You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TYPOID

DISUSUN OLEH:
BAYU DIKA PRATAMA
1408017

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA
SEMARANG
2014

A. PENGERTIAN
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan
infeksi Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang
terinfeksi kuman Salmonella.
Demam typhoid atau Typhus abdominalis adalah suatu penyakit
infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan
gangguan.
B. ETIOLOGI
Penyebab dari typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para
typhi A. B dan C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien
dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang
sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi
dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
Salmonella thypi, basil gram negatif, bergerak dengan bulu getar,
tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurngnya 3 macam antigen yaitu
antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H
(flagella) dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin)
terhadap ketiga macam antigen tersebut.
C. PATOFISIOLOGI
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,
yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),
Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi
oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar
kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan

dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman
ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid
disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental
disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam
pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena
membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena
salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat
pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
D. TANDA DAN GEJALA
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang
tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama
30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin
ditemukan gejala prodomal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri
kepala, pusing dan tidak bersamangat kemudian menyusul gejala klinis sbb:
1. Demam
Berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu
tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama duhu berangsur-angsur
meningkat, biasanya turun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore
dan malam hari. Pada minggu ke-2 penderita terus demam dan minggu ke3 penderita demamnya berangsur-angsur normal.

2. Gangguan pada saluran pencernaan

Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih
kotor (coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan
limpa membesar. disertai nyeri pada perabaan
3. Gangguan kesadaran
Kesadaran menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis
sampai samnolen.
Disamping

gejala-gejala

tersebut

ditemukan

juga

pada

penungggungdan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik


kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan darah tepi
Dapat

ditemukan

leukopenia,limfositosis

relatif,

aneosinofilia,

trombositopenia, anemia.
2.

Biakan empedu
Basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam
minggu pertama sakit.

3. Pemeriksaan WIDAL
Bila terjadi aglutinasi 1/200- Diperlukan titer anti bodi terhadap antigeno
yang bernilai 4 kali antara masa akut dan konvalesene mengarah atau
peningkatan kepada demam typhoid.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat dibagi menjadi:
a. Komplikasi intestinal
1. Perdarahan usus
2. Perforasi usus
3. Ileus paralitik

b. Komplikasi ekstra intestinal

1. Kardiovaskuler
kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis,
dan tromboflebitie.
2. Darah
anemia hemolitik, tromboritopenia, sindrom uremia hemolitik
3. Paru
pneumonia, empiema, pleuritis.
4. Hepar dan kandung empedu
hipertitis dan kolesistitis.
5. Ginjal
glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
6. Tulang
oeteomielitis, periostitis, epondilitis, dan arthritis.
7. Neuropsikiatrik
delirium, meningiemus, meningitie, polineuritie,

perifer,

sindrom

Guillan-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.


Pada anak-anak dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang
terjadi. Komplikasi sering terjadi pada keadaan tokremia berat dan kelemahan
umum, terutama bila perawatan pasien kurang sempurna.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Perawatan
Bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Klien
harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan
pulihnya kekuatan kondisi. Klien dengan kondisi kesadaran menurun perlu
diubah posisinya setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus dan pneumonia
hipostatik. Defekasi dan buang air kecil perlu perhatian karena kadang
kadang terjadi obstipasi dan retensi urine.

2.

Diet

a. Cukup kalori dan tinggi protein


b. Pada keadaan akut klien diberikan bubur saring, setelah bebas panas
dapat diberikan bubur kasar, dan akhirnya diberikan nasi sesuai
tingkat kesembuhan. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa
pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah
selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan secara
aman.
c. Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan
perawatan intensif dengan nutrisi parenteral total.
3. Obat
a. Kloramphenikol : dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500
mg, diberikan selama demam berkanjut sampai 2 hari bebas demam,
kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x 250 mg selama 5 hari
kemudian.
b. Ampisilin/Amoksisilin : dosis 50 15- mg/Kg/BB/hari, diberikan
selama 2 minggu.
c. Kotrimoksasol : 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg
sulfametosazol-80 mg trimetropim), diberikan selama dua minggu.
H. PENCEGAHAN
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci
tangan

setelah

dari

toilet

dan

khususnya

sebelum

makan

atau

mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum


dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan
hindari makanan pedas.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, no. Registerasi, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat
badan.
2. Keluhan Utama
pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan
kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah
tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam,
anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat
(anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan
kesadaran berupa somnolen sampai koma.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid
atau sakit yang lainnya.
6. Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien,
dengan timbul gejala-gejala yang dialami, apakah pasien dapat
menerima pada apa yang dideritanya.
7. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan
masalah dalam kesehatannya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit,
lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat
mempengaruhi status nutrisi berubah.
c. Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik
serta

pasien

akan

penyakitnya.
d. Pola tidur dan aktifitas

mengalami

keterbatasan

gerak

akibat

Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan


yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu
tidur.
e. Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi
karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan.
f. Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau
sudah menikah akan terjadi perubahan.
g. Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi
pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Di dalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi
masalah penyakitnya.
i. Pola penanggulangan stress
Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi
masalah penyakitnya.
j. Pola hubungan interpersonil
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam
menjalankan perannya selama sakit.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan
menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan
ibadahnya akan terganggu.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas,
puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.
b. Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal,
konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir
kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran
normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada dan abdomen

Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah


d.

abdomen ditemukan nyeri tekan.


Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak

e.

terdapat cuping hidung.


Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan
darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat

pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.


f. Sistem integumen
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak,
akral hangat.
g. Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk
kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N
-1 cc/kg BB/jam.
h. Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak
ada gangguan.
i. Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar
toroid dan tonsil.
j. Sistem persyarafan
Apakah kesadaran penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam
penderita penyakit thypoid.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus Salmonella Typhii
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan
yang berlebihan (diare/muntah).
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
d. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.
C. Intervensi
1. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam


diharapkan suhu kembali normal, dengan kriteria hasil:

Suhu tubuh dalam batas normal

Nadi dan RR dalam batas normal

Warna kulit tidak kemerahan

Intervensi:
a. Pantau suhu klien
b. Anjurkan klien untuk banyak minum
c. Berikan kompres hangat
d. Kolaborasi pemberian antipiretik

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan


yang berlebihan (diare/muntah).
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi, dengan kriteria hasil:
TTV dalam batas normal
tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi:
a. Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang
tidak terlihat
b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor
kulit dan pengisian kapiler
c. Anjurkan klien untuk banyak minum air putih
d. Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.


Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria hasil:
BB meningkat
nafsu makan meningkat
Intervensi:
a. Dorong tirah baring
b. Anjurkan istirahat sebelum makan
c. Berikan kebersihan oral
d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan
e. Anjurkan klien untuk makan sedikt tapi sering
f. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
g. Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri terkontrol, dengan kriteria hasil:
skali nyeri 0-3
klien tidak merintih kesakitan
Intervensi:
a. Kaji skala nyeri
b. Monitor TTV
c. Berikan kompres air hangat
d. Ajarkan manajemen nyeri

e. Kolaborasi pemberian analgetik


5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/bedrest.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan aktivitas kembali normal, dengan kriteria hasil:
klien tidak lemas
aktivitas meningkat
Intervensi:
a. Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi
pengunjung
b. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik
c. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes M.E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. EGC : Jakarta
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. EGC : Jakarta
Staf Pengajar IKA (1995). Ilmu Kesehatan Anak. EGC : Jakarta
Mansjoer. A (2000). Kapikta Selekta kedokteran. edisi IV. EGC: Jakarta
Sarwana (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. FKUI: Jakarta.
Wilkinson, M. Judith, 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta

You might also like