You are on page 1of 3

Pembahasan klp 1

Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang
dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar,
yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di
samping itu digunakan pula garam salisilat. Turunannya yang paling dikenal asalah asam
asetilsalisilat.
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hydrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Asidimentri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawasenyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sedangkan alkalimetri
meruapakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku
basa.
Titrasi adalah suatu proses dalam analisis volumetric dimana suatu titran atau larutan
standar yang sudah diketahui konsentrasinya diteteskan melalui buret kedalam larutan lain yang
belum diketahui konsentrasinya. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut titran dan zat yang
sudah diketahui kadarnya tersebut disebut titer. Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan
asam basa adalah dengan melalui proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan
karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi.
Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar asam salisilat dengan metode asidialkalimetri menggunakan indikator fenolftalein, hal ini dilakukan karena jika megunakan
indikator yang lain, adanya kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik ekuivalen. Dalam bidang
Farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu obat dengan teliti
karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk
mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula
dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.
Pembakuan larutan NaOH
Pada standarisasi NaOH terhadap asam oksalat indicator yang digunakan adalah
penolftalein atau PP 1 % ,pada saat indicator ditambahkan warna larutan tetap bening, setelah
dititrasi dengan NaOH sebanyak 10,25 ml larutan berubah menjadi warna pink atau merah muda.
Perubahan warna pada larutan disebabkan oleh resonansi isomer electron. Berbagai indicator

mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda,sehingga menunjukan warna pada range pH yang
berbeda. Indicator penolftalein adalah indicator yang dibuat dengan kondensasi anhidrida
fthalein dengan fenol. Jika indicator ini digunakan,maka akan menunjukan pH yang berkisar
antara 8,2 10,0 atau berlangsung antara basa kuat dengan asam kuat. Dari hasil praktikum,di
dapatkan normalitas NaOH sebesar 0,0975 N.
Perubahan warna diharapkan tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua. Agar
mendapatkan hasil titrasi yang maksimal. Warna yang cocok adalah warna yang berada di
tengah-tangah. Tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
Pembakuan larutan HCl
Pada pembakuan larutan HCl, indicator yang digunakan adalah pp 1%. Sebelum
ditambahkan indicator, 10 ml NaOH yang ditempatkan di Erlenmeyer tidak berwarna, dan
setelah itu pula masih tetap tidak berwarna. Untuk menstandarisasi HCl, dilakukan titrasi
terhadap NaOH dengan menggunakan indicator phenolftalein untuk menentukan titik akhir
titrasi. Volume HCl yang dibutuhkan selama titrasi berlangsung sampai terjadinya titik akhir
titrasi adalah sebesar 8,05 ml. berdasarkan perhitungan yang dilakukan, didapatkan konsentrasi
yang sebenarnya dari HCl sebesar 0,1211 N.
Penetapan Kadar Asam Salisilat Sampel
Pada praktikum ini dilakukan titrasi balik. Titrasi balik adalah penentuan kuantitatis analit
di dalam sampel dilakukan dengan cara menambahkan senyawa berlebih yang diketahui
konsentrasinya dengan pasti, kemudian kelebihan senyawa yang tidak bereaksi dengan analit
dititrasi balik dengan senyawa pentiter yang tepat.
Perlakuan pada penetapan kadar senyawa asam salisilat dalam sampel. 0,1 gram sampel
yang dilarutkan dengan 30 mL NaOH. Kemudian campuran ini disaring dan diambil sebanyak 10
mL dan ditempatkan di Erlenmeyer untuk di titrasi. Setelah itu ditambahkan 3 tetes indikator
fenolftalein, setelah penambahan indicator phenolftalein larutan berubah warna menjadi merah
muda, hal itu dikarenakan larutan sudah dalam suasana basa karena penambahan NaOH.
Larutan kemudian dititrasi (sebanyak 2 kali pengulangan/duplo) tetes demi tetes dengan larutan
HCl 0,1 N, volume HCl yang diperlukan sampai larutan berubah warna menjadi colorless adalah
sebanyak 7,73 ml dan 7,58 ml.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan massa asam salisilat dalam 0,1
gram sampel adalah sebesar 0,27458 gram dan 0,2772 gram. Dan rata rata kadar asam
salisilat dalam % didapatkan sebesar 275,89%.
Karena kadar yang diperoleh sangat besar dan sangat tidak sesuai dengan kadar asam
salisilat yang tertera pada kemasan sampel , maka dilakukan perhitungan ulang terhadap volume
HCl yang diperlukan untuk titrasi, dan didapatkan hasil volume titrasi yang seharusnya adalah
sebesar 24,034021 mL.
Terjadinya kesalahan dalam melakukan praktikum ini disebabkan oleh beberapa factor,
diantaranya:
1. Kesalahan pada saat penimbangan asam oksalat
2. Kesalaha pada saat memasukan asam oksalat pada labu ukur
3. Dan kesalahan kecil lainnya termasuk pembersihan pada bagian muka bagian atas buret
yang tidak di lap oleh tisu .
Ada dua cara untuk mengetahui titik ekivalen pada titrasi :
1. Memakai pH meter untuk memonitor pH selama titrasi dilakukan. Kemudian membuat
plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari
kurva titrasi tersebut dinamakan titik ekivalen. Cara ini jarang dilakukan karena harus
menggunakan sarana yang mendukung.
Memakai indicator asam basa, indicator ditambahkan 2 hingga 3 tetes pada titran sebelum
proses titrasi dilaukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekivalen terjadi. Pada saat
inilah titrasi dihentikan.

You might also like