Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
RUANG 8
1. Astrid Noviera Iksan
2. Siti Fitrah I. H
3. Anggelina Thendry
4. Febrina Ruth Wuwung
5. Silvia Nathalia
6. Channesya M. Sampetoding
7. Caroline Rosalia M. Karouw
8. Yolanda Anugrahwaty Kasi
9. Gladys R. Rompas
10. Fonda Simanjuntak
11. Rokky Vernando Bakati
12. Fikri Hidayat Maradjabessy
13. Gabriela V. Ch. Walewangko
14. Ivana Jansen
15. Meyrina Enjelita Sondakh
16. Kadek A. W. Widiastawan
17. I Gusti Bagus Magitojaya
110111286
110111085
110111017
110111046
110111258
110111231
110111278
110111288
110111010
110111069
110111098
110111177
110111102
110111021
110111013
110111199
110111236
Seorang wanita berusia 25 tahun, belum menikah datang ke dokter puskesmas dengan keluhan
muntah-muntah sejak 1 minggu terakhir. Panas (-), nyeri ulu hati dirasakan setiap kali pasien
terlambat makan.
Pertanyaan awal :
1. Apa masalah wanita ini?
2. Anamnesa apa saja yang perlu ditanyakan pada pasien ini?
3. Pemeriksaan fisik apa yang perlu dicari dalam rangka penegakkan diagnosis dan
menyingkirkan DD nya?
4. Pemeriksaan penunjang apa yang perlu segera dilakukan pada pasien ini?
Lanjutan Kasus
Pada anamnesis lanjut ternyata pasien sudah 3 bulan mengalami keterlambatan haid. Pasien
pernah minum Jamu Terlambat Bulan tapi tidak turun haid. Urin tes, beta hCG positif. Pasien
kemudian kontrol teratur ke dokter kandungan. Sekitar 6 bulan kemudian pasien datang kembali
ke puskesmas dengan keluhan nyeri perut bawah dan panas serta menggigil. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 108 kali per menit, regular, respirasi 26 kali
per menit, dan suhu badan 38,5C.
1.
2.
3.
4.
Identitas
Keluhan utama
- nyeri uluhati
* berapa lama
* frekuensi
* nyeri bagaimana (tertusuk-tusuk atau rasa terbakar)
* faktor yang memperberat dan mempwringan nyeri
- muntah
* sejak kapan
* warna muntah
* isi muntah
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat keluarga
Riwayat alergi
Riwayat penggunaan obat
Obstetri:
Identitas
Status
- menarche
- siklus
- lama haid
- HPHT
PAN
Penyakit yang diderita pasien
Penyakit yang diderita keluarga
Keluhan:
- oemesis
- edema
- pusing
- sakit kepala
- visus
- detaecatie
- micti
- perdarahan
- fluor albus
- demam
- nyeri
Riwayat sosial
Vaksin
Riwayat alkohol dan rokok
3. Pemeriksaan fisik
Bunyi Korothkof I : Bunyi yang pertama terdengar lemah, nadanya agak tinggi,
terdengar tak-tek.( Suara sistol )
Bunyi Korothkof III : Adanya bunyi yang berubah menjadi keras, nada rendah tanpa
bising, terdengsr deg..deg
b. Menghitung denyut nadi per-menit, meraba nadi radial yang termudah, bilatidak
teraba nadi carotid atau apical, pada bayi nadi temporal.
c. Menghitung frekuensi pernafasan per menit, dengan menyilangkan tangan klien di
dada amati pergerakan dinding dada klien
d. Mengukur suhu tubuh, pada orang dewasa pada axillar, pada bayi dan anak pada rectal
atau oral, dan pada kondisi yang memerlukan tingkat akurasi yang tinggi pada orang
dewasa bisa per-oral atau per-rektal
B. KEADAAN UMUM
Menilai keadaan sakit klien dari hasil inspeksi umum, misalkan klien terbaring lemah di
tempat tidur dengan terpasang infuse D5%, pernafasan dyspnoe. Klien dapat makan
sendiri, dan tidak dapat ke kamar mandi.
Integument
a. Inspeksi :
- Adakah lesi, warna, jaringan parut, vaskularisasi.
- Warna Kulit :
Coklat : deposit melanin
Biru
: Tonjolan padat berbatas jelas, lebih dalam dan lebih jelas dari
B. \Tipe Sekunder
i. Pustula
ii. Ulkus : Luka terbuka yang diakibatkan oleh vesikula/bulla yang pecah
iii. Crusta : Cairan tubuh yang mongering ( serum, darah / nanah )
iv. Exsoriasi : Pengelupasan epidermis
v. Scar
(Cloasma Gravidarum)
D. Vitiligo/Hipopigmentasi : Daerah kulit yang kurang berpigment
E. Tatto : Hiperpigmentasi buatan
F. Haemangioma : Bercak kemerahan pad pembuluh darah, dapat merupakan
tumor jinak atau tahi lalat
G. Angioma / toh : Pembengkakan yang terbentuk oleh proliferasi yang
berlebihan dari pembuluh darah
H. Spider Naevi : Pelebaran pembuluh darah arteriola dengan bentuk aliran yang
khasseperti kalajengking dan bila ditekan hilang
I. Strie : Garis putih pada kulit yang terjadi akiubat pelebaran kulit, dapat ditemui
pada ibu hamil
2. Pemeriksaan Rambut
a. Inspeksi dan Palpasi :
penyebaran, bau, rontok ,warna.
Distribusi merata atau tidak, adakah alopesia, daerah penyebaran
Quality, Hirsutisme ( pertumbuhan rambut melebihi normal ) pada sindrom chasing,
polycistik ovarii, dan akromrgali, penurunan jumlah dan pertumbuhan rambut seperti pada
penderita hipotiroitisme ( alopesia ). Warna, putih sebelum waktunya terjadi pada penderita
anemia perniciosa, merah dan mudah rontok pada malnutrisi.
3. Pemeriksaan Kuku
a.Inspeksi dan palpasi
Warna ,bentuk, kebersihan
Bagian bagian kuku :
-
Lempeng kuku
D.
1. Pemeriksaan Kepala
a. Inspeksi :
Bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/ bulat ), kesimetrisan, dan
pergerakan. Adakah hirochepalus/ pembesaran kepala.
Palpasi :
Nyeri tekan, fontanella cekung / tidak ( pada bayi ).
1.
Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan mata
b. Adakah ekssoftalmus ( mata menonjol ), atau Endofthalmus ( mata tenggelam )
c. Kelopak mata / palpebra : adakah oedem, ptosis, peradangan, luka, atau benjolan
d. Bulu mata : rontok atau tidak
e. Konjunctiva dan sclera, adakah perubahan warna, kemerahan ,kuning atau pucat.
f. Warna iris serta reaksi pupil terhadap cahaya, miosis /mengecil, midriasis/ melebar,
pin point / kecil sekali, nomalnya isokor / pupil sama besar.
g. Kornea, warna merah biasanya karena peradangan, warna putih atau abu-abu di tepi
kornea ( arcus senilis ), warna biru, hijau pengaruh ras. Amati kedudukan kornea,
Nigtasmus : gerakan ritmis bola mata
Strabismus konvergent : kornea lebih dekat ke sudut mata medial
Strabismus devergent : Klien mengeluh melihat doble, karena kelumpuhan otat.
h. Pemeriksaan Visus
Dengan jarak 5 atau 6 M dengan snellen card periksa visus okuli dekstra (OD) dan
Okuli Sinistra (OS)
5/5 atau 6/6 = normal
1/ 60 = Mampu melihat dengan hitung jari
1/300 = Mampu melihat dengan lambaian tangan
1/
lubang cahaya (dan filter), dan satu lagi untuk merubah lensa untuk mengoreksi
kesalahan refraktif baik dari pemeriksa maupun pasien.
Lubang-lubang dan filter-filter yang paling penting adalah lubang kecil,
lubang besar, dan filter bebas-merah. Lubang kecil adalah untuk pupil yang tidak
berdilatasi; lubang besar untuk pupil yang berdilatasi; dan filter bebas-merah
menyingkirkan sinar merah dan dirancang untuk melihat pembuluh darah serta
perdarahan. Dengan filter ini, retina tampak abu-abu, diskus berwarna putih,
makula kuning, dan darah tampak berwarna hitam
1. Menggunakan oftalmoskop
Oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan di depan mata kanan
pemeriksa, untuk memeriksa mata kanan pasien. Pasien diminta untuk melihat
lurus ke depan dan mata terfiksasi pada sasaran yang jauh. Jika pemeriksa
menggunakan kaca mata, maka kaca mata harus dilepas supaya dapat melihat
retina dengan lebih baik. Lampu oftalmoskop dinyalakan, lubang dipindahkan ke
lubang kecil. Pemeriksa harus memulai dengan diopter lensa diatur pada angka
"0" jika ia tidak menggunakan kaca mata. Pemeriksa yang miopia harus memulai
dengan lensa "minus", yang ditunjukkan oleh angka-angka berwarna merah;
pemeriksa yang hiperopia akan memerlukan lensa "plus", yang ditunjukkan oleh
angka-angka berwarna hitam. Jari telunjuk tetap pada cakram untuk memudahkan
mengatur fokus.
Oftalmoskop diletakkan berlawanan dengan dahi pemeriksa, sedangkan
ibu jari kiri pemeriksa mengangkat kelopak mata kanan atas pasien. Oftalmoskop
dan kepala pemeriksa harus berfungsi sebagai satu unit. Pemeriksa yang melihat
melalui oftalmoskop, harus mendekati pasien setinggi mata sejauh sekitar 15 inci
pada sudut 20 lateral dari pusat, seperti yang terlihat pada gambar 3.15. Cahaya
harus menyinari pupil. Pantulan sinar berwarna merah, refleks merah, dapat
terlihat pada pupil. Pemeriksa harus memperhatikan setiap kekeruhan pada kornea
atau lensa.
2. Pemeriksaan Telinga
dengan garpu tala lakukan uji weber: mengetahui keseimbangan konduksi suara
yang didengar klien, normalnya klien mendengar seimbang antara kanan dan kiri
4.Pemeriksaan Hidung
a. Inspeksi dan palpasi
Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah pembengkokan atau tidak)
Amati meatus, adakah perdarahan, kotoran, pembengkakan, mukosa hidung, adakah
pembesaran (polip)
3. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan Palpasi
1. Amati bibir, untuk mengetahui kelainan konginetal (labioscheisis, palatoscheisis,
atau labiopalatoseisis ), warna bibir pucat, atau merah ,adakah lesi dan massa.
2. Amati gigi, gusi, dan lidah, adakah caries, kotoran, kelengkapan, gigi palsu,
gingivitis, warna lidah, perdarahan dan abses.
3. Amati orofaring atau rongga mulut, bau mulut, uvula simetris atau tidak
4. Adakah pembesaran tonsil, T0: Sudah dioperasi, T1: Ukuran normal, T2:
Pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah, T3: Pembesaran sampai garis
tengah, T4: Pembesaran melewati garis tengah
5. Perhatikan suara klien ada perubahan atau tidak
6. Perhatikan adakah lendir dan benda asing atau tidak
4. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien, Warna dan kondisi wajah klien, struktur wajah
klien, sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak.
5. Pemeriksaan Leher
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
a. Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf/kurus ditemukan pada orang dengan gizi
jelek, atau TBC, sedangkan endomorf ditemukan pada klen obesitas, adakah
peradangan ,jaringan parut, perubahan warna, dan massa
b. Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak dengan meraba pada suprasternal pada saat
klien menelan, normalnya tidak teraba kecuali pada aorang kurus
c. Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan cara lakukan pembendungan pada
supraclavikula kemudian tekan pada ujung proximal vena jugularis sambil
melepaskan bendungan pada supraclavikula, ukurlah jarak vertical permukaan atas
kolom darah terhadap bidang horizontal, katakanlah jaraknya a Cm di atas atau di
bawah bidang horisontal. Maka nilai tekanan vena jugularisnya adalah : JVP = 5 a
Cm,( bila di bawah bidang horizontal ) JVP = 5 a CmHg ( bila di atas bidang
horizontal), normalnya JVP = 5 2 CmHg
Pengukuran langsung tekanan vena melalui pemasangan CVP dengan memasukan
cateter pada vena ,tekanan normal CVP = 5 15 CmHg
Palpasi pada leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan
posisi trakea
Pembesarn kelenjar limfe leher (Adenopati limfe) menandakan adanya peradangan
pada daerah kepala, orofaring, infeksi TBC, atau syphilis.
Pembesaran tiroid dapat terjadi karena defisiensi yodium
Perhatikan posisi trakea, bila bergeser atau tidak simetris dapat terjadi karena proses
desak ruang atau fibrosis pada paru atau mediastinum
E.
Inspeksi
Palpasi
F.
Secara umum ada beberapa garis bayangan yang digunakan dalam pemeriksaan torak yaitu :
1.
Garis midsternalis
sternum ke bawah
2.
Parasternalis
bawah
3.
Garis midclavikula
clavikula ke bawah
4.
axilla ke bawah
5.
spinal ke bawah
6.
a. Inspeksi
Bentuk torak, kesimetrisan, keadaan kulit.
Normal chest
Pigeon chest
Funnel chest
Barrel chest
Kyposis
Scoliosis
Lordosis
intercosta, retraksi
b. Palpasi
Pemeriksaan taktil fremitus dan /vocal fremitus; membandingkan getaran dinding
torak antara kanan dan kiri, dengan cara menepelkan kedua telapak tangan pemeriksa
pada punggung klien kemudian klien diminta mengucapkan kata tujuh puluh tujuh,
telapak tangan digeser ke bawah dan bandingkan getarannya, normalnya getaran
antara kanan da kiri teraba sama.
gambar
2:
kedua
tangan digeser
membandingkan getaranke bawah
c. Perkusi
Menempelkan jari tengah pemeriksa pada intercosta klien dan mengetuk dengan jari
tangan yang satunya, normalnya suara dinding torak saat diperkusi adalah sonor.
Hipersonor menandakan adanya pemadatan jaringan paru atau penimbunan cairan
dalam dinding torak (pnemotorak)
d. Auskultasi
a.
Suara nafas
Vesikuler
b.
Suara Ucapan
Anjurkan klien mengucapkan tujuh puluh tujuh berulang-ulang, dengan
stetoskop dengarkan pada area torak, normalnya intensitas suara kakan dan kiri
sama
Kelainan yang dapat ditemuka :
Bronkophoni : Suara terdengar lebih keras di banding sisi lain
c.
Egophoni
Pectoriloquy
Suara tambahan
Rales : Suara yang terdengar akibat exudat lengket saat inspirasi
Rales halus , terdengar merintik halus pada akhir inspirasi
Rales kasar , terdengar merintik sepanjang inspirasi
Rales tidak hilang dengan batuk, tanda adanya cairan atau pus di alveoli.
Pada klien gagal jantung, atau pneumonia, atau fibrosis paru.
G.
PEMERIKSAAN JANTUNG
a.
Inspeksi
Amati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri pada dinding
torak, normalnya pada ICS V Mid clavikula kiri selebar 1 Cm, sulit ditemukan pada klien
yang gemuk.
b.
Palpasi
H.
PEMERIKSAAN ABDOMEN
Teknik pemeriksaan abdomen dengan urutan inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi,
karena palpasi dan perkusi dapat meningkatkan peristakltik usus.
Abdomen terbagi dalam 4 Kuadran atau 9 Regio :
a.
Inspeksi
Bentuk abdomen : Membusung, atau datar
Massa / Benjolan : pada derah apa dan bagaimana bentuknya
Kesimetrisan bentuk abdomen
Amati adanya scar, striae (tanda peregangan pada ibu hamil),
warna: Cullen's sign (warna kebiruan di umbilikus, karena perdarahan peritonium), Grey
Turner's sign (lebam/memar pada panggul, karena perdarahan retroperitoneal), bayangan
pembuluh darah vena, kalau terlihat pada bagian atas abdomen dan mengalir ke bagian
yang lebih atas berarti ada obstruksi vena porta hepatica, kalau tampak pada bagian bawah
abdomen menuju ke atas berarti ada obstruksi pada vena cava inferior, normalnya bila
terlihat pembuluh darah pada abdomen berasal dari bagian tengah menuju ke atas atau ke
bawah, dan tidak terlihat terlalu menonjol.
b. Auskultasi
Untuk mengetahui peristaltic usus atau bising usus. Catat frekuensinya dalam satu menit,
normalnya 5 35 kali per menit, bunyi peristaltic yang panjang dan keras disebut
Borborygmi biasanya terjadi pada klien gastroenteritis, dan bila sangat lambat
(meteorismus) pada klien ileus paralitik.
c.
Palpasi
Menanyakan pada klien bagian mana yang mengalami nyeri.
Palpasi Hepar :
-
Ada atau tidak nyeri tekan, ada atau tidak pembesaran berapa jari dari arcus
costae, perabaan keras atau lunak, permukaan halus atau berbenjol-benjol, tepi
Palpasi Lien :
Posis pasien tetap telentang, buatlah garis bayangan Schuffner dari midclavikula
kiri ke arcus costae- melalui umbilicus berakhir pada SIAS kemudian garis dari
arcus costae ke SIAS di bagi delapan. Dengan Bimanual lakukan palpasi dan
diskrisikan nyeri tekan terletak pada garis Scuffner ke berapa ? ( menunjukan
pembesaran lien )
Palpasi Appendik :
Posisi pasien tetap telentang, Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc.
Burney yaitu dengan cara menarik garis bayangan dari umbilicus ke SIAS dan
bagi menjadi 3 bagian. Tekan pada sepertiga luar titik Mc Burney : Bila ada nyeri
tekan ,nyeri lepas dan nyeri menjalar kontralateral berarti ada peradangan pada
appendik.
Palpasi Ginjal :
-
I. PEMERIKSAAN GENETALIA
1.
Genetalia Pria
a. Inspeksi :
Hidrocele : akumulasi cairan serosa diantara selaput visceral dan parietal pada
tunika vaginalis.
Torsi pada saluran sperma : Axil rotasi atau vuvulus pada saluran sperma
diakibatkan infarktion pada testis.
Pria
Posisikan pasien berbaring miring, atau berdiri membungkuk berdasarkan meja
pemeriksaan dan panggul fleksi.
Inspeksi :
- Area sakrokoksigius. Kemungkinan terdapat kista pilonidal atau sinus.
- Area perianal. Kemungkinan terdapat hemoroid, kutil, herpes, syangker, kanker.
- Palpasi :
Palpasi kanul anus dan rektum dengan jari (menggunakan sarung tangan dan beri
pelumas). Kemudian raba pada:
- Dinding rektum. kemungkinan terdapat kanker rektum atau polip.
- Kelenjar prostat. kemungkinan terdapat hiperplasia benigna, kanker, prostatitis
akut.
Kemudian cobalah mempalpasi bagian atas prostat untuk menilai ketidakteraturan
atau nyeri tekan , kemungkinan terdapat sekat rektal dari metastasis peritoneal; nyeri
tekan pada inflamasi.
-
Wanita
Baringkan pasien pada posisi litotomi atau berbaring miring.
Kemudian lakukan:
1. Inspeksi anus. kemungkinan terdapat hemoroid.
Palpasi kanul anus dan rektum. kemungkinan terdapat kanker rektum, serviks uterus
normal atau tampon (teraba melalui dinding rectum ).
Valgus
Varus
2. Palpasi
a. Obsevasi Suhu dengan menggunakan punggung tangan
b. Kelainan bentuk (Deformities)
c. Crepitus (KREPP-it-us) karena pergerakan fragmen tulang pada fraktur
d. Tenderness dan rasa tidak nyaman (nyeri)
3. Pergerakan Sendi (ROM)
a. ROM Aktif
-
Jika terdapat injuri atau nyeri mulailah dari sisi yang normal terlebih
dahulu
b. ROM Pasif
Pemeriksa harus memegang dengan lembut tapi dengan kuat ekstremitas dan
persendian
4. Uji Kekuatan Otot
Jika nyeri atau ada injury, mulailah pada sisi normal.
Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian otot
Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi pada
tendon.
Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas, gerak sendi
gravitasi. Poor
1 : tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi. Trace
0 : kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi. Zero
L. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Menguji tingkat kesadaran
secara kualitatif
dapat
menjawab
semua
pertanyaan
tentang
keadaan
sekelilingnya.
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
jawaban verbal.
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Pemeriksaan Brudzinski
o Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)
Pasien berbaring dalam sikap terlentang, tangan kanan ditempatkan
dibawah kepala pasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang
satu lagi ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan
kemudian kepala pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh dada.
Brudzinski I positif bila gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan
fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara reflektorik.
c. Refleks Pupil
i. Respon cahaya langsung
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak
memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil
untuk melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi kedua pupil dan
ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang
disinari akan mengecil.
ii. Respon cahaya konsensual
Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya
mengecil dengan ukuran yang sama.
d. Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi)
Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke arah O dioptri maka fokus dapat
diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat mengganggu
pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus carilah terlebih dahulu diskus
optikus. Caranya adalah dengan mengikuti perjalanan vena retinalis yang
besar ke arah diskus. Semua vena-vena ini keluar dari diskus optikus.
e. Tes warna
Untuk mengetahui adanya polineuropati pada n. optikus.
Nervus V, Thrigeminus :
o Cabang optalmicus : Memeriksa refleks berkedip klien dengan menyentuhkan
kapas halus saat klien melihat ke atas
o Cabang maxilaris : Memeriksa kepekaan sensasi wajah, lidah dan gigi
o Cabang Mandibularis : Memeriksa pergerakan rahang dan gigi
Nervus X, Vagus
Memeriksa sensasi faring, laring, dan gerakan pita suara
b. Gerakan volunter
Yang di periksa adalah pasien atas pemeriksa, misalnya
-
c. Palpasi
Nyeri tekan
Kontraktur
Konsistensi (kekenyalan)
b. Menguji sensai panas dan dingin: dengan menggunakan Dua tabung tes, satu
berisi air panas dan satu air dingin, Sentuh kulit dengan tabung tersebut minta
klien untuk mengidentifikasi sensasi panas atau dingin.
c. Sentuhan ringan : dengan menggunakan Bola kapas atau lidi kapas, Beri
sentuhan ringan ujung kapas pada titik-titik berbeda sepanjang permukaan
kulit minta klien untuk bersuara jika merasakan sensasi
d. Vibrasi/getaran : dengan garputala, Tempelkan batang garpu tala yang sedang
bergetar di bagian distal sendi interfalang darijari dan sendiinterfalang dari ibu
jari kaki, siku, dan pergelangantangan. Minta klien untuk bersuara pada saat
dan tempat di rasakan vibrasi.
Reflek fisiologis
-
Reflek bisep:
Reflek trisep :
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi
siku dan sedikit pronasi
Reflek brachiradialis
tangan.
Reflek patella
Reflek achiles
Posisi : pasien duduk, kaki menggantung di tepi meja ujian. Atau
dengan berbaring terlentang dengan posisi kaki melintasi diatas kaki
di atas yang lain atau mengatur kaki dalam posisi tipe katak.
Identifikasi tendon:mintalah pasien untuk plantar flexi.
Cara : ketukan hammer pada tendon achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
2. Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
o Reflek babinski:
Pesien diposisikan berbaring supinasi dengan kedua kaki
diluruskan.
Tangan kiri pemeriksa memegang pergelangan kaki pasien agar
anterior
Respon : posisitf apabila terdapat gerakan dorsofleksi ibu jari kaki
dan pengembangan jari kaki lainnya
b. Reflek chaddok
Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke
anterior
Amati ada tidaknya gerakan dorsofleksi ibu jari, disertai mekarnya (fanning) jari-jari kaki
lainnya.
d. Reflek oppenheim
distal
Amati ada tidaknya gerakan dorso fleksi ibu jari kaki, disertai
mekarnya (fanning) jari-jari kaki lainnya.
Reflek Gordon
Reflek bing
g. Reflek gonda
Lanjutan
1. Penanganan secara holistik
2. Bagian ilmu yang dilibatkan:
Obs-gyn
: karena pasien diduga hamil dari pemeriksaan urin tes, beta hCG positif
Psikiatri
: karena jika benar pasien ini hamil bisa ada pengaruh kejiwaan karena dia
belum menikah
Gizi
: karena pada kehamilan, salah satu yang harus diperhatikan adalah gizi
dari ibu hamil
Interna
: karena ibu ini mengalami hipertensi dan masih belum diketahui apakah
hipertensi gestasional atau pre-eklamsi. Jika dari hasil tes urin di dapatkan pre-eklamsi
maka bisa dirujuk di bagian ginjal hipertensi
Anastesi
: jika ada kondisi di mana ada indikasi untuk melakukan operasi SC
Pediatri
: Kerja sama dibutuhkan pada saat persalinan
Neurologi
: karena dalam kehamilan bisa terjadi pre-eklamsi dan eklamsi maka
dibutuhkan neurologi untuk membedakan apakah ini pre-eklamsi, eklamsi atau kelainan
listrik di otak (epilepsi).
3. Tatalaksana ISK pada kehamilan :
Amoksisilin 3 x 500 mg
Sefadroksil 2 x 500 mg
Sefaleksin 3 x 250 mg
Fosfomisin 3 gram dosis tunggal
Nitrofuantoin 3 x 100 mg (todak digunakan pada trimester tiga)
Kotrimoksazol 2 x 960 mg (hanya boleh digunakan pada trimester kedua)
Tata laksana
Semua ISK pada kehamilan, baik bergejala maupun tidak, harus diterapi.15,17 Oleh
sebab itu, skrining bakteriuria asimtomatik pada kehamilan dilakukan minimal satu kali pada
setiap trimester.18 Pilihan terapi pada ISK kehamilan serta lama terapi dapat dilihat pada Tabel
1. Nitrofurantoin harus dihindari pada trimester ketiga karena berisiko menyebabkan anemia
hemolitik pada neonatus.19 Beberapa penelitian menemukan adanya resistensi antibiotik yang
cukup tinggi pada bakteri patogen yang menyebabkan ISK, antara lain extended spectrum
betalactamase E.coli (ESBL) dan MRSA (methicillin resistant staphylococcus aureus).
Golongan antibiotik yang sudah dilaporkan mengalami resistensi adalah golongan betalaktam,
kuinolon, dan aminoglikosida.6 Antibiotik yang masih jarang dilaporkan resistens adalah
golongan glikopeptida, nitrofurantoin, dan karbapenem.20 Oleh sebab itu, sangatlah penting
untuk memilih antibiotik berdasarkan profil bakteri patogen dan sensitivitas antibiotik setempat.
Pencegahan
Sekitar 15% ibu hamil akan mengalami ISK berulang sehingga dibutuhkan pengobatan
ulang dan upaya pencegahan. 15 Beberapa negara sudah mengeluarkan panduan untuk
pencegahan ISK berulang dengan antimikroba, baik secara terus-menerus maupun
pascasanggama, dan dengan terapi non-antimikroba seperti konsumsi jus cranberry.7,22
Pemberikan antibiotik profilaksis secara terus-menerus hanya dianjurkan pada wanita yang
sebelum hamil memiliki riwayat ISK berulang, atau ibu hamil dengan satu episode ISK yang
disertai dengan salah satu faktor risiko berikut ini: riwayat ISK sebelumnya, diabetes, sedang
menggunakan obat steroid, dalam kondisi penurunan imunitas tubuh, penyakit ginjal polikistik,
nefropati refluks, kelainan saluran kemih kongenital, gangguan kandung kemih neuropatik, atau
adanya batu pada saluran kemih.15, 21
Antibiotik profilaksis pascasanggama diberikan pada ibu hamil dengan riwayat ISK
terkait hubungan seksual. Pada kondisi ini, ibu hamil hanya minum antibiotik setelah melakukan
berhubungan seksual, sehingga efek samping obat yang ditimbulkan akan lebih sedikit bila
dibandingkan dengan antibiotik profilaksis yang digunakan secara terusmenerus.
21 Antibiotik profilaksis yang dapat digunakan secara terus menerus sepanjang kehamilan adalah
sefaleksin per oral satu kali sehari 250 mg atau amoksisilin per oral satu kali sehari 250 mg.15
Antibiotik yang sama dapat digunakan sebagai profilaksis pascasanggama dengan dosis yang
sama sebagai dosis tunggal.
4. Edukasi
Perlu disampaikan pada pasien untuk mengonsumsi obat secara teratur agar obat
dapat memberikan efek terapi secara optimal.
Menjaga kebersihan vagina tiap kali berkemih dengan cara membersihkannya dari
depan ke belakang (mencegah bakteri dari anus masuk ke vagina atau uretra).
Minum air putih lebih banyak minimal 2 liter sehari (untuk menstimulasi diuresis
sehingga kuman tidak memiliki kesempatan untuk memperbanyak diri dalam
kandung kemih).
Kesimpulan :
Seorang wanita G1P0A0 berusia 25 tahun diduga mengalami infeksi pada kehamilan dan
membutuhkan penanganan segera secara holistik.