Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Andri Nurfajar 09310297
Devi Haryati 09310056
Riyanto 09310172
Konsulen:
dr. Surjit Singh, MBBS, Sp. F, DFM
dr. Arwan, Sp. F
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah yang diberikan sehingga referat yang berjudul Disaster Victim
Identification (DVI) dapat terselesaikan dengan baik. Referat ini dibuat sebagai salah
satu tugas dalam kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Forensik di RSUD Dr. R. M.
Djoelham Kota Binjai.
Kiranya dapat penulis kemukakan bahwa tidak mungkin referat ini dapat
diselesaikan tanpa bantuan, dorongan serta kerjasama berbagai pihak dengan sepenuh
hati, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada dr. Surjit Singh, MBBS, Sp. F, DFM dan dr. Arwan, Sp. F selaku konsulen
SMF Ilmu Kedokteran Forensik RSUD Dr. R. M. Djoelham Kota Binjai.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Karena itu
penulis mohon maaf bila terdapat kesalahan di dalamnya. Penulis juga mengharapkan
kiritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kekurangan referat ini di
kemudian hari. Akhir kata, semoga referat ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.
Atas perhatian yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.
Binjai, April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Identifikasi ..................................................................................... 5
1. Definisi Identifikasi ................................................................... 5
2. Prinsip Identifikasi ..................................................................... 6
3. Manfaat Identifikasi ................................................................... 6
4. Peran Dokter Pada Proses Identifikasi ....................................... 7
5. Teknik Identifikasi Jenazah ........................................................ 8
B. Disaster Victim Identification ........................................................ 17
1. Definisi DVI .............................................................................. 17
2. Tahap DVI .................................................................................. 18
3. Metode Identifikasi .................................................................... 25
4. Identifikasi Korban .................................................................... 25
BAB III SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis
yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam,
3
faktor non alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang
dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.
Kasus bencana alam maupun non-alam, pembunuhan, pemekorsaan, dan lainlain, seringkali jenazah yang ditemukan sudah tidak berbentuk sehingga sangat sulit
untuk mengenalinya. Sementara itu, jenazah perlu dikembalikan kepada keluarga dari
korban. Maka dari itu, diperlukan identifikasi terhadap jenazah tersebut. Identifikasi
diartikan sebagai suatu usaha untuk mengetahui identitas seseorang melalui sejumlah
ciri yang ada pada orang tak dikenal, sedemikian rupa sehingga dapat ditentukan
bahwa orang itu apakah sama dengan orang yang hilang yang diperkirakan
sebelumnya juga dikenal dengan ciri-ciri itu. Sementara identifikasi secara forensik
merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang ditujukan untuk
kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan.
Kegiatan identifikasi korban bencana massal (Disaster Victim Identification)
menjadi kegiatan yang penting dan dilaksanakan hampir pada pemeriksaan
identifikasi pada kasus musibah bencana massal adalah untuk mengenali korban.
Dengan identifikasi yang tepat selanjutnya dapat dilakukan upaya merawat,
mendoakan serta akhirnya menyerahkan setiap kejadian yang menimbulkan korban
jiwa dalam jumlah yang banyak. Tujuan utama pemeriksaan identifikasi pada kasus
musibah bencana massal adalah untuk mengenali korban.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. IDENTIFIKASI
1. Definisi Identifikasi
Identifikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti
sebagai berikut : pertama, tanda kenal diri ; bukti diri ; kedua, penentu atau
4
dilakukannya
identifikasi
adalah
sebagai
upaya
memenuhi hak dasar setiap individu untuk memiliki identitas semasa hidup
ataupun setelah mati, dan untuk memudahkan penanganan masalah hukum
perdata ataupun pidana antara orang yang meninggal dengan keluarga yang
ditinggalkan.
2. Prinsip Identifikasi
Dalam proses Identifikasi diperlukan dua aspek :
a. Aspek pengumpulan data identitas ; baik ante-mortem maupun postmortem
b. Aspek komparasi ; antara data ante-mortem dengan post-mortem untuk
menentukan korban
Prinsip dari proses identifikasi adalah membandinkan data antemortem
dengan post-mortem, semakin banyak yang cocok semakin baik.
data
identifikasi
sekunder.
Korban
dinyatakan
positif
b.
c.
d.
e.
masih mungkin dikenali wajah dan tubuhnya, oleh lebih dari satu orang.
Besar
kemungkinan
adanya
faktor
emosi
yang
mengaburkan
Sidik jari
10
2)
3)
b) The bifurcation
c) The dot or island
Dalam satu sidik jari terdapat lebih dari 100 poin yang
digunakan dalam identifikasi. Tidak ada ukuran jumlah pasti poin
identifikasi yang ditemukan pada luas area tertentu tergantung dari
lokasi penempelan. Contoh, daerah delta mungkin mengandung
lebih banyak poin permilimeter persegi dibanding daerah ujung jari.
12
Gambar 9. Pada foto pertama tampak Prosedur Hand boiling dan pada foto
kedua tampak foto sidik jari setelah Hand boiling
Gambar 10. Kulit terlepas, double-rowed pappillaries sudah tampak pada kondisi
tangan setelah hand boiling. Pada gambar kedua, tampak jejak dari ibu jari dan jari
telunjuk tangan kanan setelah dilakukan hand boiling, diwarnai dengan bubuk arang,
dicetak dengan adhesive labels dan ditekankan pada slide transparan.14
2) Rekam gigi
Merupakan metode identifikasi yang memiliki banyak keunggulan,
yaitu :
a) Gigi resisten terhadap pembusukan dan pengaruh lingkungan
yang ekstrim
b) Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi dan
restorasi gigi membuat identifikasi gigi memiliki ketepatan
tinggi
c) Kemungkinan adanya data antemortem berupa rekam gigi
13
d) Terlindung oleh otot bibir dan pipi, trauma akan mengenai otototot tersebut lebih dahulu.
e) Bentuk gigi geligi di dunia tidak sama, kemungkinan sama satu
banding dua miliar
f) Gigi tahan panas hingga 400 C
g) Gigi tahan asam keras.
Batasan dari forensik odontologi terdiri dari :
a) Identifikasi dari mayat tak dikenal.
b) Penentuan umur
c) Pemeriksaan jejas gigit
d) Penentuan ras berdasarkan gigi
e) Analisis dari trauma orofasial
f) Dental jurisprudensi berupa keterangan saksi ahli
g) Peranan pemeriksaan DNA dalam identifikasi personal
Gambar 11. Gigi tetap dalam keadaan utuh pada suhu yang tinggi, walaupun tubuh
telah rusak, tetapi gigi masih dapat diidentifikasi
14
Gambar 12. Pemeriksaan gigi : pada gigi emas terdapat inisial korban
Gambar 12. Pemeriksaan Primer Gigi Tidak Akurat Akibat Avulsi Gigi Postmortem
dan Hilangnya Jaringan Lunak.
15
Gambar 13. Proses Pemeriksaan Jenazah Terbakar : Pemeriksaan gigi yang tetap utuh
dan merupakan ciri khas masing-masing
3) DNA
DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik
yang berfungsi untuk mengatur perkembangan biologik seluruh
bentuk kehidupan secara seluler.DNA terdiri dari dua molekul yang
membentuk struktur double helix.
Hampir semua sampel biologis tubuh dapat digunakan
sebagai sampel tes DNA, tapi yang sering digunakan adalah sampel
darah, rambut, apusan pipi, dan kuku. Untuk kasus forensik, sperma,
daging, tulang, kulit, air liur atau sampel biologis lainnya yang di
temukan di TKP dapat menjadi sampel tes DNA.
a) Tujuan Tes DNA
16
17
b. Pada kesempatan pertama label anti air dan anti robek harus diikat
pada setiap tubuh korban atau korban yang tidak dikenal untuk
mencegah kemungkinan tercampur atau hilang;
c. Semua perlengkapan pribadi yang melekat di tubuh korban tidak
boleh dipisahkan;
d. Untuk barangbarang kepemilikan lainnya yang tidak melekat pada
tubuh korban yang ditemukan di TKP, dikumpulkan dan dicatat;
e. Identifikasi tidak dilakukan di TKP, namun ada proses kelanjutan
yakni masuk dalam fase kedua dan seterusnya.
Pada prinsipnya untuk fase tindakan awal yang dilakukan di situs
bencana, ada tiga langkah utama. Langkah pertama adalah to secure atau
untuk mengamankan, langkah kedua adalah to collect atau untuk
mengumpulkan dan langkah ketiga adalah documentation atau
pelabelan.
Pada langkah to secure organisasi yang memimpin komando
DVI harus mengambil langkah untuk mengamankan TKP agar TKP
tidak menjadi rusak. Langkah langkah tersebut antara lain adalah :
1) Memblokir pandangan situs bencana untuk orang yang tidak
berkepentingan (penonton yang penasaran, wakil wakil
pers, dll), misalnya dengan memasang police line.
2) Menandai gerbang untuk masuk ke lokasi bencana.
3) Menyediakan jalur akses yang terlihat dan mudah bagi yang
berkepentingan.
4) Menyediakan petugas yang bertanggung jawab untuk
mengontrol siapa saja yang memiliki akses untuk masuk ke
lokasi bencana.
5) Periksa semua individu yang hadir di lokasi untuk
menentukan tujuan kehaditan dan otorisasi.
6) Data terkait harus dicatat dan orang yang tidak berwenang
harus meninggalkan area bencana
19
20
dikenali atau tidak, atau hanya bagian tubuh saja yang ditemukan;
diskripsikan
keadaannya
apakah
rusak,
terbelah,
Interpol DVI PM
masukkan jenazah dalam kantung jenazah dan atau potongan jenazah di dalam
9)
22
telah
diidentifikasi
direkonstruksi
hingga
ante mortem yang sesuai dengan temuan post mortem jenazah, dan
pemakaman jenazah
organisasi yang
memimpin komando DVI. Sertifikasi jenazah dan kepentingan medikolegal serta administrative untuk penguburan menjadi tanggung jawab
pihak yang menguburkan jenazah.
3. Metode Identifikasi
Secara umum, identifikasi yang akurat diperoleh dari mencocokan
data ante mortem dengan post mortem yang didapatkan dari :
a.
b.
4. Identifikasi Korban
Untuk mengidentifikasi korban bencana, diperlukan dua macam data :
a. Data orang hilang (misal : orang yang berada di tempat kejadian
namun terdaftar sebagai korban selamat)
b. Data dari jenazah yang ditemukan di tempat kejadian
Dalam mengidentifikasi korban, Interpol DVI Guide membentuk beberapa
tim atau unit, diantaranya :
a. Bagian Korban Hilang (Missing Brunch), terdiri dari :
1) Unit pengumpulan data ante-mortem (Ante-mortem record unit)
2)
3)
24
2)
3)
4)
d.
a)
b)
c)
d)
e)
khusus
pusat
identifikasi
(Identification
centre
25
BAB III
SIMPULAN
26
komparasi antara kedua data tersebut. Data yang digunakan untuk menentukan
identitas jenazah meliputi data identifikasi primer (sidik jari, odontologi, dan DNA)
dan data identifikasi sekunder (pakaian, perhiasan, kartu identitas, foto, data medis,
dll).
DVI adalah sebuah prosedur untuk mengidentifikasi korban mati akibat
bencana massal secara ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan dan mengacu
kepada standar baku interpol. Terdapat lima fase dalam prosedur DVI yaitu, TKP,
pengumpulan informasi post-mortem, ante-mortem, perbandingan data ante-mortem
dan post-mortem, dan debriefing. Seseorang positif teridentifikasi apabila memenuhi
salah satu identifikasi primer dan atau didukung dengan minimal dua dari
identifikasi sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
1. Muhtarom, Ali. 2009. Tes DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) Sebagai Alat Bukti
Hubungan Nasab dalam Perspektif Hukum Islam pp. 53-60. Yogyakarta :
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
2. Neil A. Campbell dkk.Biologi, alih bahasa Rahayu Lestari et.all. Jakarta. 2002
27
28