You are on page 1of 15

KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN SELULITIS

OLEH :
KELOMPOK 2

1.
2.
3.
4.
5.
6.

I Gd Barry Prabawa
Made Asri Purwanti
Ni Komang Tirta Dewi
Ni Luh Ari Windasari
Ni Luh Dessy Pradnya Dewi
I Gst Ayu Diah Sasmita Dewi

(13.321.1935)
(13.321.1950)
(13.321.1952)
(13.321.1954)
(13.321.1956)
(13.321.1979)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2015
KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian
Selulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan subkutan, pada orang-orang dengan
imunitas normal.
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya
didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan
Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana
cenderung meluas kearah samping dan ke dalam (Herry, 1996).
Selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam. Dengan karakteristik
sebagai berikut :
1. Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis
2. Mengenai pembuluh limfe permukaan
3. Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas

B. Etiologi
Penyakit Selulitis disebabkan oleh:
1. Infeksi bakteri dan jamur :
a. Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus
b. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B
c. Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkan jamur termasuk jarang
d. S. Pneumoniae (Pneumococcus)
2. Penyebab lain :
a. Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia
b. Kulit kering
c. Eksim
d. Kulit yang terbakar atau melepuh
e. Diabetes
f. Obesitas atau kegemukan

g.
h.
i.
j.

Pembekakan yang kronis pada kaki


Penyalahgunaan obat-obat terlarang
Menurunnyaa daya tahan tubuh
Cacar air, Malnutrisi & Gagal ginjal

C. Faktor Predisposisi
a. Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah
berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami
infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.

b. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)


Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya
infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV.
Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga
mempermudah infeksi.
c. Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem
immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah
pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan
masuk bagi bakteri penginfeksi.
d. Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk
bakteri penginfeksi.
e. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi
bakteri penginfeksi.

f. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki


Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko
bakteri penginfeksi masuk.
g. Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
h. Penyalahgunaan obat dan alcohol
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi
berkembang.
i. Malnutrisi
Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah
timbulnya penyakit ini.

D. Patofisiologi
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan
kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang

gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang
pengobatannya tidak adekuat. Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena
serta limfatik pada ke dua ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan
kemerahan yang karakteristi hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A,
streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang
bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang
mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan.
Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan
oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan
pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran. Ulkus kulit yang tidak
nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami infeksi.
Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda
asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.

E. Pathway
Bakteri, jamur
Infeksi jaringan subkutis
Selulitis
peradangan
hiperemia
Eritema lokal

Akselerasi jaringan saraf


Nyeri otot
Nyeri akut

Gangguan citra tubuh

Kerusakan integritas kulit

F. Manifestasi Klinis
Selulitis

menyebabkan

kemerahan

atau

peradangan

yang

terlokalisasi.

Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam kulit
muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar dan lepuhanlepuhan kecil.
Gejala lainnya adalah:
1. Demam
2. Menggigil
3. Sakit kepala
4. Nyeri otot
5. Tidak enak badan

G. Pemeriksaan Penunjang
Tidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap diagnosis (yang
meliputi anamnesis,uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus cellulite yang belum
mengalami komplikasi yang mana criterianya seperti :
1. Daerah penyebaran belum luas
2. Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeri
3. Tidak ada tanda-tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi, tachypnea,
tachycardia,hypotensi
4. Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah seperti :
Umur yang sangat tua, daya tahan tubuh sangat lemah
5. Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk melakukan
diagnosis

membutuhkan

penegakan

diagnosis

tersebut

dengan

melakukan

pemeriksaan lab seperti :


a. Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri
b. BUN level
c. Creatinine level
d. Culture darah

e. Immunofluorescence : Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang dimana


dapat membantu menghasilkan diagnosa sera pasti pada kultur cellulites negative,
tapi teknik ini jarang digunakan.
f. Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites
yang parah. Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi
selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.

H. Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin).
Jika

infeksinya

ringan,

diberikan

sediaan per-oral (ditelan).

Biasanya sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan


antibiotik jika:
1. penderita berusia lanjut
2. selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
3. demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat
dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.

I. Pencegahan
1. Jika memiliki luka :
a. Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air
b. Oleskan antibiotic
c. Tutupi luka dengan perban
d. Sering-sering mengganti perban tersebut
e. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi
2. Jika kulit masih normal :
a. Lembabkan kulit secara teratur
b. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
c. Lindungi tangan dan kaki
d. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial

J. Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bakteremia
Nanah atau local Abscess
Superinfeksi oleh bakteri gram negative
Lymphangitis
Trombophlebitis
Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar

8%
7. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Data Biografi
Nama

Alamat

Telepon

Tempat/tanggal lahir

Umur

Pendidikan terakhir

Orang yang paling dekat dihubungi :


Alamat
Telepon
2. Penyakit
a. Riwayat Lingkungan Hidup

:
:

Biasanya pada tempat yang kurang bersih dan kumuh. Di tempat seperti ini
kuman dengan mudah bereplikasi
b. Riwayat Rekreasi
c. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam,
menggigil dan malaise
d. Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap
penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.
e. Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna
merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap
f. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau
penyekit kulit lainnya
3. Sumber system pendukung yang digunakan
4. Deskripsi Hari Khusus

5. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
TD

: Menurun (< 120/80 mmHg)

Nadi

: Turun (< 90)

Suhu

: Meningkat (> 37,50)

RR

: Normal

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Kepala
: Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
Mata
: Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
Hidung
: Tidak ada pernafasan cuping
Mulut
: Kebersihan, tidak pucat
Telinga
: Tidak ada serumen
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar
Jantung
: Denyut jantung meningkat
Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas
Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu
daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan
tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau dorange). Pada kulit yang
terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar
berisi cairan (bula), yang bisa pecah.

MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS

NO

KRITERIA

Makan

Minum

Berpindah dari kursi roda ke tempat


tidur atau sebaliknya
Personal toilet (cuci muka, menyisir
rambut, gosok gigi)
Keluar masuk toilet (mencuci
pakaian, menyeka tubuh, menyiram)

4
5

DENGAN BANTUAN

MANDIRI

10

10

5-10

15

10

6
7
8
9
10

Mandi
Jalan di permukaan datar
Naik turun tangga
Mengenakan pakaian
Kontrol bowel (BAB)

5
0
5
5

15
5
10
10

10

11

Kontrol bladder (BAK)

10

Keterangan :

110 : Mandiri
65-100 : Ketergantungan sebagian
60 : Ketergantungan total

HASIL
10
10
5
0
5
5
5
5
5
10
10

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik
jaringan
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya luka pada ekstrimitas
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota
tubuh
4. Defisit self care berhubungan dengan kerusakan integumen
5. Mekanisme koping individu tidak efektif berhubungan dengan sumber koping yang
tidak adekuat

C. Rencana Keperawatan
NO
1

Dx
Nyeri akut

TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan

berhubungan

keperawatan selama 24

dan reaksi nyeri yang

dengan iritasi

jam nyeri akut teratasi dengan

dialami pasien

kulit, gangguan

Kriteria Hasil :

integritas kulit, 1. Klien mengungkapkan nyeri


iskemik
jaringan

berkurang atau hilang


2. Penderita secara verbal
mengatakan nyeri
berkurang/hilang
3. Penderita dapat melakukan
metode atau tindakan untuk
mengatasi atau mengurangi
nyeri

INTERVERSI
1. Kaji tingkat, frekuensi,

2. Lakukan massage dan


perawatan luka dengan
teknik aseptic saat rawat
luka

RASIONAL
1. Untuk mengetahui
skala nyeri pasien
2. Massage dapat
meningkatkan
vaskulerisasi dan
pengeluaran pus
sedangkan perawatan
luka dengan teknik
aseptic dapat
mempercepat
penyembuhan

4. Pergerakan penderita

3. Teknik distraksi dan

bertambah luas
5. tanda vital dalam batas

relaksasi dapat
mengurangi rasa nyeri

normal :
S : 36-37,5C
N: 60 80 x /menit

3. Ajarkan teknik distraksi


dan relaksasi

yang dirasakan pasien


4. Obat obat analgesik

T : 100-130 mmHg

dapat membantu

RR : 18-20 x/menit.

mengurangi nyeri
pasien

4. Kolaborasi dengan dokter


untuk pemberian
analgesic.

Untuk

mengetahui berapa berat


2

nyeri yang dialami pasien


1. Kaji luas dan keadaan
1. Untuk mengetahui

kerusakan

Setelah dilakukan tindakan

integritas

keperawatan selama 24

luka serta proses

jaringan

jam diharapkan luka pasien

penyembuhan

berhubungan

sembuh dengan kriteria hasil :

dengan adanya

1. Berkurangnya oedema

luka pada

sekitar luka
2. pus dan jaringan

ekstrimitas

intervensi selanjutnya

2. Rawat luka dengan baik


dan benar
2. Merawat luka dengan
teknik aseptik, dapat

berkurang
3. Adanya jaringan

menjaga kontaminasi

granulasi
4. Bau busuk luka

luka dan larutan yang


iritatif akan merusak

berkurang.

jaringan granulasi
tyang timbul, sisa
balutan jaringan
nekrosis dapat
menghambat proses
granulasi
3. Pakian yang longgar
dapat menimimalkan
gesekan pada area luka
3. Anjurkan pasien untuk

tidak mengenakan
pakaian yang ketat

4. Pemeriksaan kultur pus


untuk mengetahui jenis
kuman dan anti biotik
yang tepat untuk

4. Kolaborasi dengan dokter


pemeriksaan kultur pus
dan pemberian anti
biotik.1.

Pengkajian

yang tepat terhadap luka


dan proses penyembuhan

pengobatan,
pemeriksaan kadar
gula darah untuk
mengetahui
perkembangan
penyakit

akan membantu dalam


menentukan tindakan
3

selanjutnya
1. Kaji perasaan/persepsi

Gangguan citra

Setelah dilakukan tindakan

tubuh

keperawatan selama 24

pasien tentang perubahan

rasa negatif pasien

berhubungan

jam diharapkan pasien dapat

gambaran diri

terhadap dirinya

dengan

menerima perubahan bentuk

berhubungan dengan

perubahan

salah satu anggota tubuhnya

keadaan anggota

bentuk salah

secara positif dengan kriteria

tubuhnya yang kurang

satu anggota

hasil :

berfungsi secara normal

tubuh.

1. Mengetahui adanya

1. Pasien mau berinteraksi dan


beradaptasi dengan
lingkungan. Tanpa rasa
malu dan rendah diri
2. Pasien yakin akan
kemampuan yang dimiliki

2. Bantu pasien untuk


mengadakan hubungan
dengan orang lain

2. Dapat meningkatkan
kemampuan dalam
mengadakan hubungan
3. Beri kesempatan kepada

dengan orang lain dan

pasien untuk

menghilangkan

mengekspresikan

perasaan terisolasi

perasaan kehilangan

4. Buat lingkungan ikut


memotivasi pasien dalam
perawatan diri dan hargai
pemecahan masalah yang

3.

Untuk mendapatkan
dukungan dalam
proses berkabung yang
normal

konstruktif dari pasien


4. Untuk meningkatkan
perilaku yang adiktif
dari pasien
4

Defisit self

Setelah dilakukan tindakan

care

keperawatan selama X 24

berhubungan

jam diharapkan pasien mampu

dengan

memenuhi kebutuhan

kerusakan

perawatan diri dengan KH :

integumen

1.

perawatan diri pasien


2.

Bantu klien merawat


diri

3.

1. Pasien mampu toileting


sendiri

Observasi kebutuhan

Ajarkan ketrampilan
secara bertahap

4.

Dekatkan peralatan
mandi biar mudah
dijangkau oleh klien

5.

Sediakan lingkungan
yang aman dan nyaman
bagi klien misalnya,
kamar mandi yang dekat
dan tertutup

Mekanisme

Setelah dilakukan tindakan

koping

keperawatan selama X24

strategi koping

individu tidak

jam diharapkan koping pasien

dengan

efektif

kembali efektif dengan KH :

mengobservasi

berhubungan

1. Mengidentifikasi perilaku

dengan sumber
koping yang
tidak adekuat

2.

1. Kaji keefektifan

perilaku, misalnya

koping efektif dan

kemampuan

konsekuensinya
menyatakan kesadaran

menyatakan perasaan

kemampuan koping /
kekuatan pribadi
3. mengidentifikasi potensial
situasi stress dan
mengambil langkah untuk

dan perhatian,
keinginan
berpartisipasi dalam
rencana pengobatan
2. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi

menghindari dan

stressor spesifik dan

mengubahnya

kemungkinan
strategi untuk
mengatasinya
3. Libatkan pasien
dalam perencanaan
perawatan dan beri
dorongan partisipasi
maksimum dalam
rencana pengobatan
4. Catat laporan
gangguan tidur,
peningkatan
keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka
rangsang, penurunan
toleransi sakit kepala
ketidakmampuan
untuk
mengatasi/menyelesa
ikan masalah

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien mengatasi masalah status kesehatan agar tkembali tercapai status
kesehatan yang baik dan menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Maka dari itu
implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat sebelumnya.

E. Evaluasi

1. Dx : Nyeri akut berhubungan dengan iritasi kulit, gangguan integritas kulit, iskemik
jaringan
a.
b.
c.
d.
e.

Klien mengungkapkan nyeri berkurang atau hilang


Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang
Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri

Pergerakan penderita bertambah luas


tanda vital dalam batas normal :
- S : 36-37,5C
- N: 60 80 x /menit
- T : 100-130 mmHg
- RR : 18-20 x/menit.

2. Dx : kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya luka pada ekstrimitas


a.
b.
c.
d.

Berkurangnya oedema sekitar luka


pus dan jaringan berkurang
Adanya jaringan granulasi
Bau luka berkurang.

3. Dx : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh
a. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah
diri
b. Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.
4. Dx : Defisit self care berhubungan dengan kerusakan integument
a. Pasien mampu toileting dan self care secara mandiri
5. Dx : Mekanisme koping individu tidak efektif berhubungan dengan sumber koping yang tidak
adekuat
a. Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
b. menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi
c. mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan
mengubahnya

DAFTAR PUSTAKA
Doenges. 2000.

Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC


Novriani, Erni. 2008. Laporan Pendahuluan Selulitis. 1 Juni 2012, 11.30.

You might also like