You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bentuk laim dari penularan HIV adalah melalui darah. Hal ini terjadi bila
darah tercemar HIV masuk ke dalam organ tubuh seseorang,baik secara langsung
yaitu melalui transfuse darah dan transplantasi organ maupun melalui alat alat
yang mengandung darah dan mudah tercemar HIV seperti jarum suntik yang telah
digunakan oleh sesorang yang btelah terinfeksi HIV tanpa disterilkan terlebih
dahulu.

Sebaiknya

jika

menggunakan

jarum sekali

pakai

baik

untuk

suntikan,tattoo,dan lain-lain. Hubungan sosial dengan penderita HIV atau


sesorang yang memiliki factor terkena AIDS tidak beresiko terkena AIDS. Belum
pernah di jumpai ada kasus dimana AIDS ditularkan melalui kontak sosial seperti
biasa

berupa

berpelukan,bersalaman

bahkan

berciuman.

Begitu

juga

menggunakan pakaian berganti,HIV juga tidak menular. Walaupun


Masa remaja usia 10-24 tahun merupakan masa transisi yang unik dan khusus
yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik,emosi,dan psikis. Dan masa remaja
ini disebut pubertas atau peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa dengan
pematangan organ-organ sex atau reproduksi.Perubahan fisik yang terjadi pada
masa remaja begitu cepatnya dibandingkan dengan perubahan emosi dan psikis.
Perubahan yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang
mengalaminya untuk itu mereka memerlukan pengertian,bimbingan,dan dukungan
lingkungan sekitarnya agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia
dewasa yang sehat baik fisik,mental,social budaya,dan ekonomi. Dalam
lingkungan sosial tertentu,masa remaja bagi pria merupakan saat diperolehnya
kebebasan,sementara bagi remaja wanita saatnya dimulainya segala pembentukan
pembatasan.
Hal ini sangat memperhatinkan karena banyak kasus kasus yang menyatakan
hampir 10%-40% pecandu narkoba yang diduga kebanyakan dari para remaja
yang memakai jarum suntik positif terinfeksi virus HIV/AIDS.Penyebaran HIV
sangat cepat melalui jarum suntik karena langsung masuk ke system pembulu
darah dan dengan melakukan sex bebas penularan semakin cepat terjadi. Banyak
para remaja juga tidak mengetahui bahwa penyakit yang mereka derita akibat
virus HIV/AIDS sudah mencapai tingkat yang serius karena terlambat diagnose
dan sering menimbulkan komplikasi. Hal ini terjadi karena mereka kurang
1

mendapat informasi tentang penyakit AIDS. Mereka juga belum mendapat


berbagai bentuk bimbingan,nasihat,dan konseling,baik dari orang tua,keluarga,dan
guru mereka,atau pihak-pihal lainnya.
AIDS adalah penyakit yang berbahaya dan merupakan ancaman bagi
kelangsungan hidup berbangsa dan beenegara.AIDS merupakan silent killer
karena tanda ada gejala kita dapat meninggal sewaktu waktu.Hal ini disebabkan
karena masa inkubasi atau masa latent infeksi HIV bertahun-tahun rata-rata antara
5-7 tahun.Ini berarti seorang yang menderita HIV tidak menun jukkan suatu gejala
klinis. Dengan kata lain orang tersebut akan tampak merasa sehat selama
bertahun-tahun.
HIV masuk kedalam tubuh melalui darah,bias melalui luka ataupun pembulu
darah. HIV yang jumlahnya cukup besar sehingga mudah menulari tubuh
sesworang ternyata ada dalam 3 cairan yang ada dalam tubuh manusia,yakni
:darah,sperma,dan cairan vagina. Sealain itu dalam konsentrasi yang sangat
kecil,HIVjuga

ada

cairan

tubuh

yang

lain

seperti

air

mata,keringat,ludah,tinja,dan ,lain-lain. Namun cairan tersebut tidak cukup kuat


untuk menularkan HIV pada orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa HIV
hanya dapat menular melalui beberapa cairan tubuh.
Demikian tetap saja kita harus waspada terutam kaum remaja yang sangat
sangat rentan tertular atau terkena HIV. Jadi jika seeorang tertular HIV,sekali pun
ia belum mengalami,dan memperlihatkan gejala ia dapat menularkan HIV kepada
orang lain melalui prilaku yang beresiko. Inilah yang disebut fenomena gunung es
dimana satu angka yang diketahui berarti kemungkinan 100 angka yang belum
diketahui dan ini akan sangat menakutkan. Untuk itu diperlukan dukungan dari
semua pihak agar remaja generasi penerus bangsa dapatb tumbuh dan berprilaku
hidup sehat baik secara fisik,mental,sosial sehingga Sumber Daya Manusia dapat
meningkat. Kemiskinan,tidak tersedianya lapangan pekerjaan dan hidup terlantar
sering sangat erat hubungannya dengan rendahnya tingkat pendidikan mereka.
Penyalah gunaan alcohol,obat bius,serta berbagai bentuk kejahatan lainnya
merupakan gejala sosial yang beresiko yang melibatkan remaja kita. Kecepatan
perubahan yang terjadi dalam keluarga dan struktur sosial masyarakat akan
mempengaruhi perkembangan kesehatan dan kesejahteraan remaja kita. Semua
kondisi ini penuh diwaspadai dan dapat menjadi situasi perkembangan yang
beresiko penyebaran HIV pada remaja.
1.2 Rumusan Masalah
2

1.2.1 Apakah yang dimaksud AIDS?


1.2.2 Apa penyebab AIDS?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari AIDS
1.2.4 Apa tanda dan gejala klien dengan AIDS?
1.2.5 Bagaimana komplikasi AIDS?
1.2.6 Apa pemeriksaan penunjang untuk AIDS?
1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan AIDS?
1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan AIDS?
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
1.3.1.1 Menjelaskan tentang AIDS dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan kasus
AIDS.
1.3.2 Khusus
1.3.2.1 Menjelaskan tentang AIDS.
1.3.2.2 Menjelaskan tentang AIDS penyebab AIDS.
1.3.2.3 Menjelaskan tentang patofisiologi dari AIDS.
1.3.2.4 Menjelaskan tentang tanda dan gejala dari AIDS.
1.3.2.5 Menjelaskan tentang komplikasi AIDS.
1.3.2.6 Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang untuk AIDS.
1.3.2.7 Menjelaskan tentang penatalaksanaan AIDS.
1.3.2.8 Menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan pada klien AIDS.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Definisi HIV/AIDS
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus
(HIV).Virus dapat ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan
vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu.Virus tersebut merusak system
kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya

tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. (Pedoman Nasional


Perawat, Dukungan Dan Pengobatan Bagi ODHA, Jakarta, 2003, hal 1)
Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang
salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi.Sel darah
putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau sel T-4 atau
disebut juga sel CD 4.(100 Pertanyaan Seputar HIV / AIDS Yang Perlu Anda
Ketahui, Medan, 2006, hal 1)
Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut humanimmunodeficiency

2.2.

virus (HIV).HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan
disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang
diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan
dengan HIV Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi
HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela.Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.Tidak ada
gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik.Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik.Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
5. AIDS.Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan.Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai
system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :

2.3.

1. Lelaki homoseksual atau biseks. 5. Bayi dari ibu/bapak


2. terinfeksi.
3. Orang yang ketagian obat intravena
4. Partner seks dari penderita AIDS
5. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
Patofisiologi
Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu membasmi suatu
infeksi dari benda asing,misalnya:virus,bakteri,bahan kimia,dan jaringan asing
dari ninantang maupun manusia lain. Kekebalan humoral dan kekebalan cell4

mediated. Virus AIDS(HIV) mempunyai cara tersendiri sehingga dapat


menghindari

mekanisme

pertahanan

tubuh.ber-aksi

bahkan

kemudian

dilumpuhkan.
Virus AIDS(HIV) masuk kedalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau
berada didalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan terutama menginfeksi
sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-positif(CD4+) mencakup
monosit,makrofag dan limfositT4 helper. Saat virus memasuki tubuh,benda asing
ini segera dikenal oleh sel T helper (T4),tetapi begitu sel Thelper menempel pada
benda asing tersebut,reseptorsel T helper. sel T helper menempel pada benda asing
tersebut, reseptor sel T helper .tidak berdaya; bahkan HIV bisa pindah dari sel
induk ke dalam sel T helper tersebut. Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal
benda asing HIV, ia lebih dahulu sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah
fungsi reseptor di permukaan sel T helper sehingga reseptor ini dapat menempel
dan melebur ke sembarang sel lainnya sekaligus memindahkan HIV. Sesudah
terikat dengan membran sel T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang
RNA yang identik ke dalam sel T4 helper.
Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reserve transcriptase,HIV
akan melakukan pemrogaman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double stranded DNA(DNA utas-ganda).DNA ini akan
disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi
infeksi yang permanen.
Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah dilumpuhkan,genom
dari HIV- proviral DNA-dibentuk dan diintegrasikan pada DNA sel T helper
sehingga menumpang ikut berkembang biak sesuai dengan perkembangan biakan
sel T helper.
Sampai suatu saat ada mekanisme pencetus (mungkin karena infeksi virus
lain) maka HIV aklann aktif membentuk RNA,ke luar dari T helper dan
menyerang sel lainnya untuk menimbulkan penyakit AIDS. Karena sel T helper
sudah lumpuh maka tidak ada mekanisme pembentuk sel T killer.Sel B dan sel
fagosit lainnya.Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah yang disebut AIDS
(Acquired Immunodeficiciency Syndrome) atau Sindroma Kegagalan Kekebalan.
2.4.
Manifestasi Klinis
2.4.1. Gejala Mayor
2.4.1.1.
Penurunan BB 10%
2.4.1.2.
Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
2.4.1.3.
Diare kronis
2.4.1.4.
Tuberkulosis
5

2.4.2. Gejala Minor


2.4.2.1.
Koordinasi orofaringeal
2.4.2.2.
Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2.4.2.3.
Kelemahan tubuh
2.4.2.4.
Berkeringat malam
2.4.2.5.
Hilang nafsu makan
2.4.2.6.
Infeksi kulit generalisata
2.4.2.7.
Limfodenopati
2.4.2.8.
Herpes zoster
2.4.2.9.
Infeksi herpes simplek kronis
2.4.2.10.
Pneumonia
2.4.2.11.
Sarkoma Kaposi
2.5.
Pemeriksaan Diagnostik
2.5.1. Tes Untuk Diagnosa Infeksi HIV :
2.5.1.1.
ELISA
2.5.1.2.
Western blot
2.5.1.3.
P24 antigen test
2.5.1.4.
Kultur HIV
2.5.2. Tes Untuk Deteksi Gangguan System Imun:
2.5.2.1.
Hematokrit.
2.5.2.2.
LED
2.5.2.3.
CD4 limfosit
2.5.2.4.
Rasio CD4/CD limfosit
2.5.2.5.
Serum mikroglobulin B2
2.5.2.6.
Hemoglobulin
2.6.
Komplikasi
2.6.1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis

Human

Immunodeficiency

Virus

(HIV),

leukoplakia

oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.


2.6.2. Neurologik
2.6.2.1.
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian,
kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
2.6.2.2.
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan

2.6.2.3.

maranik endokarditis.
2.6.2.4.
Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
2.6.3. Gastrointestinal
2.6.3.1.
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma,

dan

sarcoma

Kaposi.

Dengan

badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.


6

efek,

penurunan

berat

2.6.3.2.

Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat


illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi

2.6.3.3.

perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit,
nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
2.6.4. ResInfeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus,

dan

strongyloides

dengan

efek

nafas

pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
2.6.5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
2.6.6. Sensorik
2.6.6.1.
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2.6.6.2.
Pendengaran : otitis eksternal akut
2.7.
Penatalaksanaan
2.7.1. Respon biologis / aspek fisik
2.7.1.1 Universal precaution
1) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3) Dekontaminasi cairan tubuh pasien
4) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat
kedokteran yang dipakai
5) Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan
6) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan
aman
2.7.1.2.
Peran perawat dalam pemberian ARV
Tujuan terapi ARV:
1) Menghentikan replikasi HIV
2) Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi opurtunistik
3) Memperbaiki kualitas hidup
4) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV
2.7.1.3.
Pemberian nutrisi
Pasien dengan HIV AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi
tambahan bertujuan untuk beban HIV AIDS tidak bertambah akibat
defisiensi vitamin dan mineral
2.7.1.4.
Aktivitas dan istirahat
1) Respon adaptif psikologis
(1) Pikiran positif tentang dirinya
(2) Mengontrol diri sendiri
(3) Rasionalisasi
(4) Teknik perilaku
2) Respon sosial
7

(1) Dukungan emosional


(2) Dukungan penghargaan
(3) Dukungan instrumental
(4) Dukungan informatif
3) Respon spiritual
(1) Menguatkan harapan yang

realistis

kepada

pasien

terhadap

kesembuhan
(2) Padai mengambil hikmah
(3) Kestabilan hati

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.
Pengkajian
3.1.1. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan
obat-obat.
3.1.2. Penampilan umum : pucat, kelaparan.
3.1.3. Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat
malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit
tidur.
8

3.1.4. Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup,


ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
3.1.5. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl,
hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang
memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
3.1.6. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser
pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
3.1.7. Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan ,
kaku kuduk, kejang, paraplegia.
3.1.8. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
3.1.9. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
3.1.10. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
3.1.11. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
3.1.12. Gu : lesi atau eksudat pada genital,
3.1.13. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
3.2.
Diagnosa Keperawatan
3.2.1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
3.2.2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya
infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3.2.3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
3.2.4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi
zat gizi.
3.2.5. Diare berhubungan dengan infeksi GI
3.2.6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan
yang orang dicintai.

3.3.

Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan

Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil

Resiko tinggi infeksi


berhubungan dengan
imunosupresi, malnutrisi
dan pola hidup yang
beresiko.

Intervensi

Pasien akan bebas infeksi


1.
Monitor
tanda-tanda
infeksi
baru.
oportunistik dan
2.
gunakan teknik aseptik
komplikasinya dengan
pada setiap tindakan invasif.
kriteria tak ada tanda-tanda
Cuci
tangan
sebelum
infeksi baru, lab tidak ada
meberikan tindakan.
infeksi oportunis, tanda vital 3.
Anjurkan pasien metoda
dalam batas normal, tidak
mencegah terpapar terhadap
lingkungan yang patogen.
ada luka atau eksudat.
4.
Kumpulkan
spesimen
untuk tes lab sesuai order.
5.
Atur
pemberian
antiinfeksi sesuai order

Untuk pengo

Mencegah p
kuman patog
rumah sakit.

Mencegah b

Meyakinkan
pengobatan

Mempertaha
terapeutik
Resiko tinggi infeksi
(kontak pasien)
berhubungan dengan
infeksi HIV, adanya
infeksi nonopportunisitik
yang dapat
ditransmisikan.

Infeksi HIV tidak


ditransmisikan, tim
kesehatan memperhatikan
universal precautions
dengan kriteriaa kontak
pasien dan tim kesehatan
tidak terpapar HIV, tidak
terinfeksi patogen lain
seperti TBC.

Intolerans aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan, pertukaran
oksigen, malnutrisi,
kelelahan.

Pasien berpartisipasi dalam


kegiatan, dengan kriteria
bebas dyspnea dan takikardi
selama aktivitas.

1.

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

Pasien mempunyai intake


kalori dan protein yang

1.

10

1.

Anjurkan pasien atau


orang penting lainnya metode
mencegah transmisi HIV dan
kuman patogen lainnya.
2.
Gunakan darah dan cairan
tubuh
precaution
bial
merawat pasien. Gunakan
masker bila perlu.

Pasien dan k
memerlukan

Mencegah tr
orang lain

Monitor respon fisiologis Respon berv


terhadap aktivitas
2.
Berikan
bantuan
perawatan
yang
pasien
Mengurangi
sendiri tidak mampu
3.
Jadwalkan
perawatan
pasien
sehingga
tidak
mengganggu isitirahat.
Ekstra istira
meningkatka

Monitor
kemampuan Intake menu
mengunyah dan menelan.
dengan nyer

berhubungan dengan
intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan
metabolic, dan
menurunnya absorbsi zat
gizi.

adekuat untuk memenuhi


kebutuhan metaboliknya
dengan kriteria mual dan
muntah dikontrol, pasien
makan TKTP, serum
albumin dan protein dalam
batas n ormal, BB
mendekati seperti sebelum
sakit.

2.

Monitor BB, intake dan


ouput
3.
Atur antiemetik sesuai
order
4.
Rencanakan diet dengan
pasien dan orang penting
lainnya.

mulut

Diare berhubungan
dengan infeksi GI

Pasien merasa nyaman dan


mengnontrol diare,
komplikasi minimal dengan
kriteria perut lunak, tidak
tegang, feses lunak dan
warna normal, kram perut
hilang,

1.

Mendeteksi a
feses

Kaji konsistensi dan


frekuensi feses dan adanya
darah.
2.
Auskultasi bunyi usus
3.
Atur agen antimotilitas
dan psilium (Metamucil)
sesuai order
4.
Berikan ointment A dan
D, vaselin atau zinc oside

Menentukan

Mengurangi

Meyakinkan
dengan kein

Hipermotilit

Mengurangi
pelan, empe
intestinal

Untuk meng
Tidak efektif koping
keluarga berhubungan
dengan cemas tentang
keadaan yang orang
dicintai.

Keluarga atau orang penting 1.


Kaji koping keluarga
terhadap
sakit pasein dan
lain mempertahankan suport
perawatannya
sistem dan adaptasi terhadap
2.
Biarkan
keluarga
perubahan akan
mengungkapkana
perasaan
kebutuhannya dengan
secara verbal
kriteria pasien dan keluarga 3.
Ajarkan kepada keluaraga
berinteraksi dengan cara
tentang
penyakit
dan
transmisinya.
yang konstruktif

3.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klienkeluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian
hari.
3.4.

Evaluasi
11

Memulai sua
bekerja seca
keluarga.

Mereka tak m
mereka berb

Menghilangk
transmisi me

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang


kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

BAB IV
PENUTUP
4.1.

Kesimpulan
AIDS merupakan masalah kesehatan internasional yang perlu segera
ditanggulangi. AIDS berkembang secara pandemic hampir di setiap Negara

di

Dunia,termasuk Indonesia. Epidemi yang terjadi meliputi penyakit AIDS, Viru (HIV)
danepidemi

reaksi/dampak

negative

diberbagai

bidang

seperti

kesehatan,social,ekonomi,politik,kebudayaan,dan demografi. Sampai saat ini obat dan


vaksin untuk mnanggulangi AIDS belum di temukan.Untuk itu alternative lain yang
lebih mendekati dalam upaya pencegahan. Upaya pencegahan dapat dilakukan oleh
semua pihak asal mengetahui cara-cara penularan AIDS.
Penularan AIDS terjadi melalui hubungan seksual,parenteral, transplasental,
sehingga upaya pencegahan perlu diarahkan untuk merubah prilaku seksual
masyarakat(terutama yang memiliki resiko tinggi), menghindari infeksi melalui donor
darah dan upaya pencegahan infeksi perinatal sebelum ibu hamil. Perubahan prilaku
di lakukan dengan penyuluhan kesehatan.
4.2.
Saran
Mahasiswa hendaknya lebih berperan aktif dalam mencari dan menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai Asuhan Keperawatan HIV/AIDS tersebut,
12

sehingga ketika melaksanakan penelitian mampu diaplikasikan dan diterapkan pada


pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3. Jakarta: EGC
Bruner, Suddarth.. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto
Departemen Kesehatan republik Indonesia Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit
Meular Dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman Nasional Terapi, 2004.
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan
Departemen RI, Buku Pedoman Untuk Petugas Kesehatan Dan Petugas Lainnya,
Jakarta, 2003.
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran,
EGC, Jakarta, 2000.
Suzanne C Smeltzer, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 2001.

13

You might also like