You are on page 1of 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas


rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Fisiologi ini dengan judul Laporan Praktikum Fisiologi Blok Stomatognasi II :
Modalitas Rasa dalam Rongga Mulut.
Laporan Praktikum ini saya buat sebagai salah satu sarana untuk lebih
mendalami materi tentang indera pengecapan dan rasa yang ada di rongga mulut..
Saya menyadari bahwa hasil yang dicapai dalam penulisan laporan ini masih
mengandung berbagai kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat menjadi sumbangan yang berharga bagi semua pihak.

Jember, 17 April 2015


Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................

Daftar isi ........................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................

1.1

Dasar Teori......................................................................................

BAB II. HASIL PERCOBAAN ...................................................................


2.1 Tabel Hasil Percobaan .........................................................................

3
9
9

BAB III. PEMBAHASAN ...........................................................................

16

BAB IV. PENUTUP ....................................................................................

23

4.1 Kesimpulan .........................................................................................

23

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
DASAR TEORI

Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan


kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi
dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor
pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel
sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut. Permukaan atas lidah penuh
dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam
bentuk, yaitu :
1.
Papilla bentuk benang (filiformis) disebut papilla peraba, tersebar di
2.

seluruh permukaan lidah


Papilla bentuk dataran yang dikelilingi parit-parit atau berbentuk
huruf V (sirkumvalata) disebut papilla pengecap, terdapat di dekat
pangkal lidah atau di bagian tengah belakang yang peka terhadap rasa

3.

pahit
Papilla bentuk jamur (fungiformis) disebut papilla pengecap, terdapat
di tepi lidah bagian depan yang peka terhadap rasa manis, samping
depan peka terhadap rasa asin, dan samping belakang peka terhadap
rasa asam (Jalmo : 2007).

Tunas pengecap terdapat pada parit-parit papila bentuk dataran, di bagian


samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan papilla berbentuk benang.
Pengecap merupakan fungsi utama taste buds dalam rongga mulut, namun indera
pembau juga sangat berperan pada persepsi pengecap. Selain itu, tekstur makanan
seperti yang dideteksi oleh indera pengecap taktil dari rongga mulut dan
keberadaan elemen dalam makanan seperti merica, yang merangsang ujung saraf
nyeri, juga berperan pada pengecap. Makna penting dari indera pengecap adalah
bahwa fungsi pengecap memungkinkan manusia memilih makanan sesuai dengan
keinginannnya dan mungkin juga sesuai dengan kebutuhan jaringan akan
substansi nutrisi tertentu (Savitri : 1997).
Indera pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi,
beberapa di antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap.
Sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel

disekitarnya, sehingga beberapa di antaranya adalah sel muda dan lainnya adalah
sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan akan segera terurai dan
larut (Guyton : 1997).
Indera pengecap adalah organ penting pada manusia yang membuat
manusia memilih makanan sesuai dengan keinginannya dan kebutuhan-kebutuhan
jaringan, selain itu, dapat juga berfungsi untuk menghindarkan tubuh dari
substansi beracun. Beberapa faktor dapat mempengaruhi rasa, antara lain :
1.
2.

Sistem Indera seperti penglihatan, pembau, dan pendengar


Makanan : tekstur makanan, suhu, kandungan bahan-bahan,
kandungan air, dan udara dalam makanan (Suhartini : 2015).
Ujung organ untuk indera pengecap yang disebut taste buds terdiri atas selsel gustatory fusiform, tercampur dengan sel-sel sustakular yang terangkai dalam
bentuk kelompok yang menyerupai tong. Prosesus yang menyerupai rambut dari
sel-sel gustatory ini menjulur melalui pori pada bagian superficial dari taste bud.
Ujung serabut-serabut saraf berakhir di sekitar sel-sel gustatory ini. Bagian lidah
yaitu valet dan papilla fungiform mengandung banyak sekali taste bud meskipun
terdapat juga pada palatum, faring, dan laring. Sensasi cita rasa di bawa ke arah
dua per tiga bagian rostral lidah oleh cabang-cabang saraf fasial korda timpani
yang menyertai cabang lingual dari saraf trigeminus. Sebaliknya bagian lidah
yang sepertiga (arah kaudal = posterior) menerima cita rasa melalui cabang
lingual dari saraf (glosofarigeal). Pada manusia, modalitas rasa yang spesifik ada
empat, yaitu manis, asin, pahit, dan asam. Sensasi yang lain merupakan campuran
dari cita rasa dasar, atau kombinasi berbagai cita rasa dengan indera penciuman
(Frandson : 1992).

1. asin, terletak di ujung lidah;


Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas rasanya
berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain karena garam juga
membentuk sensasi rasa yang lain selain rasa asin.
2. manis, terletak di ujung lidah;
Rasa manis tidak dibentuk atas satu golongan kelas substansi kimia saja.
Beberapa tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa ini mencakup gula, glikol,
alcohol aldehid, keton, amida, ester, asam amino, beberapa protein kecil, asam

sulfonat, asam halogenasi dan garam-garam dari timah dan berilium. Perubahan
yang sangat manis menjadi pahit.
3. asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;
Rasa asam disebabkan oleh asam. Intensitas dari sensasi rasa ini hampir
sebanding dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen, makin asam suatu
asam makin kuat sensasi yang terbentuk.
4. pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum molle.
Rasa pahit tidak dibentuk hanya oleh satu tipe substansi kimia, tetapi
substansi rasa pahit hampir seluruhnya dibentuk oleh substansi organik. Dua
golongan substansi tertentu cenderung menimbulkan rasa pahit adalah (a)
substansi rasa organik rantai panjang yang mengandung nitrogen dan (b) alkaloid,
seperti yang terdapat pada banyak zat yang terkandung dalam obat-obatan, seperti
kina, kafein, striknin, dan nikotin (Suhartini : 2015).
5. umami, terletak di ujung lidah;
Rasa umami adalah rasa yang diperoleh karena rangsangan pada reseptor
metabotropic glutamate receptor (mGIuR4) yang sensitive terhadap monosodium
glutamate (MSG). Monosodium glutamate umumnya ditambahkan pada makanan
untuk menguatkan rasa (dan berbahan dasar saus kedelai), yang mungkin dapat
menstimulasi reseptor umami, MSG sebenarnya bukan merupakan rasa yang
dapat muncul sendiri, MSG merupakan kombinasi dari beberapa rasa, sehingga
diduga ada pengecap rasa tambahan yaitu umami. Modalitas rasa ini mengindrai
rasa glutamat dan glutamat monosodium yang basah terdapat pada masakan asia
varian reseptor glutamat metatropik (Ganong : 2003).
Pengecapan adalah sensasi yang dirasakan oleh kuncup kecap, yaitu
reseptor yang terutama terletak pada lidah (terdapat kurang lebih 10.000 kuncup
kecapa pada lidah manusia) dan dalam jumlah yang lebih kecil pada polatum mole
dan permukaan laringeal dari epiglotis. Kuncup kecap terbenam dari epitel
berlapis dari papilla sirkumvalata, papilla foliota, papilla fungiformis. Bahan
kimia masuk melalui pori pengecap, yaitu lubang kecil menuju ke sel-sel
reseptor. Kuncup kecap terdiri atas sekurang-kurangnya 4 jenis sel, yang dapat
dikenali dengan mikroskop electron. Sel tipe 1 dan sel tipe 2 panjang dengan
mikrovili pada permukaannya. Walaupun fungsinya belom diketahui, mereka

dapat membantu aktivitas sel tipe 3. Sel tipe 3 juga merupakan sel tipe panjang
dicirikan oleh terdapatnya banyak vesikel yang menyerupai versikel sinaps. Tipe
sel ke 4 adalah suatu sel basal pra-kembang yang mungkin merupakan precursor
dari sel-sel yang lebih spesifik dalam kuncup kecap. Tonjolan dendritik dari saraf
sensorik yang paling dekat dengan kumpulan vesikel sinaptik ini adalah dasar
untuk penempatan penerimaan pengecapan pada sel tipe 3 (Junqueira : 1995).
Pada manusia, indera rasa pengecap merupakan hal yang sangat berarti,
karena dengan indera rasa pengecap tersebut dapat merasakan nikmat dan
enaknya makanan serta minuman. Sensasi rasa pengecap timbul akibat adanya zat
kimia yang berikatan pada reseptor indera rasa pengecap (taste buds) yang
kebanyakan terdapat di permukaan lidah dan palatum molle. Hanya zat kimia
dalam larutan atau zat padat yang telah larut dalam saliva yang dapat berikatan
dengan sel reseptor (Sherwood, 2001).
Pada hekekatnya, lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
indera khusus pengecap. Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot. Otot
intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot extrinsik
mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakangerakan-kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah
mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi. dan akhirnya
mendorongnya masuk faring. Lidah terletak pada dasar mulut, sementara
pembuluh darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta
pinggiran Iidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara dorsum
merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Bila lidah digulung ke
belakang, maka tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae,
sebuah struktur ligamen halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar
mulut (Pearce, 2000).
Lidah memiliki pelayanan pensarafan yang majemuk. Otot-otot lidah
mendapat pensarafan dari urat saraf hipoglosus (saraf otak kedua belas). Daya
perasaannya dibagi menjadi perasaan umum, yang menyangkut taktil perasa
seperti membedakan ukuran, bentuk, susunan, kepadatan, suhu dan sebagainya,
dan rasa pengecap khusus. Impuls perasaan umum bergerak mulai dari bagian
anterior lidah dalam serabut saraf lingual yang merupakan sebuah cabang urat

saraf kranial kelima, sementara impuls indera pengecap bergerak dalam khorda
timpani bersama saraf lingual, lantas kemudian bersatu dengan saraf kranial
ketujuh,

yaitu

nervus

saraf

fasialis.

Saraf

kranial

kesembilan,

saraf

glossofaringeal, membawa, baik impuls perasaan umum, maupun impuls perasaan


khusus dari sepertiga posterior lidah. Dengan demikian indera pengecapan lidah
dilayani oleh saraf kranial kez lima, ketujuh dan kesembilan, sementara gerakangerakannya dipersarafi oleh saraf kranial kedua belas (Campbell, 2002).
Sensasi di Rongga Mulut
Sel reseptor pengecap adalah kemoreseptor yang berespon terhadap bahanbahan dalam cairan mulut yang membasahi reseptor-reseptor tersebut. Reseptor
pengecap (sekunder) dikumpulkan bersama pada tasted bud, terutama pada lidah
dan palatum. Bahan- bahan ini bekerja pada mikrovili yang ada di pori-pori
pengecap untuk mencetuskan potensial generator di sel reseptor yang
menimbulkan potensial aksi di neuron sensorik.
Reseptor dingin definitif telah didefinisikan, ia adalah ujung saraf yang
bermielin kecil jenis A delta yang ujungnya menonjol ke dalam permukaan dasar
sel basal epidermis. Dipihak lain reseptor hangat definitif belum ditemukan.
Mungkin reseptor ini merupakan satu jenis dari ujung saraf bebas (Guyton :
1997).
Serat-serat saraf sensorik dari papil-papil pengecap di dua pertiga anterior
lidah berjalan dengan cabang korda timpani, nervous facialis, dan serat-serat saraf
dari sepertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui saraf glosoparingeus.
Nukleus traktus solitarius untuk dapat menyatu ke dalam medula oblongata harus
bergabung dengan kedua sarafnya. Di sana mereka bersinaps dengan neuronneuron ordo kedua yang aksonnya melintasi garis tengah dan bertemu dengan
lemnikus medialis, berakhir di nukleus-nukleus pemancar sensorik spesifik pada
talamus bersama serat untuk sensasi sentuh nyeri dan suhu. Impuls dipancarkan
dari sini ke daerah proyeksi pengecapan di kortek serebrum di kaki girus pasca
sentralis. Pengecapan tidak memiliki daerah proyeksi yang terpisah tetapi
digambarkan di bagian girus pasca sentralis yang melayani sensasi kulita dan
wajah.

Impuls pengecapan melintasi saraf otak ketujuh, kesembilan, dan


kesepuluh menuju batang otak, tempat mereka berakhir di dalam traktus solitarius.
Isyarat mula-mula ke talamus dan kemudian ke area operkulum insulaparietal
korteks serebri. Area ini terletak pada pinggir lateral girus post sentralis dalam
fisura Sylvii yang erat berhubungan dengan atau malahan bertindihan dengan
daerah lidah area somatik 1.
Terdapat banyak variasi dalam distribusi keempat papil pengecap dasar
pada berbagai spesies dan dalam suatu spesies tertentu antar individu. Pengecapan
memperlihatkan after -reaction dan fenomena kontras yang serupa dalam
beberapa hal dalam after- image dan kontras penglihatan. Sebagian adalah tipuan
kimia, tetapi sebagian lain mungkin benar-benar merupakan fenomena sentral.
Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang
ekstrim, karena itu bersama reseptor dingin dan reseptor panas bertanggung jawab
terhadap terjadinya sensasi sangat dingin (freezing cold) dan sensasi panas
yang menyengat (burning hot) (Guyton : 1997).

BAB II
HASIL PENGAMATAN

2.2.1

Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area


Wajah

Bentuk

Persepsi

Ukuran

Ukuran persepsi

Spesimen
Lonjong
Kotak
Segitiga
Lingkaran

Orang Coba
Lonjong
Kotak
Segitiga
Lonjong

(mm)
12
7
16
10

(mm)
10
5
15
10

2.2.2

15
14
15
26

Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah

Lokasi
Anterior Lidah
Samping ka ki Lidah
Posterior Lidah
Palatum
Mukosa Pipi
Gusi
Dahi
Hidung
Cuping Telinga
Bibir Atas
Bibir Bawah
Leher
Pipi kiri kanan
Dagu

2.2.3

Waktu (s)

Jarak 1 mm
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2

Jarak 2 mm
2
2
2
1
1
2
1
1
1
2
2
1
1
2

Jarak 3 mm
2
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
1
2
2

Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah


Lokasi

Air Es

Air 80C

Anterior Lidah

Dingin

Panas

Samping ka ki Lidah

Tidak terasa

Tidak terasa

Posterior Lidah

Dingin

Tidak terasa

Palatum

Dingin

Tidak terasa

Mukosa Pipi

Dingin

Tidak terasa

Gusi

Sangat dingin

Tidak terasa

2.2.4
Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8

Dahi

Dingin

Tidak terasa

Hidung

Tidak terasa

Tidak terasa

Cuping Telinga

Dingin

Tidak terasa

Bibir Atas

Sangat dingin

Panas

Bibir Bawah

Dingin

Panas

Leher

Dingin

Tidak terasa

Pipi kiri kanan

Sangat dingin

Panas

Dagu

Dingin

Tidak terasa

Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah

Garam
Asin
Sangat Asin
Sangat Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin

2.2.5

Air Gula
Manis Sekali
Manis
Manis
Manis
Manis
Manis
Manis
Manis

Cuka
Asam
Sangat Asam
Sangat Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam

Kina
Sangat Pahit
Pahit
Pahit
Sangat Pahit
Pahit
Pahit
Sangat Pahit
Sangat Pahit

Umami
Gurih
Sangat Gurih
Sangat Gurih
Gurih
Gurih
Gurih
Gurih
Gurih

Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah

1. Rangsangan Tekan
Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8

Kedalaman (mm)
1
2
3
2
5
6
7
8

Area Paling Sensitif

2. Rangsangan Panas
Lokasi
1

70
Respon Waktu
Panas
3s

80
Respon Waktu
Panas
3s

90
Respon Waktu
Panas
2s

Panas

5s

Panas

3s

Panas

2s

Panas

4s

Panas

3s

Panas

3s

10

Sangat

Sangat

2s

panas

panas

Panas

4s

Panas

2s

Panas

3s

Panas

4s

Panas

4s

Panas

4s

Sangat

Sangat

3s

Panas

panas

Sangat

2s

1s

panas
Sangat

2s

panas
Panas
Sangat

2s
2s

panas
Sangat

2s

1s

panas

Urutan sensitivitas terhadap panas :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Area 4
Area 8
Area 5
Area 7
Area 1
Area 6
Area 2
Area 3

3. Rangsangan Dingin
Waktu

Lokasi

10

Sangat dingin

Dingin

Dingin

10 s

Sangat dingin

Dingin

Segar

10 s

Sangat dingin

Dingin

Dingin

15 s

Nyeri

Sangat dingin

Dingin

7s

Sangat dingin

Dingin

Segar

12 s

Sangat dingin

Dingin

Segar

10 s

Nyeri

Dingin

Segar

10 s

Nyeri

11

Sangat dingin

Dingin

Segar

11 s

Urutan sensitivitas terhadap dingin :


1. Area 4
2. Area 7
3. Area 1
4. Area 6
5. Area 2
6. Area 8
7. Area 5
8. Area 3
2.2.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi
1.

Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Dingin


Lokasi
Labial 1/3 incisal
insisiv
Mesio bukal cups molar

2.

3.

Respon yang Dirasakan


Dingin hingga sangat ngilu dan sedikit terasa pahit
Dingin tapi tidak terlalu ngilu dan ada rasa pahit

Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Panas


Lokasi

Air Panas

Suhu kamar

Labial 1/3 incisa insisiv

Panas

Tanpa Rasa

Mesio bukal cups molar

Hangat

Tanpa Rasa

Burnisher
Panas tapi

nyeri
Tanpa Rasa

tidak nyeri
Tanpa rasa

Test Vitalitas Gigi Dengan Tekan


Lokasi
Labial 1/3 incisa insisiv
Mesio bukal cups molar

4.

Guttap
Panas dan

Respon yang Dirasakan


Tidak terasa
Tidak terasa

Test Perkusi Gigi dan Palpasi


Lokasi
Labial 1/3 incisa insisiv
Mesio bukal cups molar

Respon yang Dirasakan


Tidak ngilu tapi tekanannya terasa
Tidak ngilu dan tekanan tidak terasa

12

Pertanyaan dan Jawaban


1. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap pengenalan
bentuk benda?
Bagian lidah bagian anterior merupakan bagian paling sensitif terhadap
pengenalan bentuk benda karena disana terdapat lebih banyak serabut saraf
sensoris dan taste bud. Sedangkan bagian wajah yang sensitive terhadap
pengenalan bentuk benda yaitu bibir atas, hidung, pipi kanan, dan pipi kiri.
2. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap mengenali jarak
antar dua titik? Jelaskan mengapa!
Bagian mulut yang paling sensitive terhadap jarak antara dua titik adalah
ujung lidah, sedangkan pada daerah wajah yang paling sensitive adalah
bibir. Banyaknya papilla fungiformis pada ujung lidah menyebabkan lidah
sensitive terhadap jarak antara dua titik. Karena papilla fungiformis
banyak mengandung taste bud. Sedangkan pada bibir, sensitive
dikarenakan banyak reseptor rasa nyeri pada bibir. Hal ini juga dapat
dikarenakan pada bagian jaringan tersebut lebih sensitive pada rangsangan
tekan. Rangsangan tekan memunculkan sensasi akibat perubahan bentuk
jaringan. Pada bibir dan ujung lidah memiliki tekstur yang lebih tebal atau
dalam sehingga bisa menangkap rangsangan tekanan lebih sensitive.
Selain itu juga jarak persyarafan ke kulit yang tipis.
3. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap suhu? Jelaskan mengapa!
Dari percobaan yang kita lakukan bagian lidah yang peka terhadap suhu
baik suhu panas ataupun dingin adalah ujung lidah. Dikarenakan pada
bagian ujung lidah banyak terdapat papilla fungiformis yang banyak
mengandung taste bud. Taste bud inilah yang menghantarkan rangsangan,
sehingga makin banyak taste bud makin sensitive bagian lidah tersebut.
13

Selain itu juga jarak persyarafan ke kulit yang tipis dibandingkan bagian
yang lain.
4. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap nyeri? Jelaskan mengapa!
Bagian anterior lidah. Karena pada bagian tersebut terdapat serabut saraf
sensori dan juga taste bud yang akan menstimulasi rangsangan nyeri ke
sistem saraf pusat serta lapisan terluar dari ujung lidah merupakan lapisan
tertipis dibandingkan dengan daerah lidah yang lain. Sehingga apabila ada
tekanan yang menimbulkan rasa nyeri bagian ujung lidah merupakan
daerah paling sensitive terhadap nyeri.
5. Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?
Ya, percobaan yang kami lakukan sesuai dengan teori yang kami peroleh.
6. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin, pahit, asam, dan
umami?
Bagian lidah anterior lebih sensitive terhadap rangsang rasa asin, manis
dan umami. Bagian lidah lateral lebih sensitive terhadap rangsangan asam.
Bagian lidah posterior lebih sensitive terhadap rasa pahit.
7. Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?
Test vitalitas gigi sangat penting karena untuk mengetahui seberapa kuat
gigi kita terhadap rangsangan baik rangsangan suhu dan tekanan. Dan juga
untuk mengetahui kondisi gigi dalam keadaan baik ataupun tidak baik. Tes
vitalitas gigi juga diperlukan untuk menentukan kadaan jaringan pulpa.
Sensitivitas atau nyeri yang dirasakan merupakan suatu petunjuk vitalitas
pulpa. Bila diketahui pulpa masih vital (gigi vital) maka biasanya gigi
masih dapat dipertahankan. Tes vitalitas pulpa juga berguna untuk
keperluan perawatan endodontik.
8. Untuk apa test perkusi dan palpasi dilakukan?
Tes Palpasi
Fungsi : mengecek ada atau tidaknya oedema / pembengkakan atau fluktuasi /
pergerakan jaringan, mengecek ada atau tidaknya kelainan periapikaldan
mengetahui ada atau tidaknya limfadenopati
Tes Perkusi
Fungsi : mengetahui ada atau tidaknya periodontitis dan inflamasi periapikal,
biasanya pasien akan merasakan sakit atau tidak atau sensasi ngilu. Bila positif
sakit, maka memang adanya kelainan pada jaringan di sekitarnya.

14

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengenalan bentuk berbagai benda di rongga mulut
Percobaan ini dilakukan oleh satu orang coba dengan empat variasi bentuk
objek. Pada pengamatan pengenalan bentuk berbagai benda di rongga mulut,
diletakkan objek di atas lidah orang coba dan didapatkan hasil orang coba berhasil
menebak ukuran dari objek benda mendekati ukuran aslinya namun untuk
bentuknya, orang coba salah mengenali bentuk sebanyak satu kali. Jadi, lidah
orang coba tersebut peka terhadap pengenalan benda. Dari hasil percobaan
didapatkan waktu bervariasi oleh orang coba dalam mengenali berbagai bentuk
benda. Kecepatan mengenali beberapa bentuk benda ini tergantung pada seberapa
luas permukaan benda tersebut yang bersentuhan pada permukaan lidah. Semakin
besar luas permukaan bendah yang bersentuhan dengan permukaan lidah maka
semakin cepat pula benda tersebut mudah dikenali. Hal ini dikarenakan semakin
besar luas permukaan benda tersebut maka rangsangan yang diberi pada lidah
akan semakin kuat dan reseptor yang terangsang akan semakin banyak sehingga
intrepetasi dari SSP juga semakin cepat.
Proses adanya rangsangan sampai terjadi impuls berupa pengenalan
bentuk rangsang bisa terjadi karena adanya reseptor sensorik yang mengirim
sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem saraf pusat terjadi pengumpulan sinyal dan
akhirnya muncul tanggapan berupa pengenalan bentuk benda. Pengenalan bentuk
benda di lidah ini karena adanya resptor rata (taktil) pada lidah, bentuk paccini
yang merupakan reseptor raba didapatkan pada jaringan subkutan, otot dan sendi.
3.2 Two point Discrimination di rongga mulut dan area wajah.
Berdasarkan percobaan maka hasil yang didapatkan adalah pada orang
coba didapatkan bahwa daerah yang paling sensitif adalah bagian bibir atas, bibir
bawah, dagu, anterior lidah, posterior lidah, gusi, dan samping kanan kiri lidah.
Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung pada reseptor dari rangsangan

15

tekan ini. Rangsangan tekan umumnya disebabkan oleh adanya perubahan pada
jaringan yang lebih dalam. Reseptor dari rangsangan tekan adalah reseptor taktil
ujung saraf bebas. Pada daerah yang lebih sensitif seperti pada bagian lidah, wajah
dan leher memiliki reseptor yang lebih banyak dibandingkan daerah lainnya.
3.3 Pengenalan suhu di rongga mulut dan area wajah
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa terdapat daerah pekadingin yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah peka-panas di rongga
mulut dan area wajah. Organ indera suhu adalah ujung-ujung saraf bebas yang
berespon terhadap suhu mutlak, bukan terhadap gradien suhu di rongga mulut.
Reseptor dingin berespon terhadap suhu 10 - 38 C dan reseptor panas berespon
terhadap suhu dari 30 - 45 C.
Kemampuan seseorang untuk dapat menentukan perbedaan gradasi sensasi
suhu didapat dengan perangsangan relatif terhadap bemacam-macam tipe ujung
saraf. Secara khusus hendaknya diperhatikan bahwa respon yang dikeluarkan
sesuai dengan tingkat tingginya suhu.
Dari percobaan yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa tubuh berespon
lebih sensitif terhadap dingin dari pada panas. Hal ini dikarenakan jumlah reseptor
dingin kira-kira tiga sampai sepuluh kali reseptor hangat, dan pada berbagai
daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi, 15 sampai 25 titik dingin per sentimeter
persegi pada daerah permukaan dada yang luas. Sedangkan jumlah titik hangatnya
lebih sedikit.
Untuk mengetahui sensitifitas terhadap rangsang dingin dan panas
adalah dengan menggunakan sonde yang telah di rendam dalam air es dan air
dengan suhu 80C. Berdasarkan hasil percobaan daerah paling sensitif terhadap
rangsang dingin adalah gusi, pipi kanan kiri, dan bibir atas. Sedangkan area paling
sensitif terhadap rangsang panas adalah anterior lidah, pipi kanan kiri, bibir atas
dan bibir bawah. Sensitifitas terhadap rangsang dingin dan panas dipengaruhi oleh
jumlah reseptor saraf dan ketebalan jaringan.
3.4 Persepsi rasa pada beberapa lidah.

16

Pada percobaan ini orang coba diminta untuk merasakan dan menyebutkan
apa yang dirasakan pada setiap bagian lidah yang diberi rangsangan berupa rasa.
Sehingga didapatkan hasil yaitu pada persepsi rasa manis, hampir semua lidah
dapat merasakan rasa manis sehingga bagian yang paling sensitif terhadap rasa
manis adalah bagian 1 atau anterior lidah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa
manis lebih dominan dirasakan pada bagian ujung lidah dan dorsal anterior
lidah. Dan pada persepsi rasa asin, semua bagian lidah dapat merasakan rasa asin.
Rasa asin lebih dominan dirasakan pada daerah samping kanan dan kiri lidah.
Pada persepsi rasa pahit, semua bagian lidah dapat merasakan rasa pahit tetapi
rasa pahit lebih dominan pada bagian dorsal posterior lidah. Pada persepsi rasa
asam semua bagian lidah dapat merasakan rasa asam, cuka adalah yang paling
terasa pada lidah orang coba karena intensitas sensasi rasanya sebanding dengan
logaritma dari konsentrasi ion hidrogen yaitu semakin asam maka semakin kuat
sensasi yang terbentuk. Sedangkan bagian lidah yang paling sensitif terhadap apa
yang dirasakan adalah bagian ujung lidah, sebab di sana memiliki lebih banyak
taste bud (1-18) dibandingan di bagian lain. Untuk persepsi rasa umami, semua
bagian lidah juga dapat merasakannya dan lebih dominan pada lidah bagian
anterior. Berdasarkan teori dapat diketahui bahwa rasa tertentu dapat dirasakan
dibeberapa bagian lidah.
3.5 Rasa Nyeri pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah
3.5.1. Rangsangan tekanan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya rasa nyeri pada
jaringan rongga mulut dan area wajah. Sonde ditekan pada beberapa daerah lidah
sampai menimbulkan rasa nyeri kemudian dilakukan pengukuran seberapa dalam
sonde dapat menekan beberapa jaringan rongga mulut dan area wajah sampai
menimbulkan rasa nyeri tersebut. Didapatkan bahwa daerah-daerah tersebut
mempunyai kedalaman yang berbeda sampai dapat merasakan nyeri. Seperti pada
anterior lidah dan kanan kiri lidah sudah terasa nyeri pada kedalaman 1 mm
sedangkan pada bagian dorsal lidah butuh kedalaman yang lebih hingga terasa
nyeri. Perbedaan ini disebabkan oleh tingkat lapisan epitel yang ada padanya.
Semakin tebal lapisan epitelnya maka semakin dalam pula reseptor nyeri yang

17

dapat diterima. Timbulnya rasa nyeri ini akibat rangsangan mekanis reseptor
berupa tekanan. Sensasi tekanan disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang
lebih dalam.
3.5.2. Rangsangan panas
Reseptor rasa nyeri hanya dapat dirangsang oleh sensasi rasa panas
atau dingin yang ekstrim, karena reseptor dingin dan reseptor panas bertanggung
jawab terhadap terjadinya sensasi sangat dingin (freezing cold) dan sensasi
panas yang menyengat (burning hot).
Berdasarkan percobaan maka dapat diketahui bahwa semakin tinggi
suhu, maka rangsangan nyeri juga semakin bertambah. Pada suhu sekitar 45C,
serabut nyeri mulai terangsang oleh panas dan rasa nyeri itu bertambah seiring
kenaikan suhu. Selain itu, semakin bertambahnya suhu maka waktu yang
dibutuhkan nyeri untuk terasa juga semakin singkat. Adapun tingkat perbedaan
dalam penerimaan panas tergantung dari banyaknya reseptor pengecap yang
terdapat pada daerah tersebut. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan
diketahui bahwa tingkat sensivitas terhadap nyeri akibat panas adalah pada
dorsal posterior lidah. Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana bagian lidah yang
paling sensitif seharusnya adalah bagian anterior lidah karena memiliki reseptor
pengecap yang lebih banyak dan lapisan epitel yang lebih tipis. Kesalahan ini bisa
dikarenakan suhu yang tidak benar-benar panas sangat dilakukan uji coba.
3.5.3. Rangsangan dingin
Percobaan ini menggunakan air dengan suhu 0C, 5C dan 10C. Pada
percobaan ini semakin dingin suhunya maka reseptor semakin cepat dalam
menerima rangsang. Berdasarkan percobaan tersebut dapat pula diketahui bahwa
pada beberapa bagian lidah tidak sama dalam tingkat kecepatan menerima
rangsang dingin. Misalnya pada suhu 0C, daerah anterior lidah lebih cepat
merasakan dingin dibandingkan pada daerah posterior lidah. Hal tersebut
disebabkan oleh karena pada bagian anterior lidah terdapat serabut saraf sensori
dan taste bud dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah lidah
lainnya. Selain itu, kecepatan respon nyeri yang lebih cepat dibandingkan dengan

18

suhu yang dingin tersebut diakibatkan oleh perlakukan dengan air dingin,
cenderung rasa yang dirasakan lebih lambat karena termoreseptor lebih lambat
merespon. Termoreseptor akan merespon suhu dingin yang tentunya akan
mengeluarkan kalor yang dimilki lidah, sehingga suhu akan lebih turun dari yang
sebelumnya. Ini akan menyebabkan termoreseptor akan merespon lebih lambat
dari sebelumnya.
Pada suhu yang terlalu dingin 0C yang terangsang tidak hanya rasa
dingin tapi juga serabut saraf rasa nyeri, sehingga orang coba juga merasakan
sedikit rasa nyeri. Bila suhu meningkat hingga 10C maka rasa sakitnya akan
menghilang, namun pada saat itu reseptor dingin mulai terangsang.
3.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi.
3.6.1 Pemeriksaan vitalitas gigi dengan suhu dingin
Tes vitalitas dengan suhu ini dilakukan pada gigi incisive pertama
kanan rahang bawah dan gigi molar pertama kanan rahang bawah. Test pada gigi
incisive pertama kanan rahang bawah dilakukan pada permukaan labial 1/3
incisal. Sedangkan pada gigi molar pertama dilakukan pada permukaan mesio
bukal cups. Dilakukan pada bagian ini karena bagian ini mendekati tanduk pulpa
dimana inervasi saraf pulpa lebih banyak sehingga rangsangan akan diterima lebih
cepat. Suhu dingin didapatkan dari cotton pellet yang diberi chlor-ethyl.
Pada percobaan mengenai vitalitas gigi dengan suhu dingin diperoleh
data bahwa pada bagian permukaan labial 1/3 incisal memberi respon ngilu yang
disertai rasa dingin dan sedikit rasa pahit pada orang coba. Sedangkan pada bagian
permukaan dari mesio bukal cusp tidak memberi respon ngilu namun tetap diikuti
rasa dingin dan pahit. Hal tersebut dapat terjadi karena ketebalan pemukaan kedua
bagian gigi tersebut tidak sama. Pada bagian 1/3 incisal lebih tipis permukaannya
sehingga dimungkinkan terjadi penghantaran respon dingin oleh saraf yang
terhubung oleh tubulus dentin sehingga menimbulkan persepsi ngilu pada bagian
tersebut. Selain itu, rasa ngilu tersebut juga bisa diakibatkan oleh terbukanya
lapisan dentin. Ketika lapisan dentin terbuka, rangsang termal akan mudah
terdeteksi, sehingga akan membuat gigi terasa linu ketika makan/ minum dengan
suhu yang dingin. Beberapa perawatan gigi ada juga yang menyebabkan gigi

19

sensitif. Di antaranya pemutihan gigi, pembersihan karang gigi / scaling,


perawatan kawat gigi, dan penambalan gigi. Penambalan gigi harus dilakukan
dengan prosedur yang tepat, selain itu menjaga kebersihan mulut tetaplah penting.
Gigi yang telah ditambal dan tidak dijaga kebersihannya memungkinkan
terjadinya karies sekunder. Karies sekunder ini merupakan karies kompleks yang
terbentuk setelah karies primer. Karies sekunder akan berakhibat terbukanya
lapisan dentin lebih dalam menuju pulpa, sehingga rangsang termal akan lebih
mudah masuk ke ujung saraf di pulpa, akhibatnya sensitifitas gigi akan
meningkat. Rangsangan dingin yang bisa dirasakan oleh gigi ini menunjukkan
gigi masih bisa menghantarkan rasa dingin. Respon ini menunjukkan bahwa gigi
yang di test masih vital. Stimulus yang diaplikasikan pada pulpa vital biasanya
menimbulkan nyeri tajam dan sebentar jika material pengetesnya diangkat.
3.6.2 Tes Vitalitas dengan suhu panas
Pada test vitalitas dengan suhu panas ini, dilakukan dua kali perlakuan,
yaitu menggunakan air dengan suhu kamar dan menggunakan air panas. Dari
percobaan dilakukan dengan cara menyemprotkan air panas pada seluruh
permukaan labial 1/3 incisal gigi insisiv yang ditest kemudian didapatkan hasil
bahwa orang coba merasakan panas sedangkan pada mesio bukal cusp molar
hanya

dirasakan

hangat,

dan

dari

percobaan

yang

dilakukan

dengan

menyemprotkan air dengan suhu kamar orang coba tidak merasakan panas. Hal ini
memperlihatkan dari gigi tersebut masih bisa menghantarkan sensasi panas meski
tidak terlalu sensitiv. Dan ketika dites menggunakan guttap terasa nyeri adanya
rasa nyeri ini disebabkan karena ekspansi isi pulpa. Sedangkan saat dites dengan
burnisher terasa hangat.
3.6.3 Tes vitalitas gigi dengan tekan
Test tekan ini digunakan untuk mengetahui keradangan jaringan
periodontal. Test tekan dilakukan dengan menekankan handel kaca mulut pada
gigi yang dites yaitu permukaan labial 1/3 incisal insisiv dan bagian mesio bukal
cusp molar. Test tekan ini dilakukan 3 kali. Dari percobaan yang dilakukan

20

didapatkan orang coba tidak merasakan adanya tekanan pada gigi yang berarti
bahwa tidak terjadi adanya keradangan pada jaringan periodontal.

3.6.4 Tes perkusi gigi dan palpasi


Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler positif yang
jelas menandakan adanya inflamasi periodontium. Perkusi merupakan indikator
paling baik yang dapat menunjukkan dengan tepat adanya penyakit periapeks.
Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses
inflamasi telah meluas kearah periapeks. Respon positif pada palpasi menandakan
adanya inflamasi periradikuler.
Pada percobaan ini test perkusi dan palpasi dilakukan pada gigi
insisive pertama rahang bawah dan molar pertama rahang bawah dengan
mengetuk-ngetukkan handel kaca mulut pada gigi yang ditest. Dari percobaan
yang dilakukan didapatkan bahwa pada kedua gigi tidak dirasakan adanya rasa
sakit. Hal ini menunjukkan jaringan periodontal normal.

21

BAB IV
KESIMPULAN

Di dalam rongga mulut terdapat indera pengecap yang menjadi salah satu
organ penting pada manusia yang digunakan untuk memilih makanan sesuai
dengan keinginannya dan kebutuhan jaringan, selain itu dapat juga befungsi untuk
menghindarkan tubuh dari substansi beracun. Indera pengecap pada manusia
berupa lidah yang mempunyai sel reseptor pengecap pada taste bud.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Kecepatan mengenali suatu benda dipengaruhi oleh luas permukaan benda
dan banyaknya reseptor yang terangsang.
2. Rangsangan tekan terjadi karena adanya perubahan jaringan yang lebih
dalam. Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung pada reseptor dari
rangsangan tekan ini yaitu reseptor taktil ujung saraf bebas.
3. Tubuh lebih sensitif terhadap rangsangan suhu dingin dibandingkan
dengan suhu panas karena jumlah reseptor dingin lebih banyak daripada
reseptor panas.
4. Terdapat lima persepsi rasa yaitu asin terletak pada ujung lidah, manis
terletak pada ujung lidah, rasa asam terletak pada dua pertiga bagian
samping lidah, rasa pahit terletak pada bagian posterior lidah dan palatum
mole, dan umami terletak pada bagian ujung lidah.
5. Tes vitalitas gigi digunakan untuk mengetahui derajat vitalitas gigi
sedangkan test perkusi, tekan dan palpasi dilakukan untuk mengetahui
keadaan jaringan periodontal.

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Suhartini. 2015. Modul Mastikasi dan Modalitas Rasa dalam Rongga
Mulut. Jember : FKG Universitas Jember
2. Campbell, N.A., J.B. Reece, & Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid
3. Jakarta : Erlangga
3. Frandson, Boron WF & Boulpeap EL. 1992. Medical physiology. Jakarta :
EGC
4. Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. ke-9.
Jakarta : EGC
5. Jalmo, Tri. 2007. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Bandar Lampung : Unila
6. Junqueira, L. Carlos, Jose Carneiro & Robert Kelley. 1995. Histologi
Dasar. Jakarta : EGC
7. Pearce, E.C. 2000. Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :
Gramedia
8. Savitri, Diah Ernawati. 1997. Kelainan Jaringan Mulut. Jakarta : Majalah
Kedokteran Gigi
9. Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia. Ed. ke-2. Jakarta : EGC
10. Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

23

You might also like