Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 6 AJ2
Tri Medyan Prasetyo
131411123072
Lilis Kurniawati
131411123074
131411123076
M. Ruli Maulana
131411123078
131411123080
131411123082
131411123084
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas terselesaikannya makalah
dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Atresia Bilier. Penulisan makalah
ini di ambil dari berbagai sumber dan melibatkan beberapa pihak sehingga membantu
terselesaikannya makalah ini. Oleh karena itu penulis berterima kasih kepada semua pihak
yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Untuk itu kritik dan saran yang membantu perbaikan makalah penulis harapkan. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis secara pribadi dan pembaca pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Menjelaskan konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien dengan atresia
1.2.2
bilier.
Tujuan Khusus
a. Menjelaskan pengertian dari penyakit atresia bilier
b. Menjelaskan klasifikasi dari penyakit atresia bilier
c. Menjelaskan tentang penyebab dari penyakit atresia bilier
d. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit atresia bilier
e. Menjelaskan dan menyebutkan tanda dan gejala dari penyakit atresia bilier
f. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dari penyakit atresia bilier
g. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit atresia bilier
h. Menjelaskan prognosis penyakit atresia bilier
i. Menjelaskan web of causation atresia bilier
j. Mampu membuat asuhan keperawatan pada kien dengan atresia bilier.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Pengertian
Atresia bilier adalah obstruksi duktus bilier progresif yang merupakan hasil
akhir proses destruksi serta inflamasi yang bermula dari duktus bilier ekstrahepatik
3. Etiologi
Penyebab sebenarnya atresia bilier tidak diketahui sekalipun mekanisme imun
atau viral injury bertanggung jawab atas proses progresif yang menimbulkan
obliterasi total saluran empedu (Wong, 2009).
Menurut National Institutes of Health of the US Departement of Health and
Human Services (2012), atresia bilier terjadi karena ada gangguan perkembangan dari
saluran empedu didalam maupu diluar hati. Tetapi ada beberapa faktor yang mungkin
dapat memicu terjadinya atresia bilier, antara lain:
Infeksi virus atau bakteri setelah lahir, misalnya cytomegalovirus, reovirus,
atau ritavirus.
Gangguan sistem kekebalan tubuh, misalnya serangan sistem kekebalan tubuh
4. Patofisiologi
Atresia
bilier
yang menyebabkan
terjadi
kerusakan
karena proses
progresif pada
inflamasi
duktus bilier
berkepanjangan
ekstrahepatik
sehingga menyebabkan hambatan aliran empedu, dan tidak adanya atau kecilnya
lumen pada sebagian atau keseluruhan traktus bilier ekstrahepatik juga menyebabkan
obstruksi aliran empedu.
Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik akan menimbulkan hiperbilirubinemia
terkonjugasi yang disertai bilirubinuria. Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik dapat
total maupun parsial. Obstruksi total dapat disertai tinja yang alkoholik. Penyebab
tersering obstruksi bilier ekstrahepatik adalah sumbatan batu empedu pada ujung
bawah ductus koledokus, karsinoma kaput pancreas, karsinoma ampula vateri,
striktura pasca peradangan atau operasi.
Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran
normal empedu dari hati ke kantong empedu dan usus. Akhirnya terbentuk sumbatan
dan menyebabkan cairan empedu balik ke hati ini akan menyebabkan peradangan,
edema, degenerasi hati. Dan apabila asam empedu tertumpuk dapat merusak hati.
Bahkan hati menjadi fibrosis dan cirrhosis. Kemudian terjadi pembesaran hati yang
menekan vena portal sehingga mengalami hipertensi portal yang akan mengakibatkan
gagal hati.
Jika cairan empedu tersebar ke dalam darah dan kulit, akan menyebabkan rasa
gatal. Bilirubin yang tertahan dalam hati juga akan dikeluarkan ke dalam aliran
darah, yang dapat mewarnai kulit dan bagian putih mata sehingga berwarna kuning.
Degerasi secara gradual pada hati menyebabkan joundice, ikterik dan hepatomegaly.
Karena tidak ada aliran empedu dari hati ke dalam usus, lemak dan vitamin
larut lemak tidak dapat diabsorbsi, kekurangan vitamin larut lemak yaitu vitamin A,
D,E,K dan gagal tumbuh. Vitamin A, D, E, K larut dalam lemak sehingga
memerlukan lemak agar dapat diserap oleh tubuh. Kelebihan vitamin-vitamin tersebut
akan disimpan dalam hati dan lemak didalam tubuh, kemudian digunakan saat
diperlukan. Tetapi mengkonsumsi berlebihan vitamin yang larut dalam lemak dapat
membuat anda keracunan sehingga menyebabkan efek samping seperti mual, muntah,
dan masalah hati dan jantung
5. Manifestasi Klinis
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir. Gejala
penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah hidup. Gejala-gejala
termasuk:
a. Ikterus
Manifestasi paling dini dan gambaran klinis paling nyata. Pertama kali terlihat
pada sklera. Mungkin terdapat sejak lahir. Biasanya tidak terlihat sampai usia 2
hingga 3 minggu.
b. Urine berwarna gelap dan menodai popok.
Urin gelap yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin (produk pemecahan dari
hemoglobin) dalam darah. Bilirubin kemudian disaring oleh ginjal dan dibuang
dalam urin.
c. Feses berwarna lebih cerah dari pada yang diperkirakan atau berwarna putih atau
coklat muda.
d. Hepatomegali dan distensi abdomen sering terjadi.
e. Splenomegali terjadi kemudian.
f. Gangguan metabolisme lemak menyebabkan: pertambahan berat badan yang
buruk, dan kegagalan tumbuh-kembang secara umum.
g. Pruritus
h. Iritabilitas (bayi menjadi rewel)
i. Sulit untuk menenangkan bayi.
(Wong, 2009)
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Uji fungsi hati hanya sedikit memberikan informasi, kecuali pada pemeriksaan
bilirubin serum secara serial. Pada atresia nilai-nilainya lebih berfluktuasi.
dalam
bedah
transplantasi
juga
meningkatkan
ketersediaan
dan
kecil
yang
baru
saja
dinyatakan
meninggal
yang
dapat
ditransplantasikan kepada bayi dengan atresia bilier. Metode baru saat ini
memungkinkan untuk mentransplantasikan sebagian hati dari orang
dewasa yang baru saja meninggal kepada bayi. Tipe pembedahan ini
disebut transplantasi pengurangan-ukuran (reduced-size transplant) atau
transplantasi pembagian-hati (split-liver transplant).
Bagian dari hati orang dewasa yang masih hidup juga dapat digunakan
untuk transplantasi. Jaringan hati yang sehat tumbuh dengan cepat. Oleh
karena itu, jika seorang bayi menerima bagian hati dari donor hidup,
keduanya baik donor maupun bayi dapat menumbuhkan hati yang lengkap
seiring waktu.
Bayi dengan atresia bilier fetal lebih memungkinkan untuk
membutuhkan transplantasi hati dan biasanya lebih segera daripada bayi
dengan bentuk perinatal yang biasa. Perluasan bahaya dapat juga
mempengaruhi seberapa cepat bayi akan membutuhkan transplantasi hati.
b. Terapi Non Medis
1) Diet dan Nutrisi
Bayi dengan atesia bilier sering mengalami defisiensi nutrisi dan
membutuhkan diet khusus selama mereka tumbuh. Mereka mungkin
membutuhkan diet dengan kalori lebih tinggi, karena atresia bilier
menyebabkan metabolisme menjadi lebih cepat. Penyakit ini juga mencegah
mereka mencerna lemak dan menyebabkan defisiensi protein dan vitamin.
Suplemen vitamin mungkin disarankan, bersamaan dengan penambahan
makanan berminyak trigliserida rantai-sedang, cairan, dan susu formula bayi.
Minyak tersebut menambah kalori dan lebih mudah dicerna tanpa empedu
daripada tipe lemak lain. Jika bayi atau anak terlalu sakit untuk makan, selang
makan mungkin direkomendasikan untuk menyediakan makanan cair tinggikalori.
Sesudah transplantasi hati, sebagian besar bayi dan anak dapat kembali
pada diet mereka yang biasa. Suplemen vitamin mungkin masih dibutuhkan
karena obat-obatan yang digunakan untuk menjaga tubuh dari penolakan
terhadap hati baru dapat mempengaruhi kadar kalsium dan magnesium.
2) Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif sesuai definisi dari WHO adalah perawatan aktif, total
untuk pasien dengan penyakit yang sudah tidak bisa berespon terhadap
perawatan kuratif dan bertujuan meningkatkan kualitas hidup mereka dan
keluarga mereka. Perawatan paliatif saat ini sudah dispesialiasikan dengan
jelas baik untuk pengobatan medis maupun keperawatan, berfokus pada
pengontrolan nyeri dan simptom-simptom lain meringankan penderitan dan
meningkatan kalitas dalam sisa hidup mereka. Keperawatan paliatif
mengintregasikan aspek perawatan psikologis dan spiritual supaya pasien
mampu untuk bertahan hidup dengan harga diri dn juga memberika dukungan
kepada keluarga baik selama pasien menderita penyakit tersebut maupun
kehilangan sesudahnya yang dialami keluarga (Marie Curie Cancer Care,
1995). Pada pasien atresia bilier perlu dilakukan home care untuk
meningkatkan drainase empedu dengan mempertahankan fungsi hati dan
mencegah komplikasi kegagalan hati.
3) Perawatan Suportif
Manajement perdarahan dengan pemberian vitamin K yang berperan
dalam pembekuan darah dan apabila kekurangan vitamin K dapat
menyebabkan
perdarahan
berlebihan
dan
kesulitan
dalam
dalam
memberikan
stimulasi
perkembangan
dan
pertumbuhan klien.
8. Prognosis
Prognosisnya tergantung dari usia saat dioperasi. Bila operasi Kasai dilakukan
sebelum berusia 60 hari, maka keberhasilan aliran empedu sesudah operasi mencapai
91% dan angka ini akan berkurang sampai 56% bila operasi dilakukan antara 61-70
hari dan 31% bila operasi diakukan pada 71-90 hari dan hanya 17% bila operasi
sesudah berumur 91 hari. Bila operasi Kasai berhasil, 5 tahun survival mencapai 4760% dan 10 tahun sebanyak 25-35%, dan dilaporkan ada yang survive tanpa
transplantasi sampai berumur 20-30 tahun, tapi dengan berbagai komplikasi.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah kolangitis (30-60%). Hipertensi
portal (lebih dari 60%), sindrom hepatopulmonal atau keganasan. Pada operasi Kasai
yang tidak berhasil mengalirkan empedu akan berlanjut menjadi sirosis bilier yang
memerlukan transplantasi hati yang biasanya dikerjakan pada umur sekitar dua tahun
bahkan mungkin pada usia yang lebih muda pada umur lebih dari enam bulan. Faktorfaktor yang dapat digunakan untuk memprediksi prognosis jangka panjang sesudah
operasi portoenterostomi Kasai adalah: usia saat operasi, gambaran histologi hati, dan
ukuran sisa duktus biliaris sebelum operasi. Giant cells sinsitial, nekrosis fokal,
bridging necrosis, dan kolangitis berhubungan dengan prognosis yang buruk.
Prognosis lebih baik bila tidak ada sirosis, hipertensi portal dan kelainan ekstrahepatik
lain, pengalaman tim ahli bedah, dan menghilangkannya ikterik sesudah operasi. Pada
yang tidak dilakukan operasi, biasanya penderita meninggal akibat pendarahan, gagal
hati kronik, sepsis atau bronkopneumonia pada sekitar umur dua tahun. Beberapa bayi
meninggal pada umur delapan bulan.
9. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya muncul pada pasien dengan atresia bilier yaitu:
a. Kolangitis
Komplikasi langsung dari saluran empedu intrahepatic ke usus, dengan aliran
empedu yang tidak baik, dapat menyebabkan ascending cholangitis. Hal ini
terjadi terutama dalam minggu-minggu pertama atau bulan setelah prosedur Kasai
sebanyak 30-60% kasus.Infeksi ini bisa berat dan kadang-kadang fulminan. Ada
tanda-tanda sepsis (demam, hipotermia,status hemodinamik terganggu), ikterus
yang berulang, feses acholic dan mungkin timbul sakitperut. Diagnosis dapat
dipastikan dengan kultur darah dan atau biopsi hati.
b. Hipertensi portal
Portal hipertensi terjadi setidaknya pada dua pertiga dari anak-anak setelah
portoenterostomy. Hal paling umum yang terjadi adalah varises esofagus.
c. Hepatopulmonary syndrome dan hipertensi pulmonal
Seperti pada pasien dengan penyebab lain secara spontan (sirosis atau
prehepatic hipertensi portal) atau diperoleh (bedah) portosystemic shunts, shunts
pada arterivenosus pulmo mungkin terjadi. Biasanya, hal inimenyebabkan
hipoksia,
sianosis,
dan
dyspneu.
Diagnosis
dapat
ditegakan
dengan
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
2) Identitas Penanggungjawab
3) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan yang utama dirasakan pasien saat pengkajian. Keluhan yang
muncul adalah ikterus dan nyeri abdomen.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah ada tanda-tanda infeksi dahulu pada ibu, apakah ibu pernah
mengkonsumsi obat-obatan yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya bayi masuk rumah sakit dengan keluhan bayi rewel akibat nyeri
abdomen, tubuh berwarna kuning, dan ada gatal-gatal di tubuh bayi.
d) Riwayat Keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami gangguan hati dan empedu.
4) Pengkajian Pola Fungsional (Gordon)
a) Persepsi kesehatan atau penanganan kesehatan, mengambarkan persepsi
klien dan penanganan kesehatan.
Data subjektif: Alasan masuk rumah sakit (keluarga), riwayat medis dan
sosial, harapan pemberi perawatan kesehatan, persepsi klien atau keluarga
tentang status kesehatan dan kesejahteraan.
Data objektif: Pengamatan umum, hygiene berhias, umur.
b) Pola nutrisi atau metabolic, mengambarkan masukan nutrisi: keseimbangan
cairan dan elektrolit.
Data subjektif: Masukan lemak, asupan natrium, nafsu makan, masalah
dengan makan, menela dan pencernaan kemampuan menelan, mual, berat
badan.
Data objektif: Diet yang dianjurkan, persentase makanan yang dimakan,
kemampuan menelan, asupan kalori, makanan yang alergi, muntah,
masukan dan keluaran, tinggi badan, berat badan dan kulit.
c) Eliminasi, mengambarkan pola fungsi ekskresi usus, kandung kemih dan
kulit.
Data subjektif: Kandung kemih, frekuensi, nokturia, karakteristik keluaran
urine yang biasa, masalah berkemih, pola masukan cairan, frekuensi dari
karakteristik fees yang biasa, masalah dengan konstipasi atau diare.
Data objektif: Kandung kemih, jumlah urin, warna, bau, kandung kemih
teraba, masukan dan keluaran, jumlah feses, warna, konsistensi, abdomen
lemah, distensi nyeri tekan, bising usus
kemampuan
untuk
meningkat.
2) Blood (B2)
vitamin K)
3) Brain (B3)
4) Bladder (B4)
5) Bowel (B5)
feses warna pucat, mual, muntah, anoreksia, berat badan menurun, lingkar
perut meningkat.
6) Bone (B6)
: otot lemah, kerusakan kulit, edema perifer, ikterik
pada sklera, kulit, dan membran mukosa, pruritus.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan diafragma akibat
distensi abdomen.
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan absorbsi
nutrien, mual dan muntah.
3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan penyakit
kronis.
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan penyerapan lemak dan vitamin lemak.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam
empedu dalam jaringan, ditandai dengan adanya pruritis.
b. Post Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
2) Risiko infeksi berhubungan dengan pembedahan.
3. Intervensi
a. Pre Operasi
Diagnosa
Pola nafas
Kriteria Hasil
Tujuan:
tidak efektif
Menunjukkan
berhubungan
pola nafas
dengan
yang efektif
penekanan
Kriteria Hasil:
diafragma
RR= 30-40
akibat distensi
napas/ menit
adanya gangguan
abdomen
Kedalaman
pernapasan pada
inspirasi dan
Intervensi
Distensi abdomen
merupakan tanda non
verbal gangguan
kedalaman
pencernaan.
Untuk mengetahui
tertekuk/posisikan
Tidak ada
penggunaan
otot bantu
beristirahat
Kolaborasi:
4
pasien.
Waspadakan klien
agar leher tidak
bernafas
nafas
Rasional
Mandiri:
Persiapkan operasi
Menghindari
penekanan pada jalan
napas untuk
meminimalkan
penyempitan jalan
napas.
bila diperlukan.
Operasi diperlukan
untuk memperbaiki
kondisi pasien
1.Pantau asupan dan haluaran 1.Pemantauan semacam
Kekurangan
Bayi akan
volume cairan
mempertahank
ini memungkinkan
berhubungan
an
evaluasi
dengan
keseimbangan
keseimbangan cairan
absorpsi
cairan dan
nutrien yang
elektrolit yang
buruk.
ditandai oleh
waktu
selang nasogastrik.
pengisian
kembali
kapiler 3
hingga 5 detik,
tuurgor kulit
program.
urine 1 sampai
dapat
2 ml/kg/jam.
mengidentifikasikan
perubahan dalam
keseimbangan cairan
akurat.
bayi.
3.Mengetahui kadar pH
feses menentukan
reagen (Uji-Tape)
karbohidrat.
dan 7,5.
4. Pantau lingkar abdomen
4.Pemantauan lingkar
abdomen mendeteksi
menggunakan poin
hati.
5.Tanda dehidrasi
mengindikasikan
perlunya intervensi
segera untuk
mata cekung).
mengatasi kekurangan
cairan pada anak.
mengevaluasi
keseimbangan cairan
dan elektrolit.
Keseimbangan yang
menyebabkan
temuan laboratorium
takikardia,
bradikardia, aritmia,
atau hipotensi.
dengan segera.
malfungsi hati.
1.Lakukan program stimulasi 1.Sebuah program
Gangguan
Bayi akan
petumbuhan
berkembang
dan
dengan normal
pencapaian ketrampilan
terencana membantu
perkembangan
yang ditaidai
mencapai tahap-tahap
berhubungan
dengan
penting
dengan
pencapaian
perkembangan.
penyakit
tahap penting
kronis.
perkembangan
bayi.
dengan bayi
tahap penting
memerlukan
perkembangan dengan
konseling khusus
tentang
perkembangan yang
Pertumbuhan dan
Kelompok pendukung
perkembangan normal).
menghadapi masalah
menghilangkan stres,
atresia bilier.
dapat memberi
informasi penting
tentang cara-cara
menstimulasi
perkembangan.
3.Mengelompokan
intervensi
memungkinkan bayi
dapat beristirahat
tanpa gangguan,
istirahat ini
diperlukan untuk
bertumbuh dan
berkembang.
Ketidakseimba
Tujuan:
Mandiri:
ngan nutrisi
Setelah
kurang dari
dilakukan
kebutuhan
tindakan
verbal gangguan
tubuh
keperawatan
pencernaan
berhubungan
selama proses
dengan
keperawatan
gangguan
diharapkan
1.Distensi abdomen
kekurngan/ kebutuhan
nutrisi dengan
penyerapan
pola nutrisi
mengetahui intake
lemak dan
adekuat.
vitamin lemak
Kriteria hasil:
BB pasien
rencana diet
stabil.
Konjungtiva
4.Untuk menurunkan
4. Berikan
tidak anemis.
rangsangan
makanan/minuman
mual/muntah
meningkatkan nafsu
sebelum makan
Kolaborasi:
makan
6.Berguna dalam
memenuhi kebutuhan
sesuai indikasi
nurisi individu
dengan diet yang
paling tepat
7.Memenuhi kebutuhan
nutrisi dan
batasi makanan
meminimalkan
penghasil gas.
rangsang pada
kantung empedu
8.Meningkatkan
mengandung madium
perencanaan dan
chain trigycerides
9. Monitor laboratorium
9.Memberikan informasi
tentang keefektifan
program
terapi.
Tujuan:
(A, D, E dan K)
Mandiri:
integritas kulit
Setelah
berhubungan
dilakukan
terebut terganggu
penyerapannya
Mencegah kulit
kering berlebihan,
dengan
tindakan
memberikan penghil
akumulasi
keperawatan
garam
selama proses
Sekaligus
empedu
keperawatan
dalam
diharapkan
jaringan,
integritas kulit
ditandai
baik
dan menurunkan
dengan adanya
Kriteria hasil:
integritas kulit.
pruritis.
tidak
menghindari infeksi.
2
waktu tidur.
ada pruritus/
Bermanfaat dalam
meningkatkan tidur
Kelembaban
meningkatkan prurit
Lecet
us dan
jaringan/ kulit
meningkatkanresiko
utuh bebas
kerusakan kulit.
eskortasi
Mencegah pasien
bila diindikasikan.
pada kulit,
khususnya bila tidur.
Kolaborasi:
5
indikasi (antihistamin).
6
Antihistamin dapat
mengurangi gatal.
kholestiramin (questian).
Berfungsi untuk
mengurangi pruritus
dan
hiperbilirubinemia.
Pantau pemeriksaan
Bilirubin direk
laboratorium sesuai
dikonjugasi oleh
enzim hepar
dan indirek)
glukoronitin direk
yang dikonjugasi
dan tampak dalam
bentuk bebas dalam
darah atau terikat
pada albumin.
b. Post Operasi
Diagnosa
Kriteria Hasil
Nyeri akut
Setelah
berhubungan
dilakukan
dengan agen
injuri fisik.
Intervensi
1
Ciptakan
Rasional
lingkungan 1. Rangsangan
yang tenang.
yang
berlebihan
dari
tindakan
lingkungan
akan
keperawatan
memperberat
rasa
diharapkan
nyeri
berkurang
yang
Atur
posisi
pasien
nyeri.
2. Posisi yang nyaman
akan
senyaman mungkin.
memberikan
ditandai
dengan
klien
merasa
lebih
membantu
kesempatan
pada
nyaman
3
vaskularisasi
dan
meningkatkan
rasa
nyaman.
4. Obat-obatan
4
analgesic
dapat
membantu
pemberian
mengurangi
analgesik.
nyeri
pasien.
Risiko infeksi
Setelah
berhubungan
dilakukan
ruang
dengan
tindakan
pengunjung
pembedahan.
keperawatan
indikasi.
diharapkan
tidak
terjadi
infeksi.
Batasi
sesuai
potensial
tangan
2.
bebas
petugas.
silang/menurunkan
3.
antara
patogen/infeksi.
Mencegah
kontaminasi
yang
Kriteria Hasil:
pasien
khusus.
Melindungi
risiko infeksi.
Penurunan
jumlah WBC
normal/matur dapat
gejala infeksi.
diakibatkan oleh
pengobatan chemoterapi.
4.
4. Berikan
indikasi,
obat
sesuai
misalnya
proses penyakit.
Dapat diberikan
secara profilaksis
atau mengobati
infeksi secara
khusus.
antibiotik.
4. Dokumentasi
Dokumentasi yang perlu dicatat selama perawatan menurut Speer (2008) yaitu:
-
Asupan nutrisi
Kasus Semu
An. R (laki-laki, 6 bulan 8 hari) dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan 1 bulan pasca
kelahiran sedikit demi sedikit kulit tampak berwarna kuning, tinja berwarna pucat, air
kencing berwarna gelap, demam, perut membesar dan selalu rewel. Dari hasil pemeriksaan
diketahui adanya hipertensi vena porta, peningkatan kadar bilirubin dan hasil Rontgen
didapatkan adanya pembesaran hati.
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
1) Nama: An. R
2) Jenis Kelamin: Laki-laki
3) Tanggal Lahir: 8 April 2014
4) Umur: 6 bulan 8 hari
5) Agama: Islam
6) Pendidikan: 7) Pekerjaan: 8) Status Pernikahan: Belum Menikah
9) Alamat: Kradian Kadipuro-Banjarsari
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama: Ayah klien mengatakan anaknya demam
2) Riwayat Penyakit Sekarang: Demam selama 4 hari, rewel, perut membesar,
dan kulit tampak kuning, perut klien buncit dan keras, kulit tampak kuning,
kencing klien berwarna gelap, dan feses pucat.
3) Riwayat penyakit sebelumnya: 4) Riwayat Tumbuh Kembang Anak:
2. Pemeriksaan Fisik
a
B5 (Bowel): anoreksia, mual muntah, penurunan berat badan BB/TB 5,2 Kg/
62 cm, distensi abdomen, hepatomegali, dehidrasi.
3. Pemeriksaan Penunjang
a
Laboratorium
Darah:
Nilai normal:
4,0-10x103 /uL
Eritrosit : 5000
4,7-6,1x106 /uL
Hb : 14 g/dl
Trombosit : 242.000
150-400x103/uL
AST : 45 U/L
ALT : 40 U/L
0,5 mg/dL
Albumin : 3,8
3,8-4,4 g/dL
Ureum : 31,9
10-50 mg/dL
BUN : 20
5-23 mg/dL
Nilai normal :
PCO2 : 40
35-45 mmHg
PO2 : 85
80-100 mmHg
HCO3 : 22,3
19-25 mmol/L
SaO2 : 98 %
Urine :
Nilai normal :
Glukosa 0
(-)
Bilirubin +3
(-)
pH 7,3
(7,37-7,43)
Leukosit (-)
Protein0
Nitrogen 0
B. Analisa Data
No Data
1.
Etiologi
Masalah Keperawatan
DS : pasien terlihat sesak. cairan asam empedu balik ke hati Pola napas tidak efektif
DO :
RR= 42x/menit
distensi abdomen
Napas pendek
menekan diafragma
peningkatan Komplain paru
Kebutuhan oksigen meningkat
Frekuensi napas meningkat
2.
DS : -
Pembesaran hepar
Kekurangan volume
cairan
meningkat
Mual muntah
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Do:
Berat badan turun (6 kg
menjadi 5,1 kg) ,muntah,
konjungtiva anemis.
4.
Ds:-
Do:
kulit
Defisiensi Pengetahuan
C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan diafragma akibat
distensi abdomen
2. Kekurangan volume cairan b.d dengan mual dan muntah
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia dan gangguan penyerapan lemak, ditandai dengan
berat badan turun dan konjungtiva anemis.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu
dalam jaringan, ditandai dengan adanya pruritis.
D. Intervensi Keperawatan
1
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan diafragma akibat distensi
abdomen
Hasil yang diharapkan : dapat menunjukkan pola nafas yang efektif yang ditandai
RR= 30-40 napas/ menit, kedalaman inspirasi dan kedalaman bernafas, tidak ada
penggunaan otot bantu nafas
Intervensi :
a
Waspadakan klien agar leher tidak tertekuk/posisikan semi ekstensi atau eksensi
pada saat beristirahat
Berikan diet rendah lemak, tinggi serat dan batasi makanan penghasil gas
WOC
Atresia
Bilier
Idiopati
k
Kelainan
Kongenital
Kerusakan progresif pd
Infeksi virus/
bakteri
Inflamasi
MK:
Pembedahan
Kassai
MK:
Resiko
Gg.
Supply
darah pd
sel hepar
Kerusaka
n duktus
empedu
sel
Kerusa
hepatik
kan sel
ekskre
si
Proses
peradang
an pada
hati
Hepatomeg
ali
Distens
i
abdom
Meneka
n
diafrag
Prurit
us
Keluar ke
aliran darah
Ikter
A. Kesimpulan
& kulit
us
Ekkresi bilirubin
ke usus
terhambat
Gg. Penyerapan
lemak & vit larut
lemak
Malnutri
Perut
terasa
penuh
MK:
Kerusakan
Integritas
kulit
Mual,
munta
h
Peningkatan
complain
BAB
III
PENUTUP
MK:
Ketidakseimba
ngan nutrisi
kurang dari
MK:
Kekurangan
Kebutuh
an O2
Frekuens
i nafas
Atresia bilier atau atresia biliaris ekstrahepatik, merupakan proses inflamasi progresif
berhubungan dengan agen injuri fisik dan risiko infeksi berhubungan dengan
pembedahan.
B. Saran
Pada kasus atresia bilier perlu dilakukan deteksi dini untuk dapat dilakukan
penatalaksanaan medis dan non medis yang tepat, sehingga dapat memperpanjang
harapan hidup pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Hull, D. & Johnston, D. I. (2008). Dasar-dasar pediatri. Alih bahasa Hartono Gunadi.
Jakarta: EGC.
Kumar, V., Abbas, A. K., Fausto, N. (2005). Dasar patologis penyakit. Jakarta: EGC.
Marie Curie Cancer Care. (1995). Cancer care: prevention, treathment and palliation.
Edited by Jill David. London: Chapman and Hall.
Mohan, N. (2010). Biliary Atresia. Diakses 9 November 2014, dari Indias leading
Pediatric Liver Transplant Physician, website:
http://drneelammohan.com/pediatric-diseases/pediatric-hepatology/biliaryatresia/.
National Institutes of Health of the US Departement of Health and Human Services.
(2012). Biliary Atresia. Nasional Digestive Diseases Information
Clearinghouses, 12, 5289.
Speer, K. M. (2002). Rencana asuhan keperawatan pediatrik dengan clinical pathways.
Alih bahasa Julianus Ake, Renata Komalasari. 2007. Jakarta: EGC.
Sulaiman, A. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Jakarta: Jayabadi.
Waiman, E. & Oswari, H. Peran Operasi Kasai pada Pasien Atresia Bilier yang
Datang Terlambat. Sari pediatri, Vol. 11, No. 6, Aprill 2010.
Wong, D. L. (2002). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik ed. 6. Alih bahasa Egi Komara
Yudha. 2009. Jakarta: EGC.