You are on page 1of 40

TRANSMISI DAYA ELEKTRIK

1.

Saluran Transmisi

1.1.

Umum
Fungsi saluran transmisi daya listrik tiga phasa saluran udara, adalah untuk

memindahkan daya yang besar ke pusat beban, dan pemakaian untuk industri
melalui saluran distribusi primer. Suatu sistem tranmisi terdiri dari tanah, menara
dan peralatan pada sisi pelayanan, termasuk saluran, pensaklaran, gardu induk,
antara pembangkit dan pusat beban. Peralatan dan saluran memengan peranan
utama untuk menaikkan dan mengintegrasikan atau menginterkoneksikan
sumbersumber pembangkit.
Keputusan untuk membangun sistem transmisi dihasilkan dari hasil studi
perencanaan sistem untuk menentukan bagaimana sebaliknya menemukan
sistem yang dibutuhkan. Pada tingkatan ini diperlukan faktorfaktior berikur ini:
1. Tingkat tegangan
2. Jenis dan ukuran penghantar
3. Pengaturan saluran dan pengendalian tegangan
4. Korona dan rugirugi
5. Aliran beban yang sesuai dan stabilitas sistem
6. Perlindungan sistem
7. Pentanahan
8. Koordinasi isolsi
9. Rancangan mekanis
a. Perhitungan tekanan dan andongan
b. Komposisi penghantar

2
c. Jarak hantaran
d. Pemilihan perangkat keras
10. Rancangan struktur
a. Jenis menara
b. Perhitungan tekanan
1.2.

Konstanta Saluran Transmisi


Untuk maksud analisa sistem, suatu saluran tranmisi yang diberikan

dapat digambarkan oleh resistansi, induktansi atau reaktansi induktif, kapasitans


atau reaktans kapasitif dan resisans bocor atau konduktans yang biasa
diabaikan.
1.2.1. Resistans
Resistans searah dari konduktor dinyatakan oleh persamaan :

l
Rdc = A , dengan................................................................

resistivity conduktor

panjang konduktor

luas penampang konduktor

(1)

Dalam praktis ada beberapa saluran yang berbeda yang dipergunakan


untuk menghitung resistans, sebagai contoh dalam menghitung Satuan
Internasional (satuan SI) satuan l dalam meter, A dalam meter kuadarat, dan
dalam ohm meter. Sedangkan dalam sistem tenaga di United States, dalam
ohmcircularmils per ft, l dalam ft atau A dalam circular mils.
Resistans dari suatu penghantar pada sembarangan temperatur dapat
dihitung dengan mempergunakan persamaan :

To t2
R2
R1 = To t1 ; dengan :........................................................
R1

resistansi konduktor pada temperatur t1

R2

resistansi konduktor pada temperatur t2

t1, t2,

temperatur konduktor dalam derajat celcius

T0

konstanta yang nilainya sama denga material

234,5 untuk annelead copper

241 untuk harddrawn copper

241 untuk harddrawn aluminium

(2)

Gejala arus bolakbalik yang cenderung mengalir pada lapisan ,luar dari luasan
penampang penghantar disebut efek kulit, (Skin effec). Kulit adalah fungsi dari
ukuran penghantar, frekuensi dan resistans relatif dari material penghantar.

1.2.2. Induktans dan Resistans Induktif


a. Saluran udara phasa tunggal

Equipatensial lines

Magnetic flux lines

D
r

Gambar 1. medan magnet dan medan listrik pada saluran fasa tunggal

Gambar 1. memperlihatkan suatu saluran udara phasa tunggal.


Diandaikan arus mengalir keluar dari penghantar a dan kembali dalam
penghantar b. Arus menyebabkan garisgaris gaya magnit yang

konsentris

dengan penampang penghantar, sedangkan tegangan menyebabkan garisgaris


medan

listrik

yang

melingkupi

kedua

pengahantar.

menyebabkan perubahan fluks, yang menghasilkan

Perubahan

arus

induksi tegangan pada

rangkaian. Dalam rangkaian ac induksi tegangan disebut jatuh tegangan yang


besarnya sama dengan arus dikalikan dengan reaktansi (IX). Jika R adalah
resistans pada tiap penghantar, maka rugi total tegangan pada rangkaian yang
disebabkan oleh resistans adalah sebesar 2IR.
Oleh karena itu jatuh tegangan pada saluran phasa tunggal karena
impedans loop pada frekuensi 60 herz dinyatakan dengan persamaan :

VD = 2l (R + j0,2794 log10

Dm
D s ) I volt..................................

(3)

Dengan :
VD

jatuh tegangan karena impedansi saluran dalam volt

panjang saluran dalam mile

resistansi dari tiap penghantar dalam ohm per mile

Dm

ekivalen atau jarak ratarata geometris (geometric mean


distance = GMD) antara pusat penghantar dalam incih

Ds

radius rata rata geometris (Geometric mean radius =


GMR) atau self GMD dari suatu penghatar dalam inch,

0,7788 r untuk penghantar silinder

jarijari penampang silinder dari penghanar dalam inch

arus phasa dalam ampere

5
Oleh karena itu induktansi dari penghantar dinyatakan oleh persamaan :

Dm
D s H/m...........................................................
L = 2 x 10-7 in

(4)

Dm
D s H/mile....................................................

(5)

L = 0.7411 log10

Dengan diketahui induktans, reaktians indukstif

dapat dihitung

denga n

persamaan :

Atau

Dm
D
XL = 2 fL = 2,02 x 10-3 f in s ...............................................

(6)

Dm
D s .....................................................

(7)

Dm
D s /mi........................................................

(8)

Dm
D s /mi............................................................
XL = 0,1213 in

(9)

XL = 4.567 x 10-3 f log10

Atau pada 60 Hz

XL = 0,2794 log10

Dengan mempergunakan (GMR) (Ds) suatu penghantar, maka perhitungan dari


induktans dan reaktans induktif dapat dengan mudah dibuat. Tabel biasanya
memberikan GMR dari berbagai penghantar ynag tinggal membac.

b. Saluran udara tiga phasa


Umumnya jarak Dab, Dbc, Dca antara

penghantar dari satu saluran

transmisi tiga phasa adalah tidak sama. Untuk sembarangan konfigurasi


penghantar yang diberikan, nilai ratarata dari induktans dan kapasirtasn dapat
dihitung melalui gambaran sistem dengan ekivalen jarak yang sama. Jarak
ekivalen dihitung dari :

6
Deg = Dm = (Dab x Dbc x Dca)1/3...............................................(10)
Dalam prakteknya penghantar dari saluran tranmisi di tranpose, seperti
diperlihatkan gambar 2.
Position 1

Conductor a
Ia
Position 2
Conductor b
Ib
Position 3
Conductor c

Dab
Dca

b
Dbc

Conductor c

Conductor b

Conductor a

Conductor c

Conductor b

Conductor r a

Ic
c

Gambar 2. Transposisi saluran tranmisi tiga phasa

Operasi tranposisi yakni perobahan posisi penghantar yang biasanya


dilakukan di gardu induk. Oleh karena itu induktansi perphasa diberikan oleh :

D eg
La = 2 x 10-7 in

D s H/m.........................................................(11)

Atau

L = 0.7411 log10

Dm
D s H/mile....................................................(12)

Dan reaktans induktif dapat dihitung sebagai berikut :

Dm
D s /mi............................................................(13)
XL = 0,1213 in
Atau

XL = 0,2749 log10

Dm
D s H/mile....................................................(14)

7
1.2.3. Kapasitansi dan Reaktans Kapasitif
a. Saluran udara fasa tunggal
Gambar 3 memperlihatkan saluran fasa tunggal dengan dua penghantar
paralel yang

identik a dan b,jarijari luas penampang r, jarak dari pusat

penampang dengan pusat penampang sebesar D dan perbedaan potensial


sebesar Vab volt.

+q

-q

Gambar 3. Kapasitansi dari saluran phasa tunggal


Can = 2 Cab

Cbn = 2 Cab

Gambar 4. Kapasitansi dari saluran phasa tunggal


Oleh karena itu kapasitansi saluran terhadap netral dapat dituliskan sebagai
berikut:

0 ,0388
log 10 ( D / r ) F/mi terhadap netral .......(15)
Cn = CaN = CbN =
Ini dapat dengan mudah dibuktikan karena CN harus sama dengan 2Cab
dengan demikian kapasitans total diantara pengahantar c dapat dituliskan :

CN X CN
CN
C C N = 2 ...........................................................(16)
Cab = N

b
D

8
Dengan kapasitansi diketahui maka reaktans kapasitas antara satu phasa
penghantar dengan netral dapat dihitung dengan persamaan :

1
2fC N ...........................................................................(17)
Xc =
Atau untuk f = 60 Hz, diperoleh:
Xc = 0,06836 log10 (D/r) M/mi terhadap netral ......................(18)
Dan subseptans saluran terhap netral adalah :

1
X
bc = CN atau bc = c ..........................................................(19)
atau :

14 ,267
log 10 ( D / r ) mS/mi terhadap netral...............................(20)
bc =
arus pemuatan dari saluran adalah : Ic = j Cab Vab...............................(21)
b. Saluran udara tiga phasa
Gambar 5. memperlihatkan potongan penampang dari saluran tiga phasa
yang membentuk segitiga sama sisi, jarak dari pusat penghantar ke pusat
penghantar dengan D.

Gambar 5. Konfigurasi saluran tiga phasa yang membentuk segitiga sama sisi
Kapasitans saluran terhadap netral dapat dihitung dengan persamaan :

0,0388
log 10 ( D / r ) F/mi terhadap netral .............................(22)
Cn =
Persamaan ini identik dengan persamaan 15
Ditinjau dari sisi lain, jika jarak diantara pengahantar pada saluran tiga
phasa adalah tidak sama maka kapasitans saluran terhadap netral dapat dihitung
dengan persamaan:

0,0388
log 10 ( D / r ) F/mi terhadap netral .............................(23)
Cn =
Dimana : Deg = Dm = (Dab xDbc + Dca )
Arus pemuatan adalah : : Ic = j CN Van A/mi.........................................(24)
1.3.

Tabel dari konstanta saluran


Tersedinya tabel konstanta saluran tanpa mempergunakan persamaan

untuk perhitungan. Konsep ini atas usulan dari W.A. Lewis, berdasarkan konsep
tersebut, persamaan 9 untuk reaktans induktif pada 60 Hz, yakni :

Dm
D s /mi
XL = 0,1231 ln
Dapat dipecahkan menjadi :

1
D
XL = 0,1231 ln s + 0.1231 ln Dm /mi.................................(25)
Dimana:

10
Ds = GMR, yang dapat diperoleh dari tabel untuk penghantar yang diberikan
Dm = GMD antara pusatpusat penampang penghantar
Oleh karena itu persamaan 25 dapat ditulis kembali persamaan berikut:
Xl = xa xd /mi.......................................................................(26)
Dimana :

xa =

1
D
Reaktans induktif pada jarak pemisah 1 ft = 0.1231 in s /mi (27)

xd =

Faktor pemisah reakatans induktif

0.1231
in
Dm
/mi
............................................................................................
(28)

untuk frekuensi yang diberikan, nilai dari xa tergantung hanya dari GMR, yang
mana fungsi dari jenis penghantar, sebaliknya xd hanya tergantung dari jarak
pemisah Dm. Jika jarak pemisah lebih dari 1 ft, xd mempulnyai nilai positif dan
langsung ditambahkan pada nilai xa. dari sisi lain, jika jarak pemisah kuran dari 1
ft,xd mempunyai nilai negatif dan dapat dikurangkan langsung dari nilai xa. Tabel
tabel memberiklan nilai xa dan nilai xd langsung.
Sama halnya dengan persamaan 18 untuk retans kapasitif pada 60 Hz
yakni :
Xc = 0.06836 log10(D/r) M
Dapat dipisahkan menjadi :
Xc = 0.06836 log10------+ 0,06838 log10(D/r) M/mi..................(29)
Atau Xc = xa + xd M/mi.........................................................................(30)
Dimana :

11
1
D
xa = Reaktans induktif pada jarak pemisah 1 ft = 0.1231 in s /mi

(31)

xd = Faktor pemisah reakatans induktif = 0.1231 in Dm /mi..............(32)


tersedianya tabel xa dan xd secara langsung. Nilai suku xd dapat ditambahkan
atau dikurangkan pada nilai xa tergantung pada besarnya D
1.4.

Untai ekivalen untuk saluran transmisi


Saluran udara tranmisi udara aatau satu kabel dapat digambarkan

sebagai untai distribusi tetap sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar 6.


Resistans, Induktans, Kapasitans dan Konduktans bocor dari satu untai distribusi
tetap adalah di distribusikan dengan seragam sepanjang saluran. Dalam gambar
L menyatakan induktans dari penghantar saluran terhadap netral perunit
panjang, r menyatakan resistans arus bolakbalik dari penghantar saluran unit
panjang. C adalah kapasitasi dari penghantar saluran terhadap netral perunit
panjang, dan G adalah koduktans bocor perunit panjang.
r

Gambar 6. Untaian Ekivalen saluran distribusi tetap

1.5.

Saluran transmisi pendek (sampai dengan 50 mil, atau 80 km)


Dalam hal saluran transmisi pendek, kapasitansi dan resistansi bocor

terhadap tanah biasanya diabaikan, seperti diperlihatkan pada gambar 7. oleh

12
karena itu saluran tranmisi ini dapat diperlakukan sederhana, dimana impedans
tetapnya mengumpul pada satu tempat (lumped) dan dapat dinyatakan oleh ;
Z = R + jXl = zl = rl + jxl .......................................................(33)
Dimana :
Z

impedansi seri total perphasa dalam ohm

impedansi seri dari satu penghantar dalam ohm perunit panjang

Xl

reaktansi induktif total satu penghantar dalam ohm

reaktansi induktif dari satu penghantar dalam ohm perunit panjang

panjang saluran

IR . Xl
IR . R

IR . Z

+
Seindeng end (source) Vs

+
Vs Seindeng end (source)

R
Vs

VR

Gambar 7. Untaian Ekivalen saluran pendek


Is = Ir = I
s

Arus masuk saluran dari sisi pengirim sama dengan arus keluar dari sisi
penerima. Gambar 8 dan 9 memperlihatkan diagram vektor (diagram phasor)
untuk saluran transmisi pendek yang dihubungkan masingmsing dengan beban
induktif dan beban kapasitif.

IR . Xl

IR . Z
Vs

IR . R

13
I = Is = Ir

Gambar 8. Diagram phasor dari saluran transmisi pendek yang dihubungkan


masingmasing dengan beban induktif
VR

Gambar 9. Diagram phasor dari saluran transmisi pendek yang dihubungkan


masingmasing dengan beban kapastif

Jika diperhatikan gambar maka :


Vs = VR + IR Z

...........................................................................(34)

Is = IR =I

...........................................................................(35)

VR = Vs Is Z

...........................................................................(36)

Dimana :
Vs = tegangan phasa (saluran ke netral) pada sisi pengiriman
VR = tegangan phasa (saluran ke netral) pada sisi penerima
IR = arus phasa pada sisi pengirim
Is = arus phasa pada sisi penerima
Z = impedansi seri total
Oleh karena itu, jika VR sebagai pedoman atau referens maka persamaan 34
dapat ditulis sebagai berikut :
Vs

VR + (IR cos R j IR sin R) (R + jXL)....................(37)

Dimana tanda positif dan negatif ditentukan oleh sudut faktor daya R pada sisi
penerima atau beban. Jika faktor daya mengikuti (lagging), tanda negatif
dipergunakan akan tetapi faktor daya mendahului (leading), tanda positif
dipergunakan.

14
Akan tetapi persamaan 36 yang dipakai,maka yang dipergunakan
sebagai referensi adalah Vs sehingga persamaan tersebut dapat dituliskan
sebagai berikut :
VR

VS (IS cos S j IS sin S) (R + jXL)....................(38)

Dimana S adalah sudut faktor daya pada sisi pengiriman, yang

ditentukan

sebelumnya, demikian pula tanda positif dan tanda negatif yang akan digunakan.
Juga dari gambar 8 Vr dipakai sebagai refrensi vektor.
Nilai dari Vs diperoleh dari persamaan berikut :
Vs =

I R cos R I Q sin R

IX cos R I Q sin R

Dan = s - R .....................................................................................

(39)
(40)

IX cos R I Q sin R
Atau

VR cos R IX sin R ........................................................(41)

Konstanta umum atau parameter ABCD dapat ditentukan dengan memeriksa


gambar 7 diperoleh :

Vs
A B VR
I C D I

R ................................................................(42)
S
Dan AD BC = 1
Dimana A = 1 B = Z

C= 0

D = 1 ..............................................(43)

Sehingga diperoleh :

Vs
1 Z VR


0 1 I R ................................................................(44)
IS
dan

Vs
1 Z VR
I 0 1 I

R
S

Vs
1 Z VR
I 0 1 I

R
S

15
efesiensi tranmisi saluran pendek dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:

output
= input =

3 VR I cos R
3 VS I cos R

VR cos R
VS I cos R ....................(45)
=

Persamaan 45 dapat dipergunakan, baik saluran phasa tunggal maupun


saluran 3 phasa.
Efesiensi tranmisi dapat juga dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

output
output rugi rugi
=
Untuk saluran phasa tunggal :

VR cos R
2
= VR I cos R 2 I R ......................................................(46)
Untuk saluran tiga phasa:

3 VR cos R
=

3 VR I cos R 3 I 2 R

.................................................(47)

1.5.1. Batasan daya ajeg


Andaiakan bahwa impedans dari saluran tranmisi pendek diberikan oleh
Z = Z . Oleh karena itu daya aktif yang dikirim pada keadaan ajeg kesisi
penerimaan dari saluran tranmisi dapat dinyatakan oleh persamaa sebagai
berikut :

PR =

2
Vs x VR
VR
Z
x cos ( - ) - Z x cos

....................(48)

dan sama halnya daya reaktif yang dikirim ke sisi penerimaan dapat dinyatakan
oleh persamaan berikut :

16
2
Vs x VR
VR
Z
QR =
x sin ( - ) - Z x sin

........................(49)

Jika tegangan Vs dan VR adalan tegangan saluran terhadapa netral, maka


persamaan (48) dan (49) memberikan nilai PR dan QR perfasa. Pada sisi lain, jika
nilai PR dan QR yang diperoleh dikalikan 3, atau tegangan Vs dan VR yang
dipergunakan adalah nilai tegangan antara saluran, maka persamaan daya aktif
dan daya reaktif adalah tiga fasa, kemudian dikirim kesisi penerimaan saluran
untuk mengimbangi beban.
Jika semua variabel dalam persamaa dalam (48) dipegang tetap kecuali
maka daya real (aktif) yang dikirim sebesar PR adalah fungsi dari , dan nilai PR
maksimum bila = , PR maksimum tersebut juga disebut batas daya dalam
keadaan ajeg, daya maksimun yang diperoleh tersebut pada sisi penerimaan
untuk regulkasi dan dapat dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut :
2
VR ( Vs x Z R )
2
VR
PR max = Z
......................................................(50)

Dimana VS dan VR adalah tegangan fasa (saluran terhadap netral), apakah


sistemnya fasa tunggal maupun tiga fasa.
Persamaan daya aktif maksimum tersebut dapat juga dituliskan sebagai berikut :
2
Vs x VR
VR x cos
Z
Z
PR max =
...............................................(51)

Jika Vs = VR , maka :

VR
PR max = Z

(1 - cos )

..................................................(52)

Atau
PR max =

VR
)
Z 2(ZR)

...................................................(53)

17
sama halnya dengan daya aktif diatas maka daya reaktif yang dikirim ke beban
diberikan oleh persamaan :
2

VR
QR = Z x sin ....................................................................(54)
Jika diperhatikan maka persamaan (33) dan (34) adalah bebas dari
tegangan Vs. tanda negatif dalam persamaan (34) menyatakan bahwa beban
menyerap daya reaktif mendahului (leading vars), yang berarti daya reaktif
tersebut akan kebeban, atau reaktif sumber adalah keterbelakang (leading vars)
yang berarti daya reaktifnya dari beban ke sumber. Daya tiga fasa total yang
dikirim pada saluran tiga fasa adalah tiga kali dari daya yang dihitung dengan
menggunakan persamaan diatas. Jika satuan tegangan dalam volt, maka daya
dapat dikatakan dalam watt dan var, sebaliknya jika satuan tegangan dalam kilo
volt (kV) maka daya dapat dinyatakan dalam megawatt (MW) dan megavar
(MVAR).
Dengan cara yang sama, daya aktif dan daya reaktif pada sisi pengiriman dari
saluran tranmisi dapat dinyatakan oleh persamaan :
2
Vs x VR
Vs
Z
Ps = Z x cos x cos ( + )...............................(55)
2
Vs x VR
Vs
Z
Qs = Z x sin x sin ( + )...............................(56)

Jika semua variabel yang ada pada persamaan (55), sebagaimana


sebelumnya dipegang tetap dengan pengecualian pada , dengan demikian daya
aktif pada sisi pengiriman, Ps
maksimum bila

adalah funsi dari , dan mempunyai harga

+ = 1800, oleh karena itu daya maksimum pada sisi

18
pengiriman, atau daya impfut maksimum dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut :
2
Vs x VR
Vs
Z
Ps max = Z x cos .................................................(57)
2

Vs x VR
Vs x R
3
Z
Z
Qs max =
+
..................................................(58)
Akan tetapi, jika Vs = VR maka

Ps max =

Vs
)
Z 2 ( Z + R ).........................................................(59)

Sama halnya dengan daya reaktif pada sisi pengiriman, daya reaktif infut (vars)
dapat diberikan oleh persamaan :
2

Vs
Qs = Z 2 sin .......................................................................(60)
Sebagai kenyataannya, kedua persamaan (59) dan (60) adalah bebas dari
tegangan VR, dan persamaan (60) mempunyai tanda positif.

1.5.2. Persen Regulasi Tegangan


Regulasi tegangan dari saluran didefinisikan oleh kenaikan tegangan bila
beban penuh dilepas, yang dinyatakan dalam persamaan berikut :

Vs VR
Persen Regulasi tegangan =

VR

x 100........................(61)

Atau

VR ,NL VR ,FL
Persen Regulasi tegangan =
Dimana :

VR ,FL

x 100................(62)

19
Vs

= besaran tegangan fasa (saluran terhadap netral) pada sisi


pengiriman waktu beban nol.

VR

= besaran tegangan fasa (saluran terhadap netral) pada sisi


penerimaan beban penuh.

VR,NL

= besaran tegangan pada sisi penerimaan waktu beban nol.

VR,NL

= besaran tegangan pada sisi penerimaan waktu beban penuh


dengan Vs

Akan tetapi jika beban dihubungakn dengan sisi penerimaan dari saluran :
Vs = VR,NL
dan

VR = VR,NL

suatu persamaan pendekatan untuk persen regulasi tegangan adalah :

( R cos R X sin R )
VR
Persen regulasi tegangan IR
x 100

(63)

1.5.3. Gambaran impedansi gandeng saluran pendek


Gambaran 10 (a) memperlihatkan untai dari saluran x dan y, dimana
impedans masingmasing adalah Zxx dan Z

yy

serta

impedansi gandeng Zyy.

Utaian ekivalennya diperlihatakan pada gambar 10 (b).


Zzz Zzy

Zxx
1

2
1
Zxy
Zxy

4
Zyy

3
Zyy Zxy

(a)

(b)

20
Gambar 10. gambaran dari impedansi gandeng antara dua untai

Kadangkadang diperlukan untuk membuat identitas listrik dari dua


saluran seperti diperlihatkan pada gambar 11 berikut :
Zxx - Zyy

Zxy
1

1:1
3

4
Zyy - Zxy

Gambar 11. Gambaran impedansi gandeng antara dua saluran dengan memakai
transformer yang mempunai perbandingan lilitan 1 : 1

Impedansi gandeng Zyy terdapat pada salah satu dua saluran yang
ditransfer ke salauran lainnya yang melalaui transformator yang mempunyai
perbadingan lilitan 1:1, teknik ini diperlukan juga untuk saluran tiga phasa.

1.6.

Saluran transmisi menengah (sampai dengan 150 mil, atau 240 km)
Sehubungan dengan bertambahnya panjang saluran dan tingginya

tegangan maka menggunakan persamaan (rumus) untuk saluran transmisi


pendek atau analisisnya akan memberikan hasil yang tidak teliti. Oleh karena itu
efek dari arus bocor melalui kapasiansi harus diperhitungkan sebagai analisis
pendekatan yang lebih teliti. Jadi admintasi paralel (shunt) yang digambarkan
berkumpul pada berberapa titik sepanjang saluran, dapat digambarkan oleh
salah satu dari dua rangkaian, untaian nomial T atau untai nominal
sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar 12 dan 13 berikut :

21
R
Is

XL

XL
2

Is
a

Iy

+
G

VS
-

Vy

VS
-

(a)

Z
2

Is
a

Is
a

Iy

+
Y

VS
-

Vy

VS
-

(b)

Gambar 12 Untaian nominal T dari saluran tranmisi

Is
a

R + jXL

I
Iy1

IR
Iy2

+
VS
-

C/2

G/2

C/2

+
G/2 VS
-

(a)

22

Is

Is

Iy1

Iy1

+
Y/2

VS
-

Y/2

VS
-

(b)

Gambar 13 Untaian nominal dari saluran tranmisi


Dalam gambar dinyatakan bahwa Z = z l
Untuk untaian nominal T seperti yang dipelihatkan pada gambar 12 :
VS

= I S x Z + I R x Z + VR
= IR + (VR +IR x Z) Y Z + VR + IR x Z

atau
VS

= (1 + Z Y) VR + ( Z + YZ2 ) IR..............................(64)

dan
IS

= IR + (VR + IR x Z) Y

IS

= Y x VR + ( 1 + Z Y ) IR .........................................(65)

atau

sebaliknya dengan mengabaikan konduktans maka akan diperoleh :


IC

= IY dan VC = VY

Menghasilkan
IC

= VC x Y

VC

= VR + IR x Z

Oleh karena itu


VS

= VC + IS x Z

23
= VR + IR x Z + [VR Y + IR (1 + YZ)] ( Z)
atau
= (1 + ZY) VR + ( Z + YZ2 ) IR................................(66)

VS

C
D

Demikian pula,
IS

= IR + IC
= IR + V C Y
= IR + ( VR + IR x Z) Y

diperoleh :
IS

= Y x VR + ( 1 ZY ) IR................................................(67)

Oleh karena itu diperoleh :


A =

1 + ZY ...........................................................................(68)

B =

Z + ZY2 ...........................................................................(69)

C =

D =

1 + ZY ...........................................................................(71)

...........................................................................(70)

Untuk untai T,matrik parameter untai secara umum, dan matrik transfer menjadi
sebagi berikut:

AB
C D

1 1 / 2 ZY Z 1 / 4 YZ 2

Y
1 1 / 2 ZY

Oleh karena itu diperoleh :

Vs
I
S

1 1 / 2 ZY Z 1 / 4 YZ 2

Y
1 1 / 2 ZY

1 1 / 2 ZY Z 1 / 4 YZ 2

Y
1 1 / 2 ZY

VR
I
R

......................(72)

dan

Vs
I
S

Vs
Is

.........................(73)

untuk untaian nominal seperti yang diperlihatkan pada gambar 13 diperoleh :


VS

= (VR x Y + IR) Z . VR

24
Atau
VS

= (1 + YZ) VR +

Z+

IR.....................................(74)

dan
IS

= Y VS + YX x VR + IR............................................(75)

masukkan persamaan 74 ke dalam persamaan 75, diperoleh :


IS

= [(1 + YZ) VR +Z IR] Y +Y x VR + IR

IS

= Y x Y2Z) VR + ( 1 + YZ ) IR ..............................(76)

atau

C
D

sebaliknya konduktans diabaikan, diperoleh :


I

= IC2 x IR dimana IC2 = Y x VRI

Menghasilkan
I

= Y x VR x IR.............................................................(77)

VS

= VR x IZ.......................................................................(78)

Juga :
dengan mensubsitusika persamaan 77 ke dalam persamaan 78 diperoleh :
VS

= VR + ( Y x VR + IR) Z

VS

= (1 + YZ) VR + Z x IR..............................................(79)

Atau

BA

dan
Ic1 = YZ +VS.......................................................................(80)
dengan mensubsitisakan persamaan 79 ke dalam persaman 80 diperoleh :
Ic1 = Y ( 1 + YZ)VR + Y x ZIR.......................................(81)
dan karena
IS

= IR + IC........................................................................(82)

dengan mensubsitusikan persamaan 81 ke dalam persamaan 82 diperoleh:


IS

= YVR + IR + Y (1 + YZ)+VR + YZ IR

IS

= Y x Y2Z)VR + ( 1 YZ ) IR.....................................(83)

atau
C
D

25

oleh karena itu akhirnya diperoleh :


A

1 + YZ.............................................................(84)

Z ........................................................................(85)

Y + YZ2...........................................................(86)

1 + YZ.............................................................(87)

Untuk untai nominal , matriks parameter untai umum menjadi :

1 1 / 2 ZY

AB
C D

Y 1/ 4 Y2Z
=

1 1 / 2 ZY
..........................(88)

Oleh karena itu diperoleh :

Vs
I
S

1 1 / 2 ZY

Y 1/ 4Y Z

Z
2

VR
I
R

1 1 / 2 ZY

....................(89)

dan

Vs
I
S

1 1 / 2 ZY
=

Y 1/ 4Y Z
2

1 1 / 2 ZY

Vs
Is

..................(90)

Untai nominal T dan untai nominal - tidak ekivalen satu terhadap yang
lain, tidak semudah membuktikan hubungan transformasi delta wye. Hasil ini
tidak seperti yang diharapkan karena dua pendekatan yang berbeda yang dibuat
untuk untai yang sederhana, tidak ada satupun yang benar dan mutla. Hasil yang
teliti dapat diperoleh dengan pemecahan saluran ke dalam beberapa segemen,
masingmasing diberikan dalam bentuk untai nominal T atau

yang

segmen segmen tersebut dikasde untuk memperoleh hasil akhir.


Rugi daya pada saluran akan diberikan oleh persamaan sebagai berikut :
Ploss = I2R...............................................................................................(91)
Yang mana variabel pendekatannya adalah kuadrat arus melalui saluran. Daya
reaktif yang diserap dan suplay saluran akan diberikan oleh persamaan berikut :

26
QL

I2 XL.....................................................................................(92)

V2 b.....................................................................................(93)

Dan
QL

Variabel pendekatan untuk QL adalah pangkat dua dari arus pada saluran,
sebaliknya variabel pendekatan untuk Qc juga pangkat dua dari tegangan. Hasil
dari kenaikan transmisi akan menurunkan daya

reaktif yang diserap oleh

saluran untuk beban berat, dan menaikkan daya reaktif yang disuplay dari beban
ringan.
Persen regulasi tegangan untuk saluran tranmisi jarak menengah seperti
yang diberikan pada buku Stevenson adalah sebagai berikut :

Vs / A VR ,F ,L
Persen Regulasi Tegangan =

VR ,F ,L

100 %

(94)

Dimana :
VS

= besar tegangan phasa pada ujung sisi pengiriman (saluran terhadap


netral)

VR,FL = besar tegangan phasa pada ujung sisi penerima (saluran terhadap
netral) pada waktu beban penuh dengan tegangan Vs tetap
A

1.7.

= besar dari konstanta saluran A

Saluran transmisi jarak panjang (di atas 150 mil atau 240 km)
Analisis yang lebih teliti dari saluran transmisi memerlukan parameter

dari saluran yang digambarkan tidak mengumpul hanya pada satu tempat seperti
sebelumnya, tetapi di distribusikan merata sepanjang saluran.
Gambar 14 memperlihatkan saluran transmisi jarak panjang

dengan

parameter yang di distribusikan merata sepanjang saluran serta bagian


tambahan setebal z dx pada jarak x dari ujung sisi penerima, impedansi serinya

X=1

Z=0
dx

27

adalah sebesar x dx

dan admintans paralel (shunt) adalah sebesar y

dx,

dimana z dan y masingmasing adalah impedans dan admintans perunit


panjang.
Jatuh tegangan dalam bagian tambahan setebal dx adalah sebesar :
dVx

= (Vx + dVx) Vx = dVx

dVx

= Ix z dx......................................................................(95)

atau

sama halnya dengan perubahan arus pada bagian tambahan dapat dituliskan
sebagai berikut :
dIx

= Vx y dx....................................................................(96)

28

Gambar 14 Hubungan satu phasa dengan netral dari saluran transmisi

Oleh karena itu diperoleh :

dVx
dx

= zIx............................................................................(97)

dI x
dx

= yVx...........................................................................(98)

dan

difressial persamaan 97 dan 98 terhadap x diperoleh :

dI
d 2 Vx
z x
2
dx .....................................................................(99)
dx =
dan

d2Ix
dx 2

dVx
dx .....................................................................(100)

subsitusitusikan nilainilai dIx/dx dan dVx/dx dari persamaan 97 dan 98 masing


masing ke dalam persamaan 99 dan 100 akan diperoleh :

d 2 Vx
dx 2 = yzVx.........................................................................(101)
d2Ix
dx 2

= yzIx............................................................................(102)

pada x = 0, Vx = VR dan Ix = IR. Oleh

karena itu penyelesaian persamaan

diffrensial orde dua 101 dan 102 akan diberikan oleh pesamaan berikut :

z

y
V(x) = {cos (yz) . x } VR + { sinh (yz) . x} IR...........(103)
A

29

Sama halnya :

I(x)

y
= { ( z ) sinh (yz) x } {cosh (yz). x} IR.....................(104)

Persamaan 103 dan 104 dapat dituliskan kembali sebagai berikut :


V(x)

(cosh x) VR + (Zc sinh x) IR.......................................(105)

I(x)

(YC sinh x) VR + (cosh x) IR.......................................(106)

Dimana :

= konstanta propagasi perunit panjang = (yz)

Zc

= impedansi karakteristik surja dari saluran perunit panjang = (yz)

YC

= admintasnis karakteristik surja dari saluran perunit panjang = (yz)

Selanjutnya, = + j.........................................................................(107)
Dimana

= konstanta atenuasi (ketetapan pengukuran dalam tegangan dan arus


perunit panjang dalam arah lintasan) dalam satuan nepers perunit

= konstanta perubahan phasa dalam radian persatuan panjang


(perubahan sudut phsa antara dua tegangan atau arus pada dua titik
dengan jarak tak terhingga persatuan panjang.

Bila x = l maka pesamaan 105 dan 106 akan menjadi :


V(S)

(cosh x) VR + (Zc sinh x) IR.......................................(108)

I(S)

(YC sinh x) VR + (cosh x) IR.......................................(109)

Persamaan 108 dan 109 dapat ditulis dengan bentuk matrik sebagai berikut :

30

cosh l Z c sinh l VR
Yc sin l Z cosh l I
c
R ...................................(110)
=

Vs
I
S
dan :

cosh l Z c sinh l
Yc sin l Z cosh l
c

VR
I
R

VR
I
R

cosh l Z c sinh l
Yc sin l Z cosh l
c

VR
I
R

................................(111)

atau
1

VR
I
R

.............................(112)

oleh karena
V(R)

(cosh x) VS + (Zc sinh x) IS........................................(113)

I(R)

-(YC sinh x) VS + (cosh x) IS......................................(114)

Dalam penyataan dengan konstanta ABCD,

Vs
I
S

A B VR
C D I
R =
=

Vs
I
S

A B VR
A B VR
I

D R = C
D I R .....................(116)
=

A B VR
C D I

R ..................................(115)

dan

dimana :
A = cosh l = cosh (YZ) = cos ......................................(117)

B = Zc sinh l = Y sinh (YZ) = YZ cos .................(118)


Z

C = Yc sinh l = Y sinh (YZ) = YZ cos ................(119)


D = A = cos l = cosh (YZ) = cos .................................(120)

= (YZ)..............................................................................(121)

31
e l e l
2
sinh l =
...............................................................(122)
e l e l
2
cosh l =
...............................................................(123)
Persamaan 108 dan 121 dapat mempergunakan tabel fungsi hiperbolik
kompleks atau kalkulator saku yang mempyai fungsi kompleks. Kalau tidak dapat
mempergunakan persamaan ekpansi sebagai berikut :
sinh l = sinh (l + jl ) = sinh l cosh l + j cosh l sinh l.....(124)
cosh l = cosh (l + jl ) = cosh l sinh l + j sinh l sinhl.....(125)
selanjutnya dengan subsitusi untuk l dan Zc dalam persamaan Y dan Z yaitu
masingmasing sebagai admintans shunt total saluran perphasa dan impedansi
seri total saluran perphasa, dalam hal ini akan menghasilkan persamaan 115
menjadi :

VS

Z
Z
{cosh (YZ)} VR + ( ( Y )sinh ( Y )} IR.............(126)

Z
{( Y ) sinh (YZ)} VR + (cosh (YZ)IR..............(127)

Dan
IS

Atau kemungkinan lain

sinh
VS

{cosh (YZ)} VR + (

XY
XY

Z} IR.................(128)

Dan

sinh
IS

XY
XY

} YVR + (cosh (YZ)IR..................(129)

32
Faktorfaktor yang ada dalam kurung persamaan 126 dam 129 dapat
diperoleh dengan mudah memakai grafik Woodruff, yang tidak dibahas disini, tapi
dapat dibaca pada buku Electric Power Transmission, Woodruff, L.F.
Parameter ABCD dapat diuraikan dalam bentuk deret berhingga sehingga
sebagai berikut :
2

Y X
+ 720 +

Y4X4
40 . 320

YX Y X
1 + 2 + 24

Y4X4
YX Y 2 X 2 Y 3 X 3
362.880 ................(131)
1 + 6 + 120 + 5040 +

Y4X4
YX Y 2 X 2 Y 3 X 3
40 . 320 ...............(132)
1 + 2 + 24 + 720 +

......(130)

Dimana:
Z

Impedansi seri total dari saluran perphasa zl = (r +jxl ) l

Adminansi shunt total dari saluran perphasa

yl = (g +jb ) l S
Secara praktis bisanya tidak lebih dari 3 faktor yang diperlukan dari

persaamaan 130 sampai 132. Wedy menganjurkan nilai pendekatan untuk


konstanta ABCD dari saluran transmisi udara yang panjangnya kurang dari 500
km sebagai berikut:
A

1 + YZ...........................................................(133)

Z (1 + 1/6 YZ.....................................................(134)

Y ( 1 + 1/6 YZ....................................................(135)

dan

Akan tetapi kesalahan akan menjadi cukup besar untuk diabaikan pada aplikasi
yang pasti :

33

1.7.1. Untaia ekivalen dari saluran transmisi jarak panjang


Dengan mempergunakan nilainilai parameter ABCD yang berlaku
untuk saluran transmisi, memungkinkan untuk mengenmbangkan untai ekivalen
dan untai ekivalen T yang sebenarnya diperlihatkan seperti dalam gambar 15
berikut:
Zr

+
Yn/2

VS
-

Yn/2

VS
-

(a)

Zr/2

Zr/2

+
Y/2

VS
-

VS
-

(b)

Gambar 15. Untai ekivlen dan T dari saluran transmisi jarak pajang

Untuk untai :
Z

ZC Sinh .......................................................(136)

ZC Sinh l......................................................(137)

34

YZ
YZ ....................................................(138)

Sinh
=

cosh 1
A 1
Z sinh ..........................................(139)
B
= C

2 tanh 1/2 l
ZC
...................................................(140)

2 tanh 1/2 l
Y
ZC
2 =
..........................................(141)

dan

Yn
2
atau

Y
atau

Yn
2

untuk untaian ekivalen T :

ZT
2

cosh 1
A 1
Y sinh ..........................................(142)
C
= C

ZR

2 Zc tanh l......................................................(143)

Zr
2

2 tanh 1/2 l
Z
ZC
= 2 =
...............................................(144)

YT

2 sinh l
ZC
...........................................................(146)

atau

Atau

dan
= Yc sin .....................................................(145)

Atau

YT
Atau

YZ
YZ .................................................(147)

2 sinh
YT

35
1.7.2. Tegangan datang dan tegangan pantul pada saluran transmisi jarak
panjang
Sebelumnya telah dibahas tentang propagasi kontans

seperti yang

diberikan oleh persamaan berikut :

= + j perunit panjang......................................................(148)
dan juga

e l e l
2
cosh l =
...................................................................(149)
e l e l
2
sinh l =
....................................................................(150)
Tegangan dan arus pada sisi pengiriman dan sebelumnya sudah dibahas
sebagai berikut :
V(S)

(cosh x) VR + (Zc sinh x) IR.......................................(108)

I(S)

(YC sinh x) VR + (cosh x) IR.......................................(109)

Dengan mensubsitusikan persamaan 148 150 ke dalam persamaan 108 dan


109 akan diperoleh :

VR I R Z C
Vs

VR I R Z C
el ejl +

VR . YC I R
Is

e-l e-jl.....................(151)

VR YC I R
el ejl +

e-l e-jl.................(152)

Dalam persamaan 3.155 suku pertama dan suku ke dua masingmasing


disebut tegangan datang dan tegangan pantul, yang berperan sebagai
gelombang berjalan yang merupakan fungsi dari l. Tegangan datang akan
bertambah besar, baik besaran maupun fasenya sesuai dengan bertambah
besarnya jarak l dari sisi ujung penerimaan demikian pula tegangan datang akan
menurun baik besaran maupun fasenya sesuai dengan penuruan fase dari sisi

36
ujung pengiriman ke sisi ujung penerimaan. Sebaliknya tegangan pantul akan
menurun baik besaran maupun fasanya sesuai dengan jarak kenaikan l dari sisi
ujung penerimaan ke ujung pengiriman. Oleh karena itu untk setiap saluran yang
diberikan dengan panjang l, tegangan adalah sesuai dengan jumlah tegangan
yang datang dan tegangan pantul. Disini faktor e1 akan berubah sesuai dengan
fungsi dari l, sebaliknya ejl selalu mempunyai besaran satu dan memyebabkan
pergeseran fasa sebesar radian perunit panjang saluran.
Dari persamaan 151 bila kedua fasor adalah lebih besar dari 180 0, maka
akan menjadi pergerseran, hal tersebut terjadi bila saluran tidak dibebani,
dimana :
IR = 0 dan = 0 dan bila x radian atau panjang gelombang.
Panjang gelombang di defenisikan sebagai jarak l sepanjang saluran
antara dua titik yang menghasilkan pergeseran phasa 2 radian ataau 3600
untuk gelombang datang dan gelombang pantul. Jika adalah

pergeseran

phasa dalam radian permil, maka panjang gelombang :

2
= ...................................................................................(153)
karena kecepatan propogasi adalah :
v = f mi/sec...........................................................................(154)
dan pendekatan sama dengan kecepatan cahaya sebesar 186.000 mi/secon,
pada frekuensi 60 Hz, panjang gelombang adalah :
Sebaliknya pada frekuensi 50 Hz kecepatan gelombang mendekati 6000
km. Jika suatu saluran terbatas dengan impedansi karakteristiknya Z C maka
impedans menjadi imajiner mengangtikasnustusaluran yang takberhingga, dalam

37
hal ini ada gelombang pantul dari kedua hal yakni tegangan dan arus, oleh
karena itu :
Vr = IR ZC
Dalam persamaan 111 dan 152 dan salura disebut satu saluran yang tak
berhingga.
Dalam buku stevenson diberikan nilai khusus dari Z sebesar 400 ohm
untuk sirkit tunggal dan 200 ohm untuk sirkit gnda yang paralel. Sudut phasa dari
ZC biasanya antara 0 150.

1.8.

Penghantar Berkas
Pengahantar berkas dipergunakan untuk saluran transmisi dengan

tegangan

diatas345kV. Sebagai penggganti satu penghantar perphasa yang

luas penampangnya, dipergunakan dua atau lebih penghantar dengan jumlah


luasan yang salingmendekati.
Penghantar berkas yang dipergunakan untuk tegangan ektra tinggi
biasanya terdiri dari dua, tiga atau empat subpenghantar seperti diperlihatkan
d

pada gambar 16 berikut ;


d

d
d

d
d
d
a

d
a

c
d

D12

a
D12

D31
d

38
Gambar 16. Susunan penghantar bekas : (a). Dua sub penghantar berkas (b) Tiga sub
penghantar berkas (c) Empat sub penghantar berkas, (d) penampang melintang
penghantar berkas untuk saluran tiga phasa sirkit tunggal dengan konfigurasi menara
mendatar.

Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan pengahantar berkas:


(1).Mereduksi reaktans induktif dari saluran
(2).Mereduksi gradien tegangan dari permukaan penghantar
(3).Menaikkan tegangan kristis korona, sehingga mengurangi rugi korona, radio
intrerfrens, televisi intereren dan audible noise.
(4).Dapat menyalurkan daya besar
(5).Lama dan besaran getaran frekuensi tinggi
Kerugian yang diperoleh dengan mempergunakan penghantar berkas :
(1). Menaikkan pembebanan angin dan es
(2). Retengan issolator gantungan lebih kompleks
(3). Menaikkan biaya
(4). Menaikkan jarak bebas pada struktur
(5). Menaikkan pemuatan KVA
Jika sub penghantar di transpose maka arus akan terbagi merata pada
penghantar berkas. GMR dari penghantar berkas yang terdiri dari dua, tiga, dan
empat sub penghantar masing masing dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut :
Dua

D sb

= (Ds x d)1/2...............................................................(155)

Tiga

D sb

= (Ds x d2)1/3..............................................................(156)

Empat :

D sb

= 1,09(Ds x d3)1/4.......................................................(157)

Dengan :
Dsb

GMR penghantar berkas

Ds

GMR subpenghantar

39
d

GMR jarak antara penghantar

oleh karena itu induktans rata rata adaalah :

Deg
b
D s H/m................................................(158)
2 x 10-7 il

La =

Dan induktive adalah :

Deg
b
D s ohm /m..............................................(159)
0,1213il

XL =

Dimana : Deg = Dm = (D12D23D31.............................................................(160)


Modifikasi dari GMR penghantar berkad yang dipergunakan dalam
perhitungan kapasitans, yang terdiri dari dua, tiga dan empat sub penghantar
masing-masing dapat dinyatakan sebagai persamaan sebagai berikut :
Dsb

(Rd)1/2.....................................................................(161)

Dsb

(Rd2)1/3....................................................................(162)

Dsb

1.09 (R)d3)1/4...........................................................(163)

Sehingga :
DsbC

Modifikasi GMR untuk penghantar berkas

Jari jari luar dari subpenghantar

jarak antara penghantar

oleh karena itu kapasitans

antara saluran dengan netral dapat dinyatakan

dengan persamaan :

Atau :

Cn

2 x 8,8538 x 10 12
b
D eg

ln
C
Ds

=
F/m

(164)

Cn

55,63 x 10 12
b
D eg

ln
C
Ds
F/m
=

(165)

40

You might also like