You are on page 1of 10

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

A. KONSEP MEDIS
I. DEFINISI
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gram.(WHO,1961) dahulu neonatus dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Pada tahun 1961 oleh
WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birt
Weight Infants (BBLR). Berdasarkan pengertian diatas maka bayi dengan berat badan lahir rendah
dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematuritas Murni
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai
dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus kurang bulan sesuai masa
kehamilan(NKBSMK).
2. Dismaturitas
Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dismatur dapat
terjadi dalam preterm,term,dan post term. Dismatur ini dapat juga Neonatus kurang bulan kecil
untuk masa kehamilan (NKB-KMK). Neonatus cukup bulan kecil masa kehamilan (NCBII.
a.
1.
2.
3.

4.
5.
6.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

KMK),Neonatus lebih bulan-kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK).


ETIOLOGI
Faktor Ibu
Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi.
Kelainan bentuk uterus (mis. Uterus bikornis,inkompeten serviks).
Tumor (mis. Mioma uteri,sistoma).
Ibu yang menderita penyakit antara lain : akut dengan gejala panas tinggi (mis. Tifus
abdominalis,malaria). Kronis (mis.TBC,penyakit jantung,gromeluronefritis kronis).
Trauma pada masa kehamilan antara lain: fisik (mis.jatuh). Psikologis (mis.stres).
Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Plasenta antara lain plasenta previa,solusio plasenta.
Factor Janin
kehamilan ganda,
Hidramnion,
Ketuban pecah dini,
cacat bawaan,
Infeksi (mis. Rubeolla, sifilis,toksoplasmosis),
Insufisiensi plasenta,

7. Inkompatibilitas darah ibu dan janin(factor Rhessus, golongan darah ABO). Faktor Plasenta adalah
Plasenta previa dan solusio plasenta.
c. Tidak diketahui
III. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilanya,yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya
kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan
ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan,dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi
kesehatan yang baik, system reproduksi normal,tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi
pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat
daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis
pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi,terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar HB berada di bawah
normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering tyerjadi selama
masa kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi
kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan
menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester
III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik
sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan,abortus,cacat bawaan,BBLR,anemia pada bayiyang dilahirkan,hal ini menyebabkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil
yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan
bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar.
IV. GEJALA KLINIS
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.

d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.


Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.
Lingkar kepala sama dengan atau kurang 33 cm.
Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
Rambut lanugo masih banyak.
Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba

tulang rawan daun telinga.


k. Tumit mengkilap,telapak kaki halus.
Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang. Testis belum turun
kedalam skrotum,untuk bayi perempuan klitoris menonjol,labia minora belum tertutup oleh labia
mayora.
l. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah.
Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflex isap, menelan dan batuk masih
m.
n.
V.
1.

lemah atau tidak efektif, dan tangisnya lemah.


Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang.
Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
KOMPLIKASI
Sindroma distress respiratorik idiopatik
Terjadi pada 10 % bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat kurangnya
surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau

segera setelah lahir bayi akan mengalami :


a. Rintihan waktu inspirasi
b. Napas cuping hidung.
c. Kecepatan respirasi lebih dari 70/menit.
d. Tarikan waktu inspirasi pada sternum (tulang dada).
Nampak gambaran sinar-X dada yang khas bronkogrm udara dan pemeriksaan gas darah menunjukkan
:
e. Kadar oksigen arteri menurun
f. Konsentrasi CO2 meningkat
g. Asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika,bikarbonas intravena dan makanan
intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea.
Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan positif
berkelanjutan.
2. Takipnea selintas pada bayi baru lahir
Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan tetap edematosus untuk beberapa
jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea. Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak
menyebabkan tanda- tanda distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam setelah lahir.
Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang biasanya lahir normal. Perdarahan

intraventrikular dihubungkan dengan sindroma distress respiratori idiopatik dan nampaknya


berhubungan dengan hipoksia pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas dan
mengalami serangan apnea.
3. Fibroplasias Retrorental
Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa
dibelakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan. Hal ini dapat dihindari dengan
menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% (kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40
%).sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik
melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigen perkutan yang saat ini mudah
didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi.
4. Serangan Apnea
Serangan apnea disebabkan ketidak mampuan fungsional pusat pernapasan atau ada hubunganya
dengan hipoglikemi atau perdarahan intracranial. Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi
periode apnea. Dengan mengunakan pemantau apnea dan memberikan oksigen pada bayi dengan
pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar bayi akan dapat bertahan dari serangan apnea,
meskipun apnea ini mungkin berlanjut selama beberapa hari atau mingu. Perangsang pernapasan
seperti aminofilin mungkin bermanfaat.
5. Enterokolitis Nekrotik
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia. Dapat juga terjadi
setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok
usus dan usus mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin
intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena.
Mungkin diperlukan pembedahan.
VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3,hari pertama
setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
2.
Hematokrit (ht) : 43%-61% (peningkatan

sampai

65%

atau

lebih

menandakan

3.

polisitemia,penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal).


Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau hemolisis

4.
5.

berlebihan.
Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl

6.
7.

meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.


Pemantauan elektrolit ( Na,K,Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.
Pemeriksaan analisa gas darah.

VII.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine serta menemukan gangguan
pertumbuhan misalnya dengan pemeriksan ultra sonografi.
2. Memeriksa kadar gula darah(true glucose) dengan dextrostik atau labopratorium kalau hipoglikemi
3.
4.
5.
6.

perlu diatasi.
Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK.
Melakukan tracheal washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium.
Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila frekwensi lebih dari 60x/menit dibuat

foto thorax.
VIII. PENATALAKSANAAN
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk perumbuhan dan
perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka perlu
diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah
infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR
Bayi premature dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat
pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,metabolismenya rendah dan permukaan
badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam incubator sehinga panas
badanya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam incubator maka suhu bayi dengan berat
badan, 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34
derajat celcius. Bila incubator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya
ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan.
2. Nutrisi
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum
matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga
pertumbuhanya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Reflex menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang
paling utama, sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila factor menghisapnya kurang
maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus
dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/hari.
3. Menghindari infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu,
upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan
prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawat dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus
dan terisolasi dengan baik.
B. KONSEP KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila
menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari
responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak
ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat.
Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi
hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C 37,5C, nadi
normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi
post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
3. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo
dan verniks.
4. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau
cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
5. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak
kuning, pupil menunjukkan refleks terhadap cahaya.
6. Hidung
terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
7. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
8. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
9. Leher

Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek


10. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi
jantung lebih dari 100 kali per menit.
11. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus costaae

pada garis papila mamae,

lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia
diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi
karena GI Tract belum sempurna.
12. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda tanda infeksi pada tali pusat.
13. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki
laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan,
kadang perdarahan.
14. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
15. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan
syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
16. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat
memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar
Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).
a. Tanda Fisiologis
1. Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih,walaupun lapar bayi tidak menangis, bayi lebih
banyak tidur dan lebih malas.
2. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi,penyebabnya adalah : pusat pengatur panas belum
berfungsi dengan sempurna, kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat
terjadinya perubahan suhu dan kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler.

2. Tidak efektifnya termoregolasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh dan berkurangnya
lemak sub cutan didalam tubuh.
3. Resiko tinggi infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi
(imaturitas saluran cerna).
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
6. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis,kurang pengetahuan.
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuro muscular
Tujuan
: Pola nafas efektif
Kriteria Hasil
: RR 30-60 x/mnt,Sianosis (-),Sesak (-),Ronchi (-), Whezing (-).
Intervensi :
1. Observasi pola nafas
2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas
3. Observasi adanya sianosis
4. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah
5. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi
6. Beri O2 sesuai program dokter
7. Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2
8. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
9. Kolaborasi dengan tenaga medis lainya.

2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturasi control dan pengatur suhu dan berkurangnya lemak
subcutan didalam tubuh.
Tujuan
: Suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil : Suhu 36- 370C,kulit hangat, Sianosis (-), Ektremitas hangat.
Intervensi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Observasi tanda-tanda vital


Tempatkan bayi pada incubator
Awasi atau control temperature dalam incubator sesuai kebutuhan.
Monitor tanda-tanda hipertermi.
Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.
Ganti pakaian setiap basah.
Observasi adanya sianosis.

3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)


Tujuan
: Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil : Suhu 36-370C,tidak ada tanda-tanda infeksi,leukosit 5.000 10.000.
Intervensi :
1. Kaji tanda- tanda infeksi.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Isolasi bayi BBLR dengan bayi lain.


Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi
Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan bersih/steril.
Kolaborasi dengan dokter.
Berikan antibiotic sesuai program.

4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi(imaturasi
saluran cerna).
Tujuan
: Nutrisi terpenuhi
Criteria Hasil : Reflek hisap dan menelan baik,Muntah (-),Kembung (-),berat badan meningkat 15

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
5.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

gr/hr dan turgor elastic.


Intervensi :
Observasi intake dan output.
Observasi reflekmhisap dan menelan.
Beri minum sesuai kebutuhan.
Pasang NGT bila reflek program menghisap dan menelan tidak ada.
Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.
Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral.
Kaji kesiapan ibu untuk menyusui bayi.
Timbang berat badan setiap hari.
Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit,imobilisasi
Tujuan
: Integritas kulit tidak terjadi.
Kriteria Hasil : Suhu 36,5-370C, Tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit dan tanda- tanda infeksi
(-).
Intervensi :
Observasi vital sign.
Observasi tekstur dan warna kulit.
Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic.
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
Jaga kebersihan kulit.
Ganti pakaian setiap basah.
Jaga kebersihan tempat tidur.
Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.
Monitor suhu dalam incubator.

6. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tuadan kondisi krisis.
Tujuan
: Cemas berkurang.
Criteria Hasil : Orang tua tampak tenang,orang tua tidak bertanya Tanya lagi dan orang tua
berpartisipasi dalam proses keperawatan.

1.
2.
3.
4.
5.

Intervensi
:
Kaji tingkat pengetahuan orang tua.
Beri penjelasan tentang keadaan bayinya.
Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya.
Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua.
Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumahsebelum bayi pulang.

DAFTAR PUSTAKA
Ennis,Sharon Axton.2003.Pediatric Nursing Care Plans.Pearson Education.New Jersey.
Hidayat,Alimul A.2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak1.Penerbit Salemba Medica : Jakarta.
Faras Handayani. (2006). Berat Badan Lahir Rendah Tak Selalu Dirawat DiRumah sakit (On-Line)
terdapat pada : http://www.tabloid-nakita,com/artikel.
Nelson.(1999).ilmu kesehatan Anak 1.EGC. Jakarta.
Sitohang , Nur Asnah.2004. Asuhan Keperawatan Pada Berat Badan Lahir Rendah. USU
Repository @2006
Sowden, Betz Cicilia.2002. Keperawatan Pediatric.EGC.Jakarta.
Speirs,al.(1993).Ilmu Kesehatan Anak Untuk Perawat.IKIP Semarang Press. Semarang.
Whaleys and Wong.(1996). Clinic Manual of PediatricNursing.4 th Edition. Mosby Company.
Zulhaida Lubis.(2003). Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang dilahirkan
(On-Line). Terdapat pada : http://tumoutou.net/702-07134/zulhaida-lubis.htm.

You might also like