Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................
1.1
Dasar Teori......................................................................................
3
9
9
16
23
23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
DASAR TEORI
3.
pahit
Papilla bentuk jamur (fungiformis) disebut papilla pengecap, terdapat
di tepi lidah bagian depan yang peka terhadap rasa manis, samping
depan peka terhadap rasa asin, dan samping belakang peka terhadap
rasa asam (Jalmo : 2007).
disekitarnya, sehingga beberapa di antaranya adalah sel muda dan lainnya adalah
sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan akan segera terurai dan
larut (Guyton : 1997).
Indera pengecap adalah organ penting pada manusia yang membuat
manusia memilih makanan sesuai dengan keinginannya dan kebutuhan-kebutuhan
jaringan, selain itu, dapat juga berfungsi untuk menghindarkan tubuh dari
substansi beracun. Beberapa faktor dapat mempengaruhi rasa, antara lain :
1.
2.
sulfonat, asam halogenasi dan garam-garam dari timah dan berilium. Perubahan
yang sangat manis menjadi pahit.
3. asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;
Rasa asam disebabkan oleh asam. Intensitas dari sensasi rasa ini hampir
sebanding dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen, makin asam suatu
asam makin kuat sensasi yang terbentuk.
4. pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum molle.
Rasa pahit tidak dibentuk hanya oleh satu tipe substansi kimia, tetapi
substansi rasa pahit hampir seluruhnya dibentuk oleh substansi organik. Dua
golongan substansi tertentu cenderung menimbulkan rasa pahit adalah (a)
substansi rasa organik rantai panjang yang mengandung nitrogen dan (b) alkaloid,
seperti yang terdapat pada banyak zat yang terkandung dalam obat-obatan, seperti
kina, kafein, striknin, dan nikotin (Suhartini : 2015).
5. umami, terletak di ujung lidah;
Rasa umami adalah rasa yang diperoleh karena rangsangan pada reseptor
metabotropic glutamate receptor (mGIuR4) yang sensitive terhadap monosodium
glutamate (MSG). Monosodium glutamate umumnya ditambahkan pada makanan
untuk menguatkan rasa (dan berbahan dasar saus kedelai), yang mungkin dapat
menstimulasi reseptor umami, MSG sebenarnya bukan merupakan rasa yang
dapat muncul sendiri, MSG merupakan kombinasi dari beberapa rasa, sehingga
diduga ada pengecap rasa tambahan yaitu umami. Modalitas rasa ini mengindrai
rasa glutamat dan glutamat monosodium yang basah terdapat pada masakan asia
varian reseptor glutamat metatropik (Ganong : 2003).
Pengecapan adalah sensasi yang dirasakan oleh kuncup kecap, yaitu
reseptor yang terutama terletak pada lidah (terdapat kurang lebih 10.000 kuncup
kecapa pada lidah manusia) dan dalam jumlah yang lebih kecil pada polatum mole
dan permukaan laringeal dari epiglotis. Kuncup kecap terbenam dari epitel
berlapis dari papilla sirkumvalata, papilla foliota, papilla fungiformis. Bahan
kimia masuk melalui pori pengecap, yaitu lubang kecil menuju ke sel-sel
reseptor. Kuncup kecap terdiri atas sekurang-kurangnya 4 jenis sel, yang dapat
dikenali dengan mikroskop electron. Sel tipe 1 dan sel tipe 2 panjang dengan
mikrovili pada permukaannya. Walaupun fungsinya belom diketahui, mereka
dapat membantu aktivitas sel tipe 3. Sel tipe 3 juga merupakan sel tipe panjang
dicirikan oleh terdapatnya banyak vesikel yang menyerupai versikel sinaps. Tipe
sel ke 4 adalah suatu sel basal pra-kembang yang mungkin merupakan precursor
dari sel-sel yang lebih spesifik dalam kuncup kecap. Tonjolan dendritik dari saraf
sensorik yang paling dekat dengan kumpulan vesikel sinaptik ini adalah dasar
untuk penempatan penerimaan pengecapan pada sel tipe 3 (Junqueira : 1995).
Pada manusia, indera rasa pengecap merupakan hal yang sangat berarti,
karena dengan indera rasa pengecap tersebut dapat merasakan nikmat dan
enaknya makanan serta minuman. Sensasi rasa pengecap timbul akibat adanya zat
kimia yang berikatan pada reseptor indera rasa pengecap (taste buds) yang
kebanyakan terdapat di permukaan lidah dan palatum molle. Hanya zat kimia
dalam larutan atau zat padat yang telah larut dalam saliva yang dapat berikatan
dengan sel reseptor (Sherwood, 2001).
Pada hekekatnya, lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
indera khusus pengecap. Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot. Otot
intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot extrinsik
mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakangerakan-kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah
mengaduk-aduk makanan, menekannya pada langit-langit dan gigi. dan akhirnya
mendorongnya masuk faring. Lidah terletak pada dasar mulut, sementara
pembuluh darah dan urat saraf masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta
pinggiran Iidah bersentuhan dengan gigi-gigi bawah, sementara dorsum
merupakan permukaan melengkung pada bagian atas lidah. Bila lidah digulung ke
belakang, maka tampaklah permukaan bawahnya yang disebut frenulum linguae,
sebuah struktur ligamen halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar
mulut (Pearce, 2000).
Lidah memiliki pelayanan pensarafan yang majemuk. Otot-otot lidah
mendapat pensarafan dari urat saraf hipoglosus (saraf otak kedua belas). Daya
perasaannya dibagi menjadi perasaan umum, yang menyangkut taktil perasa
seperti membedakan ukuran, bentuk, susunan, kepadatan, suhu dan sebagainya,
dan rasa pengecap khusus. Impuls perasaan umum bergerak mulai dari bagian
anterior lidah dalam serabut saraf lingual yang merupakan sebuah cabang urat
saraf kranial kelima, sementara impuls indera pengecap bergerak dalam khorda
timpani bersama saraf lingual, lantas kemudian bersatu dengan saraf kranial
ketujuh,
yaitu
nervus
saraf
fasialis.
Saraf
kranial
kesembilan,
saraf
BAB II
HASIL PENGAMATAN
2.2.1
Bentuk
Persepsi
Ukuran
Ukuran persepsi
Spesimen
Lonjong
Kotak
Segitiga
Lingkaran
Orang Coba
Lonjong
Kotak
Segitiga
Lonjong
(mm)
12
7
16
10
(mm)
10
5
15
10
2.2.2
15
14
15
26
Lokasi
Anterior Lidah
Samping ka ki Lidah
Posterior Lidah
Palatum
Mukosa Pipi
Gusi
Dahi
Hidung
Cuping Telinga
Bibir Atas
Bibir Bawah
Leher
Pipi kiri kanan
Dagu
2.2.3
Waktu (s)
Jarak 1 mm
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
Jarak 2 mm
2
2
2
1
1
2
1
1
1
2
2
1
1
2
Jarak 3 mm
2
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
1
2
2
Air Es
Air 80C
Anterior Lidah
Dingin
Panas
Samping ka ki Lidah
Tidak terasa
Tidak terasa
Posterior Lidah
Dingin
Tidak terasa
Palatum
Dingin
Tidak terasa
Mukosa Pipi
Dingin
Tidak terasa
Gusi
Sangat dingin
Tidak terasa
2.2.4
Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8
Dahi
Dingin
Tidak terasa
Hidung
Tidak terasa
Tidak terasa
Cuping Telinga
Dingin
Tidak terasa
Bibir Atas
Sangat dingin
Panas
Bibir Bawah
Dingin
Panas
Leher
Dingin
Tidak terasa
Sangat dingin
Panas
Dagu
Dingin
Tidak terasa
Garam
Asin
Sangat Asin
Sangat Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
Asin
2.2.5
Air Gula
Manis Sekali
Manis
Manis
Manis
Manis
Manis
Manis
Manis
Cuka
Asam
Sangat Asam
Sangat Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Asam
Kina
Sangat Pahit
Pahit
Pahit
Sangat Pahit
Pahit
Pahit
Sangat Pahit
Sangat Pahit
Umami
Gurih
Sangat Gurih
Sangat Gurih
Gurih
Gurih
Gurih
Gurih
Gurih
1. Rangsangan Tekan
Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8
Kedalaman (mm)
1
2
3
2
5
6
7
8
2. Rangsangan Panas
Lokasi
1
70
Respon Waktu
Panas
3s
80
Respon Waktu
Panas
3s
90
Respon Waktu
Panas
2s
Panas
5s
Panas
3s
Panas
2s
Panas
4s
Panas
3s
Panas
3s
10
Sangat
Sangat
2s
panas
panas
Panas
4s
Panas
2s
Panas
3s
Panas
4s
Panas
4s
Panas
4s
Sangat
Sangat
3s
Panas
panas
Sangat
2s
1s
panas
Sangat
2s
panas
Panas
Sangat
2s
2s
panas
Sangat
2s
1s
panas
Area 4
Area 8
Area 5
Area 7
Area 1
Area 6
Area 2
Area 3
3. Rangsangan Dingin
Waktu
Lokasi
10
Sangat dingin
Dingin
Dingin
10 s
Sangat dingin
Dingin
Segar
10 s
Sangat dingin
Dingin
Dingin
15 s
Nyeri
Sangat dingin
Dingin
7s
Sangat dingin
Dingin
Segar
12 s
Sangat dingin
Dingin
Segar
10 s
Nyeri
Dingin
Segar
10 s
Nyeri
11
Sangat dingin
Dingin
Segar
11 s
2.
3.
Air Panas
Suhu kamar
Panas
Tanpa Rasa
Hangat
Tanpa Rasa
Burnisher
Panas tapi
nyeri
Tanpa Rasa
tidak nyeri
Tanpa rasa
4.
Guttap
Panas dan
12
Selain itu juga jarak persyarafan ke kulit yang tipis dibandingkan bagian
yang lain.
4. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap nyeri? Jelaskan mengapa!
Bagian anterior lidah. Karena pada bagian tersebut terdapat serabut saraf
sensori dan juga taste bud yang akan menstimulasi rangsangan nyeri ke
sistem saraf pusat serta lapisan terluar dari ujung lidah merupakan lapisan
tertipis dibandingkan dengan daerah lidah yang lain. Sehingga apabila ada
tekanan yang menimbulkan rasa nyeri bagian ujung lidah merupakan
daerah paling sensitive terhadap nyeri.
5. Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?
Ya, percobaan yang kami lakukan sesuai dengan teori yang kami peroleh.
6. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin, pahit, asam, dan
umami?
Bagian lidah anterior lebih sensitive terhadap rangsang rasa asin, manis
dan umami. Bagian lidah lateral lebih sensitive terhadap rangsangan asam.
Bagian lidah posterior lebih sensitive terhadap rasa pahit.
7. Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?
Test vitalitas gigi sangat penting karena untuk mengetahui seberapa kuat
gigi kita terhadap rangsangan baik rangsangan suhu dan tekanan. Dan juga
untuk mengetahui kondisi gigi dalam keadaan baik ataupun tidak baik. Tes
vitalitas gigi juga diperlukan untuk menentukan kadaan jaringan pulpa.
Sensitivitas atau nyeri yang dirasakan merupakan suatu petunjuk vitalitas
pulpa. Bila diketahui pulpa masih vital (gigi vital) maka biasanya gigi
masih dapat dipertahankan. Tes vitalitas pulpa juga berguna untuk
keperluan perawatan endodontik.
8. Untuk apa test perkusi dan palpasi dilakukan?
Tes Palpasi
Fungsi : mengecek ada atau tidaknya oedema / pembengkakan atau fluktuasi /
pergerakan jaringan, mengecek ada atau tidaknya kelainan periapikaldan
mengetahui ada atau tidaknya limfadenopati
Tes Perkusi
Fungsi : mengetahui ada atau tidaknya periodontitis dan inflamasi periapikal,
biasanya pasien akan merasakan sakit atau tidak atau sensasi ngilu. Bila positif
sakit, maka memang adanya kelainan pada jaringan di sekitarnya.
14
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengenalan bentuk berbagai benda di rongga mulut
Percobaan ini dilakukan oleh satu orang coba dengan empat variasi bentuk
objek. Pada pengamatan pengenalan bentuk berbagai benda di rongga mulut,
diletakkan objek di atas lidah orang coba dan didapatkan hasil orang coba berhasil
menebak ukuran dari objek benda mendekati ukuran aslinya namun untuk
bentuknya, orang coba salah mengenali bentuk sebanyak satu kali. Jadi, lidah
orang coba tersebut peka terhadap pengenalan benda. Dari hasil percobaan
didapatkan waktu bervariasi oleh orang coba dalam mengenali berbagai bentuk
benda. Kecepatan mengenali beberapa bentuk benda ini tergantung pada seberapa
luas permukaan benda tersebut yang bersentuhan pada permukaan lidah. Semakin
besar luas permukaan bendah yang bersentuhan dengan permukaan lidah maka
semakin cepat pula benda tersebut mudah dikenali. Hal ini dikarenakan semakin
besar luas permukaan benda tersebut maka rangsangan yang diberi pada lidah
akan semakin kuat dan reseptor yang terangsang akan semakin banyak sehingga
intrepetasi dari SSP juga semakin cepat.
Proses adanya rangsangan sampai terjadi impuls berupa pengenalan
bentuk rangsang bisa terjadi karena adanya reseptor sensorik yang mengirim
sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem saraf pusat terjadi pengumpulan sinyal dan
akhirnya muncul tanggapan berupa pengenalan bentuk benda. Pengenalan bentuk
benda di lidah ini karena adanya resptor rata (taktil) pada lidah, bentuk paccini
yang merupakan reseptor raba didapatkan pada jaringan subkutan, otot dan sendi.
3.2 Two point Discrimination di rongga mulut dan area wajah.
Berdasarkan percobaan maka hasil yang didapatkan adalah pada orang
coba didapatkan bahwa daerah yang paling sensitif adalah bagian bibir atas, bibir
bawah, dagu, anterior lidah, posterior lidah, gusi, dan samping kanan kiri lidah.
Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung pada reseptor dari rangsangan
15
tekan ini. Rangsangan tekan umumnya disebabkan oleh adanya perubahan pada
jaringan yang lebih dalam. Reseptor dari rangsangan tekan adalah reseptor taktil
ujung saraf bebas. Pada daerah yang lebih sensitif seperti pada bagian lidah, wajah
dan leher memiliki reseptor yang lebih banyak dibandingkan daerah lainnya.
3.3 Pengenalan suhu di rongga mulut dan area wajah
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan bahwa terdapat daerah pekadingin yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah peka-panas di rongga
mulut dan area wajah. Organ indera suhu adalah ujung-ujung saraf bebas yang
berespon terhadap suhu mutlak, bukan terhadap gradien suhu di rongga mulut.
Reseptor dingin berespon terhadap suhu 10 - 38 C dan reseptor panas berespon
terhadap suhu dari 30 - 45 C.
Kemampuan seseorang untuk dapat menentukan perbedaan gradasi sensasi
suhu didapat dengan perangsangan relatif terhadap bemacam-macam tipe ujung
saraf. Secara khusus hendaknya diperhatikan bahwa respon yang dikeluarkan
sesuai dengan tingkat tingginya suhu.
Dari percobaan yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa tubuh berespon
lebih sensitif terhadap dingin dari pada panas. Hal ini dikarenakan jumlah reseptor
dingin kira-kira tiga sampai sepuluh kali reseptor hangat, dan pada berbagai
daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi, 15 sampai 25 titik dingin per sentimeter
persegi pada daerah permukaan dada yang luas. Sedangkan jumlah titik hangatnya
lebih sedikit.
Untuk mengetahui sensitifitas terhadap rangsang dingin dan panas
adalah dengan menggunakan sonde yang telah di rendam dalam air es dan air
dengan suhu 80C. Berdasarkan hasil percobaan daerah paling sensitif terhadap
rangsang dingin adalah gusi, pipi kanan kiri, dan bibir atas. Sedangkan area paling
sensitif terhadap rangsang panas adalah anterior lidah, pipi kanan kiri, bibir atas
dan bibir bawah. Sensitifitas terhadap rangsang dingin dan panas dipengaruhi oleh
jumlah reseptor saraf dan ketebalan jaringan.
3.4 Persepsi rasa pada beberapa lidah.
16
Pada percobaan ini orang coba diminta untuk merasakan dan menyebutkan
apa yang dirasakan pada setiap bagian lidah yang diberi rangsangan berupa rasa.
Sehingga didapatkan hasil yaitu pada persepsi rasa manis, hampir semua lidah
dapat merasakan rasa manis sehingga bagian yang paling sensitif terhadap rasa
manis adalah bagian 1 atau anterior lidah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa
manis lebih dominan dirasakan pada bagian ujung lidah dan dorsal anterior
lidah. Dan pada persepsi rasa asin, semua bagian lidah dapat merasakan rasa asin.
Rasa asin lebih dominan dirasakan pada daerah samping kanan dan kiri lidah.
Pada persepsi rasa pahit, semua bagian lidah dapat merasakan rasa pahit tetapi
rasa pahit lebih dominan pada bagian dorsal posterior lidah. Pada persepsi rasa
asam semua bagian lidah dapat merasakan rasa asam, cuka adalah yang paling
terasa pada lidah orang coba karena intensitas sensasi rasanya sebanding dengan
logaritma dari konsentrasi ion hidrogen yaitu semakin asam maka semakin kuat
sensasi yang terbentuk. Sedangkan bagian lidah yang paling sensitif terhadap apa
yang dirasakan adalah bagian ujung lidah, sebab di sana memiliki lebih banyak
taste bud (1-18) dibandingan di bagian lain. Untuk persepsi rasa umami, semua
bagian lidah juga dapat merasakannya dan lebih dominan pada lidah bagian
anterior. Berdasarkan teori dapat diketahui bahwa rasa tertentu dapat dirasakan
dibeberapa bagian lidah.
3.5 Rasa Nyeri pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah
3.5.1. Rangsangan tekanan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya rasa nyeri pada
jaringan rongga mulut dan area wajah. Sonde ditekan pada beberapa daerah lidah
sampai menimbulkan rasa nyeri kemudian dilakukan pengukuran seberapa dalam
sonde dapat menekan beberapa jaringan rongga mulut dan area wajah sampai
menimbulkan rasa nyeri tersebut. Didapatkan bahwa daerah-daerah tersebut
mempunyai kedalaman yang berbeda sampai dapat merasakan nyeri. Seperti pada
anterior lidah dan kanan kiri lidah sudah terasa nyeri pada kedalaman 1 mm
sedangkan pada bagian dorsal lidah butuh kedalaman yang lebih hingga terasa
nyeri. Perbedaan ini disebabkan oleh tingkat lapisan epitel yang ada padanya.
Semakin tebal lapisan epitelnya maka semakin dalam pula reseptor nyeri yang
17
dapat diterima. Timbulnya rasa nyeri ini akibat rangsangan mekanis reseptor
berupa tekanan. Sensasi tekanan disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang
lebih dalam.
3.5.2. Rangsangan panas
Reseptor rasa nyeri hanya dapat dirangsang oleh sensasi rasa panas
atau dingin yang ekstrim, karena reseptor dingin dan reseptor panas bertanggung
jawab terhadap terjadinya sensasi sangat dingin (freezing cold) dan sensasi
panas yang menyengat (burning hot).
Berdasarkan percobaan maka dapat diketahui bahwa semakin tinggi
suhu, maka rangsangan nyeri juga semakin bertambah. Pada suhu sekitar 45C,
serabut nyeri mulai terangsang oleh panas dan rasa nyeri itu bertambah seiring
kenaikan suhu. Selain itu, semakin bertambahnya suhu maka waktu yang
dibutuhkan nyeri untuk terasa juga semakin singkat. Adapun tingkat perbedaan
dalam penerimaan panas tergantung dari banyaknya reseptor pengecap yang
terdapat pada daerah tersebut. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan
diketahui bahwa tingkat sensivitas terhadap nyeri akibat panas adalah pada
dorsal posterior lidah. Hal ini tidak sesuai dengan teori, dimana bagian lidah yang
paling sensitif seharusnya adalah bagian anterior lidah karena memiliki reseptor
pengecap yang lebih banyak dan lapisan epitel yang lebih tipis. Kesalahan ini bisa
dikarenakan suhu yang tidak benar-benar panas sangat dilakukan uji coba.
3.5.3. Rangsangan dingin
Percobaan ini menggunakan air dengan suhu 0C, 5C dan 10C. Pada
percobaan ini semakin dingin suhunya maka reseptor semakin cepat dalam
menerima rangsang. Berdasarkan percobaan tersebut dapat pula diketahui bahwa
pada beberapa bagian lidah tidak sama dalam tingkat kecepatan menerima
rangsang dingin. Misalnya pada suhu 0C, daerah anterior lidah lebih cepat
merasakan dingin dibandingkan pada daerah posterior lidah. Hal tersebut
disebabkan oleh karena pada bagian anterior lidah terdapat serabut saraf sensori
dan taste bud dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah lidah
lainnya. Selain itu, kecepatan respon nyeri yang lebih cepat dibandingkan dengan
18
suhu yang dingin tersebut diakibatkan oleh perlakukan dengan air dingin,
cenderung rasa yang dirasakan lebih lambat karena termoreseptor lebih lambat
merespon. Termoreseptor akan merespon suhu dingin yang tentunya akan
mengeluarkan kalor yang dimilki lidah, sehingga suhu akan lebih turun dari yang
sebelumnya. Ini akan menyebabkan termoreseptor akan merespon lebih lambat
dari sebelumnya.
Pada suhu yang terlalu dingin 0C yang terangsang tidak hanya rasa
dingin tapi juga serabut saraf rasa nyeri, sehingga orang coba juga merasakan
sedikit rasa nyeri. Bila suhu meningkat hingga 10C maka rasa sakitnya akan
menghilang, namun pada saat itu reseptor dingin mulai terangsang.
3.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi.
3.6.1 Pemeriksaan vitalitas gigi dengan suhu dingin
Tes vitalitas dengan suhu ini dilakukan pada gigi incisive pertama
kanan rahang bawah dan gigi molar pertama kanan rahang bawah. Test pada gigi
incisive pertama kanan rahang bawah dilakukan pada permukaan labial 1/3
incisal. Sedangkan pada gigi molar pertama dilakukan pada permukaan mesio
bukal cups. Dilakukan pada bagian ini karena bagian ini mendekati tanduk pulpa
dimana inervasi saraf pulpa lebih banyak sehingga rangsangan akan diterima lebih
cepat. Suhu dingin didapatkan dari cotton pellet yang diberi chlor-ethyl.
Pada percobaan mengenai vitalitas gigi dengan suhu dingin diperoleh
data bahwa pada bagian permukaan labial 1/3 incisal memberi respon ngilu yang
disertai rasa dingin dan sedikit rasa pahit pada orang coba. Sedangkan pada bagian
permukaan dari mesio bukal cusp tidak memberi respon ngilu namun tetap diikuti
rasa dingin dan pahit. Hal tersebut dapat terjadi karena ketebalan pemukaan kedua
bagian gigi tersebut tidak sama. Pada bagian 1/3 incisal lebih tipis permukaannya
sehingga dimungkinkan terjadi penghantaran respon dingin oleh saraf yang
terhubung oleh tubulus dentin sehingga menimbulkan persepsi ngilu pada bagian
tersebut. Selain itu, rasa ngilu tersebut juga bisa diakibatkan oleh terbukanya
lapisan dentin. Ketika lapisan dentin terbuka, rangsang termal akan mudah
terdeteksi, sehingga akan membuat gigi terasa linu ketika makan/ minum dengan
suhu yang dingin. Beberapa perawatan gigi ada juga yang menyebabkan gigi
19
dirasakan
hangat,
dan
dari
percobaan
yang
dilakukan
dengan
menyemprotkan air dengan suhu kamar orang coba tidak merasakan panas. Hal ini
memperlihatkan dari gigi tersebut masih bisa menghantarkan sensasi panas meski
tidak terlalu sensitiv. Dan ketika dites menggunakan guttap terasa nyeri adanya
rasa nyeri ini disebabkan karena ekspansi isi pulpa. Sedangkan saat dites dengan
burnisher terasa hangat.
3.6.3 Tes vitalitas gigi dengan tekan
Test tekan ini digunakan untuk mengetahui keradangan jaringan
periodontal. Test tekan dilakukan dengan menekankan handel kaca mulut pada
gigi yang dites yaitu permukaan labial 1/3 incisal insisiv dan bagian mesio bukal
cusp molar. Test tekan ini dilakukan 3 kali. Dari percobaan yang dilakukan
20
didapatkan orang coba tidak merasakan adanya tekanan pada gigi yang berarti
bahwa tidak terjadi adanya keradangan pada jaringan periodontal.
21
BAB IV
KESIMPULAN
Di dalam rongga mulut terdapat indera pengecap yang menjadi salah satu
organ penting pada manusia yang digunakan untuk memilih makanan sesuai
dengan keinginannya dan kebutuhan jaringan, selain itu dapat juga befungsi untuk
menghindarkan tubuh dari substansi beracun. Indera pengecap pada manusia
berupa lidah yang mempunyai sel reseptor pengecap pada taste bud.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Kecepatan mengenali suatu benda dipengaruhi oleh luas permukaan benda
dan banyaknya reseptor yang terangsang.
2. Rangsangan tekan terjadi karena adanya perubahan jaringan yang lebih
dalam. Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung pada reseptor dari
rangsangan tekan ini yaitu reseptor taktil ujung saraf bebas.
3. Tubuh lebih sensitif terhadap rangsangan suhu dingin dibandingkan
dengan suhu panas karena jumlah reseptor dingin lebih banyak daripada
reseptor panas.
4. Terdapat lima persepsi rasa yaitu asin terletak pada ujung lidah, manis
terletak pada ujung lidah, rasa asam terletak pada dua pertiga bagian
samping lidah, rasa pahit terletak pada bagian posterior lidah dan palatum
mole, dan umami terletak pada bagian ujung lidah.
5. Tes vitalitas gigi digunakan untuk mengetahui derajat vitalitas gigi
sedangkan test perkusi, tekan dan palpasi dilakukan untuk mengetahui
keadaan jaringan periodontal.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Suhartini. 2015. Modul Mastikasi dan Modalitas Rasa dalam Rongga
Mulut. Jember : FKG Universitas Jember
2. Campbell, N.A., J.B. Reece, & Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid
3. Jakarta : Erlangga
3. Frandson, Boron WF & Boulpeap EL. 1992. Medical physiology. Jakarta :
EGC
4. Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. ke-9.
Jakarta : EGC
5. Jalmo, Tri. 2007. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Bandar Lampung : Unila
6. Junqueira, L. Carlos, Jose Carneiro & Robert Kelley. 1995. Histologi
Dasar. Jakarta : EGC
7. Pearce, E.C. 2000. Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :
Gramedia
8. Savitri, Diah Ernawati. 1997. Kelainan Jaringan Mulut. Jakarta : Majalah
Kedokteran Gigi
9. Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia. Ed. ke-2. Jakarta : EGC
10. Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
23