhadap protein N virus. Protein ini paling


banyak ditemukan pada sel yang terinfeksi.
c. Pemeriksaan

jaringan

langsung

pada

penderita

dengan

immunocompromised karena respon antibodinya tidak terbentuk.


d. RNA virus dapat dideteksi dengan reverse transcription dan
diamplifikasi memakai PCR, teknik ini belum digunakan secara
luas untuk menegakkan diagnosis.
3. Mendeteksi antibodi
Diagnosis penyakit campak paling sering ditegakkan dengan pemeriksaan
serologi. Menggunakan sampel saliva atau serum. Antibodi IgM muncul
bersamaan dengan munculnya ruam pada kulit dan sebagian besar dideteksi 3
hari sesudah munculnya ruam. Antibodi IgM meningkat cepat dan kemudian
menurun hingga tidak dapat dideteksi setelah 4-12 minggu. IgG sebaiknya
diperiksa pada sampel yang sama untuk mengetahui apakah sudah pernah
terinfeksi atau sudah pernah mendapat imunisasi.
Saat

pengambilan

serum

yang

tepat

untuk

dilakukan

pemeriksaan

laboratorium adalah:
a. Usapan tenggorokan dan saliva diambil dalam 6 minggu sesudah
munculnya gejala untuk pemeriksaan antibodi IgM spesifik campak dan
mendeteksi RNA virus.
b. Sampel darah diambil dalam 6 minggu sesudah munculnya gejala untuk
mendeteksi antibodi IgM spesifik virus dan RNA virus
c. Sampel darah umumnya diambil pada fase akut (1-7 hari setelah
munculnya rum pada kulit) dan pada fase konvalesen untuk mendeteksi
antibodi IgG spesifik campak. Positif jika terjadi kenaikan titer antara fase
akut dan konvalesen 4 kali lipat.

2.8 Diagnosis Banding


Diagnosis banding morbili diantaranya :
1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah
menghilang.
2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak.
Gejala yang timbul tidak seberat campak.
3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam
muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.
4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen.
Tanda patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis
eksudativa atau membranosa.9
Campak yang termodifikasi
Penyakit campak yang termodifikasi muncul pada orang yang hanya memiliki
setengah daya tahan terhadap campak. Hal tersebut dapat diakibatkan riwayat
penggunaan serum globulin maupun pada anak usia kurang dari 9 bulan karena
masih terdapatnya antibodi campak transplasental dari ibu. Ditandai dengan gejala
penyakit yang lebih ringan. Stadium prodromal akan menjadi lebih pendek.
Batuk, pilek dan demam lebih ringan. Bercak Koplik lebih sedikit dan kurang
jelas, namun dapat juga tidak muncul sama sekali. Ruam yang muncul sama
dengan infeksi campak klasik, tetapi tidak bersifat konfluens. Pada beberapa
orang, infeksi campak yang termodifikasi ini dapat tidak memberikan gejala
apapun.5
Campak atipikal

Didefinisikan sebagai sindroma klinik yang muncul pada orang yang sebelumnya
telah kebal akibat terpajan pada infeksi campak alamiah. Biasanya muncul pada
orang yang telah mendapat vaksin dari virus campak yang dimatikan
Masa inkubasi dari campak atipikal sama seperti pada campak yang tipikal yaitu
sekitar 7 hingga 14 hari. Stadium prodromal ditandai dengan demam tinggi yang
mendadak (39,5C sampai 40,6C) dan biasanya sakit kepala. Bisa juga
didapatkan gejala nyeri perut, mialgia, batuk non-produktif, muntah, nyeri dada
dan rasa lemah. Bercak Koplik jarang ditemui. Dua atau tiga hari setelah onset
penyakit muncullah ruam yang dimulai dari distal ekstremitas dan menyebar ke
arah kepala. Ruam sedikit berwarna kekuningan, terlihat jelas pada pergelangan
tangan dan kaki serta terdapat juga pada telapak tangan dan kaki. Ruam dapat
berbentuk vesikel dan terasa gatal. Pada campak atipikal dapat muncul efusi
pleura, sesak nafas, hepatosplenomegali, hiperestesia, rasa lemah maupun
paresthesia. Diagnosis dari campak atipikal dapat ditegakkan melalui tes
serologis. Bila sampel serum awal diambil sebelum atau pada saat onset ruam, CF
dan titer HI biasanya kurang dari 1:5. Pada hari ke-10 infeksi kedua titer akan
meningkat mencapai 1:1280 atau lebih. Pada campak yang tipikal, di hari ke-10
infeksi titer jarang melebihi 1:160.5
2.9 Penyulit
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih
kecil. Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri.
Beberapa penyulit campak adalah :
a) Bronkopneumonia
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat
disebabkan oleh invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder
oleh

bakteri

(Pneumococcus,

Streptococcus,

Staphylococcus,

dan

Haemophyllus influenza). Ditandai dengan adanya ronki basah halus,


batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala
pneumonia karena virus campak akan menghilang kecuali batuk yang
10

masih akan bertahan selama beberapa lama. Bila gejala tidak berkurang,
perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang menginvasi
mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak. Penanganan
dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.
b) Encephalitis
Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala
encephalitis biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah
onset penyakit. Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak
akan timbul pada stadium prodromal. Tanda dari encephalitis yang dapat
muncul adalah : kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan frekuensi
nafas, twitching dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya komplikasi
ini antara lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat virus campak
tersebut.
c) Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan
karakteristik gejala terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual
yang diikuti kejang. Merupakan penyulit campak onset lambat yang ratarata baru muncul 7 tahun setelah infeksi campak pertama kali. Insidensi
pada anak laki-laki 3x lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan.
Terjadi pada 1/25.000 kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif
dan fatal. Anak yang belum mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x lebih
tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan dengan anak yang telah
mendapat vaksinasi.3
d) Konjungtivitis
Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi
infeksi sekunder oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan
oftalmitis dan pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.
e) Otitis Media
11

Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium


erupsi.

f) Diare
Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna
sehingga mengganggu fungsi normalnya

maupun sebagai akibat

menurunnya daya tahan penderita campak 4


g) Laringotrakheitis
Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga
dibutuhkan tindakan trakeotomi.
h) Jantung
Miokarditis dan perikarditis dapat menjadi penyulit campak. Walaupun
jantung seringkali terpengaruh efek dari infeksi campak, jarang terlihat
gejala kliniknya.
i) Black measles
Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak
yang ditandai dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik.
Penderita menunjukkan gejala encephalitis atau encephalopati dan
pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus.
Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata.
2.10 Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian
cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi
sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin
A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk
12

anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel
saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk
meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.5
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5C), dehidrasi, kejang, asupan
oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan
penyulit yang timbul.3
2.11 Pencegahan
1. Imunisasi aktif
Diberikan vaksin campak pada umur 9 bulan dan 6 tahun dengan dosis
1000 TCID50 atau sebanyak 0.5 ml secara subkutan.
2. Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)
Indikasi :

Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat


imunisasi, kontak dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan
kontraindikasi.

Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak
mempunyaii resiko tinggi untuk berkembangnya komplikassi penyakit ini,
maka harus diberikan immunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7
hari paparan. Setelah itu vaksin MMR diberikan sesegera mungkin sampai
usia 12 bulan, dengan interval 3 bulan setelah pemberian immunoglobulin.

Pemberian imunisasi campak pada usia kurang dari 12 bulan memerlukan


imunisasi ulang pada usia 15 bulan karena vaksin dinetralisasi oleh antibodi
maternal sedang pemberian imunisasi campak pada usia lebih dari 12 bulan atau
15 bulan tidak perlu imunisasi ulang, karena dapat memperlihatkan serokonversi
yang maksimum dan daya proteksi vaksin mencapai 95-100 persen jika diberikan
pada usia lebih dari 12 bulan.10

13

2.12 Prognosis
Pada penyakit campak yang tidak disertai dengan komplikasi maka prognosisnya
baik. Sedangkan pada campak yang disertai komplikasi (misal ensefalitis dan
pneumonia) maka prognosisnya buruk karena dapat menimbulkan kecacatan
seumur hidup meskipun jarang ditemukan. Penyakit campak juga merupakan
penyebab morbiditas dan mortalitas yang penting pada anak-anak yang
mengalami malnutrisi sehingga harus diwaspadai.

14

BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama

: NKYIA

Tempat, Tanggal Lahir : Banyungin, 22 Juni 2002


Umur

: 12 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Hindu

Alamat

: Jalan Gempol, Gang Rajawali, No. 33, Banyungin Barat

Tanggal MRS

: 2 September 2014

Tanggal Pemeriksaan : 3 September 2014


3.2 Heteroanamnesis
Keluhan Utama : Demam
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dibawa ke RSUD Kabupaten Buleleng oleh ibunya dengan keluhan
utama demam. Demam dialami oleh pasien sejak hari Jumat yang lalu (29/8/14)
suhu dikatakan mencecah 40 C. Panas dirasakan oleh pasien tidak turun
walaupun setelah beristirahat. Pasien sempat dibawa ke dokter dan mendapat obat
penurun panas (Parasetamol) yang di minum 3 kali sehari. Panas dikatakan turun
dengan penggunaan obat penurun panas tersebut tetapi naik setelah beberapa jam.
Sebelum keluhan demam muncul, pasien dikatakan sempat mengalami batuk dan
pilek. Keluhan batuk pilek pasien muncul 4 hari sebelum pasien mula demam.
Selain itu, pasien juga dikatakan terdapat bintik bintik merah sejak kemarin pagi
(2/9/14). Bintik bintik merah tersebut dikatakan muncul di telapak tangan dan di
dahi pasien dulu sebelum menyebar ke seluruh tubuh pasien. BAB dikatakan

15

lembek dan tidak disertai lendir atau darah. BAK dikatakan dalam batas normal.
Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan dan minum sejak sakit.
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien juga
disangkal pernah MRS sebelum ini.
Riwayat Pengobatan :
Pasien dikatakan meminum obat penurun panas (Parasetamol) 3 x 250mg
tab sehari. Selain itu pasien disangkal meminum obat obatan yang lain.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Di keluarga pasien tiada yang pernah mengalami keluhan seperti pasien.
Riwayat keluarga dengan hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, ginjal
dan hepar disangkal. Ibu pasien mempunyai riwayat alergi terhadap ikan laut.
Riwayat Pribadi/Sosial/Lingkungan :
Pasien merupakan anak bongsu dari 4 bersaudara. Pasien tinggal bersama
orang tua dan 3 saudaranya di sebuah rumah di Banyugin. Rumah pasien di
katakan bertempat di kawasan perumahan yang padat dan rumah tetangga terletak
sangat berdekatan dengan rumah pasien. Rumah pasien juga dikatakan cukup
besar dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup. Bapak pasien merupakan
seorang pekerja swasta. Ibu pasien tidak bekerja. Penghasilan sekeluarga
dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari keluarga pasien. Keuarga
pasien dikatakan jarang makan di luar dan ibu pasien memasak di rumah setiap
hari. Bahan bahan yang dimasak dicuci dengan air mengalir. Sumber air sungai
yang mengalir di belakang rumah pasien setiap 3 hari digunakan untuk mencuci.
Air PDAM digunakan untuk memasak dan mandi. Manakala untuk minum
keluarga pasien menggunakan Aqua isi ulang gallon. Higines seperti mencuci
tangan sebelum makan amat dititikberatkan oleh pasien.

16

Riwayat Persalinan :
Pasien lahir secara spontan di ditolong oleh bidan. Berat badan lahir adalah
2,8 kilogram. Panjang badan dikatakan lupa pasien langsung menangis setelah
lahir dan tidak pernah mengalami sebarang kelainan.
Riwayat Imunisasi :
BCG

: 1 kali

Polio

: 3 kali

Hepatitis B : 4 kali
DPT

: 3 kali

Campak

: 1 kali

Riwayat Nutrisi :
Pasien mengonsumsi ASI setelah lahir selama 2 tahun. Bubur susu
dikatakan dikonsumsi oleh pasien setelah pasien berumur 6 bulan. Nasi tim
diberikan setelah pasien berumur 8 bulan.makanan dewasa diberikan pada pasien
setelah pasien berumur 12 bulan.
Riwayat Perkembangan :
Menegakkan kepala : 3 bulan
Membalikkan badan : 4 bulan
Duduk

: 6 bulan

Merangkak

: 8 bulan

Berdiri

: 10 bulan

Berjalan

: 12 bulan

Berbicara

: 12 bulan

17

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Present
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran

: E3V4M5

Nadi

: 80 x/menit

Respiration Rate : 24 x/menit


Suhu Axila

: 36,7 C

Status Antropometri
1. BBI = 42 kg
2. Waterlow : (BB/BBI) x 100% = (39/41) x100% = 95,12% (normal)
3. BB/U = p 25 p 50
4. TB/U = p 50 p 75
5. BB/TB = p 50 p 75
6. BMI = 16.9 kg/m2 (mild underweight)
Status General
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva pucat -/- , Hiperemi +/+ , sekret -/- , anemia -/- , icterus -/- ,
reflex pupil +/+ isokor
THT : Telinga : sekret (-)
Hidung : Dalam batas normal
Tengorokkan : Faring hiperemis (+), Tonsil T1 /T1, Hiperemis (+)
Bibir : mukosa bibir basah (+), sianosis (-)
Leher

: Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax : Cor : S1S2, tunggaL, regular, murmur (-)


18

Pulmo : simetris, retraksi (-)


Vesikuler +
+
Abdomen

+ Rales +

- Wheezing -

: Distensi (-) , Bising usus (+) Normal, Nyeri tekan (-), Hepar dan

Lien tidak teraba


Ekstremitas : Akral hangat +

+ Edema +

- Sianosis (-)
-

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Darah Lengkap ( 2/9/2014)
Kriteria
Leukosit
Erittrosit
Haemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
Trombosit
MPV
Neutrofil %
Neurtofil #
Limfosit %
Limfosit #
Monosit %
Monosit #
Eosinophil %
Eosinophil #
Basophil %
Basophil #

Hasil
7,2
5,76*
14,3
42,0
72,9*
24,8*
34,1
9,51*
180
6,05*
79,4*
5,72
15,6
1,12
4,5
0,32
0,1
0,01
0,45
0,03

Nilai Normal
4-10
4,0-5,0
12,0-15,0
37-43
90-100
26-34
32-36
11,5-14,5
150-450
50-70
2-6,9
20-50
1-4
0-12
0-0,9
0-7
0-0,7
0-2,5
0-0,2

Unit
K/UL
M/UL
g/dL
%
fL
Pg
%
%
K/UL
fL
%
K/UL
%
K/UL
%
K/UL
%
K/UL
%
K/UL

19

3.5 DIAGNOSIS KERJA


Demam Campak
3.6 PENATALAKSANAAN
Terapi
- MRS
- kebutuhan cairan 1150ml/hari , Potein 22,5 gr/hari
- Parasetamol syr cth bila suhu axilla > 38 C setiap jam
- Ceftriaxon 650mg setiap 12 jam IV
Diagnosis
- DL
Monitoring
- Balans cairan
- Vital sign
KIE keluarga
- Minum obat secara teratur, jangan melakukan aktivitas berat, istirahat yang
cukup, jaga hieginitas makanan dan minuman.
- Kalau batuk, mulut dan hidung di tutup atau memakai masker supaya tidak
menularkan kepada orang lain.
3.7 PROGNOSIS
Ad vitam

: Dubius et bonam.

Ad functionam : Dubius et bonam


Ad sanasionam : Dubius et bonam
3.8 FOLLOW UP PASIEN
Tanggal

P
20

2/9/14

panas (+),

Status present

Demam

- Parasetamol syr

bintik merah

KU : sedang

Campak

(+), batuk (+),

Kes : E4V5M5

cth
- Ceftriaxone 650mg

pilek (+)

TD : 110/90mmHg

setiap 2 jam IV

Nadi : 100x/menit
RR : 24x/menit
T ax : 38,40C
Status general
Mata : anemia -/-,
icterus -/-, reflex pupil
+/+ isokor, hiperemia
-/THT : faring hiperemis
(+), tonsil hiperemis +/
+
Leher : PKGB (-)
Thorax : simetris (+),
retraksi (-)
Cor : S1S2 tunggal,
regular, murmur (-)
Po : vesikuler +/+,
Rales -/-, Wheezing -/Abdomen : distensi (-),
BU(+)N, Hepar dan
Lien tak teraba
Extremitas : Akral
3/9/14

panas (+),

hangat (+), Edema (-)


Status present

Demam

- Parasetamol syr

bintik merah

KU : sedang

campak

(+), batuk (+),

Kes : E4V5M5

cth
- Ceftriaxone 650mg

pilek (+)

TD : 110/90mmHg

setiap 2 jam IV

Nadi : 104x/menit
RR : 22x/menit
21

Tax : 37,80C
Status general
Mata : anemia -/-,
icterus -/-, hiperemia +/
+ reflex pupil +/+
isokor
THT : faring hiperemis
(+), tonsil hiperemis +/
+
Leher : PKGB (-)
Thorax : simetris (+),
retraksi (-)
Cor : S1S2 tunggal,
regular, murmur (-)
Po : vesikuler +/+,
Rales -/-, Wheezing -/Abdomen : distensi (-),
BU(+)N, Hepar dan
Lien tak teraba
Extremitas : Akral
4/9/14

panas (-),

hangat (+), Edema (-)


Status present

Demam

- Parasetamol syr

bintik merah

KU : sedang

campak

(+), batuk (+),

Kes : E4V5M5

cth (K/P)
- Ceftriaxone 650mg

pilek (+)

TD : 110/90mmHg

setiap 2 jam IV

Nadi : 100x/menit
RR : 26x/menit
T ax : 37,40C
Status general
Mata : anemia -/-,
icterus -/-, reflex pupil
+/+ isokor
THT : dalam batas
22

normal
Leher : PKGB (-)
Thorax : simetris (+),
retraksi (-)
Cor : S1S2 tunggal,
regular, murmur (-)
Po : vesikuler +/+,
Rales -/-, Wheezing -/Abdomen : distensi (-),
BU(+)N, Hepar dan
Lien tak teraba
Extremitas : Akral
5/9/14

panas (-),

hangat (+), Edema (-)


Status present

Demam

- Parasetamol syr

bintik merah

KU : sedang

campak

(+) membaik,

Kes : E4V5M5

cth (K/P)
- Ceftriaxone 650mg

batuk (+),

TD : 110/90mmHg

pilek (+)

Nadi : 100x/menit

setiap 2 jam IV

RR : 26x/menit
T ax : 36,80C
Status general
Mata : anemia -/-,
icterus -/-, reflex pupil
+/+ isokor
THT : dalam batas
normal
Leher : PKGB (-)
Thorax : simetris (+),
retraksi (-)
Cor : S1S2 tunggal,
regular, murmur (-)
Po : vesikuler +/+,
Rales -/-, Wheezing -/23

Abdomen : distensi (-),


BU(+)N, Hepar dan
Lien tak teraba
Extremitas : Akral
6/9/14

panas (-),

hangat (+), Edema (-)


Status present

Demam

- Parasetamol syr

bintik merah

KU : sedang

campak

(+) membaik,

Kes : E4V5M5

cth (K/P)
- Ceftriaxone 650mg

batuk (+),

TD : 110/90mmHg

pilek (-)

Nadi : 100x/menit

setiap 2 jam IV

RR : 24x/menit
T ax : 37,00C
Status general
Mata : anemia -/-,
icterus -/-, reflex pupil
+/+ isokor
THT : dalam batas
normal
Leher : PKGB (-)
Thorax : simetris (+),
retraksi (-)
Cor : S1S2 tunggal,
regular, murmur (-)
Po : vesikuler +/+,
Rales -/-, Wheezing -/Abdomen : distensi (-),
BU(+)N, Hepar dan
Lien tak teraba
Extremitas : Akral
hangat (+), Edema (-)

24

25

BAB 4
PEMBAHASAN

Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium inkubasi, stadium prodormal (kataral), dan stadium erupsi
yang dimanifestisasikan dengan demam, peradangan mukosa seperti hidung,
tenggorok dan mulut dalam bentuk batuk pilek.. Umur terbanyak mederita
campak adalah < 12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 5-14 tahun.
Pertama, periode inkubasi infeksi Morbili adalah selama 12-14 hari. Pasien
dikatakan mempunyai riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi virus Morbili
yang baru sembuh sekitar 1 minggu sebelum keluhan keluhan muncul. Ibu pasien
mengatakan bahwa ada tetangga yang terinfeksi demam campak dan tetangga
tersebut tidak berobat di Rumah Sakit malah berobat di rumah sahaja oleh dukun.
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sering ke rumah tetangga tersebut untuk
bermain dengan teman sebayanya. Mempunyai kontak dengan individu yang
terinfeksi virus morbili merupakan salah satu factor resiko untuk mendapat infeksi
Morbili.
Keduanya, pasien datang dengan keluhan utama demam yang mencecah 40C
sejak 4 hari yang tidak membaik dengan obat penurun panas. Pasien juga sempat
mengalami batuk pilek yang muncul 4 hari sebelum keluhan panas timbul. Disini,
keluhan keluhan yang dialami oleh pasien termasuk dalam periode prodromal
yang ditandai dengan peradangan selaput mukosa seperti hidung, mulut,
tenggorok berupa batuk, pilek, dan disertai dengan demam yang terus meningkat
hingga mencapai puncaknya suhu 39,4- 40,6 ^C pada hari ke 4 atau 5 . Sesuai
teori, pasien dikatakan mengalami demam yang diawali dengan batuk, pilek
Keduanya, dalam periode prodromal terjadi peradangan selaput mukosa seperti
hidung, mulut, tenggorok berupa batuk, pilek, dan disertai dengan demam yang
terus meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,4- 40,6 ^C pada hari ke 4
atau 5. Disini, sesuai teori pasien mengalami batuk, pilek 4 hari sebelum muncul

26

keluhan panas dan seterusnya mengalami panas yang mencecah 40C hari ke-4
yang tidak membaik dengan obat penurun panas.
Seterusnya, pada periode erupsi, ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan
pernafasan atau saat suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul di leher,
belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian, menyebar ke seluruh sekitar
hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Sesuai teori, pasien dikatakan ada bintik bintik
merah (ruam) yang pertama kali muncul di area dahi dan telapak tangan yang
kemudia menyebar ke seluruh badan pada hari ke-7 yaitu setelah suhu pasien
mencecah 40C.
Keempat, menurut CDC (Centre for Disease Control and Prevention) diagnosis
dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang klasik menurut dengan beberaa
kriteria seperti terdapat ruam papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam
waktu 3 hari atau lebih, demam 38,3C (101F) atau terdapat salah satu dari gejala
berikut, batuk, koriza/pilek atau konjungtivitis. Sesuai teori, pasien mengalami
batuk pilek yang diikuti dengan demam yang tinggi 40C dan bintik bintik merah
di seluruh tubuh.

27

BAB 5
KESIMPULAN

Morbili atau Campak merupakan penyakit akut yang sangat menular, disebabkan
oleh infeksi virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus Morbili yang pada
umumnya menyerang anak pada usia kurang dari 12 bulan, diikuti kelompok
umur 1-4 tahun dan 5-14 tahun.
Gejala penyakit campak dikategorikan dalam tiga stadium yaitu stadium inkubasi,
stadium prodormal (kataral), dan stadium erupsi yang dimanifestisasikan dengan
demam, konjugtivitis dan bercak koplik kira-kira 10 hari setelah terinfeksi virus.
Penyakit campak dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang klasik menurut
CDC (Centre for Disease Control and Prevention) dengan kriteria terdapat ruam
papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam waktu 3 hari atau lebih, demam
38,3 C (101F) dan terdapat salah satu dari gejala, batuk, koriza/pilek atau
konjungtivitis.
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih
kecil. Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri.
Beberapa penyulit campak adalah bronkopenumonia, ensefalitis, konjungtivitis,
Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE), miokarditis, otitis media dan
sebagainya.
Pengobatan campak bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat,
pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi
infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan
vitamin A.

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Chen R.T. Measles antibody : reevaluation of protective titers. J Infect


Dis.2013. h 1036-1042.
2. Perry R.T., Halsey N.A. The clinical significance of measles. Oxford journals.
2014. h 189-196.
3. Soedarmo, SSP. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Edisi Kedua. 2012. h 109-118.
4. Soegeng Soegijanto. Campak. dalam: Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk.
(ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2002 Hal. 125.
5. Cherry J.D. Feign R.D. Textbook of pediatric infectious disease, 4th edition,
WB Saunders, Philadepia. 2008. h 1889-1891.
6. Phillips C.S. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson Textbook
of Pediatrics. 12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders. 1983. h.743.
7. Soedarto. Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya : Airlangga University Press.
2007
8. Setiawan. I Made. Penyakit Campak. Jakarta : Sagung Seto. 2008.
9. Alan R. Tumbelaka. Pendekatan Diagnostik Penyakit Eksantema Akut dalam:
Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, dkk. (ed.) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
Infeksi & Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta. Balai Penerbit FKUI.2002. h. 113.
10. Padri, Salma. Efikasi Vaksin Campak pada Balita (15-59 bulan). Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departmen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial RI. 2006.

29

You might also like